Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Setiap proses pembelajaran di dalam kelas akan diakhiri dengan kegiatan
evaluasi. Pada umumnya kegiatan evaluasi di sekolah berfokus pada tiga kompone
yaitu perencanaan,kegiatan pembelajaran,dan daya serap siswa. Evaluasi yang
berfokus pada perencanaan dan kegiatan pembelajaran ditunjukkan untuk
mengevaluasi kinerja guru. Evaluasi yang berfokus kepada daya serap siswa
ditunjukan untuk mengevaluasi kemampuan siswa. (Rusyana,1986:65).
Pada umumnya di sekolah-sekolah, evaluasi hanya berfokus kepada daya
serap siswa saja, belum banyak berfokus kepada perencanaan dan kegiatan
pembelajaran. Kegiatan evaluasi berfokus kepada daya serap siswa akan memberi
gambaran kepada guru tentang posisi kemampuan setiap siswanya di dalam kelas
(Sutardi,1984:12). Hasil evaluasi akan menunjukan kemampuan siswa dalam
suatu kelas.
Alat evaluasi yang sering digunakan untuk mengukur daya serap siswa
adalah tes. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa setelah kegiatan
pembelajaran seorang guru akan mengevaluasi. Penulis berharap semua siswa
dapat menjawab tes dengan baik.
Harapan itu ternyata tidak selalu dapat diwujudkan dengan baik. Pada hari
Selasa tanggal 13 Juli 2010 di SDN Cintaasih I, saya menyampaikan mata
pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI tentang tata cara pengisian formulir yang
diikuti oleh 32 anak. Setelah selesai pembelajaran saya melaksanakan tes untuk
mengukur daya serap siswa. Hasilnya ternyata kurang memuaskan, karena hanya
4 anak yang mendapat nilai 80 (12%), 12 anak yang mandapat nilai 60 (38%), 6
anak memperoleh nilai 50 (19%), selebihnya mendapat nilai ≤ 45 (31%).
Untuk itu penulis berupaya mengadakan penelitian lapangan untuk
medapatkan hasil yang optimal dengan mengadakan tindakan-tindakan yang dapat
meningkatkan keberhasilan siswa .

1
Keberhasilan siswa dalam mencapai standar kompetensi yang telah
ditetapkan dipengaruhi beberapa faktor, antara lain minat dan kemampuan siswa,
kelengkapan alat peraga, lingkungan sebagai sumber belajar, serta ketepatan
pemilihan metode pembelajaran.
Pola pembelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan erat dengan
permasalahan keterampilan siswa dalam membaca, menulis, dan berbicara.
Kemampuan untuk melatih keterampilan siswa dalam mengisi formulir
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih rendah (dilihat dari nilai yang telah
dihasilkan pada pra-siklus). Untuk itu penulis berupaya agar pelaksanaan
pembelajaran lebih menarik dan melibatkan siswa. Keberhasilan pembelajaran
tidak selalu didominasi oleh kepandaian seorang guru dalam menguasai pokok
materi pelajaran, tetapi bagaimana siswa itu aktif mengembangkan diri dan
terlibat langsung dalam pembelajaran.
Menyadari hal tersebut penulis berupaya bagaimana agar tujuan
pembelajaran dan indikator tersebut tercapai secara optimal.
Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan adalah dalam ketepatan
pemilihan metode dengan keterlibatan siswa, yang merupakan bagian yang tidak
bisa terpisahkan dalam proses pembelajaran. Peneliti mencoba menerapkan
metode latihan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam mengisi formulir.

B. Rumusan Masalah
Menyimak hasil tersebut,saya sebagai guru merasa tertantang. Mengapa
hasil tes siswa-siswa itu kurang memuaskan? Untuk menjawab tantangan itu, saya
akan melakukan refleksi, berkonsultasi dengan teman sejawat, dan bertanya
kepada kepala sekolah. Hasil dari refleksi dan konsultasi itu menghasilkan
simpulan sementara bahwa masalah pembelajaran yang saya hadapi bersumber
pada kekurangan guru didalam ketepatan memilih metode pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut,saya merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
“Bagaimana meningkatkan keterampilan siswa dalam mengisi isi formulir
dengan menggunakan metode latihan?”

2
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini saya laksanakan dengan tujuan :
1. Mengatasi masalah pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI, dengan
indikator “Melatih keterampilan siswa untuk mengisi formulir.”

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Guru
a. Sebagai acuan dalam meningkatkan proses pembelajaran.
b. Memberi salah satu alternatif dalam memilih media pembelajaran dan
metode.
2. Bagi Siswa
a. Meningkatkan minat siswa dalam proses pembelajaran.
b. Meningkatkan keterampilan siswa dalam pengisian berbagai bentuk
formulir.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Dapat dijadikan referensi bagi guru lain yang akan mengadakan penelitian.
b. Dapat memberikan sumbangan yang pasitif terhadap kemajuan sekolah
tersebut.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia


Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD merupakan salah satu bentuk
pengajaran yang memiliki cara yang berbeda dalam metode pengajarannya
dibandingkan dengan bidang-bidang yang lain, misalnya bahasa Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui didapatkan oleh seseorang melalui dua hal, yaitu
melalui perolehan dan melalui pembelajaran. Didapatkan melalui perolehan di sini
artinya yakni di mana seseorang untuk pertama kalinya memperoleh bahasa
(masih murni, belum memiliki bahasa) dalam penjelasan hal ini yang dimaksud
yakni bayi atau balita. Sistem kehidupan inilah yang menyerap semua aspek-aspek
tentang bahasa pertamanya dari orang tua, keluarga dan lingkungan sekitarnya
tanpa harus belajar. Maka proses yang demikian itu adalah proses pembelajaran.
Untuk memperlancar kegiatan pengajaran bahasa diperlukanlah metode
atau suatu rumusan sistem cara pengajaran karena metode pengajaran merupakan
salah satu faktor yang berperan dalam pengajaran. Peran suatu metode sangatlah
besar dalam suatu pengajaran dan bersangkutan juga dengan siswa yang menjadi
objek pengajaran (Yus Rusyana,2003).
Dalam menerapkan metode pengajaran bahasa ada beberapa hal yang
sebaiknya diperhatikan terlebih dahulu oleh para pengajar yang antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Pengajaran harus disesuaikan dengan kultur sosial dari objek siswa.
2. Menggunakan metode yang dianggap mudah oleh para siswa.
3. Melalui pendekatan yang sifatnya komunikatif dalam kegiatan belajar
mengajar.
4. Dan lain-lain.

Banyak sekali metode-metode dalam pengajaran bahasa yang


sesungguhnya memiliki perbedaan-perbedaan antara satu dengan lainnya yang

4
mungkin diakibatkan oleh teori-teori bahasa yang berbeda, jenis-jenis deskripsi
bahasa yang beragam dan ide-ide yang beraneka tentang belajar bahasa.
Mengapa adanya kegagalan dalam pengajaran Bahasa Indonesia? Bahasa
Indonesia yang sesungguhnya berasal dari bahasa Melayu Riau yang kemudian
mendapatkan pengaruh-pengaruh dari bahasa daerah-daerah lain dan juga dari
bahasa asing, seperti bahasa-bahasa penjajah kita. Kegagalan di sini bersumber
pada metode yang digunakan karena metode itu menentukan apa dan bagaimana
pengajaran bahasa itu. Pengajaran bahasa dianggap berhasil apabila siswa dapat
mendengar (menyimak), berbicara, membaca, menulis, memiliki banyak kosakata
(vocab) dan juga bertata bahasa (grammar) dengan baik.
Pada hakikatnya semua metode pengajaran bahasa terjadi dari penahapan
seleksi, gradasi, persentasi dan repetisi tertentu dari bahan pelajaran (Guntur
Tarigan,2004). Oleh karena itu, untuk membedakan suatu metode dengan metode
yang lain kita harus menggunakan keempat tahap tersebut sebagai kriteria. Tahap
seleksi dilakukan karena tidak mungkin mengajarkan semua bidang pengetahuan
tetapi kita harus menyeleksi bagian mana yang akan kita ajarkan. Tahap gradasi
dilakukan karena tidak mungkin kita mengajarkan secara serentak semua yang
telah kita seleksi. Tahap persentasi dilakukan karena tidak mungkin kita mengajar
tanpa mengkomunikasikan sesuatu itu kepada orang lain. Tahap repetisi dilakukan
karena tidak mungkin kita mempelajari sesuatu keterampilan dari suatu keadaan
yang tunggal saja. Semua keterampilan bergantung pada prakteknya.

B. Prestasi Belajar
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa belajar tidak secara otomatis
menjadikan siswa belajar. Tugas guru dalam mengajar antara lain membantu
transfer belajar. Tujuan transfer belajar adalah menerapkan hal-hal yang telah
dipelajari pada situasi baru, artinya apa yang telah dipelajari itu di buat umum
sifatnya. Melalui media dan penugasan kelompok misalnya seorang guru dapat
membantu transfer belajar.
Dalam perkembangan belajar peserta didik (Conny:1998:91 ),kreaktifitas
dapat diartikan sebagai kemampuan berfikir, bersikaf, dan bertindak tetang

5
sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa (Unsual ) guna memecahkan
berbagai persoalan,sehingga dapat menghasilkan penyelesaian yang optimal dan
bermanfaat.
Dalam psikologi pendidikan (Natawijaya :1991:115) prestasi belajar siswa
yang rendah bukan semata-mata karena kesalahan atau tanggung jawab siswa
(misalnya karena siswa malas belajar,kurang bergairah dalam belajar dan lain-
lain) melainkan juga bahkan sebagian besar karena kegagalan guru dalam
menyajikan materi secara menarik, pemilihan media dan metode secara tepat,
kesiapan guru dalam menyiapkan bahan secara matang dan kemampuan guru
dalam memberi perhatian secara kelompok dan individual kepada siswa-siswa.
Siswa sebagai peserta didik merupakan subjek utama dalam proses
pembelajaran di sekolah. Keberhasilan pencapaian tujuan banyak tergantung
kepada kesiapan dan cara bekajar yang dilakukan oleh siswa. Cara belajar ini
dapat dilakukan dalam bentuk kelompok ataupun individual (perorangan). Oleh
karena itu guru dalam menganjar harus memperhatikan kesiapan, tingkat
kematangan dan cara belajar siswa. Kesiapan dan kematangan ini akan
memudahkan pencapaian sebuah tujuan pembelajaran, sehingga dapat berjalan
secara efektif dan efisien sebagai hasil belajar siswa atau peserta belajar. Hasil
belajar ini ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku, yang meliputi
perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal itu seperti dikemukakan oleh
Whiterington (1959:165), belajar sebagai “a chang in personality, manivestating
its self as a new pattern of responses wich may be a skill, an attitude, a habit, an
abilitum or an understanding”. Menurut Whiterington, belajar adalah suatu
perubahan bagi seseorang yang karena sebuah pembelajaran. Perubahan ini
berkenaan dengan kepribadian yang dimanifestasikan ke dalam betuk perubahan
penguasaan-penguasaan pola respon atau perilaku baru yang nyata, seperti
perubahan dalam ketrampilan, sikap, kebiasaan, kesanggupan, atau, pemahaman,
yang dimilikinya.
Sejalan dengan pendapat ini, Surya mengatakan, bahwa
Belajar adalah sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku, dengan
ciri-ciri bahwa perubahan tersebut didasari oleh individu, bersifat kontinu bukan

6
temporer, dan bukan kematangan, pertumbuhan, atau perkembangan, bertujuan
dan terarah. Surya (1985:27)
Dari kedua pendapat di atas, dapat dimaknai bahwa hakikat belajar dan
pembelajaran adalah merupakan suatu proses yang disengaja melalui berbagai
cara untuk mendapat suatu perbahan tingkah laku dari seseorang. Tingkat
perubahan tingkah laku hasil belajar ditandai dengan adanya ciri-ciri tertentu.
Ciri-ciri tertentulah yang membedakan kegiatan belajar dan yang lainnya yang
tidak termasuk dalam katagori belajar dan pembelajaran.
Pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa
sendiri, berbagai gagasan temannya, dan mendorong siswa memberikan
penjelasan tentang gagasan itu setelah ia melihat langsung benda-benda yang
dihadapinya(Tytler : 1996).

C. Metode Pembelajaran Latihan


Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan
terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan
tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang,
akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi
belajar yang realistis, ia akan berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi
belajar itu diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut respons yang berubah,
maka keterampilan akan lebih disempurnakan.
Ada keterampilan yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang
pendek dan ada yang membutuhkan waktu cukup lama. Perlu diperhatikan latihan
itu tidak diberikan begitu saja kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu
didahului dengan pengertian dasar.

Drill wajar digunakan untuk :


 Kecakapan motoris, misalnya : menggunakan alat-alat (musik, olahraga,
menari, pertukangan dan sebagainya).

7
 Kecakapan mental, misalnya: Menghafal, menjumlah, menggalikan, membagi
dan sebagainya.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka
diharapkan dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.
 Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui
apa yang harus dikerjakan.
 Lama latihan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
 Selingilah latihan agar tidak membosankan.
 Perhatikan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan
secara kiasikal sedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan
pula.

Kelebihan dan kelemahan :


Kelebihan :
o Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang.
o Siswa siap menggunakan keterampilannya karena sudah dibiasakan.
Kelemahan :
o Siswa cenderung belajar secara mekanis.
o Dapat rnenyebabkan kebosanan.
o Mematikan kreasi siswa.
o Menimbulkan verbalisme (tahu kata-kata tetapi tak tahu arti).

8
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan di Kelas IV SDN
Cintaasih I yang dimulai dari tanggal 01 Juli 2010 sampai dengan 20
September 2010 adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1
Jadwal Penelitian Tindakan Kelas VI di SDN Cintaasih I
Waktu
No. Kegiatan Keterangan kegiatan
Pelaksanaan
Penyerahan
1 06 Juli 2010 -
Proposal
Penguasaan siswa terhadap materi
2 13 Juli 2010 Siklus I satuan waktu,panjang dan berat
melaui metode diskusi dan latihan.
Penguasaan siswa terhadap materi
3 20 Juli 2010 Siklus II satuan waktu,panjang dan berat
melaui metode diskusi dan latihan.
Penguasaan siswa terhadap materi
4 27 Juli 2010 Siklus III satuan waktu,panjang dan berat
melaui metode diskusi dan latihan.
02 Agustus 2010 Penyusunan Laporan setelah
Penyusunan
5 & mendapat hasil dari setiap Siklus
Laporan
16 Agustus 2010 yang telah dilaksanakan.
04 Agustus 2010 Pelaksanaan Ujian Seminar dalam
6 & Seminar mempertanggungjawabkan laporan
23 Agustus 2010 bersama pembimbing.
Penyempurnaan Revisi Laporan hasil Ujian
7 09 Agustus 2010
Laporan Seminar.
Penyerahan -
8 12 Agustus 2010
Laporan
Penulisan makalah sebagai bentuk
Penulisan
9 07 Juli 2010 laporan yang mencakup semua
Makalah
hasil Penelitian Tindakan Kelas.
Penyerahan -
10 20 September 2010
Makalah

9
2. Tempat Penelitian
Penelitihan ini dilaksanakan di SDN Cintaasih I, Kecamatan Pangkalan
Kab. Karawang.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Sebagai populasi yang digunakan untuk penelitian adalah SDN Cintaasih
I, Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang.
2. Sampel
Sampel dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas VI di SDN
Cintaasih I Kecamatan Pangkalan.

C. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Merencanakan perbaikan
2. Melaksanakan perbaikan-perbaikan
3. Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan perbaikan pembelajaran
4. Berdiskusi dan bertukar pendapat dengan teman sejawat.

Untuk membantu pelaksanaan penelitian tindakan kelas, peneliti dibantu


oleh teman sejawat yaitu ibu Rohaeti,S.Pd. Setelah peneliti membuat rencana
tindakan, kemudian rencana tindakan tersebut dituangkan dalam rencana
perbaikan pembelajaran. Untuk selanjutnya melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan rencana perbaikan pembelajaran.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran
Bahasa Indonesia yang ditempuh adalah sebagai berikut :

Siklus I ( Satu )
Materi Pokok : Mengisi Formulir

10
Masalah yang teridentifikasi :
 Kurangnya minat dan perhatian siswa terhadap materi pembelajaran yang
disampaikan.
 Siswa sulit memahami materi pembelajaran yang disampaikan.
 Rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Fokus Penelitian :
 Meningkatkan Jumlah siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru
terhadap materi pembelajaran.

Langkah –langkah Pembelajaran :


Pra Kegiatan
a. Guru menyiapkan media pembelajara
b. Menyiapkan LKS
c. Menyiapkan alat observasi

Skenario Pembelajaran ,sebagai berikut :


1. Kegiatan Awal (5 menit)
a. Mengkondisikan kelas.
b. Penjelasan mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan,
dilanjutkan tanya jawab sebagai bahan apersepsi.
2. Kegiatan Inti (20 menit)
a. Siswa mengamati contoh formulir yang telah diisi.
b. Siswa mengidentifikasi ciri-ciri bahasa dari formulir pendaftaran.
c. Siswa melakukan latihan mengisi formulir sesuai dengan aturan
penulisannya.
d. Laporan hasil kerja siswa.
e. Tanya jawab dan pengumpulan hasil kerja siswa.
f. Menyimpulkan cara mengisi formulir dengan benar.

3. Kegiatan Akhir (10 menit)


a. Refleksi.
b. Pemajangan hasil kerja siswa.

11
Berdasarkan perolehan nilai hasil tes (data terlampir) tindakan perbaikan
pada siklus I belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Setelah berdiskusi
dengan teman sejawat, diperoleh rumusan bahwa masih terdapat beberapa
masalah yang belum dilaksanakan pada siklus ke-1 dan perlu diperbaiki pada
siklus selanjutnya.

Siklus II (Dua)
Materi Pokok : Mengisi formulir daftar riwayat hidup
Masalah yang teridentifikasi :
 Siswa sulit memahami pembelajaran yang sudah disampaikan.
 Rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam proses pebelajaran.
Fokus Penelitian :
 Meningkatkan aktifitas siswa dalam mengisi formulir.

Langkah –langkah Pembelajaran :


Pra Kegiatan
a.Guru menyiapkan media pembelajaran
b. Menyiapkan LKS
c. Menyiapkan alat observasi

Skenario Pembelajaran:
1. Kegiatan Awal (5 menit)
a. Mengkondisikan kelas
b. Penjelasan mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan,
dilanjutkan tanya jawab sebagai bahan apersepsi

2. Kegiatan Inti (20 menit)


a. Siswa mengamati contoh formulir yang telah diisi.
b. Siswa mengidentifikasi ciri-ciri dari formulir kartu anggota.
c. Siswa melakukan latihan mengisi formulir sesuai dengan aturan
penulisannya.
d. Laporan hasil kerja siswa.
e. Tanya jawab dan pengumpulan hasil kerja siswa.

12
f. Menyimpulkan cara mengisi formulir dengan benar.

3. Kegiatan Akhir (10 menit)


a. Refleksi.
b. Pemajangan hasil kerja siswa.
c. Pemberian tugas (PR) untuk mengisi formulir yang ada pada kartu
pos.

Siklus III ( Tiga )


Materi Pokok : Mengisi formulir berdasarkan ilustrasi yang disajikan.
Masalah yang teridentifikasi :
 Siswa sulit memahami pembelajaran yang sudah disampaikan.
 Rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Fokus Penelitian :
 Meningkatkan aktifitas siswa dalam berlatih mengisi formulir.

Langkah –langkah Pembelajaran :


1. Kegiatan Awal (5 menit)
a. Mengkondisikan kelas
b. Penjelasan mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan,
dilanjutkan tanya jawab sebagai bahan apersepsi
2. Kegiatan Inti (20 menit)
a. Siswa mengamati contoh ilustrasi / data yang akan ditulis dalam
sebuah formulir.
b. Siswa mengidentifikasi ciri-ciri dari formulir yang sudah diisi
berdasarkan ilustrasi/data tersebut.
c. Siswa melakukan latihan mengisi formulir sesuai dengan
ilustrasi/data dan aturan penulisannya.
d. Laporan hasil kerja siswa.
e. Tanya jawab dan pengumpulan hasil kerja siswa.
f. Menyimpulkan cara mengisi formulir dengan benar.
3. Kegiatan Akhir (10 menit)
a. Refleksi
b. Pemajangan hasil kerja siswa.

13
Berdasarkan perolehan nilai hasil tes (data terlampir) tindakan perbaikan
pada siklus III menunjukkan peningkatan yang memuaskan. Tingkat penguasan
meteri pembelajaran sebesar 84,22 %, sehingga peneliti dan teman sejawat
sepakat,bahwa materi pembelajaran dianggap tuntas.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut di atas
sebagaimana tertuang dalam rencana penelitian mata pelajaran Bahasa Indonesia
kelas VI Semester I. Rencana Perbaikan Pembelajaran (terlampir).

14
BAB IV
HASIL PENELITIHAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Persiklus
Berikut ini hasil pengamatan tentang minat dan perhatian siswa terhadap
materi pelajaran, siswa yang mau bertanya dan menjawab pertanyaan dan
keaktifan siswa pada proses pembelajaran secara individu maupun kelompok.
Serta daftar perolehan nilai dari mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI
dengan 3 siklus adalah sebagai berikut :
Berikut ini adalah tabel-tabel tentang nilai pada setiap siklus.

Tabel 4.1
Daftar Nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siklus I, II dan III

No. Nama Siswa Siklus I Siklus II Siklus III


1 Acep Alfarizi 50 55 65
2 Alis 90 90 100
3 Amir Hasan Farma 60 60 75
4 Ayu Lestari 60 65 90
5 Cece Holilurohman 60 65 80
6 Dalal Arfli 70 90 90
7 Dinah Muntahanah 50 70 90
8 Dian Is Permana 70 80 80
9 Deni Hamdani 50 60 80
10 Ega Sana Permana 90 95 100
11 Elis Nuryeti 60 65 80
12 Giarul Umam 50 70 80
13 Arif Hidayat Rahman S 80 80 90
14 Holifatul Akbar 90 100 100
15 Hana Pertiwi 90 95 95

15
16 Hamdani 90 90 100
17 Irfan Yudiarsa 90 95 95
18 Ikah 50 60 65
19 Jajang Abdul Rohman 80 80 95
20 Lina Nurapriliani 60 70 70
21 Lindi Widiana 50 65 80
22 Mirna Agustiani 50 60 70
23 Muhamad Dewa Rizki 70 75 85
24 Mulyana 70 80 90
25 Muhamad Rafli Saeful F 40 55 55
26 Maharani 80 85 90
27 Nurazizah 60 70 90
28 Oki Hendrawan 40 50 65
29 Rustam 90 100 100
30 Siti Sopiah 40 50 65
31 Siti Sa’adah Alki Mujahidah 80 95 95
32 Sri Kartika 70 80 90
Jumlah 2130 2400 2695
Rata-Rata 66.56 75.00 84.22

Tabel 4.1 menggambarkan tentang presentasi nilai setiap siklus yang


mengalami peningkatan cukup menggembirahkan. Tarap serap siswa setiap
siklusnya sebagai berikut:
Siklus I = 66 %
Siklus II = 75 %
Siklus III = 84,22%

Jika digambarkan pada grafik batang perolehan nilai dari mata pelajaran
Bahasa Indonesia tersebut akan tampak sebagai berikut :

16
Grafik 1
Rata-rata Nilai Siswa Siklus I, II dan III

B. Pembahasan Per Siklus

Berdasarkan hasil pengelolahan data dan hasil temuan dan refleksi selama
pelaksanaan pembelajaran terdapat kekurangan dalam strategi pembelajaran
diantaranya :
1. Dalam penyampaian materi pembelajaran kurang menarik dan tidak
sistematika sehingga sebagian siswa kurang berminat dan sulit memahami
materi yang disampaikan.
2. Penggunaan alat peraga kurang maksimal.
3. Sebagian siswa kurang aktif dalam pembelajaran, karena kurang dilibatkan.
4. Keluasan dan kedalaman materi seharusnya disesuaikan dengan
perkembangan kemampuan anak.
5. Dalam metode dan pendekatan kurang sesuai dengan sebagian siswa.
Kekurangan dalam menyusun strategi pembelajaran tersebut di atas, sudah
sangat disadari sendiri oleh peneliti pada waktu merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran. Sehingga setelah diadakan diskusi dan refleksi dengan teman

17
sejawat, maka dicari jalan pemecahannya dan bagaimana tindakannya.
Selanjutnya tindakan yang akan dilaksanakan dituangkan dalam rencana
perbaikan pembelajaran.
Peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran dalam mata pelajaran yaitu
Bahasa Indonesia kelas VI masing-masing dilaksanakan 3 siklus, sesuai dengan
rencana perbaikan pembelajaran yang penulis susun. Pembelajaran yang
dilaksanakan sudah menunjukkan kemajuan, meskipun belum maksimal
sebagaimana peneliti harapkan dalam tujuan penelitian. Hal ini dibuktikan pada
pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat sebagaimana tercantum pada
pengelolahan data dan temuan. Data itu menunjukkan perkembangan suasana
pembelajaran sudah kearah yang lebih kondusif .
Dengan terciptanya susana pembelajaran yang semakin kondusif,
membawa dampak positif terhadap hasil pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran yang disampaikan. Hal ini terbukti dari hasil perolehan nilai seperti
tampak pada tabel 4.1 dan diagram grafik perolehan nilai. Nilai rata-rata mata
pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
Nilai rata-rata siklus I = 66
Nilai rata-rata siklus II = 75
Nilai rata-rata siklus III = 84,2

Perbaikan yang terjadi dalam pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap


siklus setelah diadakan perbaikan dalam strategi pembelajaran antara lain dengan :
1. Memperbaiki cara penyampaian materi dan yang tidak sistematis ke cara
yang lebih sistematis, sehingga tidak membuat siswa merasa jemu memahami
materi.
2. Minat dan perhatian siswa lebih terangsang bila penggunaan alat peraga yang
sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dengan menggunakan alat
peraga akan membantu memperjelas pemahaman indikator dan tujuan
pembelajaran, sehingga siswa tidak verbalisme.
3. Menciptakan pembelajaran yang aktif sehingga membuat suasana belajar lebih
kondusif dengan memberikan latihan yang menarik minat belajar siswa.

18
4. Dalam memilih keluasan dan kedalaman materi disesuaikan dengan
perkembangan dan kemampuan siswa.

Dengan mengubah strategi dan metode pembelajaran yang dilaksanakan


dalam perbaikan pembelajaran pada setiap siklusnya telah membawa perubahan
terhadap penguasaan materi pembelajaran. Hal ini terlihat pada siklus kedua, dari
kedua mata pelajaran tersebut.
Hal ini membuat peneliti merasa bangga dan gembira ,meskipun belum
cukup memuaskan, namun sudah nampak perubahan dari hasil perbaikan
pembelajaran. Jika direncanakan dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh sesuai dengan perbaikan pembelajara yang direncanakan.

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah peneliti merencanakan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran
di kelas VI SDN Cintaasih I Kecamatan Pangkalan terhadap mata pelajaran
Bahasa Indonesia, maka peneliti dapat menarik kesimpulan:
1. Minat dan perhatian siswa dalam belajar meningkat setelah diberi
motivasi. Motivasi dapat dilaksanakan melalui pertanyaan, saran, arahan,
pujian, teguran, atau melalui hukuman yang mendidik.
2. Keaktifan siswa dapat ditingkatkan melalui metode pembelajaran latihan.
3. Dengan terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif semua siswa
akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran berlangsung, baik secara
individu atau kelompok sehingga pada akhirnya siswa akan menguasai
tujuan pembelajaran secara optimal.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut beberapa hal yang perlu dilaksanakan
oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya meningkatkan
keaktifan siswa selama proses pembelajaran dalam kelas, yaitu:
1. Sebagai Fasilitator, guru dituntut menciptakan kegiatan pembelajara yang
memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Untuk
dapat melakukan perannya sebagai pengajar,guru harus :
a. Memiliki informsi yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran.
b. Mampu menyampaikan informasi dengan tepat.
c. Mampu mengarahkan kegiatan pembelajaran.
d. Mampu menilai keberhasilan pembelajaran.
e. Mampu membantu siswa mengatasi masalah yang dihadapinya
f. Mampu mengatur dan memonitor pelaksanaan pembelajaran

20
2. Sebagai manejer (pembelajaran), guru dituntut untuk menciptakan situasi kelas
yang kondusif bagi pembelajaran. Agar siswa termotivasi untuk terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran, guru hendaknya :
a. Menunjukkan sifat positif terhadap siswa.
b. Memberikan tugas bermakna dan menarik bagi siswa.
c. Menerapkan disiplin sehingga tercipta situasi pembelajaran yang efektif.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan
kelompok.
e. Memberi balikan positif terhadap hasil karya siswa.
f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh kebanggaan dari
hasil karyanya.

Disamping itu berdasarkan pengalaman melaksanakan perbaikan


pembelajaran melalui PTK, perlu diantaranya seorang guru untuk selalu bertukar
pikiran dan berbagi pengalaman dalam mengatasi berbagai masalah yang
ditemukan dalam tugas mengajar setiap hari. Oleh karena itu agar Kelompok
Kerja Guru (KKG) yang telah dibentuk ditiap gugus kerjanya perlu ditingkatkan
kegiatannya secara profesional dan optimal.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pendidikan Nasional,(2008) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kelas


VI, Jakarta : BNSP
Winataputra,Udin.S,dkk.(2007) Teori Belajar dan Pembelajaran,Jakarta :UT

Tim FKIP, (2008) Pemantapan Kemampuan Profesional, Jakarta :UT

Anggoro,M.Toha,dkk . (2007) Metode Penelitian , Jakarta :UT

Wardhani,I.G.A.K,dkk. (2007) Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : UT

Depdikbud, (1996) Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di SD . Jakarta

Rusyan,Drs.A Tabrani (1993), Penuntun Membuat Alat Peraga Sederhana,

Bandung : Bina Budhaya

22
LAMPIRAN-LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai