Anda di halaman 1dari 46

ASPEK BIOLOGIS

DARI KEPRIBADIAN
KELOMPOK 5
01
Efek Genetis
Langsung
Efek Genetis Langsung
Di pertengahan abad ke-19, Charles Darwin mengatakan bahwa kita adalah sepupu
dari para simpanse dan kera. Karena pemikiran ini sangat radikal, Darwin pun
berusaha lebih keras dengan memberikan bukti adanya kemiripan tulang, saraf,
dan otot antara manusia dan primata lainnya. Walaupun bukti anatomi yang
diberikan Darwin menunjukkan adanya kemiripan, teori tersebut tidak dihargai dan
tidak diterima pada saat itu.
Seleksi Alam dan Fungsionalisme
Darwin menegaskan bahwa setiap orang berbeda satu sama lain. Beberapa
karakteristik yang membedakan tersebut membantu individu untuk bertahan
hidup. Proses yang memunculkan karakteristik adaptif individu dari generasi ke
generasi dikenal dengan istilah seleksi alam (natural selection). Kesulitan utama
saat mengembangkan detail dari pendekatan Darwin adalah sulit bagi kita untuk
mengetahui apa penyebab dari terjadinya evolusi jutaan tahun lalu.
Permasalahan ini berpengaruh pada penerapan modern dari ide Darwin
mengenai perbedaan individual, yang disebut juga teori kepribadian evolusi
(evolutionary personality theory). Walaupun begitu, sudah jelas bahwa
kecenderungan individu yang kita miliki telah “mendarah daging” atau tertanam
dalam gen kita.
Sindrom Angelman: Gen dan Kepribadian
Sindrom Angelman merupakan kelainan biologis, yang disebabkan oleh
kerusakan pada kromosom ke-15. Kromosom berisi gen-gen yang
mengontrol produksi protein oleh tubuh. Gen mempengaruhi
perkembangan seseorang dalam berbagai cara, termasuk perkembangan
struktur bagaimana otak dan tubuh berkembang dan perkembangan
fisiologis bagaimana hormon dan metabolisme berfungsi. Ada pula
sindrom William, kelainan yang ditandai dengan dialaminya masalah fisik
dan perkembangan, termasuk kepribadian sosial yang berlebihan, serta
kemampuan spasial dan intelektual yang terbatas. Kasus-kasus ekstrem
seperti simdrom-sindrom tersebut menunjukkan bahwa faktor genetik
dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.
Genom Perilaku
Genom manusia adalah satu set lengkap gen, yang terletak pada 23 pasang
kromosom, dan menentukan keadaan biologis seseorang. Pada tahun 2006,
sebagian besar genom manusia telah “berhasil diuraikan”, yang berarti manusia
telah dapat memetakannya; gen-gen ini dapat diketahui letaknya dalam untaian
DNA. Studi yang mempelajari bagaimana gen-gen manusia mempengaruhi perilaku
disebut genom perilaku (behavioral genomic). Dulu, genetika perilaku berusaha
keras untuk memahami bagaimana perbedaan individual dalam hal struktur biologis
mempengaruhi perilaku. Beberapa penelitian berfokus pada anak kembar untuk
membandingkan antara sifat dasar (nature) dengan pengasuhan (nurture). Penelitian
ini kadang disebut “genetika kuantitatif”. Akan tetapi, dengan adanya genom
perilaku sekarang, kita dapat mempelajari persoalan kompleks mengenai bagaimana
gen yang berkembang dari variasi dan seleksi alam berfungsi bersama antar gen
maupun dengan lingkungan untuk mempengaruhi perilaku.
02
Efek Genetis dalam
Temperamen
Efek Genetis dalam Temperamen
Ivan Pavlov, seorang fisiolog dari Rusia, juga sangat tertarik dengan
perbedaan-perbedaan yang ada pada sistem saraf individu.
Penelitiannya berfokus pada orientasi respons yang dimiliki oleh
binatang terhadap stimulus-stimulus baru. Pavlov mengetahui bahwa
organisme harus berespons dengan tepat agar dapat bersikap adaptif
terhadap lingkungannya. Pada saat seseorang lahir, perbedaan-
perbedaan sensitivitas dan temperamen tertentu antarbayi terlihat jelas.
Istilah temperamen (temperament) di sini digunakan untuk menyatakan
perbedaan-perbedaan individual dalam derajat reaksi emosionalnya.
Dalam tingkatan fisiologis, manusia menampilkan respons sistem saraf
yang berbeda-beda terhadap stimulus-stimulus yang tidak
menyenangkan, dan pola respons individu ini juga tidak berubah seiring
berjalannya waktu.
Aktivitas, Emosionalitas,
Sosiabilitas, dan Impulsivitas
Terdapat 4 aspek dasar dari temperamen. Pertama, dimensi aktivitas; sebagian anak selalu
bergerak dengan semangat sedangkan anak lainnya akan bersikap lebih pasif. Kedua,
dimensi emosionalitas; sebagian anak sangat mudah marah, takut, atau emosional,
sedangkan anak lainnya lebih tenang dan stabil. Ketiga, dimensi sosiabilitas; anak yang
mudah bergaul akan mudah dekat dan menikmati kebersamaan dengan orang lain.
Keempat, dimensi impulsivitas/agresivitas; yang membedakan anak yang agresif dan kejam
dengan anak yang teliti dan ramah. Kesimpulan mengenai dimensi-dimensi dan model-
model ilmiah dari temperamen biasanya didasarkan pada data hasil observasi, perhitungan,
dan pengklasifikasian terhadap perilaku-perilaku tertentu dari anak. Temperamen dasar
yang ditemukan dalam penelitian mungkin berbeda-beda, tergantung dari perilaku yang
dicatat, kriteria pengklasifikasian, tugas yang digunakan, orang yang memberikan klasifikasi,
situasi, subkultur, dan faktor-faktor lainnya.
Model Temperamen Sistem Saraf dari Eysenck
Beberapa fakta menarik mengenai efek-efek temperamen biologis dalam kepribadian datang dari
penelitian yang dilakukan oleh psikolog Inggris, Hans Eysenck, khususnya mengenai introversi-
ekstroversi. Orang yang introvert umumnya bersifat pendiam, berhati-hati, dan suka berpikir. Orang
yang ekstrovert biasanya lebih aktif, mudah bergaul, dan ramah. Dimensi introversi-ekstroversi
banyak muncul dalam teori kepribadian, Eysenck menghubungkan langsung dimensi tersebut
dengan sistem saraf pusat. Ide dasarnya adalah bahwa orang ekstrovert relatif memiliki tingkat
aktivitas otak yang rendah, oleh sebab itu mereka mencari stimulasi. Di sisi lain, orang introvert
dikatakan memiliki tingkat aktivitas sistem saraf pusat yang lebih tinggi, sehingga mereka cenderung
menghindari lingkungan sosial yang terlalu banyak memberikan stimulus. Lebih khusus, Eysenck
menitikberatkan bagian otak yang dikenal sebagai ascending reticular activating system. Akan tetapi,
hingga saat ini hanya ada sedikit bukti empiris yang menyatakan bahwa sistem otak berhubungan
langsung dengan kepribadian.
Pendekatan, Hambatan, dan Peraturan yang Ada
Usaha yang dilakukan oleh Jeffrey Gray dan kolega-koleganya di London, dalam memperluas
model kepribadian fisiologis yang didasarkan pada aktivitas otak, telah berusaha melibatkan
hasil penelitian ilmu saraf modern. Pendekatan ini mengajukan 2 sistem biologis yang relevan.
Pertama, sistem inhibisi perilaku (behavioral inhibition system/BIS). Sistem ini memberikan
respons penyesuaian diri terhadap situasi-situasi baru dan juga amemberikan reaksi terhadap
hal-hal yang sifatnya menghukum. Jika sistem yang dimiliki bersifat sensitif, Anda cenderung
mudah cemas. Kedua, sistem aktivasi perilaku (behavioral activation system/BAS). Sistem ini
mengatur respons kita terhadap penghargaan, yaitu mengenai cara kita belajar untuk
menikmati aktivitas yang memberikan kesenangan. Jika sistem fisiologis ini sangat aktif, Anda
termasuk orang yang impulsif.
Pencarian Sensasi dan Kecenderungan Adiksi

Sebuah pendekatan sistem saraf yang berhubungan dengan kepribadian berfokus langsung
pada pencarian sensasi (sensation seeking). Para pencari sensasi memiliki kecenderungan
yang konsisten untuk terus mencari aktivitas-aktivitas yang sangat menegangkan, dan
mereka juga tertarik dengan segala sesuatu yang belum mereka ketahui. Sayangnya,
beberapa kecenderungan alami tidak dapat dimengerti dengan baik sampai para psikolog
mempelajari lebih banyak lagi mengenai kerja otak dan saraf, termasuk mengenai
neurotransmitter zat kimia yang digunakan oleh sel-sel saraf untuk saling berkomunikasi.
Salah satu kemungkinannya melibatkan neurotransmitter dopamin. Sebagai contoh, para
pencari sensasi biasanya mengalami kecanduan kokain. Dengan meningkatnya konsentrasi
dopamin karena kokain, keadaan emosi yang tinggi (tetapi semu) mulai terbentuk.
Sayangnya, otak akan sangat terganggu jika tingkat dopamin menurun drastis.
Hemisfer Otak dan Kepribadian

Otak manusia memiliki 2 bagian yang tampak berbeda dengan jelas otak kiri dan otak kanan. Salah
satu metode yang dapat menjelaskan perbedaan biologis dalam kepribadian berfokus pada
perbedaan aktivitas bagian otak masing-masing individu; yaitu perbedaan aktivitas relatif antara
belahan otak kanan dan kiri. Walaupun kedua belahan tersebut saling berhubungan satu sama lain,
setiap belahan memiliki struktur dan fungsi yang berbeda. Belahan otak kiri depan berperan utama
dalam mengatur emosi positif, sedangkan belahan otak kanan depan berperan utama dalam
mengatur emosi negatif. Aktivitas yang relatif lebih besar dari belahan otak kanan berhubungan
dengan lebih besarnya reaksi terhadap perasaan takut dan penderitaan yang dirasakan ketika
dihadapkan pada situasi yang menekan; artinya, seseorang yang belahan otak kanannya relatif lebih
aktif biasanya akan memiliki reaksi yang berlebihan terhadap stimulus negatif.
03
Anak Kembar sebagai
Sumber Data
Anak Kembar sebagai Sumber Data

Kita dapat meneliti pengaruh biologis terhadap kepribadian secara


sistematis dengan mempelajari anak kembar. Banyak penelitian menarik
yang membandingkan antara kembar indentik dengan kembar fraternal.
Kembar identik memiliki struktur genetik yang sama, sedangkan kembar
fraternal (yang berkembang dengan sel telur yang berbeda) memiliki
struktur genetik yang tidak berbeda dengan yang dimiliki orang-orang
yang bersaudara kandung. Pada beberapa dimensi termasuk stabilitas
emosional, ketelitian, kecerdasan, dan ekstroversi kembar identik
memang lebih mirip dibandingkan dengan kembar fraternal. Dengan
alasan tersebut, akan lebih berguna jika kita membandingkan anak
kembar yang diadopsi dengan anak kembar yang dibesarkan secara
terpisah satu sama lain.
Sir Francis Galton
Pada pertengahan kedua abad ke-20, peneliti Inggris Sir Francis Galton mulai
mempelajari pengaruh genetika terhadap kepribadian. Galton membuat pohon
silsilah keluarga dari orang-orang yang terkenal dan hebat. Setelah cukup yakin, ia
menyatakan bahwa darah “kesuksesan” mengalir di keluarga orang-orang terkenal
tersebut. Jika ditinjau pada masa kini, Galton akan disebut sebagai seorang rasis;
karena beranggapan bahwa ornag-orang kelas atas di Inggris merupakan populasi
superior. Karena penelitiannya (yang berarti pada masa itu), Galton melihat
kemungkinan ini dan dan ia mengusulkan dilakukannya penelitian tentang anak---
termasuk anak kembar yang diadopsi.
Penelitian Anak Kembar di Minnesota

Jack dan Oskar adalah 2 orang kembar identik yang dipisahkan sejak lahir
namun bersatu kembali setelah dewasa. Oskar dibesarkan di Jerman oleh
neneknya yang Katolik, sedangkan Jack dibesarkan di luar Eropa oleh ayahnya
yang Yahudi. Jack dan Oskar memiliki kebiasaan yang sama. Keduanya pelupa,
menyukai makanan yang pedas dan berbumbu, dan yang paling penting,
mereka sama-sama memiliki temperamen pemarah dan pendominasi.
Kemiripan ini lebih sedikit dibandingkan dengan kemiripan yang muncul pada
kembar identik yang dibesarkan bersama, sehingga terlihat bahwa
lingkungannya juga memberikan pengaruh.
Pengasuhan dan Variasi Lingkungan Personal
Anak-anak yang dilahirkan dari dan dibesarkan oleh orangtua yang sama akan “berbagi”
bakat biologis dan pengaruh lingkungan yang sama, namun kepribadian mereka
terkadang akan sangat berbeda. Pada batas tertentu, anak-anak yang hidup di keluarga
yang sama akan mengalami pengalaman dan perlakuan yang berbeda. Dalam sebuah
buku kontroversial yang berjudul The Nurture Assumption (1999), yang dikarang oleh
Juditch Rich Harris, berpendapat bahwa orangtua hanya memiliki sedikit peran dalam
kehidupan anak, sedangkan teman sebaya kadang justru memiliki pengaruh lebih besar.
Harris memulainya dengan fakta bahwa kembar identik yang dibesarkan terpisah
memiliki kepribadian yang mirip, sedangkan anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua
yang sama memiliki kepribadian yang berbeda. Dengan berfokus pada teman sebaya,
Harris mengilustrasikan konsep variasi lingkungan personal (nonsharred environmental
variance) yang mencakup fitur-fitur dari lingkungan yang membuat pengalaman
pengasuhan terasa berbeda pada anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang sama.
Kasus Skizofernia
Skizofernia adalah sebuah kondiri mengenaskan di mana seseorang kehilangan kontak
dengan kenyataan. Beberapa orang mungkin mengalami delusi, paranoia, dan berbicara atau
berperilaku dengan sangat aneh. Yang menarik, sampai tahun 1960-an, hampir semua
psikolog dan psikiatris percaya bahwa skizofernia disebabkan oleh terganggunya proses
pengasuhan. Banyak penelitian telah menegaskan bahwa skizofernia cenderung menurun
dalam keluarga, artinya jika salah seorang orangtua mengidap skizofernia, kemungkinan
anaknya akan mengidap skizofernia akan meningkat secara drastis. Kemungkinan ini bahkan
lebih besar jika seseorang memiliki kembaran identik yang mengidap skizofernia.
Kesimpulan dari Kasus Anak Kembar yang
Mengidap Skizofernia
Dengan ditemukannya korelasi antara kasus anak kembar dengan skizofernia,
beberapa orang menyimpulkan bahwa skizofernia merupakan penyakit genetis.
Kesimpulan ini bukanlah kesimpulan yang tepat, banyak juga anak kembar identik
yang memiliki saudara kembar skizofernia tidak menunjukkan kondisi yang sama.
Dihadapkan dengan permasalahan ini, para peneliti sekarang ini menyatakan adanya
“predisposisi genetis” untuk skizofernia; yaitu, gen-gen tertentu menyebabkan
skizofernia lebih mungkin muncul, namun gen tersebut bukanlah penyebab satu-
satunya langsung. Maksudnya, gen-gen tersebut memainkan peranan yang penting,
namun kita tetap tidak dapat mengetahui bagaimana gen tersebut bekerja.
04 Identitas Seksual dan
Homoseksualitas
Identitas Seksual dan Homoseksualitas
Orang yang secara seksual tertarik terhadap sesama jenis sudah ada sejak zaman dahulu di
berbagai belahan dunia. Homoseksualitas ataupun heteroseksualitas merupakan aspek penting
dari kepribadian, sesuatu yang seharusnya dapat dijelaskan oleh teori kepribadian. Dalam analisis
Freud yang sekarang tidak lagi dipercaya, menganggap homoseksualitas sebagai penyakit yang
disebabkan oleh gangguan perkembangan seksual. Menurut Freud, anak normal akan melewati
tahap psikoseksual hingga dorongan seksualnya akhirnya dapat diarahkan, secara dewasa, pada
objek cinta yang tepat yang berjenis kelamin berbeda. Hampir semua anak berhasil melewati suatu
tahap dalam proses ini, tetapi beberapa anak tetap berfokus pada alat kelaminnya sendiri dan
menjadikannya sebagai objek cinta. Pada tahun 1974, American Psychiatric Association (APA)
mengevaluasi invaliditas ilmiah dari penjelasan Freud tersebut dan menghilangkan
homoseksualitas dari buku pedoman gangguan mental, dan melegakan ribuan kaum
homoseksualitas. Sesungguhnya, kebanyakan dari penderitaan yang dirasakan oleh kaum
homoseksual disebabkan oleh reaksi keras masyarakat yang menentang mereka.
Dari Eksotis Menjadi Erotis
Pendekatan lain yang berusaha untuk mengkombinasikan biologi dan proses
sosialisasi untuk menjelaskan homoseksualitas atau biseksualitas terangkum
dalam ungkapan “dari eksotis menjadi erotis” yang diungkapkan oleh Daryl
Bem. Bem mengatakan bahwa temperamen bawaan mempengaruhi anak
kecil untuk ikut serta dalam perilaku yang sesuai dengan gender mereka.
Setelah seseorang mengalami pubertas, ia pasti juga mengalami
keterangsangan fisik dan mengembangkan perasaan terhadap orang lain yang
kuat. Untuk anak perempuan yang tomboy, yang sudah memiliki banyak
teman laki-laki, mungkin malah melihat anak perempuan sebagai sesuatu
yang eksotis, dan kemudian berubah menjadi erotis. Kebalikannya juga
berlaku terhadap laki-laki. Namun teori ini belum diteliti.
Seleksi dalam Keluarga
Mengapa kecenderungan homoseksualitas tidak hilang bertahun-tahun yang
lalu, karena tampaknya tidak ada nilai pertahanan hidup yang melekat pada
kecenderungan ini? Salah satu kemungkinan jawabannya berkaitan dengan
apa yang disebut dengan seleksi dalam keluarga (kin selection). Jika para
keponakan dari kaum homoseksualitas dapat bertahan hidup, kecenderungan
genetis terhadap homoseksualitas juga akan bertahan. Kemungkinan jawaban
yang lain adalah bahwa kecenderungan genetis terhadap homoseksualitas
tetap bertahan karena, dalam suatu cara, kecenderungan itu memberikan
keuntungan reproduktif langsung kepada para heteroseksual yang memiliki
kecenderungan ini.
Pengalaman dari Hormon-Hormon Seksual

Ada juga kemungkinan bahwa beberapa aspek biologis dari homoseksualitas


diakibatkan oleh pengalaman hormonal awal dan bukan disebabkan oleh pengaruh
genetis. Jika kita ingin mendapatkan pemahaman yang menyeluruh mengenai dasar-
dasar biologis dari kepribadian, sangat penting diingat bahwa hasil yang unik muncul
apabila aspek biologis tertentu dari kepribadian bertemu dengan keadaan
lingkungan tertentu. Dalam menganalisis sumber identitas seksual dan perilaku
gender, kita tidak dapat begitu saja memcari rata-rata pengaruh biologis dan
pengaruh lingkungan untuk memprediksi kepribadian.
05
Efek dari
Hal-Hal Biologis
Efek dari Hal-Hal Biologis

Vincent van Gogh, pelukis impresionis yang sangat berbakat, sudah lama dianggap
sebagai seorang jenius yang akhirnya menjadi “gila”. Memang, van Gogh kadang
berperilaku aneh dan memotong telinganya sendiri. Ia kemudian melakukan bunuh diri
pada tahun 1890. Saat ini diketahui bahwa van Gogh mungkin menderita penyakit
Ménière dan bukan gangguang kepribadian sebuah gangguan telinga bagian dalam
yang mengakibatkan rasa puaing yang hebat, perasaan mual, dan gangguan
pendengaran. Penyakit dapat menyebabkan efek-efek dramatis pada pola-pola reaksi
kita, begitu juga dengan zat-zat beracun lainnya.
Efek dari Zat-zat Beracun: Keracunan
Sekarang telah banyak fakta yang mendukung bahwa perubahan dramatis dalam
kepribadian dapat disebabkan oleh keracunan. Saat ini, merkuri biasa digunakan
dalam industri dan pertanian, dan kadang ditemukan ikan yang hidup di perairan
tercemar. Orang yang memakan ikan yang terkontaminasi itu akan mulai
berperilaku aneh; “mengkonsumsi” merkuri diketahui dapat menyebabkan
perubahan kepribadian. Walaupun jarang terjadi kasus keracunan merkuri,
keracunan logam berat yang lain masih banyak terjadi. Saat ini, jumlah anak yang
menderita kerusakan fungsi otak akibat keracunan timbal meningkat secara
signifikan. Timbal meracuni sistem saraf anak yang sedang berkembang,
mengganggu fungsi kognitif, dan menciptakan perilaku menyimpang.
Efek dari Penyakit-penyakit Fisik
Stroke, yang merusak sebagian otak, juga dapat memiliki efek yang dramatis
terhadap kepribadian. Sering kali, seseorang yang tadinya ramah berubah menjadi
agresif dan tidak koorperatif setelah terkena stroke; kadang sifatnya berubah 180
derajat. Perubahan yang terjadi tergantung dari bagian otak mana yang mengalami
kerusakan. Kondisi medis lainnya (seperti epilepsi lobus temporal) dan beberapa
prosedur operasi juga dapat mengakibatkan perubahan kepribadian secara
biologis, namun kasus ini jarang sekali diteliti oleh para psikolog kepribadian.
Efek dari Obat-obatan
Ilegal dan Legal
Banyak efek dari bahan kimia yang muncul bukan tergolong dalam kecelakaan. Obat-obatan yang
sudah sering diresepkan, seperti obat penenang (misalnya Valium), obat tidur (contohnya
Halcion), dan beberapa antidepresan (misalnya Prozac), diketahui memiliki efek jangka pendek
dan juga terkadang efek jangka panjang terhadap kepribadian. Perubahan yang dramatis dan
permanen pada kepribadian memang cukup jarang, namun dapat muncul hanya dengan satu
dosis obat seperti kokain dan LSD. Walaupun obat-obatan legal (menggunakan resep dokter)
banyak diuji keamanan dan kemanjurannya, penelitian yang komprehensif mengenai efeknya
pada kepribadian jurstru jarang dilakukan. Dengan banyaknya orang yang mengkonsumsi obat-
obatan (terutama obat keras), baik legal maupun ilegal, sangat mengejutkan bahwa hanya sedikit
yang kita ketahui mengenai obat-obatan tersebut.
06
Efek yang Dibentuk
oleh Lingkungan
Tropisme
Sama seperti tanaman fototropis yang dipindahkan dari sumber cahaya, sebagian
orang tumbuh mencari lingkungan yang lebih memenuhi kebutuhan dan lebih
mendukung kesehatan dibandingkan dengan sebagian orang yang tetap tinggal
pada lingkungan yang suram dan mengancam kesehatan. Hal ini disebut tropisme
(tropism). Beberapa dari dorongan motivasi ini berasal dari perbedaan
temperamen, yang merupakan kombinasi dari faktor genetis, paparan hormonal,
dan pengalaman-pengalaman kehidupan. Tropisme yang lain lebih berasal dari
lingkungan, seperti hukuman dan imbalan yang mendorong dan menarik anak-
anak dan remaja ke arah jalan kehidupan tertentu.
Apakah Penampilan Seseorang Menjelaskan
Kepribadiannya: Somatotip
W. H. Sheldon mengukur proporsi tubuh orang dan kepribadian mereka lalu
mengambangkan teori mengenai bentuk tubuh, atau somatotip. Somatotipologi
(somatotypology) yang dikemukakan oleh Sheldon membedakan tiga tipe bentuk
tubuh: (1) mesomorf (mesomorph) bentuk tubuh atletis dengan tulang besar dan
berotot; (2) ektomorf (ectomorph) tipe kutu buku dan ramping; (3) endomorf
(endomorph) tipe pendek, bulat, dan gemuk, dan terlihat baik dan sabar. Walaupun
karya Sheldon ini menarik perhatian banyak orang, teori ini tidak didukung oleh
penelitian-penelitian lain. Kita tidak dapat memperoleh informasi-informasi penting
mengenai kepribadian hanya dengan mengukur lingkar perut seseorang. Ide ini
dianggap terlalu sederhana dan bersifat memudahkan.
07
Efek dari Reaksi
Orang Lain
Efek dari Reaksi Orang Lain
Pengaruh lingkungan terbesar dalam perkembangan
psikologis adalah reaksi dari orang-orang di sekitar kita. Rasa
identitas seseorang sangat tergantung pada bagaimana ia
diperlukan. Begitu juga dengan kebalikannya; karakteristik
fisik yang tidak diinginkan terkadang dapat menyebabkan
munculnya reaksi yang tidak menyenagkan, dan
konsekuensinya, seseorang akan lebih mungkin memiliki
citra diri yang negatif.
Stereotipe Daya Tarik Fisik
Penelitian dalam psikologi sosial membuktikan bahwa banyak orang
memperkirakan bahwa anak-anak yang menarik secara fisik akan berbuat baik
dan dapat menjadi orang yang baik. Stereotipe daya tarik fisik ini disimpulkan
sebagai kecenderungan kita untuk percaya bahwa “Apa yang bagus itu baik”.
Efeknya terhadap kepribadian: orang yang menarik secara fisik biasanya
cenderung lebih gembira, walaupun mereka mungkin akan lebih menderita
nanti ketika kecantikan mereka terkikis oleh bertambahnya usia. Lagi-lagi,
kepribadian memang merupakan sebagian hasil dari hal biologis (daya tarik
fisik) tetapi bukan merupakan efek langsung dari gen; melainkan bekerja
melalui reaksi orang lain.
08 Sosiobiologi dan
Kepribadian Evolusi
Sosiobiologi

Studi ilmiah yang mempelajari pengaruh biologi evolusi terhadap respons


organisme dengan memperhatikan permasalahan sosial disebut dengan
sosiobiologi (sociobiology). Umumnya, analisis tipe sosiobiologis diaplikasikan
pada agresi manusia, proses perkenalan, dan hubungan keluarga, karena
agresi, pencarian pasangan, dan pengasuhan anak merupakan fokus utama
dari penelitian yang dilakukan oleh para peneliti biologi evolusi dalam
memperlajari makhluk hidup.
Efek Cinderella

Sosiobiolog mengatakan fenomena Cinderella disebabkan oleh seleksi alam,


yang turut dikembangkan para orangtua tiri dengan memberikan pilihan dan
perlindungan kepada anak kandungnya. Namun, bahkan jika hubungan dengan anak tiri
lebih mungkin menciptakan konflik karena tuntutan evolusi, hal ini tidak berarti bahwa
hubungan yang indah dan penuh kasih terhadap anak tiri tidak dapat terjadi. Banyak
orangtua tiri yang rela mengorbankan hidupnya untuk anak adopsinya.
Evolusi dan Budaya
Dengan adanya pandangan Darwinisme yang mendominasi abad ke-19, ide tentang
“survival of the fittest” sering kali menyebabkan dibentuknya asumsi yang tidak
benar, yaitu “semuanya untuk dirinya sendiri”. Asumsi seperti itu bukanlah yang
dimaksud oleh evolusi dan oleh Darwin, melainkan sudah jelas bahwa pada
spesies-spesies yang komplek seperti primata, yang berevolusi adalah kemampuan
untuk melakukan suatu tipe perilaku tertentu dalam situasi tertentu. Ironisnya,
pada abad ke-20, terjadi kesalahan berpikir bahwa tidak hanya “individu yang
paling dapat bertahan hidup adalah mereka yang dapat mengalahkan yang lain”,
namun juga mengasumsikan (secara salah) bahwa “budaya yang paling dapat
bertahan hidup adalah yang dapat mengalahkan budaya yang lain”.
09
Kebijaksanaan Publik
dan Kepribadian
Kebijaksanaan Publik dan Kepribadian

Darwin berpendapat bahwa spesies berevolusi karena individu-


induvidu yang tidak dapat berkompetisi dengan baik di lingkungan
tempat tinggal mereka cenderung kurang berhasil membesarkan dan
menghasilkan keturunan. Ide mengenai “survival of the fittest” ini
merupakan salah satu konsep yang paling sering disalahartikan dan
disalahgunakan dalam ilmu pengetahuan.
Darwinisme Sosial dan Eugenika: Pseudosains
Masyarakat Eropa-Amerika menentukan bahwa mencoba mengajari orang Afro-Amerika
yang memiliki kemampuan untuk memilih kapas cara membaca tergolong sebagai
tindakan ilegal. Namun, yang dilakukan oleh teori evolusi adalah memberikan
pembenaran pseudosains terhadap tuntutan yang muncul pada kasus apapun.
Penyimpangan terburuk yang akhirnya muncul dikenal dengan istilah Darwinisme Sosial
(Social Dawinism). Para Darwinisme Sosial ini mengaplikasikan teori evolusi secara kasar
dalam masyarakat dan berpendapat bahwa yang secara alami berkompetisi dalam
persaingan untuk hidup tidak hanya individu saja, melainkan juga masyarakat dan
budaya. Banyak psikolog, seperti juga para cendikiawan lainnya, terjebak dalam ide yang
kuat dan salah pada masa itu, dan membiarkan penelitian dan pemikiran mereka
didistorsikan. Banyak yang menulis tentang pentingnya melindungi atau memurnikan
gen-gen orang golongan atas. Pergerakan eugenika menganjurkan beberapa langkah
mengenai sterilisasi orang golongan bawah.
Budaya, Nazi, dan “Ras Superioir”
Jutaan korban telah terbunuh, sebagian karena adanya kesalahpahaman dan
penyalahgunaan ide tentang pengaruh biologis terhadap kepribadian. Adolf Hitler
dan sekumpulan kaum fasis yang kejam mengambil alih masyarakat Jerman yang
bersedia percaya bahwa mereka secara genetis adalah “ras unggul” yang superior.
Aliran determinisme biologis terhadap kepribadian memiliki daya tariknya sendiri.
Bahkan orang-orang yang berpendidikan lebih tertarik pada ide bahwa orang “lain”
pada dasarnya memang inferior dan oleh sebab itu tidak layak memperoleh
kebebasan, keberhasilan, dan bahkan kehidupan. Dalam kasus Hitler dan para
Nazi, yang dianggap inferior adalah kaum Yahudi, gipsi, homoseksual, dan mereka
yang mengalami cacat fisik maupun mental. Banyak ahli medis berperan dalam
mendukung terjadinya pembunuhan massal.
Genom Manusia: Eugenika Ras Masa Depan?

Para ahli biologi bekerja keras dalam proyek genom manusia, sebuah usaha untuk
mengidentifikasi masing-masing gen dan fungsinya, dari berpuluh ribu gen yang
manusia miliki. Tujuan jangka pendeknya adalah untuk mengembangkan
pengobatan untuk penyakit-penyakit menurun seperti distrofi otot. Sangat besar
kemungkinannya bahwa gen-gen (atau pola-pola dari gen-gen) yang
mempengaruhi kecenderungan orang untuk menjadi agresif atau tertekan, pandai
atau pemalu, dan sebagainya akan lebih diketahui.
Thank
You!
CREDITS: This presentation template was created by
Pengalaman
Slidesgo, and includes icons bydari Hormon
Flaticon and infographics
& images by Freepik
-Hor on Seksual

Anda mungkin juga menyukai