Anda di halaman 1dari 6

Nama Anggota Kelompok 8 (SUKUK dan WA’D)

1. Indah Amelia Putri (A1C021085)


2. Lalu Moh. Aziz (A1C021095)
3. Muhamad Fahri (A1C021110)

RANGKUMAN DISKUSI KELOMPOK 8 - AKUNTANSI SUKUK DAN W’AD

1. Pertanyaan dari Mia Fidela


Apa alasan sukuk mudahan, ijarah, sm wakalah banyak digunakan di Indonesia?
 Jawaban : (Muhamad Fahri)
Jadi sukuk mudahan, ijarah, dan wakalah banyak digunakan di Indonesia dikarenakan seperti
proyek proyek-proyek besar di Indonesia banyak menggunakan sukuk tersebut, serta seperti
sukuk ijarah dan sukuk mudharabah itu mempunyai dasar hukum, dasar pencatatan, serta
mekanisme lainnya yang diatur dalam PSAK 110, sehingga sukuk tersebut banyak digunakan di
Indonesia dibandingkan sukuk yang lainnya.

2. Pertanyaan dari Irma Aulia


Apa perbedaan sukuk Mudharabah dan sukuk Ijarah dalam hal pengakuan, penyajian, dan
pengungkapan, baik dari sisi penerbit maupun investor?
 Jawaban: (Indah Amelia Putri)
Perbedaan sukuk mudhrabah dan sukuk ijarah dalam hal pengakuan, penyajian, dan
pengungkapan, baik dari sisi penerbit dan investor, dapat dirinci sebagai berikut:
Dari sisi penerbit:
a. Perbedaan dalam pengakuan:
Sukuk ijarah diakui pada saat entitas menjadi pihak yang terikat dengan ketentuan
penerbitan sukuk ijarah. Sukuk ijarah diakui sebesar nilai nominal, disesuaikan dengan
premium atau diskonto, dan biaya transaksi terkait dengan penerbitannya.
Sukuk mudharabah diakui pada saat entitas menerima dana dari investor. Sukuk
mudharabah diakui sebesar nilai nominal, disesuaikan dengan premium atau diskonto,
dan biaya transaksi terkait dengan penerbitannya.
b. Perbedaan dalam penyajian:
Sukuk ijarah disajikan sebagai aset keuangan pada laporan posisi keuangan.
Sukuk mudharabah disajikan sebagai aset keuangan pada laporan posisi keuangan.
c. Perbedaan dalam pengungkapan:
Sukuk ijarah diungkapkan sebagai berikut:
 Aset keuangan yang dijamin.
 Hak dan kewajiban terkait dengan sukuk ijarah.
 Alokasi pendapatan investasi.
 Biaya transaksi terkait dengan penerbitan sukuk ijarah.
Sukuk mudharabah diungkapkan sebagai berikut:
 Aset keuangan yang dijamin.
 Hak dan kewajiban terkait dengan sukuk mudharabah.
 Alokasi pendapatan investasi.
 Biaya transaksi terkait dengan penerbitan sukuk mudharabah.
Dari sisi investor:
a. Perbedaan dalam pengakuan:
Sukuk ijarah diakui pada saat entitas menerima sukuk dari penerbit. Sukuk ijarah
diakui sebesar nilai nominal, disesuaikan dengan premium atau diskonto, dan biaya
transaksi terkait dengan perolehan sukuk.
Sukuk mudharabah diakui pada saat entitas menerima sukuk dari penerbit. Sukuk
mudharabah diakui sebesar nilai nominal, disesuaikan dengan premium atau diskonto,
dan biaya transaksi terkait dengan perolehan sukuk.
b. Perbedaan dalam penyajian:
Sukuk ijarah disajikan sebagai investasi pada laporan posisi keuangan.
Sukuk mudharabah disajikan sebagai investasi pada laporan posisi keuangan.
c. Perbedaan dalam pengungkapan:
Sukuk ijarah diungkapkan sebagai berikut:
 Aset investasi.
 Pendapatan investasi.
 Biaya transaksi terkait dengan perolehan sukuk ijarah.
Sukuk mudharabah diungkapkan sebagai berikut:
 Aset investasi.
 Pendapatan investasi.
 Biaya transaksi terkait dengan perolehan sukuk mudharabah.

3. Pertanyaan dari Lalu Zainul Mujitahid


Apa dasar perhitungan diskonto pada sukuk atau imbal hasil yg ditetapkan di awal?
 Jawaban: (Lalu Moh. Aziz)
Dasar imbal hasil pada sukuk didasarkan pada berbagai prinsip syariah dan aspek-aspek
ekonomi yang mencerminkan prinsip-prinsip Islam. Berikut adalah beberapa dasar imbal hasil
pada sukuk:
Prinsip Bagi Hasil (Mudarabah dan Musharakah): Salah satu dasar utama imbal hasil
pada sukuk adalah prinsip bagi hasil yang diizinkan dalam Islam. Sukuk sering menggunakan
struktur akad mudarabah (kerjasama bisnis) atau musharakah (kemitraan), di mana pemegang
sukuk adalah mitra yang berbagi risiko dan imbal hasil dengan penerbit sukuk. Imbal hasil pada
sukuk adalah bagian dari laba yang dihasilkan dari proyek atau investasi tertentu, dan ini sesuai
dengan prinsip-prinsip bagi hasil dalam Islam.
Aset Riil: Imbal hasil pada sukuk sering berkaitan dengan investasi dalam aset riil atau
proyek konkret, seperti properti, infrastruktur, atau bisnis. Imbal hasil ini adalah refleksi dari
pendapatan yang dihasilkan oleh aset atau proyek ini.
Sewa (Ijara): Sukuk berbasis aset seperti sukuk ijara didasarkan pada prinsip sewa, di
mana pemegang sukuk menerima imbal hasil berupa pembayaran sewa atas aset tertentu yang
dimiliki oleh penerbit sukuk.
Transparansi: Sukuk harus memberikan transparansi tentang aset atau proyek yang
mendukungnya, dan pemegang sukuk tahu bagaimana imbal hasil akan dihasilkan. Transparansi
adalah dasar penting dalam sukuk syariah.
Prinsip Syariah: Imbal hasil pada sukuk harus mematuhi prinsip-prinsip syariah yang
melarang riba dan praktek-praktek keuangan yang dilarang dalam Islam. Ini berarti bahwa
tingkat imbal hasil harus sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah dan harus wajar, adil,
dan sesuai syariah.
Tingkat Risiko: Imbal hasil pada sukuk juga dapat mencerminkan tingkat risiko yang
terkait dengan investasi atau proyek yang didanai oleh sukuk tersebut. Semakin tinggi risiko,
semakin tinggi imbal hasil yang mungkin dibayarkan kepada pemegang sukuk.

Dalam sukuk, dasar imbal hasil harus mematuhi prinsip-prinsip syariah dan prinsip-
prinsip keuangan Islam yang berlaku. Oleh karena itu, struktur dan dasar imbal hasil pada sukuk
harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang mengatur keuangan Islam, yang melarang riba
dan mendukung prinsip-prinsip bagi hasil dan adil dalam transaksi keuangan.

4. Pertanyaan dari Lia Agustina


Apakah penerbitan sukuk berdasarkan aset, lalu apa bedanya sukuk dengan utang beragun
aset?
 Jawaban: (Muhamad Fahri)
Iya sukuk diterbitkan berdasarkan suatu aset, Jadi pengertian sukuk adalah suatu surat
berharga yang diterbitkan berdasarkan suatu aset yang nyata keberadaannya atau sukuk bisa
dikatakan sebagai surat berharga yang diterbitkan berdasarkan suatu hal yang telah terjadi atau
ada wujudnya, dimana hal tersebut sesuai dengan Peraturan OJK Nomor 18/POJK.04/2015
tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk yang menyatakan sukuk harus diterbitkan berdasarkan
aset nyata.
Perbedaan sukuk dengan utang beraguna aset yaitu sukuk adalah suatu surat berharga
yang diterbitkan berdasarkan suatu aset sedangkan sedangkan utang beraguna aset adalah suatu
perjanjian utang piutang yang menjadikan aset sebagai jaminan atau landasan dalam melakukan
transaksi.
Masukan dari Lalu Jainul Mujitahid “orang yang memilliki sukuk itu dia ikut sebagi
pemilik aset tersebut dan sedangkan kalau utang beraguna aset itu asetnya bisa berpindah hak
kepemilikan jika tidak mampu menyelesaikan utang piutangnya”.
5. Pertanyaan dari Komang Yuda Manggala Putra
Apa manfaat bagi perusahaan dalam menerbitkan sukuk dibandingkan mengambil pinjaman
konvensional?
 Jawaban: (Indah Amelia Putri)
Penerbitan sukuk dapat memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan dibandingkan dengan
mengambil pinjaman konvensional, antara lain:
a. Memperluas basis sumber pembiayaan: Penerbitan sukuk dapat memperluas basis sumber
pembiayaan perusahaan.
b. Fleksibilitas: Sukuk memiliki karakteristik yang lebih fleksibel dibandingkan dengan
obligasi, karena tidak ada kewajiban mengikat untuk membayar bunga dan pokok
pinjaman.
c. Mendorong pengembangan pasar modal: Penerbitan sukuk dapat mendorong
pengembangan masyarakat pasar modal yang berakar kokoh di masyarakat
d. Mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri: Sukuk dapat mengurangi
ketergantungan pada utang luar negeri, sehingga dapat mengakhiri ketergantungan skema
pembiayaan pembangunan yang selama ini berbasis utang.
e. Meningkatkan variasi sumber pembiayaan: Penerbitan sukuk dapat meningkatkan variasi
sumber pembiayaan untuk pembangunan.

6. Pertanyaan dari Willian Amri


Etika dalam akad waad?
 Jawaban: (Lalu Moh. Aziz)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam etika akad waad antara lain:
a. Kejujuran:
Pihak-pihak yang terlibat dalam akad waad haruslah jujur dalam menyampaikan
informasi terkait dengan hal-hal yang menjadi syarat atau ketentuan dalam perjanjian
tersebut.
b. Kesepahaman:
Kedua belah pihak harus sepakat dan memahami kondisi-kondisi serta
persyaratan yang tercantum dalam akad waad. Keterbukaan dalam berkomunikasi
sangatlah penting.
c. Niat dan Kesadaran:
Niat baik dan kesadaran dalam menjalankan janji yang telah dibuat merupakan
hal yang krusial. Semua pihak harus mengikatkan diri dengan kesungguhan dan
kesadaran penuh terhadap janji-janji yang dinyatakan.
d. Keadilan:
Perjanjian haruslah adil bagi semua pihak yang terlibat. Tidak ada pihak yang
dirugikan secara tidak adil dalam isi akad waad.
e. Penegakan Janji:
Janji yang dibuat haruslah ditegakkan dengan penuh tanggung jawab. Pihak yang
berjanji harus bertanggung jawab atas komitmen yang diambilnya.

Anda mungkin juga menyukai