Anda di halaman 1dari 67

PENGEMBANGAN PROTOKOL INTERVENSI MASSAGE ABDOMEN

UNTUK MENURUNKAN KONSTIPASI PADA PASIEN


STROKE NON HEMORAGIK

ALMAYANTI MINNUR

NIRM: 17068

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

JAKARTA

2020
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggungjawab di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

Karya Tulis Ilmiah ini, Saya susun tanpa tindak plagiarisme sesuai aturan peraturan

yang berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Jika dikemudian hari Saya melakukan tindak plagiarism, Saya sepenuhnya akan

bertanggung jawab dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Akademi

Keperawatan PELNI Jakarta.

Jakarta, Agustus 2020

Pembuat Pernyataan

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Almayanti Minnur NIRM 17068 dengan judul

"Pengembangn Protokol Intervensi Massage Abdomen untuk Menurunkan

Kontipasi Pada Pasien Stroke Non Hemoragik" telah diperiksa dan disetujui untuk

diujikan.

Jakarta, Agustus 2020

Pembimbing I Pembimbing II

.
NIDN. 0328016003 Isnayati, NS ,Kep
NIDN. 0310116304

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Almayanti Minnur dengan judul “Pengembangn

Protokol Intervensi Massage Abdomen untuk Menurunkan Kontipasi Pada Pasien

Stroke Non Hemoragik" telah dipertahankan di depan dewan penguji pada Agustus

2020.

Penguji Utama

Buntar Handayani, SKp.


NIDN 0304056703

Penguji Il

Isnayati, NS M,Kep Tini Wartini,


NIDN. 0310116304 NIDN. 0328016003

Mengetahui,

Akademi Keperawatan PELNI

Direktur

Buntar Handayani, SKp.,M.Kep.


NIDN 0304056703

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “Pengembangan Protokol Intervensi Massage Abdomen

untuk Menurunkan Kontipasi Pada Pasien Stroke Non Hemoragik” Rangkaian

penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk mencapai gelar Ahlimadya Keperawatan di Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu/Saudara yang

penulis hormati yaitu:

1. Ahmad Samdani, SKM.MPH Ketua Yayasan Samudra Apta

2. Buntar Handayani, SKp.,M.Kep.,MM. Direktur Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta dan Penguji utama Akademi Keperawatan PELNI Jakarta

3. Tini Wartini, SPd.,S.Kep.,MKM Dosen Pembimbing I dan Dosen Penguji II

karya tulis ilmiah Akademi Keperawatan PELNI Jakarta

4. Isnayati, Ns M.Kep Dosen pembimbing II dan Dosen Penguji I Akademi

Keperawatan PELNI Jakarta

5. Kedua orang tua, saudara, keluarga, dan teman-teman yang telah memberikan

semangat, do’a dan dukungannya untuk menyelesaikan penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

v
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan,masukan dan saran diharapkan dari semua pihak. Semoga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu keperawatan.

Jakarta, Agustus 2020

Almayanti Minnur

vi
ABSTRAK

Stroke merupakan satu dari penyebab kematian di dunia, selain kematian, stroke
juga menimbulkan kecacatan neurologis dan beberapa komplikasi, salah satunya
konstipasi. Karena pada saat pasien mengalami penurunan aktivitas akan
menyebabkan penurunan fungsi otot abdomen, peristaltic usus yang memperlambat
pasase feses sehingga pasien mengalami konstipasi. Konstipasi adalah suatu gejala
sulit buang air besar yang ditandai dengan konsistensi feses keras, ukuran besar dan
penurunan frekuensi buang air besar. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan
untuk menurunkan kontipasi yaitu pemberian Massage Abdomen. Penulisan ini
bertujuan untuk mengembangkan standar operasional prosedur Massage Abdomen
terhadap penurunan konstipasi. Metode penulisan ini menggunakan literature
riview yaitu dengan 5 jurnal yang terkait dalam standar operasional prosedur
Massage Abdomen terhadap penurunan konstipasi. Hasil nya Massage Abdome
didapatkan Pengembangan Protokol Intervensi Massage Abdomen untuk
menurunkan Konstipasi . Kesimpulan dari literature riview ini Massage Abdomen
dapat menjadi intervensi mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat untuk
mencegah serta menurunkan konstipasi tanpa efek samping.

Kata kunci: Massage Abdomen , Konstipasi , Stroke Non Hemoragik

vii
ABSTRACT

Stroke is one of the causes of death in the world, besides death, stroke also causes
neurological disabilities and several complications, one of which is constipation.
Because when the patient has decreased activity it will cause a decrease in
abdominal muscle function, intestinal peristaltic which slows down the passage of
feces so that the patient experiences constipation. Constipation is a symptom of
difficult bowel movements characterized by the consistency of hard stools, large
size and decreased frequency of bowel movements. One of the interventions that
can be done to reduceis giving constipationAbdomen Massage. This writing aims
to develop a standard operating procedure for abdominal massage to reduce
constipation. This writing method uses a literature review with 5 journals related
to the standard operating procedure for Abdomen Massage to reduce constipation.
The results Abdome Massage obtainedDevelopment ofIntervention Protocol
Abdomen Massage to reduce constipation. The conclusion of this review literature
is that Abdomen Massage can be an independent intervention that can be done by
nurses to prevent and reduce constipation without side effects
Keywords:, Intervention Massage Abdomen , Constipation, Non hemorrhagic
stroke.

viii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME ............................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan ............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 8
B. Kerangka Konseptual ...................................................................... 26
BAB III METODELOGI ...................................................................................... 28
A. Metodelogi ...................................................................................... 28
B. Plan, Do, Study and Act (PDSA) .................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 30
A. Hasil ................................................................................................ 30
B. Pembahasan ..................................................................................... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 40
A. Kesimpulan ..................................................................................... 40
B. Saran ................................................................................................ 41

ix
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42
LAMPIRAN .......................................................................................................... 45

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Gerakan-gerakan Massage Abdomen

Tabel 2.2 Penilaian Constipasi Scoring System

Tabel 4.1 Hasil Penelusuran Literature Riview

Table 4.2 Pengembangan Protokol Intervensi Massage Abdomen

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Konsep

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Massage Abdomen

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gant Chart Rencana Keiatan Penelitian

Lampiran 2. SOP Intervensi Massage Abdomen

Lampiran 3. Pengembangan Protokol Intervensi Massage Abdomen

Lampiran 4. Hasil Uji Plagiat

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan satu dari beberapa penyakit penyebab kematian di

dunia utamanya Indonesia. Selain kematian stroke juga menimbulkan kecacatan

neurologis dan beberapa komplikasi. Stroke menjadi penyebab kematian ketiga

di dunia setelah penyakit jantung koroner dan kanker baik di negara maju

maupun negara berkembang.. menurut American Heart Association (Stroke

forum, 2015). Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu

pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen

Menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2013 dalam Riset Kesehatan

Dasar. Prevalensi Stroke adalah 43.1% pada kelompok umur ≥ 75 tahun,dan

orang yang memiliki gejala stroke sebesar 67,0%. Kelompok umur 15-24 tahun

dengan prevalensi 0,2%,usia 25-34 tahun sebanyak 0,6% usia 35-44 tahun

sebanyak 2.5% dan usia 45-55 tahun sebanyak 10,4% dan provinsi yang paling

banyak yaitu Sulawesi Selatan sebanyak 12.1% .

Menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2018 dalam Riset Kesehatan

Dasar. Prevalensi Stroke, pada kelompok umur 15-24 sebanyak 0.6%, 25-34

sebanyak 1.4%, usia 35-44 sebanayk 3.7%, usia 45-54 sebanyak 14,2%, pada

usia 55-64 sebanyak 32,4% dan kelompok usia 65-74 sebanyak 45,3% dan

wilayah tertinggi penderita Stroke adalah Kalimantan timur sebanyak 14,7%. ini

menandakan ada peningkatan yang cukup banyak penderita stroke selama

1
2

2013 sampai 2018 pada kelompok usia 15-24 meningkat sekitar 0,4%, kelompok

usia 25-34 meningkat 0,8%, kelompok usia 35-44 meningkat 1,2 dan kelompok

usia 45-55 meningkat 3,8% . Sedangkan prevalensi stroke di DKI Jakarta pada

tahun 2013 sebanyak 8,3& permil dan pada tahun 2018 sebanyak 10.9% ini

menunjukan ada peningkatan sekitar 2,6% angka kematian yang disebabkan oleh

penyakit stroke hingga sekarang ini masih tinggi

Selain kematian, pasien yang terkena serangan stroke akan mengalami

masalah kecacatan, seperti hemiparese, hemiplegia, paraparese, paraplegia,

disfagia dan afasia. ini tergantung bagian mana yang mengalami masalah.

Lemahnya bagian tubuh pasien menyebabkan pasien immobilisasi sehingga

dapat terjadi beberapa komplikasi seperti dekubitus, atrofi otot dan salah satu

komplikasi yang paling sering terjadi adalah konstipasi. Gangguan mobilisasi

yang berkepanjangan dapat mengakibatkan komplikasi pada pasien stroke salah

satunya adalah konstipasi. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mengalami

kelemahan anggota gerak baik sebagian maupun seluruhnya yang menyebabkan

pasien imobilisasi. Imobilisasi yang berkepanjangan berpotensi terjadi

komplikasi salah satunya adalah konstipasi konstipasi dapat menyebabkan

tekanan pada abdomen yang memicu pasien mengejan saat berdefekasi

Disfungsi saluran pencernaan adalah kasus yang sering ditemukan

setelah serangan stroke,disfungsi pencernaan seperti konstipasi didapatkan 60%

pasien pasca stroke (Rasyid Misbach 2015). Konstipasi adalah suatu keluhan

sulit untuk buang air besar secara rutin dan feses didalam usus besar kering

mengeras, sehingga sulit untuk keluar. (Wang, Andri, 2014). Menurut Baran &
3

Ates 2019 , 26% wanita berusia 65 tahun atau lebih dan 16% pria menganggap

dirinya sembelit. Prevalensi konstipasi meningkat seiring dengan pertambahan

usia yaknik mencapai 50%, angka ini mencapai 74% pada pasien yang berada di

nursing home dan 2/3 dari penderita konstipasi tersebut adalah wanita >60 tahun

( Okuyan, 2019).

Pasien stroke sering mengalami kelemahan anggota gerak, baik sebagian

tubuh ataupun seluruh tubuh yang menyebabkan pasien imobilisasi. Imobilisasi

yang berkepanjangan akan berakibat terjadinya komplikasi, yang salah satunya

yaitu konstipasi. Konstipasi bisa menyebabkan tekanan pada abdomen yang

mengakibatkan pasien mengejan pada saat buang air besar. Ketika pasien

mengejan yang kuat akan terjadi respon maneuver valsava yang bisa

meningkatkan tekanan intracranial. Peningkatan intrakranial terhadap pasien

stroke merupakan prognosis yang buruk.

Reflek defekasi ditimbulkan refleksi intrinsik yang diperantarai oleh

sistem saraf enterik setempat. Jika feses Rektum peregangan dinding rektum

menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus

untuk gelombang peristaltik di Dalam kolon desenden sigmoid dan rektum serta

mendorong feses ke arah anus sewaktu gelombang peristaltik mendekati anus

sfingter Ani internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal Dari pleksus mienterikus jika

sphincter Ani internus secara sadar secara volume berelaksasi dan kilat terjadi

pada waktu yang bersamaan akan terjadi defekasi (Dameria et al, 2015)

Penanganan konstipasi saat ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

terapi Farmakologis maupun non farmakologis. terapi farmakologis yang dapat


4

dilakukan adalah pemberian laksatif sedangkan terapi non farmakologis berupa

exercise, mobilisasi, pemberian, diet tinggi serat dan toileting regiment.Namun

seperti terapi farmakologi lainnya penggunaan terapi laksatif pada pasien

konstipasi juga memiliki efek samping. Penggunaan laksatif dalam jangka waktu

yang lama justru akan menyebabkan efek samping yang berbahaya termasuk

peningkatan konstipasi dan fecal impaction, serta dapat menjadi faktor resiko.

Untuk mencegah dan mengatasi masalah konstipasi adalah dengan

melakukan massage abdominal. Massage abdominal merupakan salah satu

management keperawatan untuk mengatasi konstipasi yang sudah dilakukan

sejak tahun 1870 dan pada perkembangannya, massage abdominal merupakan

intervensi yang efektif untuk mengatasi konstipasi tanpa menimbulkan efek

samping.

Penelitian terkait tentang pengaruh massage abdomen terhadap kejadian

konstipasi diantaranya Penelitian oleh McClurg et al (2014) tentang efektivitas

massage abdomen untuk disfungsi defekasi menunjuan bahwa massage

abdomen sebagai intervensi yang aman, non invasive, non farmakologis, dan

dapat di lakukan oleh perawat, kleuarga atau pasien sendiri. peneliitian Kim &

Bae (2013) pada penelitian ini peneliti melakukan massage abdomen

menggunakan aroma oils pada 20 pasien lansia yang mengalami stroke dengan

keluhan konstipasi, intervensi massage abdomen dilakukan 6 kali seminggu,

dalam kurung waktu 2 minggu, dalam penelitian ini penilaian dilakukan setiap

minggunya pada hari ke tujuh menggunakan constipation Assesment Scale dan

dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor CAS mengalami penurunan
5

setelah 6x pemberian massage abdomen jadi dapat disimpulkan bahwa massage

abdomen sanagat efektif dalam mengatasi konstipasi pada pasien stroke.

Penelitian lain tentang massage abdomen adalah

Ketika merawat klien yang mengalami gangguan mobilisasi aktual atau

potensial yang mengakibatkan klien konstipasi, maka perawat menyusun

intervensi yang langsung untuk mnegurangi konstipasi dan mempercepat

defekasi. Salah satu intervensi keperawatan tersebut adalah terapi Massage

Abdomen . Maka peran perawat yang sangat penting dalam upaya pencegahan

kontipasi pada pasien stroke serta mencegah stroke berulang yang dapat

berakibat pada kematian.

Berdasarkan uraian diatas melihat tingginya angka kejadian dan dampak

dari stroke kemudian didukung dari berbagai jurnal yang terkait Massage

Abdomen untuk mengurangi konstipasi pada pasien Stroke Non Hemoragik. Dan

selama melakukan praktik klinik keperawatan belum dilakukan terapi massage

abdomen oleh perawta di ruangan .Maka penulis tertarik untuk mengembangkan

protokol pemberian Massage Abdomen Untuk Menurunkan Konstipasi Pada

Pasien Stroke Non Hemoragik

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan Literature Riview “Pengembangan Protocol Intevensi Massage

Abdomen Untuk Menurunkan Konstipasi pada Pasien Stroke Non Hemoragik”


6

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengembangkan protocol pemberian Massage Abdomen untuk

Menurunkan Konstipasi pada Pasien Stroke Non Hemoragik

2. Tujuan Khusus

a. Mengembangkan protokol pemberian Massage Abdomen untuk

Menurunkan Konstipasi pada Pasien Stroke Non Hemoragik

b. Mendapatkan Gambaran protokol pemberian Massage Abdomen untuk

Menurunkan Konstipasi pada Pasien Stroke Non Hemoragik

c. Dapat menyusun SOP intervensi Massage Abdomen untuk

Menurunkan Konstipasi

d. Menghasilkan Protocol Pengembangan hasil iterature Riview

Intervensi Massage Abdomen untuk menurunkan Konstipasi

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pasien yang Mengalami Konstipasi

Protokol pemberian Massage Abdomen Untuk Menurunkan konstipasi pada

Pasien Stroke Non Hemoragik dapat diaplikasikan dalam bentuk Family

Centered Care (FCC)


7

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

a. Sebagai acuan atau panduan dalam memberikan massage abdomen untuk

menurunkan Konstipasi Pada Pasien stroke non Hemoragik saat

penyusunan Literature Riview .

b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan penelitian bidang

keperawatan tentang tindakan pengaruh Massage Abdomen untuk

Menurunkan Konstipasi pada masa yang akan datang dalam rangka

peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Protokol Intervensi Massage Abdomen untuk menurunkan konstipasi dapat

digunakan pada pasien stroke non hemoragik

4. Bagi Penulis

Hasil Literature Riview ini ini dapat memperoleh pengalaman dalam

mengaplikasikan hasil riset keperawatan khususnya protokol Massage

Abdomen untuk Menurunkan Konstipasi pada Pasien Stroke Non Hemoragik


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep keperawatan Medikal Bedah

a. Definisi Keperawatan Medical Bedah

Keperawatan Medikal Bedah merupakan pelayanan professional yang

didasarkan ilmu dan teknik keperawatan Medikal Bedah berbentuk

pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komperhensif ditujukan pada

orang dewasa dengan atau yang cenderung mengalami gangguan

fisiologi dengan atau tanpa gangguan struktur akibat trauma (Anggraini,

2015)

b. Keperawatan Medikal Bedah Mengandung Empat Hal

1) Pelayanan Profesional

Seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan

kepada pasien, selalu memandang pasien secara

holistic/menyeluruh baik bio-psiko-sosial-kultural-Spiritual. Dalam

setiap tindakan, perawat dituntut untuk memberikan asuhan

keperawatan secara professional sesuai dengan standarisasi profesi

keperawatan. Pelayanan ini diberikan oleh seorang perawat yang

berkompetensi dan telah menyelesaikan pendidikan profesi

keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi

8
9

2) Berdasarkan Ilmu Pengetahuan

Perawat dalam melaksanakan tugasnya sudah melalui jenjang

Pendidikan Formal yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Ilmu

pengetahuan terus berubah dari waktu ke waktu (dinamis), sehingga

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien berdasarkan

perkembangan ilmu pengetahuan terbaru.

3) Menggunakan Scientific Metode

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melaui tahap-tahap

dalam proses keperawatan berdasarkan pendekatan ilmiah. Dengan

menggunakan standarisasi asuhan keperawatan yang ada (NANDA,

NIC, NOC).

4) Berdasarkan Etika Keperawatan

Perawat dalam melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat

menerapkan asas etika keperawatan yang ada, meliputi asas

Autonomy (menghargai hak pasien/ kebebasan pasien),

Beneficience (menguntungkan bagi pasien), Veracity (kejujuran),

Justice (keadilan). Konsep Keperawatan Medikal Bedah

Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional

yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah

berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif

ditujukan pada orang dewasa dengan atau yang cenderung

mengalami gangguan fisiologi dengan atau tanpa gangguan struktur

akibat trauma.
10

2. Konsep Stroke Non Hemoragik

a. Definisi

Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai

darah ke bagian otak (Joyce M. Black 2014 )

Stroke Non Hemoragik yaitu kondisi kedaruratan ketika terjadi

deficit neurologis akibat dari penurunan tiba-tiba aliran darah ke otak

yang terlokasi (LeMone dkk, 2016).

b. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari satu kejadian yaitu trombosis

bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher embolisme

serebral bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari

bagian tubuh yang iskemia selain itu bisa disebabkan karena adanya

faktor resiko hipertensi diabetes melitus kolesterol tinggi obesitas

keturunan usia dan merokok penyebab dari stroke biasa terjadi karena

adanya Trombosis serebri trombosis ini terjadi pada pembuluh darah

Yang mengalami oksidasi sehingga menyebabkan iklimnya jaringan

otak dan dapat menimbulkan edema dan kongres di

sekitarnya. trombosis hal ini penurunan sintetis dan penurunan

tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebri. serebral dan

gejala neurologis Setelah Setelah trombosis. beberapa keadaan di

bawah ini dapat menyebabkan trombosis otak yaitu Aterosklerosis

aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta

berkurangnya kelenturan atau elastisitas. Arteri menyempit dan


11

mengakibatkan berkurangnya aliran darah oklusi mendadak pembuluh

darah karena terjadinya thrombosis

c. Patofisiologi

Kedidakefektifan perfusi jaringan yang disebabkan oleh thrombus

dan emboli akan menyebabkan iskemia pada jaringan yang dialiri oleh

darah, jika hal ini berlanjut terus-menerus makan jaringan tersebut

akan mengalami infark. Dan kemudian akan mengganggu system

persyarafan yang ada di tubuh seperti penurunan volunteer yang akan

menyebabkan hemiplegia atau hemiparesis sehingga tubuh akan

mengalami hambatan mobilitas fisik, deficit perawatan diri karena

tidak bisa menggerakan tubuh untuk merawat diri sendiri, pasien tidak

mampu untuk makan sehingga nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Deficit neurologis juga akan menyebabkan gangguan pencernaan

sehingga mengalami disfungsi kandung kemih dan saluran pencernaan

lalu akan mengalami gangguan eliminasi. Akibat dari imobilitas

kurangnya aktifitas fisik terutama pada pasien stroke dengan

kelemahan, dan pasien dengan bedrest dalam jangka waktu lama, hal

ini mempengaruhi kontraksi otot abdomen, sehingga kontraktilitas

usus berkurang, bahkan tidak ada, konstipasi dapat timbul akibat

adanya defek pengisian atau pengosongan rectum. Pengisian rectum

yang tidak sempurna terjadi bila peristaltic usus kolon tidak efektif

terutama pada pasien imobiliasi (Sri,2015)


12

d. Manifestasi Klinis
1) Defisit lapang penglihatan

2) Defisit Motorik

3) Defisit Sensori

4) Defisit Verbal

5) Defisit Kognitif

Manifestasi dari stroke bisa berupa kelemahan anggota gerak,baik

sebagian maupun seluruhnya yang menyebabkan pasien imobilisasi.

Imobilisasi yang berkepanjangan berpotensi terjadi konstipasi.

Konstipasi dapat menyababkan tekanan pada abdomen yang memicu

pasien mengejan saat bedefekasi.

Konstipasi merupakan penyakit primer atau sekunder.

disebabkan karena penggunaan obat-obatan tertentu, kebiasaan

hidup,atau penyakit konstipasi sering disebabkan karena rendahnya diet

makanan yang berserat, kurangnya asupan cairan, menurunnya

aktivitas fisik, atau karena penggunaan obat-obata. (wells et al.,2015)

pembatasan aktivitas (bedrest) yang disebabkan oleh penurunan

kondisi kesehatan, dimana hal ini akan menurunkan aktivitas fisik.

Penurunan aktivitas fisik reguler akibat bedrest dapat menurunkan

tonusitas otot yang diperlukan untuk mengeluarkan feces dari dalam

rectum, dimana hal ini akan menyebabkan penurunan fungsi otot

abdominal dan otot pelvis sehingga akan memperlama pasase feces

e. Komplikasi
13

Komplikasi menurut Amin.H (2015) meliputi edema serebri,

penurunan aliran darah serebral, dan luasnya area cedera.

1) Edema Serebri dapat mengakibatkan peningkatan tekanan

intracranial (TIK), herniasi, dan akhirnya menimbulkan kematian.

2) Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah

jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hipertensi atau

hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada

aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.

3) Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau

fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik.

Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya

menurunkan aliran darah serebral. Distrimia dapat mengakibatkan

curah jantung tidak konsistensi dan penghentian thrombus local.

Selain itu, distrimia dapat menyebabkan embolus serebral dan

harus diperbaiki.

f. Penatalaksanaan Medis

1) Terapi Farmakologi

a) Anti koagulasi : dapat diberikan pada stroke non hemoragik

selama 24jam sejak serangan gejala-gejala dan diberikan secara

intravena. Seperti natrium, warfarin (Coumadin), heparin,

antitrombosit (ASA), dipiridamol (persantine).

b) Anti platelet : untuk mengurangi plaketan platelet seperti

aspirin, asam tranexamat.


14

2) Terapi Non Farmakoterapi

a) Terapi Range Of Motion (ROM) atau Latihan Rentang Gerak

Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan

mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan

penghisapan lender yang sering, oksigenasi, kalau perlu

lakukan trakeostomi, membantu pernafasan dan mengontrol

tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha

memperbaiki hipotensi dan hipertensi

b) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan

secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan

dilakukan latihan-latihan gerak pasif maupun aktif.

g. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Pudiastuti (2013), pemeriksaan diagnostic yang sering

dilakukan pada pasien stroke antara lain

1) Angiografi serebral : membantu menentukan penyebab stroke

secara spesifik, seperti perdarahan, atau obstruksi arteri, adanya

titik oklusi atau ruptur.

2) CT Scan : memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan

adanya infark

3) Fungsi lumbal : menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya

ada thrombosis, emboli serebral, dan transient ischaemic attack

(TIA). Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah


15

menunjukan adanya hemoragik subarachnoid atau perdarahan

infark kranial.

4) MRI (Magnetic Resonance Imaging) : menunjukan daerah yang

mengalami infark, hemoragik, malformasi arteriovena (MAV).

5) Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena

(masalah system arteri karotis)

6) EEG (Elektroensefalografi) : mengidentifikasi masalah didasarkan

pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan darah lesi yang

spesifik

7) Sinar X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng

pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas

8) Pemeriksaan laboratorium :

a) Hematologi lengkap : dapat diperoleh data tentang kadar

hemoglobin, nilai hematocrit, jumlah eritrosit, leukosit, dan

trombosit serta makrofag sel darah. Karena polisitemia vara,

anemia sel sabit, dan trombositemia esensial adalah kelainan sel

darah yang dapat menyebabkan stroke.

b) Kadar glukosa darah : untuk mendeteksi hipoglikemi maupun

hiperglikemi

c) Elektrolit : ditunjukan untuk mendeteksi adanya gangguan

elektrolit baik untuk natrium, kalium, kalsium, fosfat maupun

magnesium.
16

d) Analisa gas darah : dilakukan untuk mendeteksi asidosis

metabolik. Hipoksia dan hiperkapnia juga menyebabkan

gangguan neurologis.

3. Konsep Massage Abdomen

a. Massage Abdomen

1) Definisi

Massage Abdomen adalah pijat yang dilakukan searah jarum jam pada

abdomen yang dapat meragsang peristaltic usus dan mengurangi waktu

transit kolon sehingga dapat meningkatkan frekuensi buang air besar,

massage abdomen efektif dilakukan sehari sekali selama 10-20 menit

(Ginting, 2015)

2) Manfaat

a) Merangsang peristaltic usus

b) Memperkuat otot-otot abdomen

c) Memberikan stimulus terhadap rectal dengan adanya somato-

autometik reflex dan adanya sensasi untuk defekasi

d) Meregangkan otot-otot perut

e) Meningkatkan tekanan intra abdominal

f) Menurunkan rasa ketidaknyamanan saat defekasi

3) Indikasi

Menurut (Fabian Fernandez, 2006) indikasi dan kontraindikasi masase

abdomen adalah :
17

a) Frekuensi gerakan usus rendah

b) Konstipasi akut dan kronis

c) Nyeri saat defekasi

4) Kontraindikasi

a) Sakit perut parah

b) Perdarahan usus

c) Benjolan

d) Abdominal edema

5) Prosedure Massage Abdomen


Menurut NHS Foundation Trust (2014)
a) Menghangatkan area perut dengan menerapkan teknik usapan

lembut searah jarum jam

b) Lakukan usapan lembut pada otot perut mulai dari atas ke bawah

tepat di bawah pusar (prosesus xyphoid menuju ke bawah pusar)

c) Lakukan usapan lembut dari luar ke dalam secara melintang

d) Begitu area perut telah dihangatkan, mulailah sapuan dari ujung

usus desenden dan lakukan sapuan ke bawah menuju ke usus

sigmoid

e) Setelah melakukan sapuan di seluruh usus desenden, lakukan

membelai dengan usapan lembut dari asenden hingga desenden

f) Ulangi gerakan sapuan pada usus tranversum

g) Setelah selesai melakukan sapuan pada usus tranversum, lakukan

usapan lembut pada usus desenden menuju ke usus sigmoid.


18

h) Melakukan usapan lembut usus tranversum (dari kanan ke kiri),

lalu lakukan usapan lembut hingga ke usus desenden

i) Menyelesaikan treatment dengan melakukan usapan lembut searah

jarum jam

Gambar 2.1 Gerakan Massage Abdomen

Sumber: NHS Foundation Trust 2014

Table 2.1 Gerakan-gerakan Massage Abdomen


1. Lakukan usapan lembut pada otot perut mulai dari bawah ke atas
(dari pusat ke prosesus xypideus)
19

2.. Pijat dari bagian atas kebawah secara melingkar


3. Usap abdomen secara melingkar
4. Memijat abdomen dari atas kebawah dengan tangan mengepal
diikuti dengan tangan yang lain
5. Memijat abdomen dari bawah ke atas dengan tangan mengepal
diikuti dengan tangan yang lain

6. Memijat abdomen dengan tangan mengepal diikuti dengan


tangan yg lain secara melingkar

7. Mengusap abdomen dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri

8. Menggetarkan abdomen diatas pusar

Sumber: NHS Foundation Trust 2014

6) Constipation Scoring System

Constipation scoring system merupakan system skoring terhadap

penderita konstipasi yang berdasarkan jawaban tentang gejala yang

dinyatakan dalam quisioner (Abe, 2014). Dikatakan konstipasi

apabilas scor CSS nya diatas 5 (Hanai, et al. 2016)

Skala penilaian sembelit atau CSS adalah digunakan untuk nilai

kejadian dan keparahan sembeit pasca pra dan post intervensi , skala

CSS terdiri dari 8 pertanyaan yang dinilai yaitu :

a) Frekuensi buang air besar

Tanyakan berapa kali buang air besar dalam seminggu, jika 1-2 kali

sehari skornya 0, 2 kali seminggu skornya 1. 1 kali dalam seminggu

skornya 2, dan tidak buang air besar dalam seminggu skornya 3.

b) Mengejan saat buang air besar


20

Tanyakan apakah pasien mengejan saat BAB, jika tidak pernah

skornya 0, jika jarang skornya 1, jika kadang-kadang skornya 2,

sering skornya 3, dan jika selalu saat mengejan skornya 4

c) Merasa tidak puas saat buang air besar

Tanyakan apakah merasa puas stelah buang air besar. jika tidak

pernah skornya 0, jika jarang skornya 1,jika kadang-kadang skornya

2, sering skornya 3, dan jika selalu saat mengejan skornya 4

d) Merasa sakit perut saat tidak bisa BAB

e) Tanyakan apakah pasien merasa sakit perut saat tiidak bisa BAB.

jika tidak pernah skornya 0, jika jarang skornya 1, jika kadang-

kadang skornya 2, sering skornya 3, dan jika selalu saat mengejan

skornya 4

f) Waktu yang digunakan saat buang air besar

g) Tanyakan berapa waktu saat buang air besar, jika kurang dari 5

menit skornya 0, jika 5-10 menit skornya 1, 10-20 menit skornya 2,

jika 20-3- menit skornya 3, dan jika lebih dari 30 menit skornya 4.

h) Bantuan yang digunakan saat ingin buang air besar

i) Tanyakan apakah pasien menggunakan bantuan saat BAB misalnya

menggunakan obat pengcahar atau laksatif. jika tidak pernah

skornya 0, enema skorya 1, dan jika menggunakan laksatif skornya

2.

j) Tidak berhasil buang air besar dalam 24jam


21

k) Tanyakan apakah tidak berhasil saat buang air besar dalam 24 jam.

Jika tidak ada skornya 0, 1-3 kali skornya 2, 3-6 kali skornya 2, jika

6-9 kali skornya 3, dan jika lebih dari 9 kali skornya 4.

l) Frekuensi defekasi

m) Tanyakan seberapa sering mengalami susah buang air besar. Jika

tidak pernah skornya 0, jika 1-5 hari skornya 1, 5-10 hari skornya

2, 10-20 hari skornya 3, jika lebih dari 30 hari skornya 4.

Table 2.2. constipasi scoring system (CSS)


No Tanda dan Gejala Skor

1. Frekuensi buang air besar


1-2 kali sehari 0
2 kali seminggu 1
1 kali seminggu 2
Tidak buang air besar dalam seminggu 3
Kurang dari sekali sebulan 4
2. Mengedan saat buang air besar
Tidak pernah 0
Jarang 1
Kadang-kadang 2
Sering 3
Selalu 4
3. Merasa tidak puas buang air besar
Tidak pernah 0
Jarang 1
Kadang-kadang 2
Sering 3
Selalu 4
4. Merasa sakit perut
Tidak pernah 0
Jarang 1
Kadang-kadang 2
Sering 3
Selalu 4

5. Waktu yang digunakan saat buang air besar


Kurang dari 5 menit 0
5-10 menit 1
10-20 menit 2
20-30 menit 3
Lebih dari 30 menit 4
22

No Tanda dan Gejala Skor

6. Bantuan yang digunakan saat buang air besar


Tidak ada 0
Enema 1
Laksatif 2
7. Tidak berhasil buang air besar dlam 24 jam
Tidak ada 0
1-3 kali 1
3-6 kali 2
6-9 kali 3
Lebih dari 9 kali 4
8. Berapa sering mengalami susah buang air besar
Tidak pernah
1-5 hari 0
5-10 1
10-20 2
Lebih dari 20 hari 3
4
Jumlah

sumber : Agachan Et Al (2002)

7) Mekanisme Massage Abdomen Menurunkan Konstipasi

Tekanan langsung pada dinding abdomen secara bergantian sesi

tekan lepas pada traktus gastrointestinal, distorsi ukuran lumen dan

mengaktivasi reseptor peregang yang dapat memperkuat Reflex

Gastrokolik dan memicu kontraksi intestinal dan rektal

Abdominal Massage dapat mendorong feses dengan meningkatkan

tekanan intra abdominal. Pada kasus neurologi, pijat dapat

memproduksi gelombang rectum yang menstimulasi reflex Somato-

Autonomik dan memberikan sensai pada usus besar. Pijat perut juga

dapat menstimulasi Gerakan peristaltic,menurunkan waktu transit

kolon, meningkatkan frekuensi buang air besar pada pasien konstipasi,

dan menurunkan perasaan tidak nyaman saat buang air besar.


23

Tekanan secara langsung pada dinding abdomen secara berurutan

dan kemudian diselingi dengan waktu relaksasi dengan cepat dapat

meningkatkan Reflek Gastrokolik dan meningkatkan kontraksi dari

intestinal dan rectum (Sinclair, 2010).

Menurut (Lamas, 2009) .Massage abdominal dapat menurunkan

konstipasi melalui beberapa mekanisme yang berbedabeda antara lain:

a) Menstimulasi sistem persyarafan parasimpatis sehingga dapat

menurunkan tegangan pada otot abdomen

b) Meningkatkan motilitas pada sistem pencernaan

c) Meningkatkan sekresi pada sistem intestinal serta memberikan

efek pada relaksasi sfingter

d) Merangsang peristaltik usus

e) Memperkuat otot-otot abdomen

tekanan langsung pada dinding abdomen secara bergantian sesi

tekan lepas pada traktus gastrointestinal, distorsi ukuran lumen

dan mengaktivasi reseptor peregang yang dapat memperkuat

reflex gastrokolik dan memicu kontraksi intestinal dan rektal

b. Konstipasi

1) Definisi Konstipasi

Konstipasi biasa disebut sembelit atau susag buabg air besar yang

ditandai oleh perubahan konsistensi feses menjadi keras,ukuran


24

besar, penurunan fkekuensi atau kesulitan defekasi ( Isnaini dkk.

2017)

2) Patofisiologi

Ada 3 fungsi utama fungsi usus besar yaitu transportasi mukosa

(sekresi mukosa yanh memfasilitasi Gerakan usus, aktifitas

myoelektrik (pencampuran massa rectum dan tindakan pendorong),

dan proses saat buang air besar. Dorongan untuk buang air besar

secara normal dirangsang oleh distensi rectum, yang memulai

serangkaian empat tindakan. Intervensi denagn salah satu proses

ini akan menyebabkan komstipasi. Jika dorongan untuk buang air

besar di abaikan , lender rektal membrane dan otot otot menjadi

tidak peka terhadap kehadiran tinja untuk menghasilkan iritibilitas

usus besar, yang paa tahap ini sering dirasakan tegang, sehinga

menimbulkan kilok midabdominal ata nyeri perut bawah(Smeltzer

& Bare 2012). Setelah beberpa waktu proses ni membuat usus besar

kehilangan irama otot dan menjadi tidak responsive terhadap

rangsangan normal. Atoni atau tonus otot menurun yang terjadi

seiring dengan penuaan. Hal ini juga meyebabkan konstipasi karena

tinja disimpan untuk waktu yang lebih lama

3) Etiologi

Pada pasien stroke yang mengalami imobilisasi konstipasi dapat

terjadi karena pada saatn pasien mengalami penurunan fungsi otot

abdominal, penurunan peristaltic usus yang dapat memperlama


25

pasase feses sehingga pasien mengalami penurunan frekuensi

defekasi atau BAB ,feses keras dan sulit dikeluarkan dan psien

mengeluh nyeri saat BAB (Ncol & Robertson 2014)

4) Manifestasi klinis

Manifestasi klinis konstpasi meliputi distensi abdomen,

borborygmus (gemericik atau suara gemuruh yang disebabkan oleh

lewatnya gas melalui usus), rasa sakit karena nyeri tekan, nafsu

makan menurun, sakit kepala, kelelahan,gangguan pencernaan,

sensai pengosongann yang tidak tuntas, sulitnya tinja keluar,

volume kecil,keras, dan tinja kering (Smeltzer & Bare 2012)

5) Penatalaksanaan

a) Farmakologi

Obat obatan pencahar , 4 golongan obat pencahar yaitu:

Memperbesar dan melunakan feses. Melunakan dan melicinkan

feses..Golongan osmotic yang tidak diserap sehingga cukup

aman untuk digunakan.,Merangsang peristaltic sehingga

meningkatkan motolitas usus besar

1) Non farmakologis

Latihan usus besar. Latihan usus besar adalah suatu bentuk

latihan perilaku yang disarankan pada penderita konstipasi yang

tidak jelas penyebabnya.Diet Olahraga serta Terapi pijat perut

atau massage abdomen


26

B. Kerangka Konseptual

Bagan 2.1. Kerangka Konseptual

Stroke Non Hemoragik a. menstimulasi sistem


persyarafan
parasimpatis sehingga
dapat menurunkan
tegangan pada otot
abdomen
b. meningkatkan motilitas
Dampak pada sistem pencernaan
Iimobilisasi c. meningkatkan sekresi
pada sistem intestinal
serta memberikan efek
pada relaksasi sfingter
d. merangsang peristaltik
usus
e. memperkuat otot-otot
27

Konstipasi

Study literature terkait


protocol pemberian
massage abdomen

Protocol Intervensi
Massage Abdomen
untuk menurunkan
konstipasi
BAB III

METODELOGI

A. Metodelogi

Metodologi yang digunakan dalam pengembangan protocol pemberian

massage abdomen dalam mengurangi konstipasi pada pasien stroke ini adalah

literature review. Literature review pada penulisan ini digunakan untuk

mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat dalam menangani konstipasi

pada pasien stroke.

Literature riview adalah pengumpulan data dan informasi dengan cara

menggali pengetahuan atau ilmu dari sumber-sumber seperti buku, karya tulis,

diktat catatan kuliah, serta beberapa sumber lainnya yang ada hubungannya

dengan objek penelitian. Literature Riview adalah metode pengumpulan data

dengan cara mencari dan membaca sumber-sumber tertulis yang ada seperti

buku atau literature yang menjelaskan tentang landasan teori (Rusmawan,

2019).

B. Plan, Do, Study and Act (PDSA)


1. Plan

a. Pengkajian terkait penyebab konstipasi pada pasien stroke

b. Menentukan rencana asuhan keperawatan dengan masalah konstipasi

pada pasien stroke

c. Menentukan kriteria pasien yang dapat diberikan asuhan Keperawatan

pada pasien stroke dengan masalah konstipasi

28
29

2. Do

Penulis mengembangkan protokol berupa pemberian Massage Abdomen

pada pasien stroke dengan masalah konstipasi

3. Study

a. Penulis melakukan study literature terkait pemberian Massage

Abdomen dalam mengurangi konstipasi

b. Penulis menganalisis hasil pencarian literature review terkait pemberian

Massage Abdomen dalam mengurangi konstipasi

c. Penulis mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk rasionalisasi

asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah pada protokol

yang penulis kembangkan

4. Act

Protokol ini akan dijadikan sebagai panduan dalam memberikan Massage

Abdomen untuk mengurangi konstipasi, agar hasil yang didapatkan

menjadi jauh lebih efektif dan efisien.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

1. Hasil Penelusuran Literature Riview

Penelusuran Literatur Review Pengembangan Protokol Intervensi Massage

Abdomen untuk Menurunkan Konstipasi yang telah dilakukan dengan

menulusuri 5 jurnal yang terkait dengan intervensi

Tabel 4.1 Hasil Penulusuran Literature Riview intervensi Massage Abdomen

No Judul Peneliti Metode Intervensi Massage Hasil


Penelitian Penelitian Abdomen

1. Mengatasi Dameria Dilakukan 1. Menghangatkan Hasil penelitian


Konstipasi Br pada 17 subjek area perut dengan ini telah
Pasien Ginting, dengan jumlah menerapkan dibuktikan
Sroke Agung sampling 47 teknik usapan bahwa massage
dengan Waluyo,L orang pasien lebut dengan abdomen dapat
Massage estari stroke yang lotion selama 3 mengatasi
Abdomen Sukmarini mengalami kali masalah
dan Minum (2015) konstipasi, 2. Lakukan usapan konstipasi pada
Air Putih peneliti lembut pada otot pasien stroke
Hangat mebagi 3 ut mulai dari jika dilakukan
kelompok bawah ke atas ( secara rutin
yaitu dari pusar ke setiap hari.
kelompok prosesus Namun
kontrol yang xypoideus memerlukan
mendapatkan 3. Memijat dari intervensi
intervensi bagian atas ke tambahan agar
seperti bawah secara efek terhadap
menganjurkan melingkar waktu terjadinys
makan 4. Usap abdomen defekasi lebih
makanan secara melingkar cepat sehingga
mengandung 5. Memijat frekuensi
serat,memenu abdomen dari atas defekasi juga
hi kebutuhan kebawah dengan dapat
cairan. tangan mengepal bertambah.
Kelompok diikuti dengan
intervensi I tangan yang
dilakukan satu lainnya
kali dalam 6. Memijat
tujuh hari abdomen dari
mendapatkan bawah ke atas
terapi standar dengan tangn
seperti mengapal diikuti
kelompok dengan tanagn
kontrol yang lainnya
sebelum

30
31

No Judul Peneliti Metode Intervensi Massage Hasil


Penelitian Penelitian Abdomen

sarapan pagi 7. Memijat


responden abdomen dengan
diberikan tangan mengepal
Massage diikuti dengan
Adomen tangan lainnya
selama 15-20 secara melingkar
menit setelah 8. Mengusap
60 menit abdomen dari kiri
responden ke kanan
dipersilahkan 9. Mengusap
sarapan pagi. abdomen dari
Dan kelompok kanan ke kiri
intervensi II 10. Menggetarkan
diberikan abdomen diatas
massage pusar
abdomen
selama 15-20
menit
kemudian
respnden
diberi
tambahan
minum air
hangat
sebnayk 500
ml
2. Effects of Piotr Studi ini 1. memberikan air Hasil penelitian
abdominal Stępień, melibatkan minum hangat pada ini terbukti
massage on Dagmara sekelompok pagi hari sebanyak massage
constipatio Iwańska 18 pasien dari 500ml abdomen
n in Agnieszka rumah sakit 2. menuangkan lotion
palliative Wójcik stasioner di non alergenik ke
care (2017) Warsawa.. tangan
Subjek dibagi 3. Memijat dari bagian
secara acak atas ke bawah secara
menjadi dua melingkar
kelompok 4. Usap abdomen
kontrol , dan secara melingkar
kelompok 5. Memijat
intervensi. abdomendari atas
yang kebawah dengan
menjalani tangan mengepal
kinesitherapy diikuti dengan
dan pijat tangan yang lainnya,
lambung lakukakn juga dari
atas ke bawah
6. Memijat abdomen
dengan tangan
mengepal diikuti
dengan tangan
lainnya secara
melingkar
32

No Judul Peneliti Metode Intervensi Massage Hasil


Penelitian Penelitian Abdomen

7. Mengusap abdomen
dari kiri ke kanan
lakukan sebaliknya
8. Menggetarkan
abdomen diatas
pusar

3. Pengaruh Ferly Sample terdiri 1. mengusap area Dari penelitian


Pemberian Yacoline dari 38 pasien perut dengan ini
Massage Pailungan, yang sudah usapan lembut membuktikan
Abdomen Cahyono memenuhi untuk bahwa
Terhadap Kaelan, kriteria menghangatkan pemberian
Penurunan Rini inklusi, dan di perut Massage
Konstipasi Rachmawa dibagi 2. Memijat dari Abdomen yang
Pada ty. 2017 kedalam dua bagian atas ke dilakukan
Pasien kelompok bawah secara selama 3 hari
Stroke yaitu melingkar berturut-turut
Iskemik di kelompok 3. Usap abdomen dapat mengatsi
RSUP intervensi secara melingkar konstipasi
dr.Wahidin yang diberikan 4. Memijat abdomen dimana dapat
Sudirohuso massage dari atas kebawah menurunkan
do abdomen dann dengan tangan skor konstipasi
Makassar kelompok mengepal diikuti dan membantu
kontrol yang dengan tangan yang melancarkan
tidak di lainnya, lakukakn proses defekasi
berikan terapi juga dari atas ke pasien tanpa
Massage bawah pemberian
Abdomen , dan 5. Memijat abdomen laksatif dan
dilakukan dengan tangan tidak
setiap hari mengepal diikuti menimbulkan
selama 10-20 dengan tangan efek samping
menit dan lainnya secara
jangka waktu melingkar
3 hari.l 6. Mengusap
abdomen dari kiri
ke kanan lakukan
sebaliknya
7. Menggetarkan
abdomen diatas
pusar

4. Pengaruh Siwi Dilakukan 1. mengusap area Adanya


Massage Ikaristi pada 36 subjek perut dengan perbedaan skor
Abdomen Maria yang dibagi usapan lembut konstipasi pada
dalam Theresa, menjadi 2 untuk pasien
Upaya Fransisca kelompok menghangatkan kelompok
Pencegaha Anjar Rina yaitu perut kontrol dan
n Setyani, kelompok 2. Memijat dari intervensi ,yang
Konstipasi Arimbi kontrol dan bagian atas ke berarti bahwa
Pada Karunia kelompok bawah secara Massage
Pasien intervensi melingkar Abdomen
33

No Judul Peneliti Metode Intervensi Massage Hasil


Penelitian Penelitian Abdomen

Yang Estri, yang dimana 3. Usap abdomen berdampak


Menjalani 2014 masing- secara melingkar terhadap
Rawat Inap masing 4. Memijat pencegahan
di Rumah kelompok 18 abdomendari atas konstipasi
Sakit Panti subjek. kebawah dengan
Nugroho Instrument tangan mengepal
Yogyakarta penelitian diikuti dengan
berupa format tangan yang
pengkajian lainnya, lakukakn
defekasi, juga dari atas ke
format CAS bawah
(Constipation 5. Memijat abdomen
Assesment dengan tangan
Scale ) dan mengepal diikuti
format dengan tangan
pengkajian lainnya secara
factor-faktor melingkar
yang 6. Mengusap
mempengaruhi abdomen dari kiri
pola eliminasi ke kanan lakukan
defekasi sebaliknya
7. Menggetarkan
abdomen diatas
pusar
5. Perbanding Arimbi Pada 1. Menghangatkan Hasil penelitian
an Karunia penelitian ini area perut dengan ini
abdominal Estri, Sari mengidentifik menerapkan teknik menyimpulkan
massage Fatimah , asi perbedaan usapan lebut bahwa tidak
dengan Ayu kejadian dengan lotion perbedaan
teknik Prawesti konstipasi selama 3 kali kejadian
Swedish (2016) antara 2. Lakukan usapan konstipasi pada
massage kelompok lembut pada otot kelompok
dan teknik teknik perut mulai dari abdominal
efflurage Swedish bawah ke atas ( dari massage teknik
terhadap massage dan pusar ke prosesus Swedish
kejaduan teknk xypoideus maupun
konstipasi efflurage. 3. Memijat dari efflurage,
pada pasien Total bagian atas ke abdominal
yang responden 22 bawah secara massage dengan
terpasanag yang tebagi melingkar teknik eflurage
ventilasi menjadi 2 4. Memijat abdomen dan Swedish
mekanik di kelompok dari atas kebawah massage dapat
ICU teknik dengan tangan mencegah dan
abdominal mengepal diikuti mengatasi
massage di dengan tangan yang konstipasi
berikan 5. Memijat abdomen
sebanyak 2 dengan tangan
kali sehari mengepal diikuti
selama 3 hari. dengan tangan
lainnya secara
melingkar
34

No Judul Peneliti Metode Intervensi Massage Hasil


Penelitian Penelitian Abdomen

6. Mengusap
abdomen dari kiri
ke kanan
7. Menggetarkan
abdomen diatas
pusar

2. Pengembangan Protocol Intervensi Massage Abdomen Untuk

Menurunkan Konstipasi

Tabel 4.2 Pengembangan Protokol Intervensi Massage Abdomen


No Protocol Rasionalisasi

1 memberikan air minum hangat pada Merangsang peristaltic lambung (Ferly


pagi hari sebanyak 500ml Yacoline et al. 2017, Piotr Stępień, Dagmara
Iwańska Agnieszka Wójcik 2017)

2. Tuang sedikit lotion non alergenik ke Lotion merupakan lubrikan yang baik diguakan
tangan, untuk massage (Arimbi Karunia Estri et al
2016, , Siwi et al 2014, Piotr Stępień, Dagmara
Iwańska Agnieszka Wójcik 2017)

3. Menghangatkan area perut dengan Gerakan mengusap dapat merangsang


menerapkan teknik usapan lembut pelepasan endorphin untuk mengurangi rasa
searah jarum jam nyeri dan memberikan kenyamanan pada klien
((Ferly Yacoline et al. 2017, Dameria et al
2015, Siwi et al 2014)

4. Lakukan usapan lembut pada otot perut Menstimulasi gerkana peristaltic (Arimbi
mulai dari bawah ke atas ( dari pusat ke Karunia Estri et al 2016, Dameria et al 2015,
prosesus xypideus Siwi et al 2014)

5. Pijat dari bagian atas kebawah secara menurunkan waktu transit kolon (Siwi et al
melingkar 2014, Piotr Stępień, Dagmara Iwańska
Agnieszka Wójcik 2017)

6. Usap abdomen secara melingkar meningkatkan reflek gastrokolik dan


meningkatkan kontraksi dari intertinal dan
rectum (Arimbi Karunia Estri et al 2016, Piotr
Stępień, Dagmara Iwańska Agnieszka Wójcik
2017)
7. Memijat abdomen dari atas kebawah Mendorong feses dengan peningkatan tekanan
dengan tangan mengepal diikuti dengan intraabdominal ((Ferly Yacoline et al. 2017,
tangan yang lain Dameria et al 2015, Siwi et al 2014)

8. Memijat abdomen dari bawah ke atas Mendorong feses dengan peningkatan tekanan
dengan tangan mengepal diikuti dengan intraabdominal (Arimbi Karunia Estri et al
tangan yang lain 2016, Dameria et al 2015, Siwi et al 2014)
35

No Protocol Rasionalisasi

9. Memijat abdomen dengan tangan Mendorong feses dengan peningkatan tekanan


mengepal diikuti dengan tangan yg lain intra abdominal (Arimbi Karunia Estri et al
secara melingkar 2016, Dameria et al 2015, Siwi et al 2014)

10. Mengusap abdomen dari kiri ke kanan meningkatkan motilitas pada sistem
dan dari kanan ke kiri pencernaan (Dameria et al 2015, Siwi et al
2014, Piotr Stępień, Dagmara Iwańska
Agnieszka Wójcik 2017)

B. Pembahasan

Dari 5 jurnal yang telah dipilih yang melakukan penelitian tentang

efektifitas massage abdomen dalam mengatasi konstipasi. Hasil dari jurnal

penelitian Ginting et al (2015) Yang dilakukan pada 17 subjek dengan jumlah

sampling 47 orang pasien stroke yang mengalami konstipasi, peneliti membagi

3 kelompok yaitu kelompok kontrol yang mendapatkan intervensi seperti

menganjurkan makan makanan mengandung serat,memenuhi kebutuhan cairan.

Kelompok intervensi I dilakukan satu kali dalam tujuh hari mendapatkan terapi

standar seperti kelompok kontrol sebelum sarapan pagi responden diberikan

Massage Adomen selama 15-20 menit setelah 60 menit responden dipersilahkan

sarapan pagi. Dan kelompok intervensi II diberikan massage abdomen selama

15-20 menit kemudian responden diberi tambahan minum air hangat sebnayk

500 ml dengan hasil waktu terjadinya defekasi pada kelompok Massage

Abdomen disertai minum air hangat tidak jauh beda dengan waktu terjadinya

defekasi pada kelompok kontrol hal ini membuktikan bahwa massage abdomen

dapat mengatasi masalah konstipasi pada pasien stroke jika dilakukan secara

rutin setiap hari. Namun memerlukan intervensi tambahan agar efek terhadap

waktu terjadinys defekasi lebih cepat sehingga frekuensi defekasi juga dapat
36

bertambah. Penelitian yang dilakukan Nirva ( 2019 ) ini melibatkan satu sample

yang mengalami stroke non hemoragik dan dilakukan massage abdomen selama

10-20 menit dan minum air putih selama 6 hari dengan dan pasien sudah mampu

BAB pada hari ke 5 Hasil penelitian ini terbukti massage abdomen dan minum

air putih hangat dapat mencegah dan mengatasi konstipasi

Dalam penelitian Dadura Stepien Iwanska (2017) tentang massage abdomen

terhadap konstipasi yakni mengurangi sembelit pada berbagai penyakit .

penelitian ini melibatkan 11 pasien dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu

kelompok kontrol dan kelompok intervensi

Penelitian yang dilakukan Ferly yacoline et al (2017) yang menggunakan

Sample terdiri dari 38 pasien yang sudah memenuhi kriteria inklusi, dan di dibagi

kedalam dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang diberikan massage

abdomen dann kelompok kontrol yang tidak di berikan terapi Massage

Abdomen , dan dilakukan setiap hari selama 10-20 menit dan jangka waktu 3

hari. Hasil dari penelitian ini terdapat penurunan skor konstipasi pada kelompok

intervensi yang diberikan massage abdomen pada pre dan post intevensi hari ke-

3 adalah sebesar 7,26 dibandingkan dengan kelompok kontrol, reratanya -2,93.

Pada hari ketiga post pemberian massage abdomen rata-rata skor konstipasi pada

pasien Nampak mengalami penurunan yaitu rat-rata sebesar 1.6. Hal ini

membuktikan bahwa pemberian Massage Abdomen yang dilakukan selama 3

hari berturut-turut dapat mengatsi konstipasi dimana dapat menurunkan skor

konstipasi dan membantu melancarkan proses defekasi pasien tanpa pemberian

laksatif dan tidak menimbulkan efek samping.


37

Penelitian yang dilakukan Siwi Ikaristi et al (2014) Dilakukan pada 36

subjek yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok

intervensi yang dimana masing-masing kelompok 18 subjek.Instrument

penelitian berupa format pengkajian defekasi, format CAS (Constipation

Assesment Scale ) dan format pengkajian factor-faktor yang mempengaruhi pola

eliminasi defekasi. Dari hasil penelitian ini terdapat penurunan skor konstipasi

rata-rata skor konstipasi pada kelompok kontrol adalah 3,22, sedangkan pada

kelompok intervensi rata-rata skor 2.17. Adanya perbedaan skor konstipasi pada

pasien kelompok kontrol dan intervensi ,yang berarti bahwa Massage Abdomen

berdampak terhadap pencegahan konstipasi

Penelitian yang dilakukan oleh Arimbi et al (2016). Pada penelitian ini

mengidentifikasi perbedaan kejadian konstipasi antara kelompok teknik

Swedish massage dan teknk efflurage. Total responden 22 yang tebagi menjadi

2 kelompok teknik abdominal massage di berikan sebanyak 2 kali sehari selama

3 hari. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan

kejadian konstipasi pada kelompok abdominal massage teknik Swedish maupun

efflurage, abdominal massage dengan teknik eflurage dan Swedish massage

dapat mencegah dan mengatasi konstipasi

dari 5 jurnal yang telah disebutkan memiliki kesamaan yaitu intervensi

massage abdomen dapat menurukan skor konstipasi dan mempercepat proses

defekasi serta memberikan rasa nyaman. Namum memiliki perbedaan antara lain

pemberian intervesni tambahan yaitu memberikan minum air hangat sebelum

dan sesudah intervensi yang dapat memberikan efek yang signifikan ini
38

dibuktikan dengan penelitian Limas K et al (2009) tentang effects of Abdominal

Massage in Management of Contipation yang menyebutkan bahwa air putih

hangat juga terbukti efektif untuk mencegah konstipasi, reflex gastrokolik yang

mampu menstimulasi otot polos kolon sehingga meningkatkan motilitas kolon

dan mencegah terjadinya konstipasi. Menurut yasmara et al (2013 menunjukan

bahwa mengonsumsi air putih hangat pagi hari dapat megatasi konstipasi pada

pasien stroke. Mengonsumsi air putih yang hangat dalam jumlah cukup dapat

meyebabkan pencernaan bekerja dengna kapasitas yang maksimal. Air hangat

dapat bekerja dengan melembabkan feses dalam usus dan mendorongnya keluar

sehngga memudahkan untuk defekasi.efektivitas massage abdomen dapat

dipengaruhi oleh durasi pemberian intervesi , jangka waku intervensi dan

tekanan yang digunakan saat intervensi massage abdomen. Dalam penelitian

Sinclair (2010) The use of abdominal Massage to treat Cronic Constipation

.menyatakan bahwa teknik abdominal massage selama 15 menit terbukti efektif

dalam mengatasi gangguan gastrointestinal.

Penelitian oleh McClurg et al (2014) tentang efektivitas massage abdomen

untuk disfungsi defekasi menunjuan bahwa massage abdomen sebagai intervensi

yang aman, non invasive, non farmakologis, dan dapat di lakukan oleh perawat,

kleuarga atau pasien sendiri.

Penelitian oleh Sinclair et al (2011). Massage Abdomen dapat menurunkan

konstipasi melalui beberapa mekanisme yang berbeda-beda antra lain dengan

menstimulasi system persyarafan prasimpatis sehngga dapat menurunkan

tegangan pada otot abdomen, meningkatkan motilitas pada system pencernaan,


39

meningkatkan sekresi pada system intestinal serta memberikan efek pada

relaksasi sfingter. Menurut Liu et al,

Penelitian yang dilakukan Nirva ( 2019 ) ini melibatkan satu sample yang

mengalami stroke non hemoragik dan dilakukan massage abdomen selama 10-

20 menit dan minum air putih selama 6 hari dengan dan pasien sudah mampu

BAB pada hari ke 5 Hasil penelitian ini terbukti massage abdomen dan minum

air putih hangat dapat mencegah dan mengatasi konstipasi

Dari 5 jurnal dapat diperoleh hasil yang menunjukan bahwa tindakan

massage abdomen memberikan dampak baik pada penderita konstipasi, dan

penambanahn intervensi seperti minum air hangat juga dapat memaksimalkan

manfaat dari massage abdomen itu sendiri.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil protocol pemberian massage abdomen pada pasien

konstipasi yaitu Massage Abdomen dapat mentimulasi pristaltik menurunkan

transit kolon meningkatkan frekuensi buang air besa. Massage Abdomen

memiliki efektivitas yang signifikan terhadap penurunan masalah dan gejala

konstipasi yang dialami oleh penderita Stroke serta penurunan skor konstipasi

yang diukur berdasarkan CAS (constipation Assesment Scale ). Pemberian

intervensi tambahan seperti meminum air putih hangat juga dapat

memaksimalkan manfaat dari massage abdomen yaitu mencegah dan mengatasi

konstipasi.

a. Berdasarkan Literature Review yang dilakukan dari lima jurnal tersebut,

maka didapatkan pengembangan protokol pemberian Massage Abdomen

untuk Menurunkan Konstipasi pada Pasien Stroke Non Hemoragik

b. Berdasarkan Literature Riview di dapatkan gambaran protokol pemberian

Massage Abdomen untuk Menurunkan Konstipasi pada Pasien Stroke Non

Hemoragik

c. Tersusunya SOP intervensi Massage Abdomen untuk Menurunkan

Konstipasi

d. Berdasarkan hasil Literature Riview dapat Menghasilkan Protocol

Pengembangan Intervensi Massage Abdomen untuk menurunkan

Konstipasi
41

B. Saran
1. Bagi klien

Hasil pengembangan protocol ini dapat digunakan sebagai sumber

informasi salah satu intervensi keperawatan dalam mengatasi konstipasi

2. Penulis

Hasil pengembangan protocol ini dapat menambah wawasan dan

kemampuan berpikir mengenai penerapan Massage Abdomen yang dapat

mengatasi konstipasi

3. Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Pengembangan protocol ini dapat dilakukan sebagai acuan atau panduan

dalam memberikan Mssage Abdomen untuk menurunkan konstipasi ,

sebagai salah satu seumber infomasi bagi pelaksana penelitian bidang

keperawatan.

4. Tenaga Kesehatan

Hasil pengembangan protocol ini ini dapat digunakan sebagai sumber

informasi bagi tenaga medis dalam memberikan intervensi keperawatan

pada pasien yang mengalami konstipasi


42

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association (AHA). (2015). Heart disease and Stroke Statistics
Artikel Diakses pada 20 agustus 2020 .
http:/www.heart.org/idc/groups/ahamah
Amin, H, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction Publishing
Batticaca, Fransisca B. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Black. Joyce M dan Hawks, Jane Hokanson (2014), Keperawatan Medikal Bedah.
Ed:8, Jil:2. Jakarta : Salemba Medika
Dameria Br Ginting, Agung Waluyo, Lestari Sukmarini, 2015. Mengatasi
Konstipasi Pasien Stroke dengan Massage abdomen dan Minum Air Hangat.
Jakarta : jurnal Keperawatan Indonesia. Vol 18, No,1:23-40
file:///C:/Users/HP/Music/jurnal%20Kti/jurnal%20defekasi.pdf

Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L 2015. Pharmacotherapy Handbook


Ninth Edition, The McGraw Hill, Inc, United States

Dyah Kartika Amelia, Wiratjatmadi Bambang 2016. Hubungan Aktivitas Fisik


dengan Kejadian Konstipasi pada Lansia. Madiun : Departemen Gizi
Kesehatan Universitas Airlangga . Voll 11, No 1, Hal,40-70
file:///C:/Users/HP/Music/jurnal%20kti/HUBUNGAN_AKTIVITAS_FISIK
DENGAN_KEJADIAN_KONSTIPAS.pdf
Emilia Dadura,. Piotr Stępień, Dagmara Iwańska Agnieszka Wójcik (2017). Efects
of abdominal massage on constipation in palliative care patients. Warsaw :
Katedra Fizjoterapii, Wydział Rehabilitacji AWF w Warszawie, Chair of
Rehabilitation, Faculty of Rehabilitation, University of Physical Education in
Warsaw. (4), 19 – 34, 2017

Kurnia Arimbi E, Sari Fatimah, Ayu prawesti, 2016, Perbandingan Abdominal


Mssage dengan Teknik Swedish dan teknik Efflurage Terhadap Kejadian
Konstipasi pada Pasien Terpasang Ventilasi Mekanisk di ICU. Yogyakarta:
Jurnal Keperawatn Indonesia. Vol 4
file:///c:/Users/HP/Music/Jurnal%20kti/jurnal%20kti%20new/285-565-1-
SM%20.pdf
Lemone, Predcilia et al. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:EGC
43

Lim, S. F., Ong, S.Y., Tan, Y.L. (2015) incidence and predictors of new-onset
constipation during acute jostiptal after stroke. Internasional journal of
clinical practice, 69, 422-428.
http://doi.org/101111/ijcp. 12528\
Kahraman , B.B., & Ozdemir, L (2015). The Impact of Abdominal Massage
administered to intubated and enteral fed patiens on the development of
ventilasi mekanik associated pneumonia: a randomized controlled study,
International Journal of Nursing Studies, 519-524
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS). Laporan
Nasional 2013. Di akses pada tanggal 20 Maret januari 2020 pukul 16.00
WIB. www.depkes.go.id
Kementrian Kesehatan RI (2018). Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS). Laporan
Nasional 2018. Di akses pada tanggal 24 Maret 2020 pukul 17.35
WIB. file:///C:/Users/USER/Downloads/hasil-riskesdas-2018%20(2).pdf

Kim, YG., & Bae, H.S. (2013). The Effect of Abdominal Massage with Aroma Oils
on Constipation in Elderly Stroke Patienst. Research Atricle vol
11.No.5,883-890
Muttaqin. Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien denan Gangguan
Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika
Guys St Thomas (2014). Abdominal Massage For Constipation. NHS foundation
Trust.
Smeltzer & Bare (2013). Buku Ajar Keparawatan Medikal Bedah.
Edisi 8, Volume 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A.W., dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit DalamFKUI.
Sinclair M. (2011). Abdominal Massage to Treat Cronic Constipation. J Bodyw
Mov Ther :15(4): 436-45
Valentina Maria S, Ulfah Rahmi, Afriyani Esi 2019. Gambaran Karakteristik
Pasien Stroke Mengalami Konstipasi Pasca Rawatan. Jurnal Keperawatan.
Padang. Vol 15, No 2, Hall (125-129)
file:///C:/Users/HP/Music/jurnal%20kti/295-908-1-PB.pdf
World Health Organization. (2014). Stroke, Cerebrovascular Accident.
Diakses pada tanggal 19 Januari 2020 pukul 20.00 WIB.
http://www.emro.who.int/health-topics/stroke-cerebrovascular
accident/index.html
44

Yacoline Ferly P, Cahyono Kaelan, Rini Rchmawaty. 2017. Pengaruh Pemberian


Massage Abdomen Terhadap Penurunan Konstipasi Pada Pasien Stroke
Iskemik di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jurnal
Keperawatan.Vol.1,No1:25-35 .
file:///C:/Users/HP/Music/jurnal%20kti/Pailunganetal2017.pdf
LAMPIRAN

Lampiran 1. Gant Chart Rencana Kegiatan Penelitian

JANUARI FERBUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER

No. KETERANGAN 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Menyusu proposal

2 Pengumpulan proposal

3 Ujian proposal

4 Revisi proposal

Mencari intervensi dan


5 mencari jural literature
review

Penyusunan hasil literature


6
review

Sidang hasil literature


7
review

8 Revisi hasil sidang


LAMPIRAN 2- SOP Intevensi Massage Abdomen

Definisi : Masase abdomen adalah pijatan yang dilakukan dibagian perut dan pijat
ini memiliki dua tujuan khusus, pertama pada perut yang membengkak atau
kembung perlu perawatan untuk membantu menghilangkan flatus dan yang kedua
yaitu orang yang sedang membutuhkan perawatan untuk merangsang keluarnya
tinja
Tujuan :
a. Merangsang peristaltic usus
b. Memperkuat otot-otot abdomen
c. Memberikan stimulus terhadap rectal dengan adanya somato-autometik reflex
dan adanya sensasi untuk defekasi
d. Meregangkan otot-otot perut
e. Meningkatkan tekanan intra abdominal
f. Menurunkan rasa ketidaknyamanan saat defekasi
Prinsip : Bersih
Kegiatan Tgl: Tgl: Keterangan

1 Ya Tidak
Persiapan Alat
1. Lotion atau baby oil
2. selimut
4. lembar observasi defekasi
3. Sarung tangan
Persiapan Perawat/lingkungan
1. Lepas jam tangan dan perhiasan
2. Berdiri di samping pasien
3. Pastikan lingkungan, cahaya cukup terang

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. lakukan pijatan secara bertahap, yaitu dimulai dari
sentuhan ringan lalu tambahkan tekanannya
2. teknik pijat perut diiringi dengan pengaturan napas
hingga perut terasa rileks
3. terapi pijat dilakukan sebelum klien makan
Tahap Kerja
Latihan Aktif Anggota Gerak Atas
1. berikan salam, memperkenalkan diri
2. jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan pada klien
3. bantu klien dengan posisi yang aman dan nyaman
4. siapkan alat
5. cuci tangan
6. pakai sarung tangan
7. beri tahu pasien bahwa tindakan segera dilakukan
8. Menghangatkan area perut dengan menerapkan
teknik usapan lebut dengan lotion selama 3 kali
9. Lakukan usapan lembut pada otot perut mulai dari
bawah ke atas ( dari pusar ke prosesus xypoideus
10. Memijat dari bagian atas ke bawah secara melingkar
11. Usap abdomen secara melingkar
12. Memijat abdomen dari atas kebawah dengan tangan
mengepal diikuti dengan tangan yang lainnya
13. Memijat abdomen dari bawah ke atas dengan tangn
mengapal diikuti dengan tanagn yang lainnya
14. Memijat abdomen dengan tangan mengepal diikuti
dengan tangan lainnya secara melingkar
15. Mengusap abdomen dari kiri ke kanan
16. Mengusap abdomen dari kanan ke kiri
17. Menggetarkan abdomen diatas pusar
18. Lakukan 2 kali dalam 1 hari

Hasil :
Dokumentasikan tindakan:
1. Respon klien selama tindakan (respon subyektif dan
obyektif)
2. Tanggal dan waktu pelaksaan tindakan
3. Nama dan paraf perawat
LAMPIRAN 3 – Pengembangan Protocol Intervensi Massage Abdomen

No Protocol Rasionalisasi

1 memberikan air minum hangat pada Merangsang peristaltic lambung (Ferly


pagi hari sebanyak 500ml Yacoline et al. 2017, Piotr Stępień, Dagmara
Iwańska Agnieszka Wójcik 2017)

2. Tuang sedikit lotion non alergenik ke Lotion merupakan lubrikan yang baik diguakan
tangan, untuk massage (Arimbi Karunia Estri et al
2016, , Siwi et al 2014, Piotr Stępień, Dagmara
Iwańska Agnieszka Wójcik 2017)

3. Menghangatkan area perut dengan Gerakan mengusap dapat merangsang


menerapkan teknik usapan lembut pelepasan endorphin untuk mengurangi rasa
searah jarum jam nyeri dan memberikan kenyamanan pada klien
((Ferly Yacoline et al. 2017, Dameria et al
2015, Siwi et al 2014)

4. Lakukan usapan lembut pada otot perut Menstimulasi gerkana peristaltic (Arimbi
mulai dari bawah ke atas ( dari pusat ke Karunia Estri et al 2016, Dameria et al 2015,
prosesus xypideus Siwi et al 2014)

5. Pijat dari bagian atas kebawah secara menurunkan waktu transit kolon (Siwi et al
melingkar 2014, Piotr Stępień, Dagmara Iwańska
Agnieszka Wójcik 2017)

6. Usap abdomen secara melingkar meningkatkan reflek gastrokolik dan


meningkatkan kontraksi dari intertinal dan
rectum (Arimbi Karunia Estri et al 2016, Piotr
Stępień, Dagmara Iwańska Agnieszka Wójcik
2017)

7. Memijat abdomen dari atas kebawah Mendorong feses dengan peningkatan tekanan
dengan tangan mengepal diikuti dengan intraabdominal ((Ferly Yacoline et al. 2017,
tangan yang lain Dameria et al 2015, Siwi et al 2014)

8. Memijat abdomen dari bawah ke atas Mendorong feses dengan peningkatan tekanan
dengan tangan mengepal diikuti dengan intraabdominal (Arimbi Karunia Estri et al
tangan yang lain 2016, Dameria et al 2015, Siwi et al 2014)

9. Memijat abdomen dengan tangan Mendorong feses dengan peningkatan tekanan


mengepal diikuti dengan tangan yg lain intra abdominal (Arimbi Karunia Estri et al
secara melingkar 2016, Dameria et al 2015, Siwi et al 2014)

10. Mengusap abdomen dari kiri ke kanan meningkatkan motilitas pada sistem
dan dari kanan ke kiri pencernaan (Dameria et al 2015, Siwi et al
2014, Piotr Stępień, Dagmara Iwańska
Agnieszka Wójcik 2017)
LAMPIRAN 4 – Hasil Uji Plagiat

Plagiarism Checker X OriginalityReport


Similarity Found: 28%

Date: Wednesday, July 01, 2020


Statistics: 1567 words Plagiarized / 5614 Total words
Remarks:MediumPlagiarismDetected-YourDocumentneedsSelectiveImprovement.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan satu dari beberapa penyakit
penyebab kematian di dunia utamanya Indonesia. Selain kematian stroke juga
menimbulkan kecacatan neurologis dan beberapa komplikasi. Menurut WHO (2010) setiap
tahunnya diseluruh dunia terdapat 15 juta orang yang menderita stroke, sekitar 6 juta orang
mengalami kematian dan 6 juta orang lagi mengalami kecacatan permanen. Diprediksikan angka
kematian tersebut akan terus meningkat menjadi 8 juta ditahun 2030 Stroke menjadi penyebab
kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung koroner dan kanker baik di negara maju
maupun negara berkembang.

Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke (Ennen, 2004). menurut American Heart
Association, (Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya,
satu pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen 75 tahun,dan orang yang
memiliki gejala stroke sebesar 67,0%. Kelompok umur 15-24 tahun dengan prevalensi
0,2%,usia 25-34 tahun sebanyak 0,6% usia 35-44 tahun sebanyak 2.5% dan usia 45-55 tahun
sebanyak 10,4% dan provinsi yang paling banyak yaitu Sulawesi Selatan sebanyak 12.1% .

Sedangkan Prevalensi stroke menurut Riskesdas 2018, pada kelompok umur 15-24 sebanyak 0.6%,
25-34 sebanyak 1.4%, usia 35-44 sebanayk 3.7%, usia 45-54 sebanyak
14,2%, pada usia 55-64 sebanyak 32,4% dan kelompok usia 65-74 sebanyak 45,3% dan wilayah
tertinggi penderita Stroke adalah Kalimantan timur sebanyak 14,7%. ini menandakan ada
peningkatan yang cukup banyak penderita stroke selama 2013 sampai 2018 pada kelompok usia 15-
24 meningkat sekitar 0,4%, kelompok usia 25-34
meningkat 0,8%, kelompok usia 35-44 meningkat 1,2 dan kelompok usia 45-55
meningkat 3,8%
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Almayanti Minnur


NIM : 17068
Judul Makalah : Literature Review Pengembangan Protokol Intervensi
Massage Abdomen Untuk Menurunkan Konstipasi pada
Pasien Stroke Non Hemoragik
TANDA
NO TANGGAL MATERI PERBAIKAN/SARAN
TANGAN

Anda mungkin juga menyukai