Disusun oleh :
LASRO BANJARNAHOR
5213321004
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk
memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari
semua usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, membandingkan,
mencari hubungan, dan menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki. Kegiatan
penyelesaian masalah yang disebut penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan
mengikuti metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta diperkuat dengan
gejala yang ada (Sukardi, 2004:3).
Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya aspek
tujuan, aspek metode, aspek kajian. Menurut Gay (dalam Sukardi, 2004:13) aspek
tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas penelitian
deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei, penelitian ex-postfacto, penelitian
eksperimen, penelitian kuai eksperimen. Masalah penelitian dapat dibagi dalam
berbagai bidang diantaranya bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-
lain. Salah satu bidang penelitian yang memerlukan perhatian khusus adalah bidang
penelitian pendidikan. Secara umum metode penyelesaian masalah pada penelitian
pendidikan ada dua, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Beberapa peneltian yang
penting dan bermanfaat dalam dunia pendidikan adalah penelitian korelasional dan
penelitian kausal komparatif.
Penelitian korelasional merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan pola
dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang lain. Jika
kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel
lain, kita dapat mengatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi.
Sedangkan, penelitian kausal komparatif adalah penyelidikan empiris yang sistematis
dimana ilmuan mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi dari
variabel-variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak
dapat di manipulasi. (Ahmad, 2018: 95). Dengan demikian makalah ini berfokus pada
penelitian kausal komparatif dan korelasi.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian penelitian kausal komparatif?
2. bagaimana pengertian penelitian korelasinal?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian penelitian kausal komparatif
2. Untuk mengetahui pengertian penelitian korelasional
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
penyebab atau akibat dari perbedaan tersebut. Dalam penelitian ex post facto peneliti
tidak dapat campur tangan (Jonker,dkk,2011:66).
Penelitian kausal komparatif merupakan suatu pendekatan pada subjek penelitian
untuk meneliti yang telah dimiliki oleh subjek penelitian secara wajar tanpa adanya
usaha sengaja memberikan perlakuan untuk memunculkan variable yang ingin diteliti.
Pada penelitian kausal komparatif, variable penyebab dan variabel yang dipengaruhi
telah terjadi dan diselidiki lagi dengan cara merunut kembali (Sukardi,2013:171). Pada
penelitian kausal komparatif, variabel penyebab tidak dimanipulasi, karena mereka telah
terjadi dengan sendirinya.
Bila digambarkan maka penelitian kausal komparatif dapat dilihat sebagai
berikut : Variabel penyebab
tidak dimanipulasi
karena telah terjadi.
5
perbandingan, perbedaannya adalah pada penelitian eksperimen, penyebab yang
dicuriga, dimanipulasi.
6
3) Jika control secara laboratory untuk beberapa tujuan tidak praktis dari segi
biaya dan etik dipertanyakan.
Contoh penelitian kausal komparatif (ex post facto) dalam pendidikan adalah :
1) Peneliti ingin mengetahui apa yang menjadi penyebab perbedaan kelas unggul dan
kelas biasa
2) Penelitian di suatu sekolah untuk mencari faktor – factor yang menyebabkan
prestasi lulusannya selalu lebih baik dibandingkan dengan sekolah – sekolah
lainnya.
3) Penelitian untuk mengetahui penyebab kurang termotivasinya siswa dalam
mengikuti mata pelajaran tertentu.
4) Penelitian untuk menentukan cirri – cirri guru yang efektif dengan menggunakan
data yang berupa catatan mengenai sejarah pekerjaan selengkap mungkin.
5) Mencari pola tingkah laku dan prestasi belajar yang terkait dengan perbedaan
umur pada waktu masuk sekolah, dengan cara menggunakan data deskriptif
mengenai tingkah laku dan skor tes prestasi belajar yang terkimpul sampai anak –
anak yang bersangkutan kelas enam sekolah dasar.
8
7) Menggolong-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya: golongan
pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan pembandingan, menimbulkan
persoalan-persoalan karena kategori-kategori seperti itu bersifat kabur,
bervariasi, dan tidak mantap. Seringkali penelitian yang demikian itu tidak
menghasilkan penemuan yang berguna.
8) Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subjek
secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada mempunyai kesamaan
dalam berbagai hal, kecuali pada variabel bebas yang dianggap sulit.
B. Penelitian Korelasional
1. Pengertian Penelitian Korelasional
9
ini berarti bahwa nilai-nilai suatu kelompok pada satu ukuran dapat diasosiasikan
dengan nilai-nilai pada ukuran yang lain. Pada kenyataannya, meskipun ada hubungan
antara variabel-variabel tidak berarti bahwa variabel yang satu adalah penyebab
variabel yang lainnya. Secara sederhana, korelasi dapat diartikan sebagai hubungan.
Namun ketika dikembangkan lebih jauh, korelasi tidak hanya dapat dipahami sebatas
pengertian tersebut.
Korelasi merupakan salah satu teknik analisis data statistik yang digunakan untuk
mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif. Dua variabel
atau lebih dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada variabel yang satu akan diikuti
perubahan pada variabel yang lain secara teratur dengan arah yang sama (korelasi
positif) atau berlawanan (korelasi negatif) (Ibrahim, 2018:78). Menurut Gay bahwa
penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex–postfacto karena
biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari
keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam
koefisien korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen menyebutkan penelitian korelasi
ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha
menggambarkan kondisi yang sudah terjadi.
13
diartikan kedua variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini
diartikan bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan
mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu
variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu juga
sebaliknya.
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut
akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya
bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna
menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi
diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya. Dalam penelitian prediksi,
signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi
yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik mengacu kepada, apakah koefisiensi yang
didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan hubungan yang benar,
bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik
dihasilkan pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata
lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang diberikan, peneliti tidak bisa menentukan
secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi
peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan.
Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada
sebuah tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi
diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu
level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar
diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih
banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek dari pada 10 subjek.
Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, Peneliti akan
membutuhkan sekurangnya koefisien 0,6319 supaya bisa menyimpulkan eksistensi
suatu hubungan; pada pihak lain, dengan 102 kasus peneliti hanya memerlukan
koefisiensi 0,1946. Konsep seperti ini berarti bahwa peneliti memerhatikan kasus
tersebut, saat peneliti akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan
hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa
memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat
korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
14
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat
bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat.
Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat
akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan sebab-
akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang dekat
antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1
variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak
saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua
variabel tersebut.
15
sangat tidak efisien dan sering menyesatkan. Sedikit variabel banyak yang dipilih secara
serampangan.
Langkah berikutnya dalah mengidentifikasikan populasi. Populasi harus satu pada
mana data dapat dikumpulkan pada masing-masing variabel yang diidentifikasikan.
Salah satu keuntungan dari studi hubungan adalah bahwa semua data dapat
dikumpulkan dalam waktu yang relatif singkat. Instrumen-instrumen bisa
diadministrasikan pada satu “session” atau beberapa session yang berdekatan. Apabila
subjeknya murid, (seperti yang bisa terjadi), waktu murid/guru yang tersita kecil
dibanding pada penelitian eksperimen.
b) Analisis dan interpretasi data
Pada suatu hubungan, nilai-nilai untuk tiap variabel dalam gilirannya
dikorelasikan dengan nilai-nilai untuk variabel interes yang kompleks. Masing-masing
variabel harus dapat diekspresikan dalam bentuk angka.
Teknik yang paling umum digunakan adalah koefisien korelasi “produk momen”
biasanya dengan person r, yang cocok apabila dua variabel yang dikorelasikan
dinyatakan sebagai data perbandingan atau data interval.
Jika data untuk salah satu variabel dinyatakan sebagai rangking koefisien korelasi
yang cocok adalah koefisien korelasi beda rangking. Biasanya dengan spearmen rho.
Selain person r, spearmen rho, ada juga beberapa teknik korelasi yang lain yang jarang
dipakai.
Sebagian besar teknik korelasi didasarkan pada anggapan bahwa korelasi yang
sedang diselidiki adalah suatu korelasi lurus (linier). Apabila korelasi adalah lengkung,
kenaikan pada satu variabel diasosiakan dengan kenaikan yang pada variabel lain
sampai satu titik pada mana titik berikutnya penambahan pada variabel pertama
mengakibatkan penurunan pada variabel yang lain atau sebaliknya.
Selain untuk menghitung koefisien korelasi pada kelompok sampel keseluruhan,
kadang-kadang sangat berguna untuk menguji hubungan-hubungan secara terpisah
untuk sub-kelompok tertentu.
16
Peringkat SMA, dapat dipakai untuk memprediksikan peringkat di perguruan tinggi.
Variabel yang mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria.
Studi prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu
kesimpulan mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi
juga dijalankan guna menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi
pediktor pad suatu kriteria, dan guna menentukan validitas prediktif dari instrumen
pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk
memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh individu pada mata
pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu
mana yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi atau untuk memprediksikan dalam
bidang studi mana seseorang individu mungkin yang paling sukses.
Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan
suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel
tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai
contoh, prediksi kesuksesan di perguruan tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi
beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat kelas, peringkat SMA, dan skor pada
ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan utama antara
studi prediksi dengan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara
sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.
a) Pengumpulan data
Seperti pada studi hubungan, subjek harus dipilih dari subjek yang mempunyai
data yang diinginkan, dapat dikumpulkan dan yang dapat diperoleh dari peneliti.
Perbedaan yang pokok dalam prosedur mengumpulkan data pada studi hubungan dan
studi prakiraan adalah bahwa data pada studi hubungan semua variabel dikumpulkan
dalam waktu yang relatif singkat, sedangkan pada studi prakiraan variabel prediktor
diukur beberapa waktu sebelum variabel kriterion dikur.
b) Analisis data dan interpretasi
Seperti pada studi hubungan, tiap-tiap variabel prediktor dikorelasikan dengan
variabel kriterion. Karena kombinasi variabel-variabel biasanya menghasilkan prakiraan
yang lebih tepat dibandingkan sebuah variabel saja, studi prakiraan sering menghasilkan
suatu persamaan prediksi yang disebut persamaan segresi ganda.
17
Suatu persamaan regresi ganda menggunakan semua variabel-variabel yang
secara indivisual membuat prakiraan kriterion untuk membuat suatu prakiraan yang
lebih tepat. Bagian penerimaan mahasiswa baru biasanya menggunakan persamaan
prakiraan yang mencakup sejumlah variabel dalam membuat prakiraan indeks prestasi.
Karena hubungan-hubungan jarang sempurna, prakiraan-prakiraan yang dibuat dengan
suatu persamaan regresi ganda tidak sempurna. Jadi, nilai-nilai diprakirakan biasanya
ditempatkan pada suatu interval kepercayaan, misalnya mahasiswa dengan prakiraan
indeks prestasi 1,20 akan ditempatkan pada interval 0,80 sampai dengan 1,60.
Meskipun prakiraan terhadap individual mungkin tidak tepat, sebagian besar
calon yang diperkirakan sukses, juga menjadi keyataan. Seperti pada studi hubungan,
dan karena alasan yang sama persamaan-persamaan prakiraan dapat dirumuskan untuk
masing-masing (dari beberapa sub-kelompok) juga pada kelompok seluruhnya.
Ciri persamaan regresi ganda adalah adanya gejala penyusutan. Penyusutan
adalah kecenderungan dari suatu persamaan prakiraan menajdi kelompok lain dari
kelompok pada mana peersamaan mula-mula dirumuskan. Alasan dari pentusutan
tersebut adalah bahwa persamaan adli kemungkinan akibat dari hubungan secara
kebetulan yang tidak akan dapat diperoleh lagi dengan subjek dari kelompok lain. Jadi,
setiap kelompok lain, harus dihilangkan dari persamaan, prosedur inidisebut sebagai
validasi silang.
18
5) Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat
(kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti
Sedangkan kelemahan penelitian korelasi yang perlu diperhatikan oleh para peneliti
adalah:
1) Penelitian korelasi hanya mengidentifikasikan apa yang terjadi dengan tanpa
melakukan manipulasi dan mengontrol variabel.
2) Penelitian korelasi tidak dapat membangun hubungan sebab akibat. Hasilnya
cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling
hubungan yang bersifat kausal
3) Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu
kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel
bebas;
4) Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur;
5) Sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu
memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap
interpretasi yang berguna atau bermakna
19
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan, 2002. Menjadi penelitian kualitatif, ed.4. Rake Sarasin: Yogyakarta
Darmadi, Hamid. (2014). Metode penelitian pendidikan dan sosial. Bandung : Alfabeta
Emzir . (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada.
Jonker, J., Bartjan J.W.P., dan Sari Wahyuni. (2011). Metodologi Penelitian “Panduan
untuk Master dan Ph.D. di Bidang Manajemen”. Jakarta : Salemba Empat
Narbuko, Cholid., dan Abu Achmadi. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta : Sinar
Grafika : Offset
Umar, H. (2005). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Wasis, N.S. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC
21