Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

Wanita 20 Tahun G1P0A0 Hamil dengan Partus Prematurus Iminens (PPI)

Disusun oleh:

Andrea Safira Salsabila, S.Ked J510225022

Nabila Wanda Sabrina, S.Ked J510225143

Pembimbing :

dr. Aries Hartoto, Sp.OG

LAMAN JUDUL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS

CASE REPORT

Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Wanita 20 Tahun G1P0A0 dengan Partus Prematurus Iminens (PPI)

Penyusun : Andrea Safira Salsabila, S.Ked J5210022

Nabila Wanda Sabrina, S.Ked J5210143

Pembimbing : dr. Aries Hartoto, Sp.OG

Karanganyar, 20 Oktober 2023

Penyusun

Andrea Safira Salsabila, S.Ked Nabila Wanda Sabrina, S.Ked

Menyetujui,

Pembimbing

dr. Aries Hartoto, Sp.OG

Mengetahui,

Kepala Program Studi Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran UMS


dr. Sulistyani, Sp.N

Wanita 20 Tahun G1P0A0 dengan Partus Prematurus Imminens

Andrea Safira Salsabila* Nabila Wanda Sabrina *

*Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta

**Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan RSUD Kabupaten Karanganyar

Abstrak
Partus Prematurus Imminens (PPI) adalah terjadinya ancaman persalinan berupa kontraksi uterus dan/atau
tanda-tanda persalinan lainnya pada usia kehamilan antara > 20 - < 37 minggu. Apabila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat, sering diikuti oleh kelahiran prematur. Prematuritas meningkatkan angka persalinan
sesar dan meningkatkan angka kematian anak. Deteksi PPI penting untuk mencegah kelahiran prematur.

Kata Kunci: Partus Prematurus Imminens

Abstract

Partus Prematurus Imminens (PPI) is the threat of labor in the form of uterine contractions and/or other signs
of labor at a gestational age between > 20 - < 37 weeks. If adequate treatment is not received, premature birth
is often followed. Prematurity increases the rate of cesarean delivery and increases the child mortality rate. PPI
detection is important to prevent premature birth.

Keywords: Partus Prematurus Imminens

PENDAHULUAN turunnya bayi pada wanita hamil yang


lama kehamilannya kurang dari 37
Partus Prematurus Iminens (PPI) adalah
minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari
adanya suatu ancaman pada kehamilan
pertama haid terakhir (Lawn et al., 2021).
dimana timbulnya tanda-tanda persalinan
Komplikasi kelahiran prematur
pada usia kehamilan yang belum aterm
diperkirakan bertanggungjawab atas 35%
(20 minggu-37 minggu) dan berat badan
dari 3,1 juta kematian janin tiap tahunnya
lahir bayi kurang dari 2500 gram. Partus
di dunia. Di Afrika dan Asia Selatan
prematurus atau persalinan prematur
kelahiran prematur terjadi lebih dari 60 %.
dapat diartikan sebagai dimulainya
Di negara-negara berpenghasilan rendah,
kontraksi uterus yang teratur yang disertai
rata-rata, 12% bayi dilahirkan terlalu dini
pendataran dan atau dilatasi servix serta
dibandingkan dengan 9% di negara-
negara berpenghasilan tinggi. Indonesia Siklus mentruasi pada pasien adalah 28
masuk kedalam 10 peringkat negara hari, darah menstruasi normal dengan 3
dengan jumlah kelahiran prematur kali ganti pembalut dalam sehari dengan
terbanyak yaitu sebesar 675.700 kasus. darah paling banyak keluar di hari
Angka kelahiran prematur didefinisikan pertama menstruasi. Hari pertama haid
sebagai persentase bayi yang lahir terakhirnya adalah 15-2-2023 dengan
sebelum usia kehamilan 37 minggu. HPL 22-11-2022, sehingga saat datang ke
Kelahiran prematur bisa terjadi karena rumah sakit usia kehamilan Ny. S adalah
alasan medis dan non medis, beberapa 33 minggu 2 hari. Riwayat penyakit
kelahiran prematur disebabkan karena dahulu seperti alergi, hipertensi, diabetes
Partus Prematurus Iminens (PPI) (WHO, melitus, dan riwayat sakit jantung
2022). disangkal. Riwayat penyakit keluarga
keluhan serupa tidak ada, hipertensi,
LAPORAN KASUS diabetes mellitus, jantung disangkal.

Ny. R berusia 20 tahun datang ke Pada pemeriksaan obstetri


PONEK RSUD Karanganyar pada 6 didapatkan tinggi fundus uteri 25 cm, DJJ
oktober 2023 pukul 06.48 WIB dengan 148 x/menit, Punggung kanan dan pada
keluhan perut kencang-kencang sejak vaginal toucher (VT) didapatkan portio
semalam dan keluar darah dari jalan lahir. mecucu, belum ada pembukaan, STLD
Keluhan pasien tidak disertai dengan (+). Sebelum datang ke PONEK RSUD
adanya demam (-), mual muntah (-), Karanganyar pasien sempat melakukan
pusing kepala (-), lemas (-), BAB normal, USG dan didapatkan hasil DJJ (-).Pasien
nyeri ulu hati (-), nyeri epigastrium (-), didiagnosis primigravida (G1P0A0) hamil
pandangan kabur (-). Pasien di rawat inap 33+2 minggu dengan Partus Prematurus
di RSUD Karanganyar selama 3 hari dan Imminens (PPI). Pasien dirawat inap di
mendapatkan perawatan di PONEK, RB, Ruang Bersalin dan di Usg serta diberikan
dan bangsal Teratai 1. injeksi dexametason 1 amp / 12 jam(4x),
Pregnolin tablet 2x1, Nifedipine tablet
Pasien sudah menikah 5 bulan
3x1, bedrest dan di observasi kondisi
yang lalu, pasien merupakan seorang Ibu
umumnya.
Rumah Tangga. Riwayat menstruasi
didapatkan pasien menarche pada usia 13 Pemeriksaan fisik menunjukkan
tahun dengan lama menstruasi 6-7 hari. kepala normocephal, , konjungtiva anemis
-/-, sklera ikterik -/-, hidung tidak ada n Rujuka
deformitas, massa (-), tidak ada sianosis n
Hematologi
(-), telinga normotia, nyeri tragus -/-,
Lekosit 4,54 4,4-11,3
nyeri mastoid -/-, pembesaran KGB (-/-). (10 /µL)
3

Pemeriksaan thorax terlihat Eritrosit 4,54 4,1-5,1


(10 /µL)
6

payudara kanan dan kiri normal simetris,


Hemoglobin 12,8 12,3-
puting susu menonjol, massa (-), cairan
(g/dL) 15,3
keluar dari puting payudara (-), iktus
Hematokrit 37,8 35-47
cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, (%)
palpasi fremitus kanan dan kiri simetris, MCV (fL) 83,3 82-92
perkusi sonor, dan batas jantung normal MCH (pg) 28,2 28-33
serta saat auskultasi suara terdengar MCHC (g/dl) 33,9 32-37
vesikuler dan bunyi jantung I/II reguler. Trombosit 197 170-394
(10 /µL)
3

Suara bising jantung tidak ditemukan.


Pada pemeriksaan abdomen, saat di Neutrofil (%) 72,7(H 50-70
)
inspeksi tidak ditemukan adanya
Limfosit (%) 20.0 20-40
hiperemis dan massa abnormal, linea
Monosit (%) 5,7 3-9
nigra (-), auskultasi peristaltik, laserasi
Eosinophil 1,4 0,5-5,0
(-), ekstremitas akral hangat, edema (%)
ekstremitas bawah(-) Basofil 0,2 0,0-1,0
N/L 3,64 <3.13
Pemeriksaan laboratorium tanggal
Golongan A
06 oktober 2023 pukul 07.35 WIB darah
hemoglobin 12,8 g/gL, hematokrit 37,8 Kimia Klinik
%, leukosit 4,54 jt/mikroliter , trombosit GDS 105 70-150
197 ribu/mikroliter, gula darah sewaktu (mg/dL)

105 mg/dL. Diagnosis klinis dengan Imunoserologi


G1P0AO hamil 33+2 minggu dengan HBsAg Non Non
Reaktif Reaktif
PPI Hasil laboratorium tanggal 06
HIV Negatif Negatif
Oktober 2023
Hasil USG :
Tabel 1. Pemeriksaan Laboratorium
 Janin tunggal intrauterine
 Presentasi kepala
Pemeriksaa Hasil Nilai  DJJ (+)
 Berat badan janin: 2127 gram
 Jenis kelamin: Perempuan
 Placenta grade 2 di korpus
 Bba kep
Waktu SOAP
kehamilan
6 S/ pasien mengatakan
Oktober kenceng-kenceng Bedres
2023 Pregnolin 2x1
pukul O/ KU: cukup Nifedipine 3x1
08.00 Saturasi paru :
TD: 120/80 mmHg
Dexamethasone 1
N: 80 x/min ampul/12
jam(4x)
S: 36 C Observasi di Rb
RR: 20 x/min

PPV: Lokea rubra 5cc

HIS: (+) ringan


07 S/ pasien mengatakan
DJJ: 140x/menit Oktober kenceng-kenceng,
2023 sudah tidak keluar
Pemeriksaan Fisik: pukul darah flek dari jalan
05.30 lahir
L1: TFU: 25 cm
O/ KU: compos mentis
L2: PUKI
TD: 115/64 mmHg
L3:Letkep
N: 94 x/min
L4: Divergen
S: 36,5 C
VT: Portio mencucu,
pembukaan belum ada, RR: 20 x/min
STLD(+)
DJJ: 142x/menit
Hb: 12,8 mg/dl
VT: Portio mencucu,
Leukosit:10,43 rb/ul pembukaan (-),
STLD(+)
GD:A
Hb: 12,8 mg/dl
HbsAg: Non Reaktif
Leukosit:10,43 rb/ul
HIV: Non Reaktif
GD:A
Pemeriksaan rontgen
thorax: - HbsAg: Non Reaktif

USG : DBN HIV: Non Reaktif

A/ G1P0A0 dengan USG : DBN


PP1
A/ G1P0A0 dengan
P/ Pertahankan
PP1 Nifedipine 3x1

P/ Inf RL Pregnolin 2x1


Inj Dexametasone 1
amp/12 jam
Pregnolin 2x1
Nifedipine 3x1
Bedrest
Obs Ku+VS
Obs.His+DJJ

09 S/ pusing(-) mual
Oktober muntah(-),sesak(-)
2023 sudah BAK(+) BAB(+),
sudah bisa jalan

O/ KU: compos mentis

TD: 100/70 mmHg

N: 80 x/min

S: 36,2 C

RR: 20 x/min

DJJ: 133x/menit

VT: Portio mencucu,


pembukaan (-),
STLD(+)

Hb: 12,8 mg/dl

Leukosit:10,43 rb/ul

GD:A

HbsAg: Non Reaktif

HIV: Non Reaktif

USG : DBN

A/ G1P0A0 dengan
PP1

P/ Inf RL
TINJAUAN PUSTAKA Persalinan preterm merupakan
1. Definisi salah satu penyebab utama mortalitas
Partus prematurus iminens dan morbiditas perintal di seluruh
atau ancaman persalinan prematur dunia. Persalinan preterm
merupakan adanya kontraksi uterus menyebabkan 70% kematian prenatal
yang disertai perubahan serviks atau neonatal, serta menyebabkan
sebelum 37 minggu usia kehamilan morbiditas jangka panjang.
(pada 23 hingga 37 minggu usia 3. Faktor Risiko
kehamilan) dan dapat menyebabkan Pasien ibu hamil dengan
persalinan preterm. Proses persalinan faktor risiko berikut memiliki
berkelanjutan dapat terjadi apabila kecenderungan untuk mengalami
ditemukan kontraksi kurang lebih 4 partus prematurus :
kali per 20 menit atau 8 kali dalam 1. Perdarahan pervaginam
satu jam, terjadi perubahan progresif Perdarahan pervaginam pada masa
serviks seperti pembukaan lebih dari awal kehamilan berkaitan dengan
1cm, perlunakan sekitar 75%-80% peningkatan luaran yang buruk.
atau bahkan ditemukan penipisan Perdarahan baik dalam volume
serviks. sedikit maupun banyak memiliki
Persalinan preterm kaitan dengan partus prematurus,
berdasarkan keadaan klinisnya dapat ablasio plasenta, maupun kehilangan
dibagi menjadi persalinan preterm kandungan sebelum usia 24 minggu.
spontan dan persalinan preterm 2. Faktor sosial ekonomi ibu
karena indikasi, sementara Kebiasaan merokok, penggunaan
berdasarkan risiko prematuritasnya, narkoba, peningkatan berat badan ibu
derajat prematuritas dapat dibagi hamil yang tidak adekuat, obesitas,
menjadi extremely preterm (kelahiran usia ibu terlalu muda atau terlalu tua,
kurang dari 28 minggu usia kemiskinan dan postur pendek pada
kehamilan), very preterm (kelahiran ibu hamil berkaitan dengan partus
pada 28 hingga 31 minggu usia prematurus. Selain itu, aktivitas fisik
kehamilan) dan moderate to late yang berlebih serta faktor psikis ibu
preterm (kelahiran pada 32 hingga 36 (depresi, cemas, stress) juga berkaitan
minggu usia kehamilan). dengan terjadinya partus prematurus.
2. Epidemiologi
3. Riwayat partus prematurus pada persalinan sebelum usia kehamilan 34
keluarga minggu.
Studi menunjukkan bahwa faktor 7. Kondisi kehamilan
genetik juga berperan pada kejadian Wanita hamil dengan kehamilan
partus prematurus, dimana terdapat multiple, plasenta previa, ablasio
gen tertentu yang berpotensi plasenta, hipertensi, gawat janin,
mempermudah terjadinya maupun intra uterine fetal death
chorioamnionitis pada partus (IUFD) memiliki risiko lebih tinggi
prematurus akibat infeksi. untuk mengalami partus prematurus.
4. Riwayat partus prematurus pada 4. Patofisiologi
kehamilan sebelumnya Secara umum, penyebab
Studi menunjukkan bahwa risiko persalinan prematur dapat
mengalami partus prematurus pada dikelompokan dalam 4 golongan
wanita yang memiliki riwayat pada yaitu : 1) Aktivasi prematur dari
kehamilan sebelumnya akan pencetus terjadinya persalinan 2)
meningkat 3 kali lipat dibandingkan Inflamasi/infeksi 3) Perdarahan
pada wanita yang tidak memiliki plasenta 4) Peregangan yang
riwayat. berlebihan pada uterus Mekanisme
5. Interval antar kehamilan pertama ditandai dengan stres dan
Studi menunjukkan bahwa jarak antar anxietas yang biasa terjadi pada
kehamilan yaitu <18 bulan dapat primipara muda yang mempunyai
meningkatkan risiko terjadinya partus predisposisi genetik. Adanya stres
prematurus. fisik maupun psikologi menyebabkan
6. Infeksi aktivasi prematur dari aksis
Infeksi merupakan faktor risiko yang Hypothalamus-Pituitary-Adrenal
paling sering memicu terjadinya (HPA) ibu dan menyebabkan
partus prematurus melalui aktivasi terjadinya persalinan prematur. Aksis
sistem imun. Sekitar 25-40% kejadian HPA ini menyebabkan timbulnya
partus prematurus diakibatkan oleh insufisiensi uteroplasenta dan
infeksi intrauterin.Dilatasi serviks mengakibatkan kondisi stres pada
Studi menunjukkan bahwa sebanyak janin. Stres pada ibu maupun janin
25% ibu hamil dengan serviks yang akan mengakibatkan peningkatan
mengalami dilatasi 2-3cm melakukan pelepasan hormon Corticotropin
Releasing Hormone (CRH),
perubahan pada Adrenocorticotropic hemosistein yang akan
Hormone (ACTH), prostaglandin, mengakibatkan kontraksi
reseptor oksitosin, matrix miometrium.15 Perdarahan pada
metaloproteinase (MMP), interleukin- plasenta dan desidua menyebabkan
8, cyclooksigenase-2, aktivasi dari faktor pembekuan Xa
dehydroepiandrosteron sulfate (protombinase).Protombinase akan
(DHEAS), estrogen plasenta dan mengubah protrombin menjadi
pembesaran kelenjar adrenal. trombin dan pada beberapa penelitian
Mekanisme kedua adalah trombin mampu menstimulasi
decidua-chorio-amnionitis, yaitu kontraksi miometrium.
infeksi bakteri yang menyebar ke Mekanisme keempat adalah
uterus dan cairan amnion. Keadaan peregangan berlebihan dari uterus
ini merupakan penyebab potensial yang bisa disebabkan oleh kehamilan
terjadinya persalinan prematur.13 kembar, polyhydramnion atau
Infeksi intraamnion akan terjadi distensi berlebih yang disebabkan
pelepasan mediator inflamasi seperti oleh kelainan uterus atau proses
pro-inflamatory sitokin (IL-1β, IL-6, operasi pada serviks. Mekanisme ini
IL-8, dan TNF-α ). Sitokin akan dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin,
merangsang pelepasan CRH, yang dan COX-2.
akan merangsang aksis HPA janin 5. Diagnosis
dan menghasilkan kortisol dan Diagnosis partus prematurus
DHEAS. Hormon-hormon ini iminens dapat dilakukan dengan
bertanggung jawab untuk sintesis anamnesis, pemeriksaan fisik dan
uterotonin (prostaglandin dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis
endotelin) yang akan menimbulkan yang dilakukan berpedoman pada
kontraksi. Sitokin juga berperan sacred 7 fundamental 4, serta
dalam meningkatkan pelepasan menggali faktor risiko terjadinya
protease (MMP) yang mengakibatkan partus prematurus iminens. Beberapa
perubahan pada serviks dan pecahnya gejala yang dapat ditemukan yaitu
kulit ketuban. berupa adanya kontraksi selama
Mekanisme ketiga yaitu kehamilan. Adapun kriteria yang
mekanisme yang berhubungan dapat digunakan untuk menegakkan
dengan perdarahan plasenta dengan diagnosis partus prematurus iminens,
ditemukannya peningkatan antara lain:
− Kontraksi yang berulang sedikitnya b. Tatalaksana farmakologi
setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali Hal pertama yang dipikirkan pada
dalam 10 menit. penatalaksanaan persalinan preterm ialah,
− Adanya nyeri punggung bawah apakah ini memang persalinan preterm.
(low back pain) Selanjutnya mencari penyebabnya dan
− Perdarahan bercak menilai kesejahteraan janin yang dapat
− Perasaan menekan pada daerah dilakukan secara klinis, laboratoris,
serviks ataupun ultrasonografi, meliputi
− Pemeriksaan serviks menunjukkan pertumbuhan/berat janin, jumlah dan
telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm keadaan cairan amnion, persentasi dan
dan penipisan 50-80% keadaan janin/kelainan kongenital. Pada
− Presentasi janin rendah, sampai pasien ini didapatkan hamil pertama 33
mencapai spina isiadika minggu, janin presentasi kepala tinggal
− Selaput ketuban pecah dapat hidup, ancaman partus prematur. maka
merupakan tanda awal terjadinya pada pasien ini sudah ditegakkan
persalinan diagnosis ancaman partus prematur
preterm namun belum dapat tanda inpartu
− Terjadi pada usia kehamilan 22-37 selanjutnya diberikan agen tokolisis yang
minggu bertujuan untuk mencegah mortalitas dan
Pemeriksaan fisik yang dapat morbiditas pada bayi prematur, memberi
dilakukan yaitu berupa pemeriksaan kesempatan bagi terapi kortikosteroid
serviks. Apabila ditemukan serviks untuk menstimulir surfaktan paru janin,
pendek (<1cm) disertai tanda serviks memberi kesempatan transfer intrauterine
matang atau inkompensi serviks berupa pada fasilitas yang lebih lengkap dan
pembukaan serviks, maka terdapat risiko optimalisasi personil yaitu dengan titrasi
3-4 kali akan mengalami persalinan nifedipin 10 mg sampai hilangnya his
preterm. maksimal 120 mg dan berikan
6. Tatalaksana maintenance adalah oros 1x30mg dan
a. Tatalaksana non-farmakologi berikan kortikosteroid untuk pematangan
Tatalaksana non farmakologi seperti paru dengan deksamethason 6mg/12jam
tirah baring, abstinensia, hidrasi memiliki selama 2 hari, dan berikan antibiotik
efektivitas yang kurang baik dan untuk mencegah infeksi yaitu clindamisin
dilaporkan beberapa efek samping yang 3x300 mg dan metronidazole 3x500 mg
terjadi. dan edukasi bedrest dan motivasi
pemberian ASI penggunaan alat − Risiko cerebral palsy yang meningkat
kontrasepsi. serta hidrosefalus
Hal ini sesuai dengan penelitian yang − Gangguan neurosensoris
dilakukan Joserizal Serudji dkk, salah satu − Kinerja kognitif dan motorik yang
caranya adalah dengan pemberian berkurang
tokolitik yang dapat mencegah 8. Pencegahan
berlanjutnya proses persalinan yang Tindakan-tindakan yang dapat
bermanfaat setidaknya memberi dilakukan untuk mencegah terjadinya
kesempatan proses pematangan paru. partus
Penelitian yang juga dilakukan oleh prematurus meliputi:
Ming-Xia Ding dan dkk pada tahun 2021 a. Menikah pada usia yang ideal yaitu 20-
mengatakan bahwa Penggunaan 30 tahun dan pada kondisi sosial ekonomi
progesterone dan nifedipine dengan dosis yang cukup.
rumatan secara signifikan dapat mencegah b. Menjaga hygiene untuk mencegah
terjadinya kelahiran prematur dan terjadinya infeksi pada ibu hamil.
memperpanjang usia kehamilan. c. Memperhatikan diet ibu hamil agar
7. Komplikasi nutrisinya cukup.
Partus prematurus iminens dapat d. Melaksanakan kunjungan antenatal
menyebabkan terjadinya persalinan yang teratur.
preterm. Terjadinya persalinan preterm e. Memakai kontrasepsi untuk
dapat mengakibatkan komplikasi pada menjarangkan kehamilan.
bayi baik komplikasi jangka pendek f. Aktivitas pasien seperti bekerja,
maupun komplikasi jangka panjang. perjalanan maupun koitus sebaiknya
a. Komplikasi jangka pendek dibatasi apabila memiliki riwayat partus
− Kematian perinatal prematurus.
− Respiratory distress syndrome (RDS) g. Apabila ibu hamil mengalami demam
− Perdarahan intra-ventrikel (IVH) atau infeksi maka harus segera diobati.
− Displasia bronkopulmoner h. Melakukan kontrol secara seksama
− Sepsis pada ibu hamil dengan penyakit seperti
− Retinopati prematuritas (ROP) hipertensi maupun diabetes mellitus.
b. Komplikasi jangka panjang i. Apabila ibu hamil direncanakan
− Penyakit paru kronis melakukan tindakan pembedahan
− Gangguan penglihatan seperti kebutaan, abdomen atau tindakan operatif gigi yang
ablasio retina, miopia, maupun strabismus berat maka harus ditunda.
9. Prognosis PREMATURUS DAPATKAH
Prognosis partus prematurus DICEGAH: SEBUAH LAPORAN
imminens ditentukan oleh faktor risiko KASUS DI RSUDZA BANDA
pada ibu dan janin. Semakin muda umur ACEH.
bayi, maka prognosis semakin buruk. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 18(2),
Bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi pp.101-103.
untuk dirawat kembali di rumah sakit dan Cunningham, Leveno. Obstetri
memiliki risiko kematian yang lebih Williams. 23rd ed. Pendit B,
tinggi. Dimanti A, editors.Jakarta: EGC;
2013. 846-876 p.
KESIMPULAN
DeCherney A, Nathan L. Late Pregancy
Ny. R usia 20 tahun G1P0A0
Complication in Current Obstetrics
datang ke Ponek RSUD Karanganyar
and
dengan keluhan kencang-kencang dan
keluar darah dari jalan lahir. Setelah Gynecologic Diagnosis and
dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, Treatment.McGraw Hill Co. 2003.
dan pemeriksaan penunjang pasien
didiagnosis PPI. Pasien ibu hamil dengan Serudji J, Effendy R, Bachtiar H.

Perdarahan pervaginam, Faktor sosial Perbedaan Rerata kadar IL-6 Serum

ekonomi ibu, Riwayat partus prematurus


Maternal Berdasarkan Keberhasilan
pada keluarga, riwayat partus prematurus
Pemberian Tokolitik Pada Partus
pada kehamilan sebelumnya, Interval
Prematurus Imminens. 2020;
pada kehamilan, infeksi menjadi faktor
risiko pada PPI. Semakin muda umur Ding M, Luo X, Zhang X, Bai B, Sun J, Qi H.
bayi, maka prognosis semakin buruk. Taiwanese Journal of Obstetrics &
Bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi
untuk dirawat kembali di rumah sakit dan
memiliki risiko kematian yang lebih
tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Andalas, M., Muchsalmina, M., Hamle,
H. and Ridwan, R., 2018.
ANCAMAN PARTUS
Gynecology Progesterone and nifedipine for
maintenance tocolysis after arrested
preterm labor : A systematic review and
meta-analysis of randomized controlled
trial. Taiwan J Obstet Gynecol
[Internet]. 2016;55(3):399–404.
Available from
http://dx.doi.org/10.1016/j.tjog.2015.07.
005

Anda mungkin juga menyukai