Dra 1
Dra 1
+ 1,20
✓ Sebagai contoh ClO4 -
ClO3- bermakna:
+7 +5
ClO4-(aq) + 2 H+(aq) + 2 e- ClO3-(aq) + H2O(l) E0 = + 1,20 V
+ 0,89
n1Eo1 + n2Eo2
Eo =
n1 + n2
✓ Contoh: Gunakan diagram Latimer untuk menghitung harga Eo untuk reduksi
HClO menjadi Cl- dalam larutan asam
Jawab: bilangan oksidasi klor berubah dari +1 pada HClO menjadi 0 pada Cl2 pada
step pertama dan dan dari 0 pada Cl2 menjadi -1 pada step berikutnya. Jadi
n1 = 1 dan n2 = 1
Dari diagram Latimer dapat dituliskan
n1Eo1 + n2Eo2
Eo = = 1,63 V + 1,36 V/(1+1) = + 1,50 V
n1 + n 2
✓ Diagram Latimer dapat dipakai untuk menunjukkan spesies mana yang dapat
mengalami disproporsionasi, yaitu apabila potensial di sebelah kanan dari spesies
yang ditinjau > daripada potensial di sebelajh kiri yang ditinjau
✓ Contoh: Diketahui diagram Latimer
+ 0,70 + 1,76
O2 H2O2 H2 O
Berdasarkan harga potensial di sebelah kanan yang > daripada harga potensial di
sebelah kiri, maka dapat diketahui kalau H2O2 tidak stabil terhadap
disproporsionasi ke O2 dan H2O
Hal ini dapat diterjemahkan dengan persamaan-persamaan reaksi paro berikut:
1. Semakin tajam slope garis yang menghubungkan antar 2 titik, semakin besar pula potensial
reduksi standardnya
Reduktor, Oksidator,
2. Untuk reaksi redoks antara 2 spesies: teroksidasi tereduksi
nEo
a) Oksidator adalah spesies dalam keadaaan
teroksidasi yang perubahannya ke spesies
pasangannya menghasilkan slope lebih positif
b) Reduktornya adalah spesies dalam keadaan
tereduksi yang oksidasinya ke spesies
pasangannya menghasilkan slope yang kurang
positif
Bil. oksidasi
3. Suatu ion atau molekul dalam diagram Frost adalah tidak stabil terhadap disproporsionasi
jika spesies tersebut terletak di atas garis yang menghubungkan 2 spesies yang
mengapitnya
nEo
Tidak stabil terhadap
G2 2
disproporsionasi
interpretasi
G1
1
Grata-rata
G3
3
2
1
Bil. oksidasi
Ketergantungan diagram latimer dan Frost pada pH
✓ Untuk contoh anion oksi di atas dapat diringkas apabila proses reduksi memerlukan pelepasan oksigen,
reaksi akan mengkonsumsi H+ dan semua anion oksi tersebut merupakan oksidator yang lebih kuat pada
kondisi asam daripada kondisi basa
(2) Fe3+(aq) + 3 H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3 H+(aq) (Reaksi asam basa bukan reaksi reduksi)
(4) Fe2+(aq) + 2 H2O(l) → Fe(OH)2(s) + 2 H+(aq) (Reaksi asam basa bukan reaksi reduksi)