Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMIPAAN
Acara : Pipe Design

Disusun oleh

Nama : Asfa Asfia Saputra


NIM : 021190006
Fakultas/Jurusan : Teknik Industri / D3 Teknik Kimia
Hari, Tanggal : Kamis, 31 Maret 2021
Asisten Pembimbing : Dwi Yudha, S.T

LABORATORIUM PEMPAAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PEMIPAAN
Acara : Pipe Design

Disusun oleh

Nama : Asfa Asfia Saputra


NIM : 021190006
Fakultas/Jurusan : Teknik Industri / D3 Teknik Kimia
Hari, Tanggal : Kamis, 31 Maret 2021
Asisten Pembimbing : Dwi Yudha, S.T

Disetujui Oleh,
Asisten Pembimbing

Dwi Yudha, S.T


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Pemipaan
Acara 1 tentang Pipe Design dengan baik.

Saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat
dalam proses pembuatan laporan praktikum ini, terkhusus kepada :

1. Susanti Rina Nugraheni, S.T., M.Eng. selaku dosen pengampu praktikum


pemipaan.

2. Asisten pembimbing yang telah memberikan arahan selama praktikum


berlangsung.

3. Rekan kelompok praktikum atas kerja sama yang baik selama praktikum
berlangsung.
Laporan ini saya susun untuk melengkapi tugas Praktikum Pemipaan
semester genap D3 Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta. Semoga dengan dibuatnya laporan ini dapat berguna untuk kita
semua.

Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaannya.

Yogyakarta, 31 Maret 2021

Praktikan

Asfa Asfia Saputra


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia industri dibidang gas dan perminyakan, petrochemical,
power plant saat ini membutuhkan sebuah perancangan yangefisien, tepat waktu,
informatif, komunikatif dan bermutu. Dalam berkembangnya dunia industri
tersebut akan berkaitan dengan sistem perpipaan. Sistem perpipaan berfungsi
sebagai media untuk mengalirkan suatu fluida kerja dari equipment ke equipment
lainnya. Perencanaan sistem perpipaan atau piping design yang baik harus sesuai
standar yang ada. Fungsinya adalah supaya pipa tersebut tidak hanya berfungsi
mengalir fluida saja, tetapi memiliki nilai lain seperti menjamin kelangsungan dari
proses serta menjamin keamanan.
Pipa adalah saluran tertutup yang digunakan sebagai sarana pengaliran dan
transportasi fluida berbentuk cair, gas, maupun udara yang memiliki energi aliran
dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam proses industri terutama yang bergerak
dibidang industri pengolahan fluida, pipa ini menjadi salah satu komponen yang
memiliki peran penting. Saking pentingnya, perencanaan sistem pemipaan pun
harus dilakukan secara matang.
Sistem pemipaan sendiri tidak hanya terdiri dari pipa, tetapi merupakan hasil
interkoneksi antara pipa dan berbagai komponen pipa seperti tee, elbow, reducer,
katup, sambungan ekspansi, dll yang saling terhubung. Perancangan atau desain
sistem pemipaan ini bertanggungjawab untuk menghasilkan sebuah sistem
perpipaan untuk mentransportasikan fluida yang mengalir didalam pipa
berdasarkan kode dan standar yang berlaku secara efektif dan efisien.
Maka dari itu, dalam mendesain sistem pemipaan tidak bisa dilakukan dengan
sembarangan atau asal pilih sesuai dengan selera. Karena setiap fluida memiliki
temperatur serta tekanan yang berbeda-beda, sehingga jenis pipa yang digunakan
pun harus sesuai dengan standar dan aturannya.
I.2 Tujuan
1. Menentukan jenis pipa dan fitting yang digunakan untuk mencapai flow
rate yang diinginkan.
2. Menentukan pengaruh dari jenis pipa dan fitting terhadap suatu aliran.

I.3 Dasar Teori


Penggunaan faktor friksi untuk menghitung friction loss pada aliran laminer.
Parameter umum yang digunakan pada aliran laminer dan khususnya aliran
turbulen adalah Fanning friction, f, yang didefinisikan sebagai shear stress(τs)
pada permukaan dibagi dengan massa jenis yang dikalikan dengan besar laju atau
/2 v2. Gayanya adalah ∆pf dikalikan dengan luas area πR2 dan area yang terkena
1

laju aliran air 2πR∆L. Karena itu, hubungan antara pressure drop terhadap friksi
dan f yaitu ( untuk aliran laminer dan turbulen) :
2����2
2��
�= = 2��∆�
� �2
��
2
Menyusun kembali, sehingga menjadi :
∆Lv2
∆pf = 4fp
D2
∆�� ∆��2
�� = = 4�
� �2
Khusus untuk aliran laminer
16 16
f= =
NRe Dvρ
μ

Pressure drop dan friction factor pada aliran turbulen.


Pada aliran turbulen, seperti aliran laminer, faktor friksi bergantung pada
Reynold Number. Tidak dimungkinkan memprediksi secara teoritis fanning
friction factor, f, untuk aliran turbulen sebagaimana pada aliran laminer. Faktor
friksi harus ditentukan secara empiris (eksperimen) dan faktor friksinya tidak
hanya bergantung pada Reynold Number saja, tetapi juga kekasaran permukaan
pipa. Pada aliran laminer, kekasaran tidak memiliki efek yang utama.
Data eksperimen dari faktor friksi pada smooth pipe (pipa halus) dan pipa
dengan variasi kekasarannya telah diperoleh dan datanya telah dihubungkan.
Grafik faktor friksi, plot antara NRe dengan f merupakan plot log-log seperti pada
gambar 2.10-3 pada Geankoplis, third edition, hal 88. Nilai dari faktor friksi
kemudian digunakan untuk menentukan ∆pf dan Ff (hf).
∆Lv2
∆pf = 4fρ
D2
∆��
�� =

Pembaca seharusnya memperhatikan penggunaan faktor friksi f dari sumber
yang lain. Fanning friction factor, f, pada persamaan di atas merupakan
satu-satunya yang digunakan pada buku tertentu. Yang lain menggunakan faktor
friksi yang mungkin 4 kali lebih besar nilainya. (Geonkoplis, 87-89)

Friction Loss pada ekspansi, kontraksi dan fitting pada pipa


Friksi yang hilang pada aliran yang melewati pipa lurus dihitung dengan
menggunakan fanning friction factor. Jika laju dari fluida berubah arah maka
friksi yang hilang akan bertambah. Metode perhitungannya didiskusikan seperti di
bawah.
1. Friksi atau energi yang hilang pada pelebaran pipa atau ekspansi.
Jika luasan pipa membesar secara berangsur-angsur, maka sangat kecil
bertambahnya friksi yang hilang atau bahkan tidak ada. Jika perubahannya
terjadi secara tiba-tiba, akan menghasilkan tambahan friksi yang disebabkan
pusaran arus oleh pembesaran aliran fluida. Friksi yang hilang dapat dihitung
dengan cara berikut:
(�1 − �2 )2 �1 �12 �12 �
ℎ�� = = (1 − )2 = ���
2� �2 2� 2� ��
Dimana
ℎ�� = friksi yang hilang dalam J/kg
��� = koefisien hilangnya fraksi pada ekspansi = (1 − �1/�2)2,
�1 = laju aliran pada area yang lebih kecil, m/s
�2 = laju aliran pada area yang lebih besar, m/s
� = 1 pada aliran turbulen.
Jika jenis aliran pada kedua area adalah laminer, maka � = ½.

2. Friksi yang hilang pada kontraksi.


Ketika area pada perpipaan secara tiba-tiba tereduksi menjadi lebih kecil,
aliran, aliran tidak dapat mengikuti bentuk aliran pada bentuk pipa yang
membentuk sudut yang tajam sehingga tambahan friksi muncul karena pusaran
arus yang terjadi. Untuk aliran turbulen dirumuskan sebagai berikut:
A2 2 v2 2 v2 J
hc = 0,55(1 − ) = Kc
A1 2a 2a kg

Dimana :
ℎ� = friksi yang hilang,
�2 = laju rata-rata pada area pipa yang luasnya lebih kecil,
�� = koefisien friksi yang hilang pada kontraksi = 0,55 (1 − �2/�1)2,
� = 1 untuk aliran turbulen, untuk aliran laminer, nilai � = ½.

3. Friksi yang hilang pada valve dan fitting.


Fitting dan valve pada perpipaan juga mengganggu garis aliran yang normal
pada pipa dan menyebabkan tambahan friksi atau energi yang hilang. Pada pipa
yang pendek dengan fitting yang banyak, friksi yang hilang pada fitting tersebut
bisa lebih besar daripada friksi yang hilang pada pipa lurus. Friksi yang hilang
pada fitting dan valve dirumuskan sebagai berikut:
�12
ℎ� = ��
2
Dimana
�� = faktor friksi yang hilang pada fitting dan valve,
�1 = rata-rata besaran laju pada pipa saat melewati fitting.
Sebagai metode alternatif, beberapa referensi memberikan data friksi yang
hilang pada fitting sebagai panjang ekivalen pada pipa dibagi dengan diameter
pipa. Data-data tersebut telah dipresentasikan dengan ��/�, dimana Le adalah
panjang ekivalen dari pipa lurus (m) yang memiliki nilai friksi yang hilang pada
fitting, dan D adalah diameter bagian dalam pipa (m). Nilai K pada
persamaan-persamaan di atas dapat dikonversikan ke nilai ��/� dengan
mengalikan K dengan 50. Nilai Le untuk fittingditambahkan pada panjang pipa
lurus untuk mendapatkan panjang pipa total. (Geankoplis, 92-94)

Mechanical Energy Balance pada pipa dengan friksi


Untuk aliran cairan di dalam pipa karena suhu sekitar konstan (tidak ada
perubahan fase maupun kimia lainnya yang berlangsung, maka ∆U ≈ 0) dan
sangat kecil jumlah panas yang ditransfer, dengan gesekan atau friksi, F. Maka
dapat ditulis:
∆� ∆(�2 ) ��
= + �∆� + � =
� 2� �
� ≈ 1 for turbulent flow (empirical result)
� = 0,5 for laminar flow (analytical result)
BAB II
PELAKSANAAN DAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan


A. Alat B. Bahan
1. Tangki 1. Air

2. Kran
3. Gelas ukur
4. Stopwatch

II.2 Rangkaian Alat

1
2 Keterangan :
1 = Elbow 90o
2 = Globe Valve
3 = Sock

Gambar II.2 Rangkaian Alat Pipe Design


II.3 Diagram Alir

Menyiapkan alat dan bahan

Membuka kran keluaran tangki pada pipa ke-2

Mengukur debit air dengan menampung air selama


interval waktu tertentu

Mengukur volume air keluaran menggunakan gelas ukur

Memberi variasi pada pipa dengan variasi fitting

Mengulangi pengukuran debit air dengan variasi


fitting sesuai arahan asisten

Gambar II.3 Diagram Alir Pipe Design


BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan


Tabel III.1 Data percobaan
No. Fitting 1 (ml) Fitting 2 (ml) Fitting 3 (ml)
1 70 40 50
2 230 70 160
3 420 250 300

Seluruh percobaan dilakukan dengan waktu pengisian 5 detik


a. fitting 1 menggunakan straight pipe
b. fitting 2 menggunakan many elbow pipe
c. fitting 3 menggunakan long straight pipe

III.2 Perhitungan
A. Mencari Volume Rata-rata Tiap Fitting
Jumlah total (ml)
X=
Jumlah percobaan

a. Fitting 1 (Straight Pipe)


720ml
X=
3

= 240ml
b. Fitting 2 (Many Elbow Pipe)
360ml
X= 3

= 120ml
c. Fitting 3 (Long Straight Pipe)
510ml
X=
3

= 170ml
B. Mencari Flow Rate Tiap Fitting
Volume rata−rata (ml)
Flow Rate =
waktu (t)

a. Fitting 1 (Straight Pipe)


240��
Flow rate =
5�
= 48ml/s
b. Fitting 2 (Many Elbow Pipe)
120��
Flow rate =
5�
= 24ml/s
c. Fitting 3 (Long Straight Pipe)
170��
Flow rate =
5�
= 34ml/s
C. Membandingkan Flow Rate Tiap Fitting
Tabel III.2 Perbandingan Flow Rate pada tiap Fitting
No. Flow Rate (ml/s)
1 48
2 24
3 34

III.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan “Pipe Design” yang bertujuan
untuk menentukan jenis pipa dan fitting yang digunakan agar mencapai flow rate
yang diinginkan serta menentukan pengaruh dari jenis pipa dan fitting terhadap
suatu aliran. Percobaan ini dilakukan dengan pengaliran air dari tangki melawati
pipa dengan fitting yang berbeda dan menghitung volume pada masing-masing
fitting yang digunakan dengan interval waktu yang sama.
Pada percobaan kali ini dilakukan sebanyak tiga kali dengan fitting yang
berbeda-beda. Fitting yang pertama menggunakan straight pipe didapatkan hasil
perhitungan flow rate sebesar 48 ml/s. Fitting yang kedua menggunakan many
elbow pipe didapatkan flow rate sebesar 24 ml/s. Sedangkan yang terakhir
menggunakan long strainght pipe didapatkan flow rate sebesar 34 ml/s. jika dilihat
dari hasil perhitungan, fitting pertama dengan menggunakan straight pipe
memiliki flow rate terbesar diantara dua lainnya.
Adapun faktor yang menyebabkan besar flow rate yang dihasilkan dapat
berbeda beda, dikarenakan aliran fluida yang dilewati berbeda beda yaitu straight
pipe, many elbow pipe, long straight pipe. Hal tersebut menyebabkan volume air
yang dihasilkan selama 5 detik berbeda-beda, sehinga berpengaruh pada besarnya
flow rate yang didapatkan pada masing-masing percobaan. Pada tiga percobaan
yang telah dilakukan straight pipe merupakan jenis pipa dan fitting yang mencapai
flow rate yang diinginkan, karena pada percobaan tersebut fluida/air mengalir
melewati straight pipe yang berarti tidak terdapat belokan atau dengan kata lain
fluida mengalir lurus. Hal tersebut menjadikan faktor friksi yang dihasilkan kecil
atau dapat diartikan gesekan yang dihasilkan pada aliran tersebut kecil.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Pada praktikum “Pipe Design” yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Jenis pipa dan fitting yang digunakan untuk mencapai flow rate yang
diinginkan adalah jenis pipa dengan fitting straight pipe, karena
menghasilkan flow rate terbesar diantara dua lainnya.
2. Pengaruh jenis pipa dan fitting terhadap suatu aliran terdapat pada flow
rate yang didapatkan disetiap percobaan dan juga faktor friksi yang
dihasilkan.
Daftar Pustaka

Tim Penyusun. 2021. Buku Petunjuk Praktikum Pemipaan. Yogyakarta:


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Anonim. Pipe Design. Diakses dari http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle
/123456789/16768/BAB%20I.pdf? sequence=5&isAllowed=y. Pada
3 April 2021.
Reuben Yesaya, Angie Rchel, Faris Rosihan. 2015. PIPE DESIGN. Diakses dari
https://www.academia.edu/23925641/PIPE_DESIGN pada 3 April 2021.
PT. ANEKA ADHILOGAM KARYAPT. 2021. Pertimbangan Dalam Mendesain
Sistem Pemipaan. Diakses dari https://anekaadhilogam.com/artikel/
pertimbangan-dalam-mendesain-sistem-pemipaan/ pada 6 April 2021.
Lampiran

Gambar 1. Alat yang digunakan dalam percobaan Pipe Design

Gambar 2. Pengukuran debit air dalam waktu 5 detik

Gambar 3. Pengukuran volume air pada setiap percobaan

Anda mungkin juga menyukai