Identifikasi Golongan Alkaloid
Identifikasi Golongan Alkaloid
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Farmasi Analisa
Dosen Pengajar
Lina Elfita, M.Si, Apt
KELAS 3 BD
TAHUN 2015/2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Kimia Farmasi Analisa tentang Identifikasi Golongan Alkaloid. Selain itu tujuan
dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
Kimia Farmasi Analisa secara meluas.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lina Elfita, M.Si, Apt selaku
dosen Kimia Farmasi Analisa, yang telah membimbing kami agar dapat
menyelesaikan makalah ini. Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima
kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu
kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 37
B. Saran ................................................................................................................. 37
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi
bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini,
baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas.
Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir
seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis
tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya
teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat
ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau
alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul
senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis
kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.
1
tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah
mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari
serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk
mempertahankan keseimbangan ion.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Alkaloid?
2. Apa Saja Sifat – Sifat Golongan Alkaloid?
3. Bagaimana Klasifikasi atau Penggolongan Alkaloid?
4. Bagaimana Identifikasi Golongan Alkaloid?
5. Apa Saja Reaksi – Reaksi Gugus Fungsional?
6. Apa Saja Jenis-Jenis Akaloid?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Alkaloid
2. Untuk Mengetahui Sifat – Sifat Golongan Alkaloid
3. Untuk Mengetahui Klasifikasi Penggolongan Alkaloid
4. Untuk Mengetahui Idenifikasi Golongan Alkaloid
5. Untuk Mengetahui Reaksi-Reaksi Gugus Fungsional
6. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Alkaloid
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ALKALOID
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang banyak ditemukan
dialam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas
dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada
tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofida mengandung
alkaloid dengan kadar yang sedikit.
Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat
basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam
molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam
dosiskecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Sebagai
contoh,morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina
berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai
stimulan syaraf (Ikan,1969). Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk
golongan alkaloid tapi atom N (Nitrogen) nya terdapat di dalam rantai lurus atau
alifatis.
3
sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Padmawinata, 1995). Ada juga
alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, danhigrina.
B. SIFAT ALKALOID
1. Sifat-Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih
dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat
berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat
kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan
alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang
tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf
dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak
berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh
berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas
alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan
protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut
dalam air.
2. Sifat-Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya
pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan
elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih
basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin.
Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh;
gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang
ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa
yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi
ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat
menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang
lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik
4
(asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam
perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
b. Golongan Pyrrolidine
Pyrrolidine, juga dikenal sebagai tetrahidropirola, merupakan senyawa organik
dengan rumus kimia C4H9N. Ia merupakan senyawa amina siklik dengan
5
cincin beranggora lima yang terdiri dari empat atom karbon dan satu atom
nitrogen. Ia berupa cairan bening dengan aroma tidak sedap seperti amonia.
Pyrrolidine ditemukan secara alami pada daun tembakau dan wortel. Struktur
cincin pyrolidina dapat ditemukan pada banyak alkaloid alami, seperti nikotina
dan higrina. Ia juga dapat ditemukan pada banyak obat-obatan farmasi seperti
prosiklidina dan bepridil. Ia juga menjadi dasar senyawa rasetam (misalnya
pirasetam dan anirasetam).
Contohnya: Hygrine, cuscohygrine, nikotina
c. Golongan Isokulina
Contohnya : Alkaloid Opium (papaverine, narcotine, narceine), sanguinarine,
hydrastine, berberine, emetine, berbamine, oxyacanthine.
d. Golongan Kuinolina
Contohnya: Kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina,strychnine, br
ucine, veratrine, cevadine.
e. Golongan Tropane
Contohnya : atropine, kokaina, ecgonine, scopolamine, catuabine
f. Golongan Indola
6
Tryptamines : serotonin, DMT, 5-MeO-DMT, bufotenine, psilocybin
Ergolines (alkaloid-alkaloid dari ergot ): ergine, ergotamine, lysergic acid
Beta-carboline: harmine, harmaline, tetrahydroharmine
Yohimbans: reserpine, yohimbine
Alkaloid Vinca: vinblastine, vincristine
Alkaloid Kratom (Mitragynaspeciosa): mitragynine, 7hydroxymitragynine
Alkaloid Tabernanthe iboga: ibogaine, voacangine, coronaridine
Alkaloid Strychnos nux-vomica: strychnine, brucine
a) Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b) Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan
3,4 – dihidrofenilalanin.
c) Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.
7
4. Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer
Dimana alkaloida dikelompokkan atas :
a. Alkaloida sesungguhnya
b. Protoalkaloida,
Merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak
terdapat dalam cicin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa
dari asam amino yang bersifat basa. Pengeertian amin biologis sering digunakan
untuk kelompok ini.
c. Pseudoalkaloida
Tidak diturunkan dari precursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat
basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloida
steroidal dan purin.
D. IDENTIFIKASI ALKALOID
1. Reaksi Pengendapan
a) Reaksi Mayer : HgI2
HgCl2 1 bagian + KI 4 bagian
Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning bening
→ + alakohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass lalu Kristal
dapat dilihat di mikroskop. Jika dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan,
Kristal dapat rusak. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer.
Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun
alkoloidnya.
b) Reaksi Bouchardat
8
I2 2 bagian + KI 4 bagian + aqua ada 100
Cara : sampel zat + pereaksi Bouchardat → coklat merah, + alkohol →
endapan larut.
2. Reaksi Warna
a) Reaksi dengan asam kuat
Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3pekat menghasilkan warna kuning
atau merah.
b) Reaksi Marquis
Pereaksi marquis mengandung formaldehid (1 bagian) dan H2SO4 pekat (9
bagian). Sampel ditambah pereaksi marquis akan menghasilkan warna jingga.
c) Reaksi Warna AZO
Sampel ditambah diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian), ditambah NaOH,
dipanaskan lalu ditambah amyl alkohol menghasilkan warna merah.
d) Reaksi Frohde
Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat.
Sampel ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning kehijauan.
e) Reaksi Mandelin
Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air ditambah
H2SO4 pekat. Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna kuning kehijauan.
3. Reaksi Kristal
a) Reaksi Dragendorf
Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam
nitrit berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka akan
menghasilkan endapan jingga.
b) Reaksi Meyer
Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Ketika sampel
ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan
kuning bening lalu ditambah alkohol endapannya larut. Tidak semua alkaloid
mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi
mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
9
c) Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel ditambah
pereaksi bauchardat menghasilkan endapan coklat merah lalu ditambah alkohol
endapannya larut.
d) Reaksi Fe-complex & Cu-complex:
Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup
dengan cover glass panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.
Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel,
sedikit saja digoyangkan di atasnya à Kristal terlihat.
Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan
hingga berwarna kuning (terbentuk iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakura
di mikroskop.
Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4
dan aqua iod sampai agak kuning pada objek glass). Zat + 1 tetes reagen →
kristal lempeng (coklat/violet).
2. Gugus Metoksi
Larutan dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi formaldehid,
dinyatakan dengan reaksi SCHIFF. Kelebihan Kalium
Permanganat dihilangkan dengan Asam Oksalat.
Hasil positif untuk Brucin, Narkotin, koden, Chiksin, Kotarnin, Papaverin,
Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lain.
3. Gugus Alkohol Sekunder
10
Reaksi SANCHES : Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam HCl pekat,
dipanaskan diatas tangas air = merah-ungu.
Hasil positif untuk Morfin, Heroin, Veratrin, Kodein, Pronin, Dionin, dan
Parakonidin.
4. Gugus Formilen
Reaksi WEBER & TOLLENS : Alkaloida + larutan Floroglusin 1% dalam
Asam Sulfat (1:1), panaskan = merah.
Reaksi LABAT : Alkaloida + Asam Gallat + asam Sulfat pekat, dipanaskan
diatas tangas air = hijau-biru.
Hasil positif untuk Berberin, Hidrastin, Kotarnin, Narsein, Hidrastinin,
narkotin, dan Piperin.
5. Gugus Benzoil
Reaksi bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau ester.
Hasil positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain, Beta eukain, dan
lain-lain.
6. Reaksi GUERRT
Alkaloida didiazotasikan lalu + Beta Naftol = merah-ungu.
Hasil positif untuk kokain, Atropin, Alipin, Efedrin, tropakain, Stovakain,
Beta eukain, dan lain-lain.
7. Reduksi Semu
Alkaloida klorida + kalomel + sedikit air = hitam Tereduksi menjadi logam
raksa. Raksa (II) klorida yang terbentuk terikat dengan alkaloid sebagai
kompleks.
Hasil positif untuk kokain, Tropakain, Pilokarpin, Novokain, Pantokain,
alipin, dan lain-lain.
8. Gugus Kromofor
Reaksi KING : Alkaloida + 4 volume Diazo A + 1 volume Diazo B +
natrium Hidroksida = merah intensif. Hasil positif untuk Morfin, Kodein,
Tebain dan lain-lain.
Reaksi SANCHEZ : Alkaloida + p-nitrodiazobenzol (p-nitroanilin +
Natrium Nitrit + Natrium Hidrolsida) = ungu kemudian jingga. Hasil
11
positif untuk alkaloida opium kecuali Tebain, Emetin, Kinin, kinidin
setelah dimasak dengan Asam Sulfat 75%.
F. JENIS-JENIS ALKALOID
1. Anaesthesin Benzocain
Organoleptis:
Serbuk kristal putih, tidak berbau, rasa menggigit anastesis
Mudah larut dalam alkohol, eter, kloroform, minyak lemak. Sukar larut dalam
air, lebih mudah larut dalam air mendidih
2. Anthipyrin
Organoleptis :
serbuk hablur tidak berwarna atau putih, tidak berbau dan agak pahit
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan
kloroform, agak sukar larut dalam eter
12
+ FeCl3 : merah darah, ditambah H2SO4 dil. : kuning
Larutan zat dalam air + NaNO2 + HCl dil. : berwarna hijau dan timbul kristal
hijau (lama)
Zat + pyramidon + HNO3 encer → berwarna merah coklat
Zat + HNO3 encer (jika perlu dipanaskan) → berwarna kuning
Zat + H2SO4 dil. + KNO2 → hijau
Larutan zat dalam air + asam tannat → panaskan → timbul endapan putih
3. Acidum Nicotinium
Organoleptis:
Kristal putih tak berwarna
Titik leleh 236
Dapat disublimasikan
Reaksi identifikasi:
Reaksi bouchardat → seperti minyak
Larutan + Hg → kristal jarum
Larutan + larutan Cu → endapan biru muda
Di panakan dengan keluar bau pyridine
4. Apomorphin
13
Marquis Zat + 4 tetes formalin + 1 Ungu biru
ml pekat
Zat + Putih
Zat + Hitam
5. Amefetamin
14
dokter ) biasanya digunakan unuk mengobati gangguan hiperaktif karena kurang
perhatian atau attention –deficit hyperactivity disorder ( ADHD) pada pasien dewasa
dan anak-anak. Amfetamin juga digunakan untuk mengobati gejala-gejala luka-luka
traumatik pada otak dan gejala mengantuk pada siang hari pada kasus narkolepsi dan
sindrom kelelahan kronis. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat
secara sintesis dan kini terkenal di wilayah asia tenggara. Amfetamin dapat berupa
bubuk putih , kuning , maupun coklat , atau bubuk putih kristal kecil. Amfetamin
memiliki banyak efek stimulan diantaranya meningkatkan aktifitas dan gairah hdup ,
menurunkan rasa lelah , meningkatkan mood, meningkatkan kosentrasi , menekan
nafsu makan , dan menurunkan keinginan untuk tidur.
Amfetamin
Metamfetamin
Metilendoksimetamfetamin
Marquis Orange
6. Berberin
15
Formula berberin adalah . Berberin adalah amonium kuartener
garam dari protoberberine kelompok isoquinolinealkaloid . Hal ini ditemukan pada
tanaman seperti berberis misalnya berberis aquifolium (oregon anggur), Berberis
vulgaris (barberry), Berberis aristata ( kunyit pohon) , dan xanthorhiza simplicissima
(yellowroot).berberin biasanya ditemukan dalam akar rimpang , batang , dan kulit .
Berberin memiliki warna sangat kuning , yang mengapa pada zaman dulu spesies
berberis digunakan untuk mewarnai wol , kulit dan kayu.di bawah sinar ultraviolet ,
berberin menunjukan kuning yang kuat fluoresensi , sehingga digunaka dalam
histologi untuk perwarnaan herparin pada sel mast. Sebagai pewarna alami , berberin
memiliki indeks warna 75160.
Formilen (+)
16
7. Kinin (Chininum)
Organoleptis :
Reaksi Identifikasi:
Reaksi Thalleiochin → hijau zamrud (warna ini dapat dihasilkan pula jika
dikocok dengan kloroform).
Reaksi ini positif terhadap :
o cinchonin & cinchonidin → endapan putih
o codein → merah rosa
o morfin → coklat merah
o Antipyrin mengganggu reaksi ini
Reaksi Herapathiet :
Reaksi Kristal :
8. Kinkonin (Chinchonin)
Organoleptis :
kristal jarum ortokrombik
Kelarutan : Larut dalam alkohol (1:60), alkohol panas (1:2), kloroform (1:110),
eter (1:500), praktis tidak larut dalam air
Reaksi Identifikasi:
17
Reaksi Fluoresensi
◦ Larutan zat dalam air tidak berflouresensi
◦ Larutan zat dalam asam asetat glasial + H2SO4 + formalin →
berflouresensi (+)
Reaksi warna (-) terhadap Erythrochin, Sanchez (cuprein), dan herapathiet.
9. Codein (Methil Morphin)
Efek kodein terjadi apabila kodein berikatan secara agonis dengan reseptor
opioid di berbagai tempat di susunan saraf pusat. Efek analgesik kodein tergantung
afinitas kodein terhadap reseptor opioid tersebut.Kodein dapat meningkatkan ambang
rasa nyeri dan mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada waktu persepsi
nyeri diterima dari thalamus.Kodein juga merupakan antitusif yang bekerja pada
susunan saraf pusat dengan menekan pusat batuk.
Organoleptis:
o Asal = Papaver somniferum
o BM = 317,4 TL = 154 – 157 oC
o Bentuk = serbuk hablur putih, rasa pahit, tak berbau
o Kelarutan = larut dalam air
Reaksi umum:
o Zat + H2SO4 + FeCl3 à dipanaskan dalam air mendidih à biru + HNO3 à
merah/coklat merah tua.
o Reaksi KING, SANCHEZ, dan FESEZ (+)
o Reaksi FROHDE: kuning-hijau-biru.
18
o Reaksi MANDELIN: hijau biru.
o Reaksi MARQUIS: ungu dalam waktu singkat.
o Tidak bereaksi dengan FeCl3
o Zat + H2SO4 + FeCl3 à biru.
o Zat + NH4OH pekat à merah.
Reaksi kristal:
o + HgCl
o MAYER + spir ; uapkan
o Asam Pikrolon
a. Kodein HCl
Organoleptis
Serbuk hablur putih atau hablur jarum tidak berwarna.
Kelarutan : larut dalam 20 bagian air
Reaksi Identifikasi:
Larutan zat dalam air + AgNO3 à endapan (AgCl), dicuci dengan air +
NH4OH à endapan akan larut kembali.
b. Kodein fosfat
Organoleptis : serbuk hablur atau hablur berbentuk jarum halus; putih;
tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air
panas
Reaksi Identifikasi:
o Larutan zat dalam air dinetralkan dengan NH4OH encer + AgNO3 à
endapan kuning perak fosfat yang larut dalam HNO3 encer & dalam
NH4OH encer.
o Larutan zat dalam HNO3 encer + amonium molibdat à dihangatkan à
endapan kuning kenari terang.
c. Papaverin HCl
Organoleptis : hablur atau serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa
pahit lalu pedas.
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 40 bagian air
Reaksi Identifikasi:
19
o Zat + H2SO4 + FeCl3 à dipanaskan dalam air mendidih à biru + HNO3 à
tidak menghasilkan warna merah /coklat merah tua.
o Zat dilarutkan dalam H2SO4 à dipanaskan hingga suhu 160oC à violet.
o Zat berfluoresensi ungu-biru.
o Reaksi ERDMANN: ungu.
o Reaksi FROHDE: ungu merah kersen.
o Reaksi MANDELIN: hijau biru.
o Reaksi MARQUIS: ungu-coklat rosa.
o Reaksi BOSMAN: larutan zat dalam H2SO4 encer + KMNO4 à dikocok
dengan CHCl3; à lapisan CHCl3 akan berwarna violet kemudian
terbentuk endapan coklat.
o Larutan zat dalam air + AgNO3 à endapan (AgCl), dicuci dengan air +
NH4OH à endapan akan larut kembali.
10. Coffenium (1,3,7-Trimethylpurine-2,6-dione)
Kafein adalah zat alkaloid yang di temukan pada berbagai jenis tanaman
terutama tanaman kopi, cola, teh dan lain sebagainya. Kafein berfungsi sebagai zat
stimulan untuk sistem syaraf pusat, zat perangsang serta dapat menangkal katuk dan
mengembalikan kewaspadaan. Tetapi efek sampingnya, kafein memiliki potensi
menyebabkan penyimpangan kromoson yang bersifat mutagenik.
Kafein dalam bentuk ekstraksinya berupa kristal putih panjang tanpa warna
dan berasa pahit. Kafein pertama kali di temukan dalam biji kopi oleh seorang
ilmuwan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun 1819. Disebut kafein karena
zat ini di temukan pada tanaman kopi. Sedangkan zat serupa yang di temukan pada
tanaman gurana di sebut guaranina. Yang di temukan pada tanaman teh di sebut teina.
Karena begitu banyak naman yang di gunakan padahal merujuk pada zat yang sama
sehingga dapat menyebabkan kerancuan, maka akhirnya zat tersebut secara aklamasi
20
di sebut dengan kafein, sebagai komponen yang paling banyak di temukan pada biji
kopi.
Organoleptis :
o Serbuk atau bentuk jarum mengkilat biasanya menggumpal.
o Berwarna putih
o Rasanya pahit,
o Tidak berbau
o Bersifat netral terhadap kertas lakmus.
Kelarutan :
o Dalam air = 1:50, mudah larut dalam spiritus dan CHCl3, sukar larut
dalam eter, agak sukar larut dalam etanol 95%.
Reaksi Identifikasi:
Reaksi Murexide :
Violet. Warna ini akan hilang jika ada penambahan larutan alkali.
21
11. Cocainum
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat
yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman
belukar Erythroxylon coca,yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari
tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk
mendapatkan efek stimulan.Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal,
khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek
vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik,
bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah
dikenali.
Organoleptis :
o Serbuk putih tidak berwarna tidak berbau sedikit rasa pahit
o T.L : 96 – 98 oC
o Kelarutan : sedikit larut dalam air
Reaksi :
o Garam HCl nya digerus dengan calomol, mereduksi : hitam
o Reaksi BIAL : 10 mg zat + 5 ml H2SO4 pekat + dipanaskan +
diencerkan debgan 2 ml air: bau methyl benzoat dan mengkristal
o Reaksi gugusan benzoil : (+)
o Reaksi BOSMAN : larutan dalam H2SO4 dilarutkan + KMnO4 +
dikocok dengan CHCl : lapisan Khloroformnya berwarna violet setelah
beberapa waktu menghilang.
12.Opiat
22
Opiat adalah campuran dari heroin HCl, thobain, codein HCL, papaverin HCl,
NaCl, narcotin HCl, morphin HCl. Organoleptis opial adalah berbentuk bubuk putih
dan larut dalam air.
KING (+)
Na Zat + Na (+)
b. HgCl2
c. Asam pikrolon
23
Nama kimia papaverin yaitu 1-(3,4-Dimethoxybenzyl ) -6,7 –
dimethoxyisoquinoline hidroklorida. Pemerian papaverin yaitu putih atau hampir
putih, bubuk kristal atau kristal putih atau hampir putih, tidak berbau; rasa pahit lalu
pedas. Kelarutannya sedikit larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol. Memiliki berat
molekul 375.9. Titik lebur 226◦C. Titik didih 483.2◦C at 760 mmHg. Titilk nyala
172.2◦C.
Penggunaan
Papaverin HCl mempunyai sedikit aksi analgesik. Dignakan seebagai relaksasi
otot polos pada penyakit peripheral vascular, thrombo – angittis obliterans, terapi
spasme koroner, usus, ureter, dan biliary colic serta dysmenorrhoea. Juga digunakan
untuk pencegahan setelah operatif pulmonary collapse dan sebagai bahan dari spray
digunakan untuk menyerang asma. (British Pharmaceutical Codex, 1959 ).
Papaverin HCl memiliki efek spasmolitik pada otot polos. Efek spasmolitik
utamanya terjadi pada pembuluh darah termasuk pembuluh darah arteri koroner,
serebral, paru, dan perifer, serta merelaksasi otot polos pada bronkus, saluran cerna,
ureter, dan saluran kemih. Papaverin merelaksasi otot jantung dengan menghambat
simulasi otot jantung secara langsung, memperpanjang periode refraksi, dan
menghambat konduksi. Papaverin memiliki efek minimum pada kerja sistem saraf
pusat, namun pada dosis tinggi dapat menimbulkan efek depresan pada beberapa
pasien. Papaverin juga memiliki yang lemah untuk meningkatkan aktivitas. Ca-
channel juga memiliki efek yang lemah untuk meningkatkan aktivitas Ca-channel
bloker pada dosis tinggi. (AHFS Drug Information 2002,p.1905 ).
Reagen Reaksi Hasil Pengamatan
24
Mandellin Zat + H2SO4 + FeCl3 Hijau biru-biru
14. Phenacetin
Organoleptis: berbentuk bubuk hablur, warna putih, rasa pahit. Kelarutan air
0,06 , spir 6,7 , eter 1,5. Titik lelehnhya 134◦C-136◦C
- NaHCO3 : negatif
25
- Na2CO3 : pelan-pelan
cokelat
Didorkoral Ungu
15. Pyramidon
Sifat Pyramidon:
o Bentuk bubuk hablur putih
o Tidak berbau
o Kelarutan dalam air 1 : 18.
o Kelarutan dalam spiritus 1 : 15
o Larut baik dalam eter dan kloroform
Reaksi Pengendapan :
1. Reaksi Mayer
Perlakuan : Pyramidon + HCl 0,5 N + reagen (HgCl2 + KI + aquadest)
menghasilkan endapan berwarna kuning
2. Reaksi Bouchardart
Perlakuan : sama seperti Reaksi Mayer. Namun, dapat larut lagi dalam spiritus
berlebih
3. Asam Pikrat
Perlakuan : larutan asam pikrat dalam air (1 : 1000) akan menghasilkan
endapan alkaloid pekat
Reaksi Warna:
1. Dengan FeCl3 campuran menghasilkan warna ungu dan jika ditambakan H2SO4
maka warna berubah menjadi merah-darah-violet.
2. Dengan AgNO3 campuran menghasilkan warna biru-ungu dengan endapan
berwarna abu-abu
3. Dengan HNO3 pekat campuran menghasilkan warna kuning-hijau tua yang jika
ditambahkan berlebihan maka warna akan menghilang
4. Dengan Aqua Brom menghasilkan endapan
26
16. Phenetidin
Sifat Phenetidin :
o Berat Molekul = 137
o Bentuk Cairan dan jika terkena udara teroksidasi menjadi warna coklat
o Larut dalam alkohol dan larut dalam air
Reaksi Warna
1. Dengan FeCl3 campuran perlahan berubah menjadi warna ungu
2. Dengan HCl campuran perlahan berubah menjadi warna merah keunguan
3. Dengan HCl yang ditambahkan dengan K2CrO7 campuran berubah menjadi
warna ungu.
Reaksi
1. Reaksi Vlezenbeek
Perlakuan : larutan zat ditambahkan sedikit rosarsin dan ditambahkan NaOH
lalu ditambahkan I2 0,1 N terbentuk reazuurine sebagai hasil oksidasi resorsin
berwarna ungu. Bila diasamkan dengan HCl berlebih menghasilkan campuran
yang berwarna kuning.
2. Reaksi Ekkert
Perlakuan : larutan zat ditambahkan resorsin dan ditambahkan H2SO4 pekat
dan dipanaskan di atas ai kecil mendidih lalu didinginkan setelag itu
ditambahkan air ,resorsin dan NaOH + I2 menghasilkan warna ungu merah dan
jika berfluor akan menghasilkan wana merah coklat.
17. Pulvis Dovari
Pulvis dovari merupakan campuran dari opium, radix Ipecac dam K2SO4.
Sifat Pulvis Doveri
o Bentuk bubuk
o Warna coklat kelabu
27
Reaksi-Reaksi
o Dengan reagen Marquis campuran menghasilkan warna ungu muda dalam 5
menit
o Dengan reagen fluoride campuran menghasilkan warna hijau kotor
o Dengan FeCl3 campuran akan menghasilkan warna merah jingga
Pemerian:
o Berbentuk Kristal putih
o Tidak berbau
o Rasa pahit - asam
Kelarutan :
o Dalam air 1 : 12
o Dalam spir 1 : 6
28
o Dalam CHCl 1 : 3
Reaksi
o Mayer (+)
o Bouchardat (+)
o Zat + 1 tetes dinitrobenzene -> di aduk = ungu kecoklatan
o Larutan dalam air + NaOH = endapan seperti minyak tidak berwarna dan
ketika di gosok dengan batang pengaduk menjadi Kristal.
o Larutan + asam pikrat = Kristal kuning.
o Aqua brom = jingga seperti tetes minyak.
19. Morphinun
Pemerian
o Bubuk Kristal putih
o Berbentuk Kristal jarum
o Rasa pahit
o BM = 375,5
Kelarutan
o Dalam air 1 : 22
o Spir 1 : 55
Reaksi
o Mayer (+)Frohde = ungu – hijau
o Marquis = ungu (segera)
o Sancez, King, Pesez = (+)
o Larutan dalam H2SO4 + KI + CHCl3 -> dikocok -> ungu
o + K2Fe(CN)6 + FeCl3 = biru
o Reaksi Huseman
29
o Zat + H2SO4 pekat + dipanaskan di atas api + HNO3 65% + KNO3 Padat =
violet merah – merah darah
20. Nicotin
Pemerian
o Cairan mudah menguap
o Rasa pedas
o Bau spesifik seperti tembakau
o Titik didih = 247 Celcius
Reaksi
o Larutan dalam spir + beberapa butir 2,4 dinitriklorobenzen dipanaskan di atas
waterbath. Sesudah dingin + spir KOH = merah ungu
o Sanchez = Vanillin HCl 25% = merah rose, jika dipanaskan warnanya semakin
intensif.
o P-DAB HCl = merah ungu
Reaksi Kristal
a. K2Fe(CN)6
b. DRGENDORF
c. HgCl2
d. Asam pikrolon
21.Eukinin
Organoleptis : Hablur putih, berbentuk bulu atau jarum, tidak berbau, tidak
berasa, jika dikunyah agak pahit
Kelarutan : Dalam air (tidak larut), dalam spiritus (1:2)
Reaksi untuk identifikasi:
30
Larutan zat dalam H2SO4 : berfluorosensi biru
Zat ditaburkan pada H2SO4 pada objek glas dilihat dibawah mikroskop, maka
akan timbul gas.
Zat + 10 ml HCl (p) 0,25%, kocok kuat, saring. Pada 5 ml filtrat tambahkan 2-
3 tetes brom dan 1 ml NH4OH (e) → terjadi warna hijau
Zat + asam asetat + H2SO4 (p) → dipanaskan diatas waterbath → menghasilkan
bau etil asetat
Zat + 2 ml NH4OH + 5 ml I2 → panaskan diatas penangas → timbul bau
iodoform
Zat + 10 ml KOH (p) 2,5% dalam etanol → mula-mula larut, berangsur-
angsur terbentuk endapan putih
22. Ergotamin
Rumus Kimia: )
Berat Molekul: 13212
Titik leleh : 197 derajat Celcius
Kelarutan : dalam air 1 : 500
Sifat fisikokimia : Sedikit higroskopis, kristal tidak berwarna atau hampir berwarna
putih. Senyawa ini mungkin mengandung 2 molekul metanol kristalisasi. Sedikit larut
dalam alkohol. Larutan dalam air berubah menjadi keruh jika terhidrolisis, hal ini
dapat dicegah dengan penambahan asam tartrat.
Reaksi untuk identifikasi:
zat + asam asetat glasial + etilasetat + H2SO4 pekat mengahsilakan merah
ungu
Zat + FeCL3 menghasilkan warna ungu
Zat + H2SO4 menghasilkan warna ungu kebiruan
31
Zat + Reaksi FROHDE menghasikan warna ungu kebiruan
Zat + Reaksi MANDELIN menghasilkan warna biru
Zat + pereaksi MARQUIS menghasilakn warna biru merah ungu.
23. Ergotoxin Nethan Sulfat
Biasanya bubuk putih dan hygroskopis reaksi:
Reagen Reaksi Hasil
FROHDE Zat + FROHDE Jingga muda, hijau,
hitam, hitam ungu
MARQUIS Zat + MARQUIS Ungu – ungu coklat
sampai hitam
H2SO4 pekat Zat + H2SO4 pekat Jingga muda, jingga
hijau abu-abu
HNO3 Pekat Zat + HNO3 pekat Merah jingga-fluor biru
FeCl3 Negative
AgNO3 Negative
24. Ergometrin
Organoleptis :
Kristal putih tak berbau
Titik leleh 195oC – 197oC
Larut dalam air 1:36
Reaksi:
Ditambahkan dengan Di Metil Amino Benzaldehid (DAB HCL) Menghasilkan
warna biru.
Larutan dalam air berfluorisensi biru.
25. Emetin
32
Organoleptis :
Reaksi:
Organoleptis :
Kristal tak berwarna
Titik leleh 40oC
Kelarutan dalam air 1:20
Reaksi:
+ sulfanilat + NaOH menghasilkan warna merah
+ HCL + H2O2 + NaCl + NaOH larutan berwarna merah violet
27. Heroin
33
Kristal putih tak berbau
T1. 171 O -173 O C
Kelarutan: air tidak larut
Larut dalam H 2 SO 4 encer + H 2 SO 4 pekat+ spir
Reaksi:
+Focl3 +k3fo(oN)6=biru berlin
+venilin +HO1=Merah ungu
+H2SO4+ KBr dipanaskan = hijau
Reaksi kristal:
HCL2
IRADFNDORF
28. Hydrastin
Reaksi :
FROHDE= Kuning –hijau
H2SO4= Kuning- violet
MANDELLIN=merah jingga
+ KmnO4: BIRU
Reaksi kristal:
Asam piknolon
K4f(cn)6
29. Hyoscyamin
34
Reaksi kristal:
Oclat, prisma, T.L = 176 O c
AuCl2: lempeng kuning, TL: 165 O C
PtCl2 : prisma arang, TL= 206 o c
Asam pikrat: TL=165 O -166 O C
30. Theobromin
Kelarutan : Dalam air = 1:0.03, dalam Spiritus= 1:0.02 , dalam eter = 1: 0.004.
Reaksi Identifikasi:
Raksi Murexide ( + )
Parri (- )
Zat + larutan tannian à Endapan putih
Zat + HCl + Aq. Iod àEndapan coklat à hijau tua
Reaksi Kristal
31. Strychnine
Organoleptis :
Berwarna putih atau translucent Kristal atau serbuk kristalin, rasa masam
Reaksi Identifikasi :
35
2 g serbuk kayu dilembabkan dengan 5 ml ammoniak 30% kemudian gerus
dalam mortir,tambahkan 20 ml kloroform P dan gerus kuat-kuat, saring
filtrat dibagi 2 (lapisankloroform).
filtrat diteteskan pada kertas saring, kemudian tetesi dengan pereaksi
Dragendorft terjadi warna jingga.
ekstraksi filtrat dengan 10 ml asam klorida (1:10).
tambahkan pereaksi Dragendorft menjadi endapan jingga.
tambahkan pereaksi Mayer menjadi endapan putih
36
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Alkaloid adalah Kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk
gugus fungsi amin. Pada umumnya, alkaloid mencakup senyawa bersifat basah
yang mengandung 1/ lebih atom nitrogen,
2. Alkaloida tidak mempunyai tatanama sistematik. Oleh karena itu suatu
alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin,morfin, dan stiknin.
3. Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih
dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini
dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat
basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus
fungsionalnya)
4. Klasifikasi alkaloid dapat berdasarkan taksonomi, berdasarkan Biosintesis dan
berdasrkan klasifikasi kimia (nonheterosiklik alkaloid, herodinine (Horedeum
Vulgare) Ephedrine (Ephendragerardiana), gentaecea, heterosiklik alkaloida).
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan yaitu ada baiknya pemberian petunjuk untuk
mendapatkan literatur, dan menyamakan persepsi terlebih dahulu. Agar materi
yang dirujuk sesuai dengan apa yang mestinya di sampaikan.
37
DAFTAR PUSTAKA
iv