Anda di halaman 1dari 2

Nama : Icha Hermana Putri

Nim : 21612084
Manajemen Sore 1 – Semester7

Resume Kependudukan, Kemiskinan, dan Pembangunan Cina dan India

Cina dan India merupakan dua negara yang memiliki penduduk terbanyak didunia dab
pertumbuhan ekonominya tumbuh dengan sangat cepat, yang membuat kedua negara tersebut
memperkenalkan kebijakan satu anak yang sangat ketat, namun kebijakan kesuburan tersebut
kurang berdampak kepada dua negara tersebut.

 Kebijakan kependudukan Tiongkok

Tiongkok pada saat dipimpin oleh Mao Zedong yang mengambil sikap pronatalis, yaitu
percaya bahwa masyarakat komunis mampu mengatasi masalah kependudukan dan populasi
yang lebih besar mengartikan bahwa negara tersebut lebih kuat menurut Mao Zedong.
Namun kebijakan ini menjadi lebih moderat pada saat terjadinya bencana kelaparan pada
akhir tahun 1950an. Pemerintah Tiongkok mencari cara baru untuk untuk menurukan angka
kelahiran yang dilakukan secara kejam pada taun 1982 dan 1983 yaitu dengan mengadopsi
kebijakan satu anak per keluarga. Dengan mengharuskan perempuan mengajukan
permohonan kepada komite lingkungan untuk mendapatkan izin resmi hamil. Hal tersebut
juga ada dampak buruknya untuk Tiongkok, seperti perempuan kurang mendapatkan
perhatian medis, aborsi bahkan pembunuhan pada bayi perempuan.

Dampak penuh dari program pengendalian populasi di Tiongkok ini belum pasti, hanya
waktu yang dapat membuktikannya. ketika pemerintah Tiongkok secara mengejutkan
mengetahui bahwa jumlah penduduknya telah melampaui angka 1 miliar, pemerintah
Tiongkok memutuskan untuk meningkatkan penegakan hukumnya. norma satu anak di
daerah pedesaan dan perkotaan. Namun, oposisi populer kembali menyebabkan pemerintah
sedikit melonggarkan kontrol ketatnya dan lebih fokus pada peningkatan status perempuan
dan memberikan jaminan hari tua yang lebih besar.

Pengendalian populasi yang berhasil di Tiongkok memiliki resiko dan konsekuensi yang
tidak diinginkan namun ada juga ada manfaatnya. Meskipun pertumbuhan ekonomi yang
cepat dan pemaksaan dalam program keluarga berencana yang menjadi salah satu penyebab
turunnya tingkat kesuburan di Tiongkok.
 Kebjakan Kependudukan India
India merupakan negara pertama yang melaksanakan program keluarga berenana nasional
pada tahun 1949. Seoran perdana menteri Indira Gandhi yang mulai menerapkan
pengendalian populasi secara drastis pada tahun 1975-1977, beliau mensterilisasi masyarakat
secara paksa seehingga membuat reputasi keluarga pada negara Inda tersebut menjadi buruk.
Masyarakat menolak kebijakannya, beliau sempat dikeluarkan dari jabatannya pada tahun
1977, namun beliauu kembali berkuasa pada tahun 1980 dengan menerapkan kembali sistem
kebijakan pengendalian keliahiran secara paksa.
Seiring menurunnya kesuburan preferensi terhadap anak lakilaki dibandingkan anak
perempuan pun berkembang, khususnya di “Sabuk Hindi” di India utara. Hasilnya adalah
masalah “perempuan hilang” yang serupa dengan yang terjadi di Tiongkok. Bias laki-laki
yang lebih kuat sebenarnya ditemukan di negara-negara bagian yang lebih makmur di India,
dan peneliti Jean Drèze, Anne-Catherine Guio, dan Mamta Murthi menemukan bahwa
“kerugian perempuan dalam kelangsungan hidup anak jauh lebih rendah di kabupaten-
kabupaten dengan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi.
Kerala merupakan bagian negara pantai barat india yang menekankan pengetasan
kemiskinan dan pembangunan manusia, merupakan contoh penting. Pada pertengahan tahun
1990-an, tingkat kesuburan Kerala telah turun menjadi hanya 1,7 kelahiran per perempuan
dan tetap rendah, yang berarti penurunan populasi secara perlahan seiring berjalannya waktu
(tanpa adanya migrasi masuk). Oleh karena itu, tingkat kesuburan di Kerala sampai saat ini
lebih rendah dibandingkan dengan Tiongkok, namun tidak seperti Tiongkok, penurunan
drastis dalam kesuburan di Kerala dicapai tanpa paksaan, apalagi insentif ekonomi langsung
yang besar dari Tiongkok untuk menurunkan kesuburan.
Keberhasilan Kerala menunjukkan bahwa penurunan kesuburan mungkin tidak
bergantung pada pertumbuhan ekonomi yang cepat atau bahkan, jika tidak ada, pada
kebijakan pemerintah yang kejam, namun lebih pada pembangunan manusia di tingkat akar
rumput yang menekankan pada pemberdayaan perempuan, di mana masyarakat sipil
memainkan peran utama.

Anda mungkin juga menyukai