Anda di halaman 1dari 5

Pembuka Khutbah Pertama

Maasyaral muslimin

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (Q.S. Ar-Rahman: 60)

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan (orang lain)
merasa aman dari kejelekannya.” (HR. At-Tirmidziy no. 2263).
“Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia
lainnya.” (HR. Al-Qadlaa’iy dalam Musnad Asy-Syihaab no. 129, Ath-
Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5787).

Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak boleh bersikap semau-maunya. Ada tata
krama yang mesti diacuhkan saat mengerjakan segala sesuatu. Begitupun yang
diajarkan dalam Islam, terdapat adab yang mesti diatuhi oleh umat Muslim.

Secara keseluruhan, adab memiliki makna segala format sikap, perilaku atau tata
cara hidup yang menggambarkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi
pekerti atau akhlak.

Mengutip pengakuan Abu Isma’il al-Harawi, pengarang buku Manazil as-Sa’irin, yang
dimaksud dengan adab ialah menjaga batas antara berlebihan dan meremehkan serta
memahami bahaya pelanggaran. Keberhasilan seseorang seringkali ditentukan oleh adab
yang dimiliki.

Dilihat dari akar katanya, istilah etika berasal dari kata yunani, ethos yang
berarti “watak” atau “adat”. Kata ini identik dengan istilah moral yang
embrionya berasal dari kata latin mos (jamak,mores) yang berarti juga adat
atau “cara hidup”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia sepadan dengan kata
“kesusilaan”. Istilah ini diambil dari bahasa Sansekerta, yaitu “su” yang
menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat (habit, Inggris) karena
persetujuan atau praktek sekelompok manusia. Atau, etika adalah dasar-
dasar yang baik hubungannya dengan tingkah laku yang baik.[1]

Nilai-nilai etika, moral atau lebih tegas dan lebih luas sering
disebut akhlaqul-karimah merupakan salah satu tema pokok Islam,
barangkali berada pada urutan kedua hanya setelah ajaran Tauhid.
Dipandang sangat penting dan sentralnya persoalan etika, moral dan akhlaq
itu terlihat dari hadits Nabi SAW yang berbunyi : “innamaa bu’itstu li
utammima makaariamal akhlaaq”, sesungguhnyalah aku di utus (oleh Allah
SWT) untuk menyempurnakan akhlaq mulia.

Lebih daripada sekedar mengeluarkan pernyataan tersebut, Nabi Muhammad


juga menampilkan diri sebagai uswah hasanah, contoh teladan yang baik.
Ekspresi dan aktualisasi diri Nabi Muhammad SAW selanjutnya terbentuk
menjadi tradisi, yang disebut sebagai Sunnah Nabi. Sekali lagi, otoritas
Sunnah Nabi merupakan sumber pokok kedua ajaran Islam hanya setelah al-
Qur’an. Karena itulah setiap orang Muslim mesti berusaha mengikuti Sunnah
Rasul, yang sebgian besarnya sesuai dengan tuntunan al-Qur’an.
Pentingnya masalah etika, moral dan akhlaq dalam islam memunculkan
beberapa level wacana dan praksis. Pada level yang paling dasar adalah
tradisi fiqih yang pada dasarnya adalah legal ethics, etika umum. Secara
umum fiqih dipandang sebagai tradisi dan rumusan-rumusan lebih berkenaan
dengan kewajiban moral daripada hak-hak hukum (legal rights). Atas dasar
inilah sementara ahli tentang Islam menyebut ketentuan-ketentuan fiqih
sebagai doktrin etika dan kewajiban.

Pada tahap ini, fiqih dipandang sama dengan syari’ah. Karena itu, fiqih
menjadi sangat dominan dalam wacana etika Islam, dan fiqih terus
berkembang karena lembaga-lembaga pemberi fatwa, seperti mufti dan
lembaga lain terus mengeluarkan fatwa sampai sekarang ini, sebagai respon
terhadap berbagai masalah yang muncul dikalangan umat Islam. Disini, fiqih
sebagai legal ethics merupakan konstruksi sosial terhadap syari’ah, yang
cenderung hanya memberikan prinsip-prinsip dasar yang terbuka bagi
penafsiran dan konstrusi baru.

Pada level selanjutnya, tradisi etika dalam Islam juga berkaitan banyak
dengan adab. Jika legal ethics banyak bersumber dari syari’ah dan sumber-
sumber hukum lainnya, adab seringkali bersandar pada adat kebiasaan
tentang hal-hal yang pantas dn tidak pantas, yang baik dan tidak baik dalam
kehidupan sosial, dan tentu saja juga dalam kehidupan politik. Tadisi adab
dalam Islam pada dasarnya mereperentasikan pendekatan moral humanis
terhadap etika dan moralitas.

Akhir Khutbah Pertama


Khutbah Kedua

Anda mungkin juga menyukai