Anda di halaman 1dari 2

WASPADA SE MENYERANG DI MUSIM PENGHUJAN

Sejak bulan Oktober 2022 hingga Januari 2023 hujan tak henti-hentinya mengguyur
beberapa titik di Sumatera Utara. Kondisi tersebut memudahkan perkembangbiakan
beberapa bakteri penyakit ternak, salah satunya Septicaemia Epizootica (SE) atau di
kalangan peternak disebut Penyakit Ngorok. Kita ketahui bersama bahwa penyakit tersebut
disebabkan oleh Bakteri Pasteurella multocida. Salah satu Penyakit Hewan Menular
Strategis (PHMS) yang perlu mendapat perhatian adalah penyakit Septicaemia Epizootica
(SE)/ Haemorragic Septicaemia (HS). Penyakit ini sering menyerang sapi atau kerbau,
bersifat akut dengan kematian tinggi dan menimbulkan kerugian yang cukup besar.
Pada Tahun 1987 kerugian ekonomi yang disebabkan oleh penyakit ini pada sapi dan kerbau
di Indonesia sebesar 16,2 milyar. Kementerian Pertanian sendiri telah mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor 4026/kpts/OT.140/4/2013 yang menyatakan bahwa Septicaemia
Epizootica masuk dalam 25 Penyakit Hewan Menular Strategis yang baru. Kita ketahui
bahwa Kerbau menjadi hewan yang memiliki peran penting di masyarakat. Terutama
masyarakat adat di Sumatera Utara.
Salah satu yang saya sorot adalah Kabupaten Padang Lawas yang merupakan wilayah kerja
saya saat ini, yang kerap menjadikan kerbau sebagai ikon budaya dan adat. Namun, tahun
2022 jumlah kerbau di Kabupaten Padang Lawas kian berkurang diakibatkan wabah
SE/Ngorok. Kebanyakan wabah bersifat musiman, terutama pada hujan. Secara sporadik
penyakit ini juga ditemukan sepanjang tahun. Faktor lain yang mempengaruhi adalah
Predisposisi seperti Kelelahan, kedinginan, pengangkutan, anemia dan sebagainya.
Seperti yang tertulis di laman Isikhnas, bahwa Ekskreta hewan penderita SE (saliva/air liur,
kemih dan feses) dapat mengandung bakteri Pasteurella. Bakteri yang jatuh di tanah,
apabila keadaan sesuai untuk pertumbuhan bakteri (Lembab, hangat dan teduh) akan tahan
kurang dari satu minggu dan dapat menulari hewan-hewan yang digembalakan di tempat
tersebut. Sehingga dengan kata lain, kondisi wilayah saat ini di Padang Lawas yang
cenderung digembalakan di kebun sawit dengan sistem pemeliharaan Ekstensif sangat
mudah menularkan penyakit ini.
Adapun cara penularan diduga sebagai pintu gerbang infeksi bakteri ke dalam tubuh hewan
adalah daerah tenggorokan (tonsil region). Hewan sehat akan tertular oleh hewan sakit atau
pembawa melalui kontak atau melalui makanan, minuman dan alat yang tercemar, serta
ekskreta berupa ludah, kemih dan feses juga mengandung bakteri. Kerbau atau sapi yang
terindikasi terjangkit penyakit SE akan menunjukkan gambaran gejala klinis berupa
peningkatan suhu tubuh, respirasi, pulsus/denyut jantung, hewan berbaring, timbul leleran
dan anoreksia.

Lalu, bagaimana pencegahannya?


untuk daerah bebas SE, tindakan pencegahan adalah dengan aturan yang ketat terhadap
pemasukan hewan ke setiap daerah. Lalu, untuk daerah tertular, hewan sehat divaksin
dengan vaksin oil - adjuvant yang bisa kita dapat di Instansi penyedia vaksin. Vaksinasi
dilakukan pada saat tidak ada kejadian penyakit.
Bagaimana jika hewan tersebut sudah terindikasi sakit tertular SE?
1) Penyuntikan antiserum dengan dosis pencegahan;
2) Penyuntikan Antibiotik
3) Penyuntikan Kemoterapeutika
*Khemoterapeutika (kemoterapeutika) adalah obat-obat kimia yang digunakan untuk memberantas dn
menyembuhkan penyakit-pemyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya bakteri, virus,
jamur, protozoa, amuba, cacing, dan sebagainya tanpa merugikan tubuh hewan/manusia.

Anda mungkin juga menyukai