Kehadiran Yesus dalam perayaan Ekaristi dinyatakan melalui:[1]
1. Dalam diri imam yang mempersembahkannya.
2. Secara khusus dalam rupa roti dan anggur. 1. Keseluruhan Kristus—Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allahan— ada dalam rupa roti dan anggur, dalam Ekaristi Kudus. 2. Keseluruhan Kristus itu pun ada dalam rupa roti atau anggur. Sebab Tubuh Kristus yang hadir adalah Tubuh yang hidup, dan di dalam tubuh yang hidup ada darahnya, maka Darah Kristus ada di mana Tubuh-Nya berada. Dan di mana ada Tubuh dan Darah-Nya, di situ pula ada Jiwa-Nya serta Ke Allahan-Nya, sebab ke-Allahan Yesus tidak terpisahkan dari kemanusiaan- Nya. 3. Keseluruhan Kristus juga ada dalam setiap partikel Hosti dan setiap tetes anggur yang telah dikonsekrasikan. Ketika Hosti dipecah, tidak berarti Tubuh-Nya tercerai berai, namun Ia hadir secara keseluruhan dalam setiap pecahannya. Ini seperti halnya jika kita memecahkan kaca, wajah kita tetap terpantulkan seluruhnya pada pecahan kaca. 4. Tubuh dan Darah Kristus hadir dalam rupa roti dan anggur yang telah dikonsekrasikan sepanjang rupa roti dan anggur masih ada. 3. Dalam sabda-Nya yang dibacakan atau didaraskan dalam Liturgi Sabda, termasuk di sini Bacaan Pertama, Mazmur, Bacaan Kedua dan Bacaan Injil, Homili. 4. Dalam jemaat, sebab dikatakan bahwa dalam dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Tuhan, Ia hadir di tengah mereka (lih. Mat 18:20). Iman akan kehadiran Kristus dalam perayaan Ekaristi ini membawa implikasi, yaitu: 1. Dengan bertindak sebagai Kristus (in persona Christi) dalam setiap perayaan Ekaristi, para imam perlu mempersiapkan diri sebelum mempersembahkan Ekaristi, termasuk dalam mempersiapkan homili agar ajaran yang disampaikan sungguh- sungguh sesuai dengan sabda Tuhan yang pada hari itu dibacakan. Perlu disadari bahwa Kristuslah yang, melalui pelayanan imamnya, mengajar, mengurbankan diri dan menguduskan umat-Nya. 2. Dengan mengimani bahwa Kristus sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur setelah konsekrasi, maka: 1. Untuk menyambut Ekaristi, diperlukan hati yang bersih dan sikap batin yang sesuai. Karena itu orang yang dalam keadaan berdosa berat perlu untuk bertobat, mengaku dosa dalam Sakramen Tobat sebelum dapat menerima Kristus dalam Sakramen Ekaristi.[2] Juga, hanya umat yang telah dibaptis/bergabung sepenuhnya dalam Gereja Katolik yang dapat menerima Ekaristi. Selanjutnya diperlukan persiapan sebelum menyambut Ekaristi, baik persiapan rohani maupun jasmani.[3] 2. Gereja Katolik menghormati roti/ hosti dan anggur yang sudah dikonsekrasikan menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Karena setelah konsekrasi dan selama rupa roti dan anggur tetap ada, Yesus tetap hadir,[4] maka Gereja melakukan Adorasi (penyembahan) Sakramen Mahakudus[5] dan menganjurkan umat-Nya juga untuk berbuat demikian. Karena itu, kita menunjukkan hormat dan kasih kita kepada Yesus, dengan menghadiri Misa Kudus setiap hari, mengunjungi Sakramen Mahakudus dan melakukan Adorasi. Penghormatan Gereja juga nampak dari bagaimana penanganan Tubuh dan Darah Kristus tersebut, yaitu misalnya bagaimana Tubuh dan Darah Kristus dibagikan dan diterima, serta bagaimana penanganan dan pembersihan perkakas yang dipakai untuk menyimpan Tubuh dan Darah tersebut, dst. 3. Tabernakel (tempat penyimpanan Sakramen Mahakudus) menjadi bagian yang paling istimewa di dalam gedung gereja. Sudah selayaknya tabernakel ditempatkan di bagian yang paling utama dan dirancang secara khusus untuk menunjukkan keistimewaannya. Ketika kita melewati sebuah gedung gereja Katolik, kita memberi hormat, entah dengan menundukkan kepala atau pun membuat Tanda Salib, sebab kita menyadari Tuhan Yesus hadir di tabernakel yang ada di dalamnya. 4. Karena yang diterima dalam Ekaristi adalah Kristus sendiri, maka Ekaristi menjadi sumber dan puncak kehidupan kita sebagai seorang Kristiani.[6] Tak ada doa/ibadat yang setara dengan perayaan Ekaristi. 3. Dengan menyadari bahwa Kristus sungguh hadir juga pada saat Sabda-Nya dibacakan, maka sedapat mungkin umat tidak terlambat dalam perayaan Ekaristi. Demikian pula, karena Kristus hadir dalam pembacaan Kitab Suci, maka Bacaan- bacaan tersebut termasuk Mazmur, tidak dapat digantikan oleh teks lain yang bukan dari Kitab Suci. 4. Karena Kristus hadir pula dalam diri sesama umat yang hadir dalam Ekaristi, perlu diusahakan suasana peribadatan yang mendukung bagi semua. Ini diwujudkan misalnya dengan berpakaian sopan di gereja, tidak menggunakan alat komunikasi, tidak mengobrol dan aktif berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi. Kita perlu juga memperhatikan dan menyapa sesama umat, sebab kita adalah satu saudara di dalam Tuhan Yesus, yang hadir di tengah kita pada saat kita berdoa dan bersekutu dalam nama-Nya.