Anda di halaman 1dari 26

MACAM-MACAM GAYA KEPEMIMPINAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Teori Kepemimpinan
Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Nabil Atoillah, S.Th.I., M.Hum

Disusun Oleh:
Ratna Septiyani (2103004006)
Hanna Nurfaridah (2103004007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita jalani akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih lagi pada kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih
mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen serta teman-teman sekalian yang
telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Penyusun menyadari sekali, di
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak
kekurangan, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian
kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti
egoisme pribadi, untuk itu besar harapan penyusun jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah mudah-mudahan apa
yang penyusun susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta
orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil
hikmah dari judul “Macam-Macam Gaya Kepemimpinan” sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.

Ciamis, 05 November 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I ....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan Makalah ............................................................................................ 5

BAB II ..................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6

A. Otoriter ......................................................................................................... 6

B. Demokratis ................................................................................................... 7

C. Karismatik .................................................................................................... 8

D. Transformasional........................................................................................ 10

E. Laissez Faire ............................................................................................... 11

F. Delegatif...................................................................................................... 13

G. Birokratis .................................................................................................... 14

H. Partisipatif .................................................................................................. 15

I. Pengalaman Diri .......................................................................................... 18

BAB III .................................................................................................................. 23

KESIMPULAN..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gaya Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
kinerja karyawan. Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggungsjawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
yang bersangkutan secara elegal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral maupun etika. Jadi kinerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan
atau organisasi serta pihak pegawai itu sendiri.
Disamping faktor gaya kepemimpinan, faktor motivasi juga yang
mempengaruhi kinerja pegawai atau anggota organisasi yang bersangkutan,
motivasi bisa memilih baik buruknya karyawan dalam bekerja. Motivasi yaitu
faktor pendorong suatu keadaan dalam setiap dorongan. seorangpemimpin juga
dapat menjadi motivasi bagi karyawan supaya bekerja lebih baik, karena peran
pemimpin yaitu dapat memberikan inspirasi terhadap karyawan supaya
kinerjanya berjalan dengan baik.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep gaya kepemimpinan Otoriter?
2. Bagaimana konsep gaya kepemimpinan Demokratis?
3. Bagaimana konsep gaya kepemimpinan Karismatik?
4. Bagaimana konsep gaya kepemimpinan Transformasional?
5. Bagaimana konsep gaya kepemimpinan Laissez Faire ?
6. Bagaimana konsep gaya kepemimpinan Delegatif?
7. Bagaimana konsep gaya kepemimpinan Birokratis?
8. Bagaimana konsep gaya kepemimpinan Partisipatif?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui konsep gaya kepemimpinan Otoriter
2. Untuk mengetahui konsep gaya kepemimpinan Demokratis
3. Untuk mengetahui konsep gaya kepemimpinan Karismatik
4. Untuk mengetahui konsep gaya kepemimpinan Transformasional
5. Untuk mengetahui konsep gaya kepemimpinan Laissez Faire
6. Untuk mengetahui konsep gaya kepemimpinan Delegatif
7. Untuk mengetahui konsep gaya kepemimpinan Birokratis
8. Untuk mengetahui konsep gaya kepemimpinan Partisipatif

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya Kepemimpinan Otoriter adalah gaya pemimpin yang telah
memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang ingin diambil dari dirinya
sendiri dengan secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab akan
dipegang oleh si pemimpin yang bergaya otoriter tersebut, sedangkan para
bawahan hanya sekedar melaksanakan tugas yang sudah diberikan. Gaya
kepemimpinan yang otoriter biasanya mengarah kepada tugas. Artinya dengan
adanya tugas yang telah diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi,
maka kebijaksanaan dari lembaganya ini mesti diproyeksikan dalam bagaimana
ia dalam memerintah kepada bawahannya agar mendapatkan kebijaksanaan
tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah menjadi suatu
mesin yang hanya sekedar digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri,
inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tidak pernah
sekalipun diperhatikan.
Gaya kepemimpinan otoriter jika diterapkan sekarang mungkin kurang
relevan, namun jika kita melihat menurut gaya kepemimpinan situasional, gaya
kepemimpinan ini bisa diterapkan terhadap anggota atau bawahan dengan
tingkat kematangan rendah yaitu ketika seorang pemimpin menghadapi bawahan
yang belum bisa atau belum menguasai hampir semua bidang yang menjadi
tanggung jawabnya.

Kelebihan dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Otoriter

• Kelebihan Gaya Kepemimpinan Otoriter:


1. Seorang pemimpin otoriter biasanya bersifat pekerja keras dan memiliki
disiplin tinggi.
2. Keputusan akan dapat diambil dengan cepat karena mutlak hak pemimpin, tak
ada bantahan dari bawahan
3. Pemimpin yang bersifat otoriter pasti bersifat tegas, sehingga apabila terjadi
kesalahan dari bawahan maka pemimpin tak segan untuk menegur
4. Mudah dilakukan pengawasan

6
• Kekurangan Gaya Kepemimpinan Otoriter:
1. Suasana kaku, mencekam dan menakutkan karena sifat keras dari pemimpin
2. Menimbulkan permusuhan, keluhan dan rawan terjadi perpindahan karena
bawahan tidak merasa nyaman
3. Bawahan akan merasa tertekan karena apabila terjadi perbedaan pendapat,
pemimpin akan menganggapnya sebagai pembangkangan dan kelicikan
4. Kreativitas dari bawahan sangatlah minim karena tidak diberikan kesempatan
mengajukan pendapat.
5. Mudahnya melahirkan kubu oposisi karena dominasi pemimpin yang
berlebihan
6. Disiplin yang terjadi seakan-akan karena ketakutan dan hukuman bahkan
pemecatan dari atasan
7. Pengawasan dari pemimpin hanya bersifat mengontrol, apakah perintah yang
diberikan sudah dijalankan dengan baik oleh anggotanya
B. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan Demokratis adalah suatu kemampuan dalam
mempengaruh orang lain agar dapat bersedia untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara atau kegiatan yang
dapat dilakukan dimana ditentukan bersama antara bawahan dan pimpinan. Gaya
tersebut terkadang disebut sebagai gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak
buah, kepemimpinan dengan adanya kesederajatan, kepemimpinan partisipatif
atau konsultatif. Pemimpin yang berkonsultasi kepada anak buahnya dalam
merumuskan suatu tindakan putusan bersama.
Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokratis ini yaitu memiliki
wewenang pemimpin yang tidak mutlak, pimpinan bersedia dalam melimpahkan
sebagian wewenang kepada bawahan, kebijakan dan keputusan itu dibuat
bersama antara bawahan dan pimpinan, komunikasi dapat berlangsung dua arah
dimana pimpinan ke bawahan dan begitupun sebaliknya, pengawasan terhadap
(sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) kepada bawahan dilakukan
dengan wajar, prakarsa bisa datang dari bawahan atau pimpinan, bawahan
memiliki banyak kesempatan dalam menyampaikan saran atau pendapat dan
tugas-tugas yang diberikan kepada bawahan bersifat permintaan dengan

7
mengenyampingkan sifat instruksi, dan pimpinan akan memperhatikan dalam
bertindak dan bersikap untuk memunculkan saling percaya dan
saling menghormati.
Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan demokratis
mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan masukan dari seluruh
anggota organisasi. Seluruh kebijakan dirumuskan melalui musyawarah dan
diputuskan oleh kelompok, pemimpin bersikap objektif dan senantiasa
berdasarkan fakta dalam memberikan penghargaan dan kritik, selain itu
karakteristik gaya demokratis yaitu membangun konsensus melalui partisipasi,
kompetensinya ialah mampu berkolaborasi, mampu memimpin tim, dan
berkomunikasi dengan baik kepada bawahan.

Kelebihan dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Demokratis

• Kelebihan Gaya Kepemimpinan Demokratis


1. Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku
2. Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga bawahan
akan merasa dihargai dan dibutuhkan peranannya
3. Mengembangkan daya kreatif dari bawahan karena dapat mengajukan
pendapat dan saran
4. Bawahan akan merasa percaya diri dan nyaman sehingga bisa mengeluarkan
kemampuan terbaiknya untuk menyelesaikan tugasnya
5. Bawahan akan merasa bersemangat karena merasa diperhatikan
6. Tidak mudah lahir kubu oposisi karena pemimpin dan bawahan sejalan
• Kekurangan Gaya Kepemimpinan Demokratis
1. Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena diambil
secara musyawarah
2. Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karna pendapat setiap orang jelas
berbeda
3. Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai dan
apabila ego masing-masing anggota tinggi.

8
C. Gaya Kepemimpinan Karismatik
Gaya kepemimpinan karismatis adalah gaya kepemimpinan yg mampu
menarik orang. Artinya mereka akan terpesona dengan cara berbicaranya yang
akan membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan memiliki gaya
kepribadian ini akan visionaris. Mereka sangat menyenangi akan perubahan dan
adanya tantangan. Kelemahan terbesar dari tipe kepemimpinan model ini dapat
di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong yang Nyaring Bunyinya.
Mereka hanya mampu menarik orang untuk bisa datang kepada mereka. Setelah
beberapa lama kemudian, orang-orang yang datang tersebut akan kecewa
karena adanya ketidak-konsistenan.
Apa yang telah diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta dalam
pertanggungjawabannya, si pemimpin akan senantiasa memberikan alasan,
permintaan maaf, dan janji.
Romzi Al Amiri Mannan mendefinisakan bahwa, kepemimpinan karismatik
adalah kepemimpinan yang mempunyai pengaruh besar sehingga dapat
menggerakan orang lain yang dipimpin menjadi pengikut yang sangat kuat.
Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kharisma seseorang dapat
digambarkan sebagai kelebihan dalam diri seseorang dari suatu kepribadian
individu yang dipertimbangkan dengan baik oleh pengikutnya. Para pengikut
seringkali mengganggap seorang pemimpin tersebut sebagai orang yang dapat
menjadi motivator dan menganggap memiliki power yang luar biasa, hal ini
dikarenakan mereka memiliki keyakinan bahwa dalam diri seorang pemimpin
mempunyai aura yang dapat membuat orang lain terpikat dan memiliki
kemampuan ghaib di luar kemampuan pada umumnya.
Kelebihan Dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Karismatik
• Kelebihan Gaya Kepemimpinan Karismatik
1. Dapat mengkomunikasikan visi dan misi secara jelas
2. Dapat membangkitkan semangat bawahan untuk bekerja lebih giat
3. Bisa mendapatkan pengikut dengan masa yang besar karena sifatnya yang
berkharisma sehingga bisa dipercaya
4. Menyadari kelebihannya dengan baik sehingga bisa memanfaatkannya
semaksimal mungkin

9
• Kekurangan Gaya Kepemimpinan Karismatik
1. Para pemimpin kharismatik mudah mengambil keputusan yang beresiko
2. Pemimpin kharismatik cenderung memiliki khayalan bahwa apa yang
dilakukan pasti benar karena pengikutnya sudah terlanjur percaya
3. Ketergantungan yang tinggi sehingga regenerasi untuk pemimpin yang
berkompeten sulit
D. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Sudarwan Danim (2009: 59 ) menjelaskan kepemimpinan transformasional
berasal dari kata “to transform” yang berarti mentransformasikan atau
mengubah sesuatu menjadi bentuk yang berbeda. Misalnya mentransformasi visi
menjadi realita, potensi menjadi aktual, laten menjadi manifes dan sebagainya.
Dengan demikian, kepala sekolah dapat dikategorikan menerapkan kaidah ini,
apabila dia mampu mengubah energi sumber daya manusia.
Gaya Kepemimpinan Transformasional menurut (Kartono 1998 : 38) adalah
aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai
tujuan-tujuan kelompok. Menurut Ordway Teod dalam bukunya ”The Art Of
Leadership” (Kartono 1998 : 38) merupakan kegiatan mempengaruhi orang-
orang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. (Kartono
1998) mendefinisikan bahwa kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang
didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang
lain untuk berbuat sesuatu, berdasarkan akseptasi atau penerimaan oleh
kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.
Esensi kepemimpinan transformatip adalah mengubah potensi menjadi
energy nyata, mengubah potensi institusi menjadi energy untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil belajar. Jadi, kepemimpinan kepala sekolah dapat
didefenisikan sebagai bentuk (gaya ) yang diterapkan dalam mempengaruhi
bawahan yang terdiri dari guru, tenaga administrasi, para siswa, dan orang tua
peserta didik.

10
Menurut Bass (1998) dalam Swandari (2003) mendefinisikan bahwa
kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan
untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu. Dengan penerapan
kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa dipercaya, dihargai,
loyal dan respek kepada pimpinannya. Menurut O’Leary (2001) Kepemimpinan
transformasional adalah gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seseorang
manajer bila ia ingin suatu kelompok melebarkan batas dan memiliki kinerja
melampaui status quo atau mencapai serangkaian sasaran organisasi yang
sepenuhnya baru.
Kepemimpinan transformasional pada prinsipnya memotivasi bawahan
untuk berbuat lebih baik dari apa yang bisa dilakukan, dengan kata lain dapat
meningkatkan kepercayaan atau keyakinan diri bawahan yang akan berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja.
Konsepsi kepemimpinan transformasional pertama kali dikemukakan oleh
James Mc Gregor Burns. Dalam kaitannya dengan kepemimpinan
transformasional, Bernard Bass (Stone et al, 2004) mengatakan sebagai berikut:
“Transformational leaders transform the personal values of followers to support
the vision and goals of the organization by fostering an environment where
relationships can be formed and by establishing a climate of trust in which
visions can be shared”. Selanjutnya, secara operasional Bernard Bass (Gill et al,
2010) memaknai kepemimpinan transformasional sebagai berikut: “Leadership
and performance beyond expectations”. Sedangkan Tracy and Hinkin (Gill dkk,
2010) memaknai kepemimpinan transformasional sebagai berikut: “The process
of influencing major changes in the attitudes and assumptions of organization
members and building commitment for the organization’s mission or
objectives”.
Jadi, kepemimpinan transformasional (transformational leadership) istilah
transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna
mentransformasilkan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda.
Seorang pemimpin transformasional harus mampu mentransformasikan secara
optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna

11
sesuai dengan target yang telah ditentukan. Sumber daya dimaksud berupa
Sumber daya manusia, Fasilitas, dana, dan faktor eksternal organisasi.
Adapun indikator kepemimpinan transformasional yaitu: pembaharu,
memberi teladan, mendorong kinerja bawahan, mengharmoniskan lingkungan
kerja, memberdayakan bawahan, bertindak atas sistem nilai, meningkatkan
kemampuan terus menerus, dan mampu menghadapi situasi yang rumit
(Sudarwan Danim dan Suparno, 2009: 62 ).
Kelebihan dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Transformasional
• Kelebihan Gaya Kepemimpinan Transformasional
1. Tidak membutuhkan biaya yang besar (organisasi profit)
2. Komitmen yang timbul pada karyawan bersifat mengikat emosional
3. Mampu memberdayakan potensi karyawan
4. Meningkatkan hubungan interpersonal
5. Mampu memberikan komitmen yang cukup baik bagi para anggota yang
tergabung dalam melaksanakan visi dan misi yang diminta.
6. Dapat mengarahkan para anggota atau bawahan dalam melakukan tanggung
jawab dan tugas yang diberikan sepenuhnya.
7. Memiliki ketegasan yang dapat membantu mempermudah perusahaan atau
organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
8. Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antara pimpinan dan
bawahan secara maksimal.
9. Dapat memberdayakan seluruh kemampuan para karyawan atau bawahan
yang dipimpin secara optimal.
10. Penuh dengan motivasi dan semangat yang tinggi untuk mewujudkan tujuan
perusahaan secara bersama-sama.
• Kekurangan Gaya Kepemimpinan Transformasional
1. Waktu yang lama agar komitmen bawahan tumbuh terhadap pemimpin
2. Tidak ada jaminan keberhasilan pada bawahan secara menyeluruh
3. Membutuhkan pehatian pada detail
4. Sulit dilakukan pada jumlah bawahan yang banyak
5. Bahwa ia tidak memiliki kejelasan konseptual.
6. Kritik berfokus pada bagaimana kepemimpinan transformasional diukur.

12
7. Bahwa kepemimpinan transformasional memperlakukan kepemimpinan
sebagai ciri kepribadian atau kecenderungan bersifat pribadi daripada
perilaku melatih orang.
8. Para peneliti belum menetapkan bahwa pemimpin transformasional
sebenarnya mampu mengubah individu dan organisasi.
9. Kepemimpinan transformasional adalah elitis dan anti-demokrasi.
10. Kepemimpinan transformasional memiliki potensi untuk disalahgunakan.
E. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah gaya kepemimpinan yang
mendorong kemampuan anggota dalam mengambil inisiatif. Kurang interaksi
dan kontrol yang telah dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya tersebut hanya
dapat berjalan jika bawahan mampu memperlihatkan tingkat kompetensi dan
keyakinan dalam mengejar tujuan dan sasaran yang cukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali dalam menggunakan
kekuasaannya atau sama sekali telah membiarkan anak buahnya untuk berbuat
dalam sesuka hatinya.
Gaya kepemimpinan laissez-faire adalah gaya kepemimpinan yang
memberikan kepada orang lain dengan prinsip kebebasan, termasuk bawahan
untuk melaksanakan tugasnya dengan bebas sesuai dengan kehendak bawahan
dan tipe ini dapat dilaksanakan di sekolah yang memang benar-benar
mempunyai sumber daya manusia maupun alamnya dengan baik dan mampu
merancang semua kebutuhan sekolah dengan mandiri.
Gaya ini akan mendorong kemampuan anggota dalam mengambil inisiatif.
Kurang interaksi dan kontrol yang telah dilakukan oleh pemimpin, sehingga
gaya tersebut hanya dapat berjalan jika bawahan mampu memperlihatkan tingkat
kompetensi dan keyakinan dalam mengejar tujuan dan sasaran yangcukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali dalam menggunakan
kekuasaannya atau sama sekali telah membiarkan anak buahnya untuk berbuat
dalam sesuka hatinya.
Kepemimpinan Laissez Faire ditampilkan oleh seorang tokoh “ketua
dewan” yang sebenarnya tidak mampu mengurus dan dia menyerahkan
tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggota.

13
Kepemimpinan semacam ini pemimpin adalah seorang “ketua” yang
bertindak hanya sebagai simbol. Pemimpin semacam ini biasanya tidak memiliki
keterampilan teknis. Kepemimpinannya tidak mampu mengkoordinasikan
semua jenis pekerjaan, tidak berdaya menciptakan suasana kooperatif. Sehingga
lembaga atau organisasi yang dipimpinnnya menjadi kacau balau. Sehingga,
pada intinya pemimpin Laissez Faire itu bukanlah seorang pemimpin dalam
pengertian yang sebenarnya. Artinya, semua anggota yang dipimpinnya bersikap
santaisantai dan bermotto “lebih baik tidak usah bekerja saja”. Sehingga
kelompok tersebut praktis menjadi tidak terbimbing dan tidak terkontrol.
Kelebihan dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
• Kelebihan Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
1. Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok
sehingga keputusan yang akan dimabil menjadi keputusan bersama.
2. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang dinggap penting
sehingga proses penyelesaiannya lebih cepat.
3. Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan kemampuannya, daya
kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkan serta mengembangkan
rasa tanggung jawab.
• Kekurangan Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
1. Tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik
2. Tidak mempunyai wibawa, sehingga tidak ditakuti dan disegani oleh
bawahan.
3. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi penyimpangan dari
peraturan yang berlaku dari bawahan serta mengakibatkan salah tindak dan
memakan banyak waktu bila bawahan kurang pengalaman.
F. Gaya Kepemimpinan Delegatif
Gaya kepemimpinan delegatif adalah gaya kepemimpinan yang memiliki
ciri-ciri yaitu pemimpin akan jarang dalam memberikan arahan, pembuat
keputusan diserahkan kepada bawahan, dan anggota organisasi tersebut
diharapkan bisa menyelesaikan segala permasalahannya sendiri. Gaya
kepemimpinan delegatif ini memiliki ciri khas dari perilaku pemimpin didalam
melakukan tugasnya sebagai pemimpin.

14
Dengan demikian, maka gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat
dipengaruhi adanya karakter pribadinya.
Kepemimpinan delegatif merupakan sebuah gaya kepemimpinan yang
dijalankan oleh pimpinan untuk bawahannya yang mempunyai kemampuan,
agar bisa menjalankan aktivitasnnya yang untuk sementara waktu tak bisa
dilakukan oleh pimpinan dengan berbagai macam sebab.
Gaya kepemimpinan delegatif ini sangat cocok dilakukan kalau staff yang
dimiliki ternyata mempunyai motivasi dan kemampuan yang tinggi. Dengan
demikian pimpinan tak terlalu banyak dalam memberikan perintah kepada
bawahannya, bahkan pemimpin akan lebih banyak dalam memberikan dukungan
untuk bawahannya.
Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan jarangnya pemimpin
memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan
anggota organisasi dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri. Gaya
kepemimpinan delegatif sangat cocok dilakukan jika staf yang dimiliki memiliki
kemampuan dan motivasi yang tinggi. dengan demikian pimpinan tidak terlalu
banyak memberikan instruksi kepada bawahannya, bahkan pemimpin lebih
banyak memberikan dukungan kepada bawahannya
Gaya kepemimpinan delegatif dicirikan pula dengan perilaku pimpinan
yang hanya sedikit memberikan pengarahan, dan juga kurang dalam
memberikan dukungan, pendelegasian keputusan dan tanggung jawab penuh
dalam melaksanakan tugas diserahkan kepada bawahan.
Gaya pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai
delegatif karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama dengan bawahan
sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses
pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan.
Delegatif adalah tingkat kematangan yang tinggi, orang-orang dengan
tingkat kematangan seperti ini adalah mampu dan mau, atau mempunyai
keyakinan untuk memikul tanggung jawab. Dengan gaya delegatif yang
berprofil rendah yang memberikan sedikit pengarahan atau dukungan memiliki
tingkat kemungkinan efektif yang paling tinggi dengan individuindividu dalam
tingkat kematangan seperti ini. Sekalipun pemimpin barangkali masih mampu

15
mengidentifikasikan persoalan, tanggung jawab untuk melaksanakan rencana
diberikan kepada pengikut-pengikut yang sudah matang.
Kelebihan Dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Delegatif
• Kelebihan Gaya Kepemimpinan Delegatif
1. Terbukanya kesempatan bagi individu untuk mengembangkan dirinya
2. Meningkatkan kepercayaan diri bawahan
3. Ruang gerak yang lebih luas
• Kekurangan Gaya Kepemimpinan Delegatif
1. Kemungkinan terjadi kesalahan pengambilan keputusan
2. Pemimpin memiliki kontrol yang terbatas
3. Bawahan memiliki motivasi yang rendah
4. Solusi untuk mengatasi kendala kepemimpinan
G. Gaya Kepemimpinan Birokratis
Gaya kepemimpinan birokratis adalah gaya kepemimpinan yang dilukiskan
dengan pernyataan "Memimpin berdasarkan adanya peraturan". Artinya perilaku
memimpin yang ditandai dengan adanya keketatan pelaksanaan suatu prosedur
yang telah berlaku untuk pemimpin dan anak buahnya. Pemimpin yang
birokratis, secara umum akan membuat segala keputusan itu berdasarkan dari
aturan yang telah berlaku dan tidak ada lagi fleksibilitas. Segala kegiatan mesti
terpusat pada pemimpin dan sedikit saja diberikan kebebasan kepada orang lain
dalam berkreasi dan bertindak, itupun tak boleh melepaskan diri dari ketentuan
yang sudah berlaku.
Adapun beberapa ciri gaya kepemimpinan birokratis ialah Pimpinan akan
menentukan segala keputusan yang berhubungan dengan seluruh pekerjaan dan
akan memerintahkan semua bawahan untuk bisa melaksanakannya; Pemimpin
akan menentukan semua standar tentang bagaimana bawahan akan melakukan
tugas; Adanya sanksi yang sangat jelas kalau seorang bawahan tidak bisa
menjalankan tugas sesuai dengan standar kinerja yang sudah ditentukan.

16
Kelebihan Dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Birokratis
• Kelebihan Gaya Kepemimpinan Birokratis
1. Menghilangkan pilih kasih dari persamaan.
2. Memusatkan tugas dan peran dalam tim.
3. Mendorong tingkat kreativitas yang lebih tinggi.
4. Menciptakan tingkat keamanan kerja yang lebih kuat.
5. Gaya kepemimpinan yang dapat diprediksi.
6. Selalu berupaya menciptakan praktik terbaik.
7. Gaya kepemimpinan yang menawarkan skalabilitas ke atas.
8. Gaya kepemimpinan yang mendorong keakraban.
• Kekurangan Gaya Kepemimpinan Birokratis
1. Memiliki struktur yang pergerakan majunya terbatas.
2. Meningkatkan produktivitas bisa menjadi tantangan.
3. Seringkali didasarkan pada sistem kuota.
4. Merupakan gaya kepemimpinan yang mendasarkan keputusan pada
struktur biaya.
5. Tidak menawarkan kebebasan berkreasi.
6. Tidak selalu merupakan sistem yang efisien.
7. Sulit bagi pemimpin birokrasi untuk beradaptasi terhadap perubahan.
H. Gaya Kepemimpian Partisipatif
Dessler (2002, p, 27) mengatakan bahwa menjadi pemimpin yang
partisipatif berarti melibatkan anggota tim dalam pembuatan keputusan. Hal
ini terutama penting manakala pemikiran kreatif diperlukan untuk
memecahkan masalah yang kompleks atau membuat keputusan yang akan
berdampak pada anggota tim.
Adapun definisi kepemimpinan partisipatif menurut Yuki (dalam Husain
2011, p, 12) terdapat empat poin penting yaitu:
1. Mengembangkan dan mempertahankan hubungan
2. Memperoleh dan member informasi
3. Membuat keputusan
4. Mempengaruhi orang.

17
Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gaya kepemimpinan yang
lebih menekankan pada tingginya dukungan dalam pembuatan keputusan
dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan. Gaya pemimpin yang tinggi
dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai “partisipatif” karena
posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan
dipegang secara bergantian.
Dengan penggunaan gaya partisipatif ini, pemimpin dan bawahan saling
tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
Dalam aktivitas menjalankan organisasi, pemimpin yang
menerapkan gaya ini cenderung berorientasi kepada bawahan dengan
mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibandingkan mengawasi
mereka dengan ketat.
Mereka mendorong para anggota untuk melaksanakan tugas-tugas
dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta
hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para
anggota kelompok.
Selain itu gaya ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran
bawahan terhadap persoalan-persoalan dan mempengaruhi bawahan
untuk melihat perspektif baru. Melalui gaya ini, pemimpin terus
merangsang kreativitas bawahan dan mendorong untuk menemukan
pendekatanpendekatan baru terhadap masalah-masalah lama. Bawahan
didorong untuk berpikir mengenai relevansi cara, sistem nilai,
kepercayaan, harapan, dan bentuk organisasi yang ada.
Bawahan didorong untuk melakukan inovasi dalam menyelesaikan
persoalan dan berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri,
didorong untuk menetapkan tujuan atau sasaran yang menantang. Dengan
kata lain, bawahan diberi kesempatan untuk mengekspresikan dan
mengembangkan dirinya melalui tugas-tugas yang dihadapinya.
Pemimpin gaya partisipatif menunjukkan perilaku dan perhatian terhadap
anak buah yang sifatnya individual (individual consideration). Artinya dia
bisa memahami dan peka terhadap masalah dan kebutuhan tiap-tiap anak

18
buahnya. Hal ini tercermin dari persepsi anak buah yang merasa bahwa
sang pemimpin mampu memahami dirinya sebagai individu.
Setiap anak buah merasa dekat dengan pemimpinnya dan merasa
mendapat perhatian khusus. Perhatian individual dapat berupa aktivitas
pembimbingan dan mentoring, yang merupakan proses pemberian
feedback yang berkelanjutan dan pengkaitan misi organisasi dengan
kebutuhan individual sang anak buah.
Dengan demikian anak buah akan merasakan pentingnya berusaha
dan bekerja semaksimal mungkin atau menunjukkan kinerja yang tinggi
karena itu terkait langsung dengan kebutuhannya sendiri. Bawahan lebih
merasa memiliki respek terhadap atasan yang kompeten dibandingkan
atasan yang lebih mengedepankan aspek struktur.
Gaya kepemimpinan partisipatif menyangkut usaha-usaha seorang
pemimpin untuk mendorong dan memudahkan partisipasi oleh orang lain
dalam membuat keputusan-keputusan yang tidak dibuat oleh pemimpin
itu sendiri. Gaya kepemimpinan partisipatif adalah seorang pemimpin
yang mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan
(Ranupandojo, 2000: 75).
Adapun aspek-aspek dalam gaya kepemimpinan partisipatif
mencakup konsultasi pengambilan keputusan bersama, membagi
kekuasaan, desentralisasi dan manajemen yang demokratis. Indikator
langsung dari adanya kepemimpinan partisipatif ini terletak pada perilaku
para pengikutnya yang didasarkan pada persepsi karyawan terhadap gaya
kepemimpinan yang digunakan (Thoha, 2004: 46).
Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai persamaan
kekuatan dan sharing dalam pemecahan masalah dengan bawahan dengan
melakukan konsultasi dengan bawahan sebelum membuat keputusan
(Bass, Zhang, 2005:25). Kepemimpinan partisipatif berhubungan dengan
penggunaan berbagai prosedur putusan yang memperbolehkan pengaruh
orang lain mempengaruhi keputusan pemimpin.

19
Menurut Burhanuddin (Syamsuri,2014:4) kepemimpinan
partisipatif merupakan salah satu dari gaya kepemimpinan yang dipakai
oleh mereka yang dipercaya, yaitu dengan kepercayaan dan
kredibilitasnya itu kemudian memotivasi orang-orang yang melibatkan
mereka dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian,
kepemimpinan partisipatif adalah kepemimpinan yang memberikan ruang
dan peran secara signifikan kepada bawahan dalam menjalankan aktivitas
proses pengambilan keputusan.
Kelebihan Dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Partisipatif
• Kelebihan Gaya Kepemimpinan Partisipasif
1. Terciptanya hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan,
sebab pimpinan selalu memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
menyampaikan masukan, gagasan atau saran kepada pimpinan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan.
• Kekurangan Gaya Kepemimpinan Partisipasif
1. Pelaksanaan pekerjaaan organisasi yang terkadang kurang sesuai dengan
perencanaan, karena banyaknya pertimbangan pemimpin dalam
mengambil langkah-langkah atau tindakan.
2. Pemimpin membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan berbagai
masukan dan saran dari bawahan, sehingga berdampak pada kurang
sesuainya waktu pelaksanaan pekerjaan dengan rencana sebelumnya.
I. Pengalaman Diri
1. Ratna Septiyani
Pengalaman diri saya ketika menjadi seorang pemimpin yaitu saya
diamanahkan sebagai pengurus di Pondok Pesantren Riyadlul
Muta’allimin sebagai Seksi Keamanan. Jika disangkut pautkan dengan
materi gaya kepemimpinan saya menerapkan gaya kepemimpinan
Demokratis. Dimana organisasi pengurus itu harus saling bekerja sama.
sebagai pengurus keamanan saya juga selalu mengingat kan kepada
Santriyah agar selalu taat dan selalu disiplin dalam suatu apapun, karena
melihat dari tugas keamanan saya merasa memiliki tanggungjawab yang
harus saya laksanakan demi kebaikan santriyah dan pondok pesantren.

20
Dalam pondok pesantren keamanan adalah yang paling di musuhin
oleh para santriyah karena menganggap keamanan itu sebagai polisi
pondok, saya juga merasakan seperti itu, disaat saya dulu menjadi santri
saya menganggap pengurus keamanan itu galak, jika ketahuan bersalah
merasa dirinya yang paling tegas, tapi disaat saya semakin lama di pondok
pesantren hingga akhirnya saya diangkat menjadi pengurus pondok
pesantren di seksi keamanan, tetapi saya tidak seperti pengurus keamanan
yang lain, justru saya rangkul mereka, selalu mengingatkan mereka
dengan lemah lembut, dan selalu mengajak untuk menjalankan ibadah.
Karena jika saya seperti pengurus keamanan yang dulu maka saya
akan diperlukan seperti pengurus yang dulu yaitu dianggap sebagai polisi
pondok, orang galak, dan orang yang paling dimusuhin oleh
santriyah, dan sebagainya.
2. Hanna Nurfaridah
Pengalaman diri saya menjadi seorang pemimpin ialah ketika saya
sekolah di MA, saya memiliki kesempatan menjadi pemimpin dalam regu
pramuka. Pengalaman yang saya lalui jika dikaitkan dengan materi
pembahasan, saya menerapkan gaya kepemimpinan Demokratis. Saya
memulai dengan membuka ruang untuk diskusi terbuka diantara anggota
regu. Saat mengambil keputusan penting, saya meminta pendapat dari
semua anggota regu. Misalnya , ketika kami merencanakan kegiatan
diluar ruangan, saya memberikan kesempatan kepada setiap anggota
menyampaikan ide dan saran mereka mengenai lokasi dan jenis kegiatan
yang mereka sukai. Kami juga melakukan pemungutan suara terbuka
untuk memutuskan aktivitas yang akan kami pilih.
Saya juga mendorong kolaborasi diantara anggota regu, saya
membagi tanggung jawab dan memberikan kesempatan kepada mereka
untuk memimpin bagian bagian tertentu dari kegiatan kami. Dengan gaya
kepemimpinan demokratis ini, saya merasa bahwa anggota regu lebih
terlibat dan termotivasi. Mereka merasa memiliki peran yang aktif dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan pramuka.

21
Dan juga membangun rasa kebersamaan diantara kami, sehingga kami
dapat mencapai tujuan bersama.

22
BAB III
KESIMPULAN
Adapun macam-macam gaya kepemimpinan meliputi:
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter adalah gaya pemimpin yang telah
memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang ingin diambil dari dirinya
sendiri dengan secara penuh.
2. Gaya kepemimpinan Demokratis adalah suatu kemampuan dalam
mempengaruh orang lain agar dapat bersedia untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara atau kegiatan
yang dapat dilakukan dimana ditentukan bersama antara bawahan dan
pimpinan.
3. Gaya kepemimpinan karismatis adalah gaya kepemimpinan yg mampu
menarik orang. Artinya mereka akan terpesona dengan cara berbicaranya
yang akan membangkitkan semangat.
4. Gaya kepemimpinan Transformasional adalah aktivitas mempengaruhi
orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.
5. Gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah gaya kepemimpinan yang
mendorong kemampuan anggota dalam mengambil inisiatif.
6. Gaya kepemimpinan delegatif adalah gaya kepemimpinan yang memiliki
ciri-ciri yaitu pemimpin akan jarang dalam memberikan arahan, pembuat
keputusan diserahkan kepada bawahan, dan anggota organisasi tersebut
diharapkan bisa menyelesaikan segala permasalahannya sendiri.
7. Gaya kepemimpinan birokratis adalah gaya kepemimpinan yang dilukiskan
dengan pernyataan "Memimpin berdasarkan adanya peraturan". Artinya
perilaku memimpin yang ditandai dengan adanya keketatan pelaksanaan
suatu prosedur yang telah berlaku untuk pemimpin dan anak buahnya.
8. Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gaya kepemimpinan yang lebih
menekankan pada tingginya dukungan dalam pembuatan keputusan dan
kebijakan tetapi sedikit pengarahan.

23
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, M. A. (2013). Menjadi Pemimpin Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Bernard, L. L. (1926). An introduction to social psychology. US: Henry
Holt and Company Kasali, R. (2018). Leadership Non Finito. (Patent No.
000112689).

Kartono, K. (2018). Pimpinan dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Press.


Nohria, N., & Khurana, R. (Eds.). (2010). Handbook of leadership theory and
practice. US: Harvard Business Press.
Northouse, P. G. (2018). Leadership: Theory and practice. US: Sage publications.
Siagian, Y. M. (2007). Aplikasi Supply Chain Management. Jakarta: Grasindo.
Siswanto, R. D., & Hamid, D. (2017). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
Kinerja Karyawan (Studi pada karyawan divisi Human Resources Management
Compensation and Benefits PT Freeport Indonesia). Jurnal Administrasi Bisnis,
42(1), 189-198.
Stogdill, R. M. (1974). Handbook of leadership: A survey of theory and research.
Free Press.
Tampi, B. J. (2014). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi terrhadap Kinerja
karyawan pada PT. Bank Negara Indonesia, tbk (regional sales manado). Jurnal
Acta Diurna, volume 3(4).

Yunus, A. L. (2009). Leadership model: Konsep dasar, dimensi kinerja, dan gaya
kepemimpinan. Malang: UIN-Maliki Press
Mattayang, B. (2019). Tipe Dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan Teoritis.
JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting), 2(2), 45-52.
ISMAIL, I., Maisah, M., & Wahyuni, S. A. (2019). Penerapan Tipe Kepemimpinan
Laissez-Faire Dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Perpustakaan Madrasah
Aliyah Negeri 2 Kota Jambi (Doctoral Dissertation, Uin Sulthan Thaha
Saifuddinjambi)
Yulk, Gary. 2009. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Alih bahasa : Budi
Supriyanto. Jakarta : Indeks
Yusuf. 2013. Pengaruh Pengalaman, Independensi, dan Skeptisme Profesional
Auitor terhadap pendeteksian kecurangan. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Assingkily, Muhammad Shaleh, and Mesiono Mesiono. 2019. “Karakteristik
Kepemimpinan Transformasional Di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Serta Relevansinya
Dengan Visi Pendidikan Abad 21.” MANAGERIA: Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam 4(1):147–68.

24
Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen Kepemimpinan
Transformasional Ke Kepalasekolahan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.
Kartono, Kartini., 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Pemimpin
Abnormal ?, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Bass, B, M & Riggio, E. R. 2006. Transformasional Leadership. Leurence Erbaum
Associates, Publishers. Mahwah, New Jersey.
Swandari, F.2003. Menjadi Perusahaan yang Survive dengan Transformasional
Leadership. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi vol.1 No.2 Mei 2003
Stone, G.A et al (2004)” Transformasional Versus Servant Leadership A Difference
in Leader Focus” The Leadership & Organization Defelopment Jurnal.
Gill, dkk. (2010). The Relationship Between Transformational Leadership And
Employee Desire for empowerment. International Jurnal of Contemporary
Hospitality Management. 22 (2). 263-273.
O’Leary, Elizabeth. 2001. Kepemimpinan. Edisi Pertama. Yogyakarta

25
SESI DISKUSI
No. Penanya Penjawab Penambah

26

Anda mungkin juga menyukai