Persoanalan Pengukuran Variabel Keagamaan
Persoanalan Pengukuran Variabel Keagamaan
Abdul Mujib
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LOGO
Pertama,
Semua perilaku dalam social-keagamaan terikat oleh
nilai baik-buruk, sementara pengukuran ilmiah
bersifat objektif dan bebas nilai yang tidak melibatkan
penilaian baik buruk?
Ada 2 pendapat:
a. Tidak Perlu diukur (kuantitatif), tetapi dinilai saja
(kualitatif)
b. Kalau diukur, itupun untuk kepentingan self-
evaluation
LOGO
Kedua,
Perilaku dalam social-keagamaan bersifat metaempiris
(seperti ikhlas dan takwa) yang sulit diukur secara
kuantitatif.
Ada 2 pendapat:
a. Selama variabel perilaku dapat di-definisi-operasional-kan
maka variabel itu dapat diukur
b. Variabel perilaku tidak perlu diukur karena normanya tak
terjangkau dengan indikator empiris, seperti ‘takwa’ Nabi
hanya mengatakan “al-taqwa ha huna, Takwa itu di
sini/menunjuk dada”
c. Terhadap variabel perilaku tertentu yang dapat diukur, seperti
sabar, sukur, jujur, namun ada yang tidak perlu diukur seperti
ikhlas dan takwa.
LOGO
Ketiga,
Apakah hasil pengukuran perilkaku agama
berlaku sebagaimana hasil pengukuran variabel
pada umumnya, yang memiliki ciri realtif dan
tentatif. Pengukuran ikhlas ternyata tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja, maka rekomendasi penelitiannya adalah
tidak perlu ikhlas dalam kerja, karena tidak
memberi pengaruh terhadap kinerja karyawan.
LOGO
Keempat,
qApakah perilaku sosial-keagamaan itu tahapan
(maqamat) atau bukan?
qKalau perilaku agama itu tahapan maka variabel
tidak boleh disejajarkan, harus menggunakan
analisis jalur (path analysis), Contoh “Pengaruh
Sabar terhadap Kepuasan Pernikahan melalui
Sukur sebagai Mediatornya. Jika bukan tahapan
maka bisa disejajarkan. Contoh “Pengaruh
sabar dan sukur terhadap Kepuasan
Pernikahan”
LOGO
Sabar (X1)
Kepuasan
Pernikahan (Y)
Syukur (X2)
Kepuasan
Sabar Syukur Pernikahan
Variabel Variabel
independen dependen
Variabel
moderator