Anda di halaman 1dari 42

MODUL AJAR

ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN SOSIAL (IPAS)


ZAT DAN PERUBAHANNYA

FASE E

Penyusun:

JULAIDAR, S.Pd
MODUL AJAR
ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN SOSIAL (IPAS)

1. INFORMASI UMUM
A. Identitas Modul
Nama Penyusun : Julaidar, S.Pd
Sekolah : SMK Negeri 1 Gandapura
Tahun pelajaran : 2022 -2023
Fase/ Kelas : E/ X
Alokasi waktu : 2 x pertemuan (6 x 45 menit)
B. Kompetensi Awal
Kompetensi awal yang harus dimiliki peserta didik sebelum mempelajari modul
ini adalah peserta didik telah mampu menyebutkan wujud zat (padat, cair, gas).

C. Profil Pelajar Pancasila


PROFIL PELAJAR PANCASILA
Mandiri: Menekan pada kemandirian dalam belajar, sehingga peserta
didik memiliki prakarsa atas pengembangan dirinya yang tercermin
dalam kemampuan untuk bertanggung jawab, memiliki rencana strategis,
melakukan tindakan dan merefleksikan proses dan hasil pengalamannya.
Gotong Royong (Kolaborasi) : Mengarahkan peserta didik untuk
membangun tim dan mengelola kerjasama untuk mencapai tujuan
bersama sesuai dengan target yang sudah ditentukan
Bernalar Kritis: Mengarahkan peserta didik untuk berpikir secara
objektif, sistematik dan saintifik dengan mempertimbangkan berbagai
aspek berdasarkan data dan fakta yang mendukung, sehingga dapat
membuat keputusan yang tepat dan berkontribusi memecahkan masalah
dalam kehidupan, serta terbuka dengan penemuan baru.
Kreatif : Modul ini mengarahkan peserta didik untuk mampu
memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna,
bermanfaat dan berdampak bagi lingkungan sekitar. Memiliki keluwesan
berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan
Berakhlak Mulia (Akhlak kepada Alam) Menjaga Lingkungan
Alam Sekitar: mengarahkan peserta didik untuk mampu mewujudkan
rasa syukur dengan membangun kesadaran peduli lingkungan alam
dengan menciptakan dan mengimplementasikanm solusi dari
permasalahan lingkungan yang ada.

D. Sarana Dan Prasarana

SARANA DAN PRASARANA


 Alat tulis dan buku
 LKPD
 Video Perubahan Wujud Zat
 Video sifat fisika
 Video perubahan fisika beserta contohnya
 Laptop/iPad/HP
 Video cara membuat alat penjernih air

E. Target Peserta Didik


TARGET PESERTA DIDIK
Semua siswa dalam kelas masing-masing dipetakan berdasarkan profil
belajar murid (Visual, Auditori, Kinestetik)
Jumlah peserta didik dalam pembelajaran maksimal 30 peserta didik

F. Model Pembelajaran
KETERSEDIAAN MATERI MODEL & MODA
PEMBELAJARAN
 Pengayaan untuk siswa  Model Pembelajaran : Project
berpencapaian tinggi: YA / Based Learning
TIDAK  Moda Pembelajaran : Luring
 Alternatif penjelasan, metode,
atau aktivitas, untuk siswa yang
sulit memahami konsep: YA /
TIDAK
ASESMEN JENIS ASESMEN
 Individu  LKPD
 Kelompok  Produk (laporan)
 Presentasi

2. KOMPONEN INTI
A. Tujuan Pembelajaran
CP :
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase E, peserta didik diharapkan dapat memahami dan membuat teks
informasi, mendeskripsikan kejadian dan fenomena, melaporkan percobaan,
menyajikan dan mengevaluasi data, memberikan penjelasan, dan menyajikan
opini atau klaim tentang zat dan perubahannya

TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir pembelajaran, peserta didik mampu :
1. Menerapkan prinsip- prinsip pengukuran pada alat ukur besaran fisis
2. Menganalisis data hasil percobaan pengukuran panjang
3. Menyimpulkan hasil pengukuran dalam bentuk penyajian data
4. Melakukan percobaan pengukuran besaran panjang
5. Menyimpulkan hasil percobaan pengukuran besaran panjang
6. Melaporkan hasil percobaan pengukuran besaran panjang dengan
mengikuti aturan angka penting

B. Pemahaman Bermakna
PEMAHAMAN BERMAKNA
Besaran dapat diukur, (Sifat, perubahan, klasifikasi dan pemisahan ) zat
secara fisika dan kimia
Perlu alternatif upaya dalam menyelesaikan masalah tentang susahnya
mendapatkan air jernih

C. Pertanyaan Pemantik
PERTANYAAN PEMANTIK
1. Pernahkah ananda mengamati penjual sayuran menimbang sayur-sayuran
dipasar?
2. Bagaiman proses perubahan wujud zat
3. Apa yang kamu lakukan jika disekitar lingkungan masih susah untuk
mendapatkan sumber air yang jernih?

PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Sebelum pembelajaran dimulai, pastikan bahwa peserta didik :
a. Mempersiapkan alat tulis dan buku
b. Telah mengisi angket untuk mengetahui gaya belajar (Terlampir
assesmen diagnostik non-kognitif).

D. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Ke-2-3 (Problem Based Learning)
Fase Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu

Pendahuluan Kegiatan pendahuluan:


 Guru memulai kegiatan tepat waktu untuk memberi
teladan sikap disiplin, membuka kegiatan dengan memberi
salam
 Peserta didik bersama guru dipimpin oleh ketua kelas 15
berdoa bersama secara khusyuk menit
 Peserta didik mengikuti kegiatan absensi yang dilakukan
oleh guru melalui lembar absensi kelas dan memberikan
keterangan kondisi peserta didik lainnya apabila ada yang
tidak hadir secara santun dan menjawab pertanyaan apabila
ada temannya yang tidak hadir secara jujur
 Pertanyaan Pemantik:
Ananda sekalian, pada pertemuan sebelumnya, kita sudah
mempelajari Besaran dan satuan, sebelumnya siapa yang
masih ingat tentang besaran dan satuan serta alat ukurnya?
 Peserta didik mendengar tujuan pembelajaran yang
diampaikan guru, cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan dengan penuh tanggung jawab serta lingkup dan
teknik penilaian yang akan digunakan
Materi:
Alat ukur panjang, massa, dan waktu
Ketidakpastian pengukuran
Pelaporan hasil pengukuran
Teknik penilaian
Sikap (Pada saat Proses Belajar Berlangsung)
Teknik penilaian
Pengetahuan (Tes Lima Menit Sebelum pembelajaran
Selesai)
Keterampilan (Kerjasama, Mengemukakan Pendapat,
Keaktifan, Menghargai Pendapat, dan Kepemimpinan)
Fase 1 Literasi 10
Orientasi  Peserta didik mengamati video melalui slide power point Menit
peserta didik tentang animasi pengukuran kedalaman laut dan
pada masalah memberikan pertanyaan yang dapat mengorientasi siswa
ke dalam permasalahan
 Apakah semua besaran panjang diukur menggunakan
mistar?
Fase 2 Critical Thinking (Berpikir Kritis): 15
Mengorganisa  Peserta didik duduk sesuai dengan kelompok yang Menit
sikan peserta dibagikan guru.
didik  Guru membagikan LKPD dan bahan ajar kepada masing-
masing kelompok.
 Untuk lebih memahami (C2) tentang pengukuran dan
ketidakpastian pengukuran peserta didik diminta untuk
mengerjakan kegiatan pada LKPD
 Setiap peserta didik dalam kelompok mendapat tugas
masing, yaitu: ada yang mencari bahan-bahan, ada
yang mengamati percobaan, ada yang mencari
informasi dari media internet, dan ada yang
mengingatkan untuk melaksanakan setiap kegiatan
pemecahan masalah
Fase 3 Collaboration (Kerja Sama): 55
Membimbing  Melalui jalan diskusi peserta didik mengumpulkan data Menit
penyelidikan pada percobaaan pengukuran pada besaran fisis
individu dan  Peserta didik mengolah data dan mencatat hasil
kelompok pengukuran pada LKPD.
 Setiap peserta didik mencoba memberikan pendapat
masukan dan tanya jawab selama proses diskusi.
 Guru membimbing siswa berdiskusi dengan berjalan-
jalan mengelilingi kelompok diskusi
Fase 4 Creativity (Kreativitas) 10
Mengembang  Guru menuntun siswa menganalisis (C4) jawaban dari Menit
kan dan hasil diskusi terkait materi yang diberikan dalam
menyajikan kelompok.
hasil karya  Dengan bimbingan guru peserta didik menyimpulkan
(C5) hasil diskusi dan hasilnya dipresentasikan di depan
kelompok lain.
Fase 5 Communication (Komunikasi) 15
Menganalisis  Guru meminta salah satu kelompok mempresentasikan Menit
dan hasil diskusi kelompoknya di depan teman-temanya dan
mengevaluasi kelompok lain agar menanggapinya.
proses  Guru menilai presentasi peserta didik
pemecahan  Guru memberikan penjelasan untuk mengklarifikasi
masalah pemahaman siswa mengenai materi kelompoknya dari
hasil diskusi.
 Peserta didik dipandu oleh guru membuat kesimpulan
tentang hasil diskusi dan presentasi tersebut, dan hasilnya
diserahkan kepada guru.
Kegiatan Penutup: 15
 Guru menanyakan pendapat peserta didik tentang proses Menit
belajar yang dilakukan (merefleksi kegiatan)
 Peserta didik diberi tugas melalui quizis untuk mengecek
sejauh mana pemahaman materi pada pertemuan ini.
 Menutup pembelajaran dengan salam dan berdoa.

E. Asesmen
KRITERIA PENGUKURAN KETERCAPAIAN
a. Guru membuat kriteria berhasil/tidak dari instrument performance assessmen
yang dibuat.
b. Guru membuat kriteria berhasil/tidaknya penilaian normatif dari hasil laporan
praktik siswa

REFLEKSI GURU
 Apakah dalam pemberian materi dengan metode yang telah dilakukan serta
penjelasan teknis atau intruksi yang disampaikan untuk pembelajaran yang akan
dilakukan dapat dipahami oleh peserta didik?
 Bagian manakah pada rencana pembelajaran yang perlu diperbaiki?
 Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap materi atau bahan ajar, pengelolaan
kelas, latihan dan penilaian yang telah dilakukan dalam pembelajaran?
 Apakah dalam berjalannya proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan?
 Apakah arahan dan penguatan materi yang telah dipelajari dapat dipahami oleh
peserta didik?

REFLEKSI SISWA
 Apakah kamu memahami instruksi yang dilakukan untuk pembelajaran?
 Apakah media pembelajaran, alat dan bahan mempermudah kamu dalam
pembelajaran?
 Materi apa yang kamu pelajari pada pembelajaran yang telah dilakukan?
 Apakah materi yang disampaikan, didiskusikan, dan dipresentasikan dalam
pembelajaran dapat kamu pahami?
 Manfaat apa yang kamu peroleh dari materi pembelajaran?
 Sikap positif apa yang kamu peroleh selama mengikuti kegiatan pembelajaran?
 Kesulitan apa yang kamu alami dalam pembelajaran?
 Apa saja yang kamu lakukan untuk belajar yang lebih baik?
LAMPIRAN 2
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
(LKPD) 2

Notasi Ilmiah dan Angka Penting


Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X / Ganjil

Nama Kelompok :

Nama Anggota Kelompok :

1. …………………………………….
2. …………………………………….
3. …………………………………….
4. …………………………………….

A Petunjuk Belajar

 Amati video yang ditampilkan guru di depan kelas


 Baca dan diskusikan materi tentang angka penting dan ketidakpastian dengan
teman sekelompokmu
 Ikuti langkah-langkah kerja pada LKPD
 Jawablah pertanyaan-pertanyaan pada LKPD! Diskusikan dengan teman
sekelompokmu
 Buatlah kesimpulan hasil kegiatan berdasarkan data kegiatan yang telah kamu
lakukan! Sesuaikan dengan tujuan pembelajaran
 Presentasikan hasil diskusi kelompokmu di depan kelas

B Tujuan Kegiatan

1. Dengan memahami bahan ajar, peserta didik mampu menjelaskan konsep notasi
ilmiah.
2. Setelah mengamati vidio yang ditampilkan melalui infokus di layar, peserta didik
mampu menggunakan persamaan notasi ilmiah ke dalam penulisan hasil
pengukuran benda yang sangat besar atau partikel yang sangat kecil (D)
3. Dengan memahami bahan ajar, peserta didik mampu menjelaskan konsep aturan
angka penting dengan benar.
4. Melalui percobaan peserta didik dapat menerapkan aturan angka penting dalam
perhitungan dengan Benar.

C Materi Pembelajaran

1 Notasi Ilmiah dan Angka Penting

- Notasi ilmiah merupakan cara penulisan baku untuk bilangan yang memuat nilai
yang sangat besar atau sangat kecil untuk dituliskan dalam notasi desimal.
- Notasi ilmiah semua bilangan dapat dituliskan sebagai berikut.

- Angka-angka yang diperlukan dalam suatu bilangan desimal untuk menyatakan


ketelitian (accuracy) disebut angka penting.
- Aturan angka penting dapat dilihat sebagai berikut:
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
Contoh : 14,256 ( 5 angka penting ).

2. Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol adalah angka
penting. Contoh : 7000,2003 ( 9 angka penting ).
3. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir,
tetapi terletak di depan tanda desimal adalah angka penting.
Contoh : 70000, ( 5 angka penting).

4. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan di
belakang tanda desimal adalah angka penting.
Contoh : 23,50000 ( 7 angka penting ).

5. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan tidak
dengan tanda desimal adalah angka tidak penting.
Contoh : 3500000 ( 2 angka penting ).

6. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama adalah
angka tidak penting.
Contoh : 0,0000352 ( 3 angka penting )

- Dalam penjumlahan dan pengurangan yang melibatkan angka-angka penting,


hasilnya hanya boleh mempunyai satu angka taksiran
- Dalam perkalian atau pembagian yang melibatkan angka-angka penting, hasilnya
harus mempunyai angka penting yang paling sedikit dari bilangan yang
dimasukkan dalam operasi tersebut.

D Tugas

Kamu telah mengamati video ukuran planet dan elektron. Jawablah pertanyaan-
pertanyaan berikut berdasarkan gambar/video yang telah kamu amati!
1. Bisakah kita menuliskan massa planet dan elektron dengan menuliskan semua
angka termasuk 0 di buku tulis?
………………………………………………………………………………….
2. Bagaimana kita menuliskan nilai massa planet dan elektron agar tidak
menghabiskan buku?
………………………………………………………………………………….
3. Pada jam belajar Fisika Elin belajar tetang materi tata surya. Elin disuruh oleh
guru untuk menyebutkan massa planet venus yang massanya sangat besar yaitu
4.820.000.000.000.000.000.000.000 Kg. Bagaimana cara menyederhanakan
bilangan tersebut agar Fans dapat lebih mudah membacakannya?

4. Tuliskan angka berikut dalam notasi ilmiah.


a) 0,000000000001 = ……………………………………………………………
b) 2000000000000 = ……………………………………………………………
= [ L ]2

E Alat dan Bahan

A. Stopwatch
B. Bola kecil
C. Buku Tulis
D. Mistar
F Langkah Percobaan

1. Mengukur Panjang
1. Sediakan mistar dan buku tulis.
2. Ukurlah panjang dan lebar buku dengan menggunakan mistar. Kemudia tuislah
hasil pengukuran langsung tadi dan luas berdasarkan aturan angka penting dan
notasi ilmiah pada table
3. Lakukan sebanyak 3 kali percobaan.
4. Carilah luas buku. Hasilnya harus mengikuti perkalian angka penting.

Table 1 pengukuran Panjang


No Panjang Lebar (Cm) Luas (Cm2) Jumlah Angka
(Cm) Penting (luas)
1
2
3

2. Mengukur Waktu
1. Sediakan bola kecil, buku tulis dan stopwatch
2. Rangkailah alat dan bahan di atas sebagai berikut:

3. Nyalakan stopwatch seiring


melepaskan bola kecil dari ujung buku tulis
4. Ketika bola kecil sudah menyentuh meja (bagian bawah buku tulis), matikan
stopwatch kemudian lihat waktu yang terbaca pada stopwatch
5. Lakukan sebanyak 3 kali percobaan. Kemudian hasilnya ditulis di table 2.

Table 2 Pengukuran Waktu


No Waktu (s) Jumlah Angka Penting (waktu)
1
2
3
G Kesimpulan

Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan!


……………………………………………………………………………………...…
……………………………………………………………………………………...…
……

(Kesimpulan: sesuaikan dengan tujuan kegiatan)

Notasi ilmiah merupakan cara penulisan baku untuk bilangan yang memuat nilai yang sangat
besar atau sangat kecil untuk dituliskan dalam notasi ilmiah. Notasi ilmiah disebut juga bentuk
baku atau notasi eksponensial. Dalam notasi ilmiah, semua bilangan dituliskan sebagai berikut:

ax

dengan:

a = bilangan asli 1 sampai 9

= orde

n = pangkat atau eksponen ( 0, 1, 2, …)

Aturan angka penting dapat dilihat sebagai berikut:

 Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.


 Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol adalah angka
penting.
 Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir, tetapi
terletak di depan tanda desimal adalah angka penting.
 Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan di
belakang tanda desimal adalah angka penting.
 Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan tidak
dengan tanda desimal adalah angka tidak penting.
 Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama adalah angka
tidak penting.
 Untuk penulisan notasi ilmiah. Misalnya 2,5 x 103 , dimana 103 disebut orde.
Sedangkan 2,5 merupakan mantis. Jumlah angka penting dilihat dari mantisnya
dalam hal ini memiliki 2 angka penting.
Dalam penjumlahan dan pengurangan yang melibatkan angka-angka penting, hasilnya
hanya boleh mempunyai satu angka taksiran

Dalam perkalian atau pembagian yang melibatkan angka-angka penting, hasilnya harus
mempunyai angka penting yang paling sedikit dari bilangan yang dimasukkan dalam
operasi tersebut
LAMPIRAN 3
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
(LKPD) 3

Pengukuran Dan Ketidakpastian Pengukuran

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X / Ganjil

Nama Kelompok :

Nama Anggota Kelompok :

1. …………………………………….
2. …………………………………….
3. …………………………………….
4. …………………………………….

A Petunjuk Belajar

 Amatilah video animasi pengukuran kedalaman laut yang ditampilkan guru di


depan kelas!
 Bacalah materi yang berkaitan dengan pengukuran massa, panjang dan waktu
 Lakukan percobaan sesuai dengan petunjuk langkah kerja
 Diskusikan jawaban pertanyaan evaluasi yang ada sesuai dengan hasil percobaan
dengan tepat
 Simpulkan hasil diskusi dengan tepat
 Presentasikan hasil diskusi di depan kelas

B Tujuan Kegiatan

 Setelah mengamati vidio di layar peserta didik dapat menjelaskan (LOTS C2)
prinsip penggunaan mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, dengan tepat.
 Melalui percobaan peserta didik dapat menerapkan prinsip-prinsip (LOTS
C3) pengukuran pada alat ukur dengan benar dan teliti.
 Melalui percobaan peserta didik dapat melakukan (LOTS C3) percobaan
pengukuran besaran massa, panjang dan waktu dengan benar.
 Melalui percobaan peserta didik dapat menganalisis (HOTS C4) data hasil
percobaan pengukuran massa, panjang dan waktu dengan benar. (Kognitif)
 Melalui percobaan peserta didik dapat menyimpulkan (HOTS C5) hasil
percobaan pengukuran besaran panjang dengan tepat.
 Melalui percobaan peserta didik dapat melaporkan (A2) hasil percobaan
pengukuran besaran panjang dengan jelas.
 Melalui percobaan peserta didik dapat menjelaskan (LOTS C2) perbedaan
ketelitian dan ketepatan dengan benar.
 Melalui pengamatan peserta didik dapat menerapkan (LOTS C3) aturan
ketelitian dan ketetapan dalam penggunaan alat ukur dengan benar.
 Melalui bahan ajar peserta didik dapat menjelaskan (LOTS C2) jenis-jenis
kesalahan dalam pengukuran dengan Benar.
 Melalui tanya jawab peserta didik dapat menentukan (LOTS C3)
ketidakpastian dalam pengukuran.

C Materi Pembelajaran

1. Mistar
Pada mistar, jarak antara dua goresan yang berdekatan merupakan skala
terkecilnya. Umumnya, skala terkecil mistar adalah 1 mm, tetapi ada juga mistar
yang skala terkecilnya lebih besar dari 1 mm, misalnya 1 cm.
2. Jangka sorong
Jangka sorong memiliki bagian utama yang disebut rahang tetap dimana
terdapat skala utama dan rahang geser dimana terdapat skala nonius atau
vernier. Nilai skala terkecil jangka sorong bergantung pada pembagian skala
nonius yang terdapat pada rahang geser. Umumnya, jangka sorong yang banyak
beredar di pasaran saat ini adalah jangka sorong yang memiliki nilai skala
terkecil 0,1 mm.

Gambar 1. Bagian-bagian jangka sorong

1. Rahang dalam untuk mengukur diameter dalam.


2. Rahang luar untuk mengukur diameter luar.
3. Bagian untuk mengukur kedalaman/tinggi suatu benda.

3. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki skala utama dan selubung luar yang memiliki skala
putar sebagai nonius.

Gambar 2. Bagian-bagian mikrometer sekrup

3 Jenis-Jenis Kesalahan dalam Pengukuran

a. Kesalahan acak
Kesalahan acak adalah kesalahan dalam pengukuran yang memungkinkan nilai-
nilai dari besaran yang diukur menjadi tidak konsisten ketika pengukuran tersebut
diulang, misalnya disebabkan oleh getaran, fluktuasi listrik, gerak-gerak molekul
udara dan gesekan pada setiap bagian alat yang bergerak
b. Kesalahan sistematis
Kesalahan sistematis adalah kesalahan yang disebabkan oleh ketidaktepatan sistem
pengukuran.

4 Ketidakpastian dalam Pengukuran

a. Ketidakpastian Pengukuran Tunggal


Data pengukuran tunggal dapat dilaporkan sebagai berikut.
x = x0 ± x = x0 ± ½ NST
dengan:
x = nilai besaran yang diukur
x0 = pembacaan skala alat ukur pada pengukuran besaran x
x = ketidakpastian mutlak pengukuran besaran x
NST = skala terkecil alat ukur
Ketidakpastian relatif pengukuran tunggal dapat dinyatakan sebagai berikut.
Ketidakpastian relatif =
b. Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Data pengukuran berulang dapat dilaporkan sebagai berikut.
x = ̅ ± x
̅

∑ (∑ ) ∑( ̅)
√ √
( )
dengan:
x = nilai besaran yang diukur
̅ = nilai rata-rata x
x = ketidakpastian mutlak pengukuran x
= hasil pengukuran besaran x ke-i
n = jumlah pengulangan pengukuran

Ketidakpastian relatif pengukuran berulang dapat dinyatakan sebagai berikut.


Ketidakpastian relatif = ̅

- Ketidakpastian mutlak dapat digunakan untuk menentukan ketepatan hasil


pengukuran. Semakin kecil harga x suatu pengukuran, semakin tepat hasil
pengukuran tersebut dan sebaliknya.

- Ketidakpastian relatif berhubungan dengan ketelitian pengukuran. Semakin kecil


harga ketidakpastian relatif suatu pengukuran, semakin teliti hasil pengukuran
tersebut dan sebaliknya.

D Informasi Pendukung

Jangka sorong vernier, yang ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Prancis yang
bernama Pierre Vernier (1580-1637), dikenal sebagai alat untuk mengukur panjang dalam
tingkat akurasi tinggi. Jangka sorong ini terdiri dari dua skala, skala utama berbentuk seperti
penggaris dan skala kedua yang disebut skala vernier (skala nonius)

F Tugas dan Langkah Kerja

Kamu telah mengamati video animasi pengukuran kedalaman laut. Jawablah


pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan video yang telah kamu amati!
1. Bisakah kita mengukur kedalaman laut dengan menggunakan mistar? jika tidak
kenapa?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
2. Apakah mistar bisa mengukur semua besaran?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
3. Besaran apa yang cocok diukur dengan menggunakan mistar?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Lakukan percobaan untuk mengukur besaran panjang, massa dan waktu
1. Alat dan Bahan
a. Buku d. Jangka sorong
b. Tutup botol e. Micrometer sekrup
c. Uang koin f. Mistar
2. Langkah-langkah Kerja
a. Mistar
1) Siapkan mistar dan buku
2) Ukurlah panjang dan lebar buku menggunakan mistar
3) Baca dan catatlah hasil pengukuran yang telah dilakukan!
4) Masukkan hasilnya ke dalam tabel 1!
5) Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali
Tabel 1. Pengukuran menggunakan mistar

Aspek Pengukuran Nilai skala Nilai Hasil Rata- Ketidakpastian


yang ke- utama skala pengukuran Rata mutlak (x)
diukur (SU) Nonius = SU + SN ( ̅)
(mm)
(SN) (mm)

(mm)

Panjang 1
Buku
2

Lebar 1
Buku
2

b. Jangka Sorong (Vernier Caliper)


1) Siapkan jangka sorong dan tutup botol!
2) Ukurlah diameter luar dan dalam tutup botol menggunakan jangka sorong
3) Bacalah skala utama dan skala noniusnya!
4) Masukkan hasilnya ke dalam tabel 2!
5) Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali

Tabel 2. Data pengukuran menggunakan jangka sorong

Aspek Pengukuran Nilai Nilai Hasil Rata- Ketidakpastian


yang ke- skala skala pengukuran Rata mutlak (x)
diukur utama Nonius = SU + SN ( ̅)
(SU)
(SN) (mm)
(mm)
(mm)

Diameter 1
luar
2

Diameter 1
dalam
2

c. Mikrometer Sekrup
1) Siapkan micrometer sekrup, buku dan koin!
2) Ukurlah tebal koin menggunakan micrometer sekrup
3) Bacalah skala utama dan skala noniusnya!
4) Masukkan hasilnya ke dalam tabel!
5) Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali

Tabel 3. Pengukuran menggunakan mikrometer sekrup

Aspek Pengukuran Nilai Nilai Hasil Rata- Ketidakpastian


yang ke- skala skala pengukuran Rata mutlak (x)
diukur utama Nonius = SU + SN ( ̅)
(SU)
(mm) (SN) (mm)

(mm)

Ketebalan 1
koin 2

Ketebalan 1
buku
2

Ketidakpastian dalam Pengukuran

1. Nyatakan hasil pengukuran dengan menyertakan ketidakpastian relative


a. Tabel 1
Panjang buku
…………………………………………………………………………………..
Lebar buku
…………………………………………………………………………………..
b. Tabel 2
Diameter dalam
…………………………………………………………………………………..
Diameter luar
…………………………………………………………………………………..
c. Tabel 3
Ketebalan koin
…………………………………………………………………………………..
Ketebalan buku
…………………………………………………………………………………..

2. Hitunglah persentase ketidakpastian relatif pengukuran masing-masing besaran!


a. Tabel 1
Panjang buku
…………………………………………………………………………………..
Lebar buku
…………………………………………………………………………………..
b. Tabel 2
Diameter dalam
…………………………………………………………………………………..
Diameter luar
…………………………………………………………………………………..
c. Tabel 3
Ketebalan koin
…………………………………………………………………………………..
Ketebalan buku
…………………………………………………………………………………
3. Hitunglah luas buku permukaan buku berdasarkan data pada tabel 1 menurut aturan
angka penting!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
4. Berdasarkan data ketidakpastian mutlak dan persentase ketidakpastian relatif
masing-masing besaran yang diukur, bagaimana ketelitian dan ketepatan
pengukuran yang telah kamu lakukan?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
5. Berdasarkan analisis data, kesalahan apa saja yang mungkin terjadi pada saat
pengukuran!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

G Kesimpulan

Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan!


……………………………………………………………………………………...…
……………………………………………………………………………………...…
………………………………………………………………………………………....
……………………………………………………………………………………..…
(Kesimpulan: sesuaikan dengan tujuan kegiatan)
LAMPIRAN 2

KRITERIA PENILAIAN

1. Lembar Penilaian Profil Pelajar Pancasila (PPP)


Berilah tanda (V) pada kolom skor yang sesuai.
Pedoman pemberian skor dapat dilihat pada rubrik penilaian.
Mandiri Kolaborasi Bernalar
Kritis Kreatif Total
No Nama Siswa Nilai Akhir
Skor
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
5
Dst

Penentuan Nilai : N = Skor perolehan x 100


Skor maksimal
PEDOMAN PENSKORAN:
SKOR
NO ASPEK KRITERIA YANG DINILAI
MAKS
• Mengerjakan tugas sesuai instruksi
• Menyelesaikan tugas tanpa disuruh
4
• Mengumpulkan tugas tepat waktu
1 Mandiri • Tidak terlambat mengikuti pembelajaran
• Hanya 3 kriteria yang terpenuhi 3
• Hanya 2 kriteria yang terpenuhi 2
• Hanya 1 kriteria yang terpenuhi 1
Kolaborasi • Membangun tim
• Membangun kerjasama dengan anggota kelompok
4
• Menerima Pendapat Orang Lain
2 • Mengambil Keputusan secara Bersama anggota kelompok
• Hanya 3 kriteria yang terpenuhi 3
• Hanya 2 kriteria yang terpenuhi 2
• Hanya 1 kriteria yang terpenuhi 1
• Berpikir secara objektif, sistematik dan saintifik
• membuat keputusan yang tepat
4
• berkontribusi memecahkan masalah dalam kehidupan
3 Bernalar Kritis • terbuka dengan penemuan baru
• Hanya 3 kriteria yang terpenuhi 3
• Hanya 2 kriteria yang terpenuhi 2
• Hanya 1 kriteria yang terpenuhi 1
• Memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal
• Menghasilkan sesuatu yang bermakna
4
• Menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan berdampak
bagi lingkungan sekitar
4 Kreatif
• Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif
solusi permasalahan
• Hanya 3 kriteria yang terpenuhi 3
• Hanya 2 kriteria yang terpenuhi 2
• Hanya 1 kriteria yang terpenuhi 1
SKOR MAKSIMAL 16
2. PRESENTASI
No. Nama Siswa Unsur Penilaian
substansi Wawasan komunikasi Penampilan/performance
1 Didit
2
3
4
Dst Dst

Rubrik
Aspek yang dinilai Skor Penilaian
1 2 3
1 Substansi kurang sedang mendalam
2 Wawasan kurang sedang luas
3 Komunikasi Terbata-bata sedang Lancar &baik
4 Penampilan/peroformance kurang sedang baik

Perhitungan nilai : Nilai = Skor yang diperoleh X 100


Skor maksimal

3. PRODUK (LAPORAN)
Langkah
Hasil Laporan Total
No Nama Siswa Pengerjaan Nilai Akhir
Skor
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
5
Dst

Penentuan Nilai : N = Skor perolehan x 100


Skor maksimal
PEDOMAN PENSKORAN:
SKOR
NO ASPEK KRITERIA YANG DINILAI
MAKS
• Alat dan bahan lengkap.
• Tenang dalam membuat alat penjernih air sederhana
• Sesuai dengan langkah-langkah LKPD 4.3 – 05 Alat 4
Langkah Penjernih Air Sederhana
1
Pengerjaan • Menjaga kebersihan dan kerapihan
• Hanya 3 kriteria yang terpenuhi 3
• Hanya 2 kriteria yang terpenuhi 2
• Hanya 1 kriteria yang terpenuhi 1
• Hasil sesuai dengan instruksi
• Alat bekerja dengan baik
4
• Tampilan produk menarik
2 Produk • Memberi keterangan pada produk
• Hanya 3 kriteria yang terpenuhi 3
• Hanya 2 kriteria yang terpenuhi 2
• Hanya 1 kriteria yang terpenuhi 1
• Mengisi LKPD 4.3 – 05 Alat Penjernih Air Sederhana
• Menuliskan simpulan
• Mengunggah LKPD 4.3 – 05 Alat Penjernih Air Sederhana
4
yang sudah diisi ke google classroom
3 Laporan • Mengupload video atau foto saat membuat Alat Penjernih
Air Sederhana ke Instagram
• Hanya 3 kriteria yang terpenuhi 3
• Hanya 2 kriteria yang terpenuhi 2
• Hanya 1 kriteria yang terpenuhi 1
SKOR MAKSIMAL 12
LAMPIRAN 8

MATERI AJAR

Notasi ilmiah dan angka penting

a. Notasi Ilmiah

Notasi ilmiah merupakan cara penulisan baku untuk bilangan yang memuat nilai
yang sangat besar atau sangat kecil untuk dituliskan dalam notasi ilmiah. Notasi ilmiah
disebut juga bentuk baku atau notasi eksponensial. Dalam notasi ilmiah, semua bilangan
dituliskan sebagai berikut:

ax

dengan:

a = bilangan asli 1 sampai 9

= orde

n = pangkat atau eksponen ( 0, 1, 2, …)

Catatan:

Notasi ilmiah tersebut biasanya dibaca “a kali sepuluh pangkat n”. Notasi ilmiah untuk
bilangan decimal negative dinyatakan dengan menuliskan tanda minus yang diikuti
dengan notasi ilmiah untuk lawan dari bilangan ini.

b. Angka Penting

Angka penting (angka berarti atau angka benar) adalah semua angka yang
diperoleh dari hasil pengukuran, yang terdiri atas satu atau lebih angka pasti (eksak) dan
satu angka terakhir yang ditaksir atau diragukan

1. Aturan Penulisan Angka Penting

a. Semua angka bukan nol adalah angka penting


Contoh: 141,5 m memiliki 4 angka penting
27,3 gr memiliki 3 angka penting
b. Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol termasuk angka
penting.
Contoh: 340,41 kg memiliki 5 angka penting
5,007 m memiliki 4 angka penting

c. Semua angka nol di sebelah kanan angka bukan nol tanpa desimal tidak termasuk
angka penting, kecuali diberi tanda khusus garis mendatar atas atau bawah
termasuk angka penting
Contoh: 53000 kg memiliki 2 angka penting
530000 kg memiliki 5 angka penting

d. Semua angka nol di sebelah kiri angka bukan nol tidak termasuk angka penting.
Contoh: 0,00053 kg memiliki 2 angka penting
0,000703 kg memiliki 3 angka penting
e. Semua angka nol di belakang angka bukan nol yang terakhir tetapi dibelakang
tanda desimal adalah angka penting
Contoh: 7,0500 m memiliki 5 angka penting
70,5000 memiliki 5 angka penting
f. Untuk penulisan notasi ilmiah. Misalnya 2,5 x 103 , dimana 103 disebut orde.
Sedangkan 2,5 merupakan mantis. Jumlah angka penting dilihat dari mantisnya
dalam hal ini memiliki 2 angka penting.
Contoh lain 2,34 x 102 memiliki 3 angka penting

2. Pembulatan Bilangan Penting.


Bilangan dibulatkan sampai mengandung sejumlah angka penting yang
diinginkan dengan menghilangkan satu atau lebih angka di sebelah kanan tanda koma
desimal.

a. Bila angka itu lebih besar dari pada 5, maka angka terakhir yang
dipertahankan harus dinaikkan 1.
Contoh: 34,46 dibulatkan menjadi 34,5
b. Bila angka itu lebih kecil daripada 5, maka angka terakhir yang dipertahankan
tidak berubah.
Contoh: 34,64 dibulatkan menjadi 34,6
c. Bila angka itu tepat 5, maka angka terakhir yang dipertahankan harus
dinaikkan 1 jika angka itu tadinya angka ganjil, dan tidak berubah jika angka
terakhir yang dipertahankan itu tadinya angka genap.
Contoh: 34,75 dibulatkan menjadi 34,8 34,65 dibulatkan menjadi 34,6
Pengukuran Besaran Fisika

1 Mengukur Panjang
Untuk mengukur besaran panjang suatu benda, Anda dapat menggunakan mistar,
jangka sorong atau micrometer sekrup. Setiap alat ukur panjang tersebut tentunya mempunyai
karakteristik sendiri.

a. Mistar

Kebanyakan mistar berskala cm atau mm.


Pengukuran dengan mistar dapat dilakukan dengan
ketelitian sampai setengah skala terkecil yang terdapat
pada mistar itu. Mistar dengan skala mm, berarti skala
terkecil 1 mm, sehingga mistar tersebut memiliki
ketelitian sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm.

Gambar 2.3 Cara membaca skala mistar yang tepat

Dalam setiap pengukuran dengan menggunakan mistar, usahakan kedudukan pengamat


(mata) tegak lurus dengan skala yang akan diukur. Hal ini untuk menghindari kesalahan
penglihatan (paralaks). Paralaks yaitu kesalahanyang terjadi saat membaca skala suatu alat ukur
karena kedudukan mata pengamat tidak tepat.

Contoh mengukur panjang dengan mistar

Tentukan panjang karet penghapus A dan B ?


Gambar 4. Mengukur dengan mistar

Jawab :
* Panjang karet penghapus A
Ujung depan dititik 0 dan ujung belakang di 2 cm lebih 3mm. Jadi panjangnya 2,3 cm.
* Panjang karet penghapus B
Ujung depan di titik 3 cm dan ujung belakang di 4 cm lebih 7 mm. Jadi panjang karet
penghapus B 4,7 cm – 3 cm = 1,7 cm.
b. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, tebal, kedalaman
lubang, dan diameter luar maupun diameter dalam suatu benda dengan batas ketelitian 0,1 mm
atau 0,01 cm. Jangka sorong merupakan alat untuk mengukur panjang yang lebih teliti atau
presisi dari pada mistar. Pada dasarnya, jangka sorong terdiri dari dua jenis, yaitu jangka sorong
analog dan jangka sorong digital. Dalam penggunaan jangka sorong digital untuk mengukur suatu
benda, kita akan membaca hasil pengukuran secara langsung pada layar jangka sorong tersebut.
Jangka sorong analog mempunyai dua rahang, yaitu rahang tetap dan rahang sorong.
Pada rahang tetap dilengkapi dengan skala utama, sedangkan pada rahang sorong terdapat skala
nonius atau skala vernier. Nama vernier diambilkan dari nama penemu jangka sorong, yaitu
Pierre Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis. Skala nonius mempunyai panjang 9
mm yang terbagi menjadi 10 skala dengan tingkat ketelitian 0,1 mm.

Gambar 2.4 Bagian-bagian jangka sorong analog

Contoh Pengukuran dengan jangka sorong.

Tentukan diameter kelereng ?


c. Mikrometer sekrup

Mikrometer sekrup merupakan alat ukur ketebalan benda yang relatif tipis, misalnya
kertas, seng, dan karbon mengukur diameter benda-benda bulat yang kecil seperti tebal kertas dan
diameter kawat. Pada mikrometer sekrup terdapat dua macam skala, yaitu skala tetap dan skala
putar (nonius).

1) Skala tetap (skala utama)

Skala tetap terbagi dalam satuan milimeter (mm). Skala ini terdapat pada laras dan
terbagi menjadi dua skala, yaitu skala atas dan skala bawah.

2) Skala putar (skala nonius)

Skala putar terdapat pada besi penutup laras yang dapat berputar dan dapat bergeser ke
depan atau ke belakang. Skala ini terbagi menjadi 50 skala atau bagian ruas yang sama. Satu
putaran pada skala ini menyebabkan skala utama bergeser 0,5 mm.

Jadi, satu skala pada skala putar mempunyai ukuran: 1/50 x 0,5 mm = 0,01 mm. Ukuran
ini merupakan batas ketelitian mikrometer sekrup.

Gambar. 2.5 Mikrometer sekrup dan bagian-bagiannya.

Cara membaca Mikrometer Sekrup

Skala terkecil dari skala putar 0,01 mm, dengan batas ukur dari 0,01 mm – 0,50 mm.
2 Mengukur Massa

Besaran massa diukur menggunakan neraca. Neraca dibedakan menjadi beberapa jenis,
seperti neraca analitis dua lengan, neraca Ohauss, neraca lengan gantung, dan neraca digital.

a. Neraca analitis dua lengan


Neraca ini berguna untuk mengukur massa
benda, misalnya emas, batu, kristal benda, dan lain-lain.
Batas ketelitian neraca analitis dua lengan yaitu 0,1
gram.

Gambar 2.6 Neraca analitis

dua lengan
b. Neraca ohauss
Neraca ini berguna untuk mengukur
massa benda atau logam dalam praktek
laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang
dengan menggunakan neraca ini adalah 311
gram. Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1
gram. Gambar 2.7 Neraca Ohaus

c. Neraca lengan gantung

Neraca lengan gantung atau bisa disebut


juga neraca tiga lengan berguna untuk
menentukan massa benda, yang cara kerjanya
dengan menggeser beban pemberat di
sepanjang batang.
Gambar 2.8 Neraca lengan
gantung
d. Neraca digital

Neraca digital (neraca elektronik) di


dalam penggunaanya sangat praktis, karena
besar massa benda yang diukur langsung ditunjuk
dan terbaca pada layarnya. Ketelitian neraca
digital ini sampai dengan 0,001 gram. Gambar 2.9 Neraca Digital
3 Mengukur Waktu

Waktu merupakan besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa berlangsung.


Berikut ini beberapa alat untuk mengukur besaran waktu:

a. Stopwatch
Dengan ketelitian 0,1 detik karena setiap skala
pada stopwatch dibagi menjadi 10 bagian. Alat ini
biasanya digunakan untuk pengukuran waktu dalam
kegiatan olahraga atau dalam praktik penelitian. Gambar 2.10 Stopwatch
Analog
b. Arloji
Arloji dalah alat ukur waktu yang paling banyak
digunakan manusia dan sudah menjaddi salah satu
aksesoris wajib baik bagi pria maupun wanita. Arloji
atau jam tangan umumnya memiliki ketelitian 1 detik.
Gambar 2.11 Jam tangan
c. Waktu elektronik

Penunjukannya mencapai ketelitian 1/1000 detik.

d. Jam atom Cesium


Dibuat dengan ketelitian 1 detik tiap 3.000 tahun, artinya kesalahan pengukuran
jam ini kira-kira satu detik dalam kurun waktu 3.000 tahun.

3 Ketidakpastian Pengukuran

Setiap pengukuran atau lat ukur selalu memiliki ketidakpastian. Jika Anda mengukur
ketebalan sampel sebuah buku dengan mistar biasa, hasil pengukuran Anda hanya dapat
diandalkan kebenarannya sampai pada millimeter terdekat, dan hasil pengukuran Anda adalah 3
mm. Pernyataan hasil pengukuran ini sebagai 3,00 mm adalah salah, karena keterbatasan alat
ukur yang di gunakan. Anda tidak dapat mengatakan bahwa ketebalan sebenarnya adalah 3,00
mm, 2,85 mm, atau 3,11 mm.

Tetapi jika Anda menggunkan micrometer sekrup, yakni suatu alat yang dapat mengukur
sampai ketelitian 0,01 mm, hasil pengukurannya adalah 2,91 mm. perbedaan keduanya adalah
pada ketidakpastian (uncertainly) pengukuran tersebut. Pengukuran dengan micrometer sekrup
memiliki kepastian yang lebih kecil, hal ini menghasilkan pengukuran yang lebih akurat.
Ketidakpastian juga di sebut dengan galat (error), karena hal tersebut juga
mengindikasikan selisih maksimum yang mungkin terjadi antara nilai terukur dan nilai
sebenarnya. Ketidakpastian dari sebuah nilai terukur tergantung pada teknik pengukuran yang di
lakukan.

Pada dasarnya, semua pengukuran selalu diliputi dengan kesalahan yang berkontribusi
terhadap ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Terdapat dua jenis kesalahan pengukuran,
yaitu kesalahan acak dan kesalahan sistematis.

a. Kesalahan Acak dan Kesalahan Matematis

Kesalahan acak adalah kesalahan dalam pengukuran yang memungkinkan nilai-nilai dari
besaran yang di ukur menjadi tidak konsisten ketika pengukuran tersebut diulang. Pada
dasarnya, semua pengukuran, semua pengukuran rentan terhadap kesalahan acak. Hal ini
karena, setiap pengukuran di pengaruhi oleh banyak sumber kesalahan acak, seperti getaran
gedung, fluktuasi listrik, gerak moleku-molekul udara (gerak brown), dan gesekan pada setiap
bagian alat yang bergerak. Kesalahan acak terjadi sangat cepat dan hampir tidak dapat dihindari.
Sebagai contoh, fluktuasi tegangan listrik memengaruhi pengukuran arus listrik dan tegangan
listrik, gerak molekul-molekul udara memengaruhi pembacaan galvanometer.

Sementara itu, kesalahan sistematis adalah kesalahan pengukuran yang di sebabkan


oleh ketidaktepatan sistem pengukuran tersebut, tidak seperti kesalahan acak, kesalahan
sistematis ini dapat di hindari, dapat diprediksi, dan dapat diperkirakan, sehingga kesalahan
sistematis dapat di kurangi atau di hilangkan dengan usaha-usaha berikut:

1. Lakukan kalibrasi terhadap alat ukur yang di gunakan dalam pengukuran dengan
benar dan pastikan bahwa kita telah memberikan skala yang tepat.
2. Alat titik nol skala alat ukur agar berimpit dengan titik nol jarum penunjuk skala.
3. Periksa keadaan alat sebelum melakukan pengukuran,
4. Bacalah skala secara tegak lurus.
5. Periksa keadaan lingkungan, seperti suhu, tekanan udara, dan kelembapan
sebelum dan sesudah melakukan pengukuran,

b. Pengukuran Tunggal dan Pengukuran Berulang


Pengukuran besaran fisika dapat di bedakan menjadi pengukuran tunggal dan
pengukuran berulang. Pada dasarnya kedua jenis pengukuran tersebut akan menghasilkan
hasil yang berbeda.
Jika kita akan mengukur suatu besaran fisika, misalnya panjang suatu benda, kita
dapat melakukannya tanpa harus khawatir dengan kesalahan acak. Pada dasarnya,
kesalahan tersebut akan tetap ada, tetapi nilainya akan kecil, sehingga mungkin saja tidak
terdetekasi. Jadi untuk pengukuran dalam kehidupan sehari-hari, kesalahan acak bukanlah
sesuatu yang terlalu kita khawatirkan. Dengan kata lain, jika kita mengukur suatu besaran
yang dapat diamati secara langsung, maka kita cukup melakukan pengukuran tunggal
secara hati-hati. Akan tetapi, jika kita akan melakukan pengamatan ilmiah, kita perlu
lebih berhati-hati, khususnya jika menggunakan alat ukur yang sensitif untuk mencapai
hasil yang seakurat mungkin (dapat di percaya).
Pada umunya, pengukuran yang sering dilakukan dalam kegiatan ilmiah adalah
pengukuran berulang. Hal ini karena pengukuran berulang diyakini dapat mengurangi
kesalahan acak. Dalam hal ini, jika kesalahan acak suatu pengukuran kecil, maka
pengukuran tersebut di katakana akurat atau tepat.

c. Ketidakpastian Pengukuran Tunggal dan Pengukuran Berulang


Karena semua pengukuran baik pengukuran tunggal maupun pengukuran
berulang selalu diliputi kesalahan, maka hasil suatu pengukuran harus di laporkan dengan
menyertakan ketidakpastian dari nilai-nilai yang di ukur.
Jika kita melakukan pengukuran tunggal, maka data pengukuran tersebut biasanya di
laporkan sebagai berikut.

X= ± Δt = ± nst

dengan:
X = nilai besaran yang di ukur
= pembacaan skala alau ukur pada pengukuran bearan x
Δt = ketidakpastian mutlak pengukuran besaran x
nst = skala terkecil alat ukur

 perbandingan adalah ketidakpstian pengukuran.

Ketidakpastian relatif ini biasanya di nyatakan dalam persen sebagi berikut:

Ketidakpastian relatif = %
Contoh Soal:
Dalam suatu pengukuran tegangan listrik di peroleh pembacaan sebesar 10,5 volt.
Jika alat ukur yang digunakan mempunyai skala terkecil 0,1 volt, tentukan hasil
pengukuran tersebut:

Penyelesaian:

1). 4,51 x merupakan notasi ilmiah.


2) 0,543 x bukan notasi ilmiah. Hal ini karena bilangan tersebut (0,543)
kurang dari satu (1)
3) 3,14 x merupakan notasi ilmiah.

V=( ± ΔV ) = ( ± nst )
= 10,5 volt dan nst = 0,1 volt, sehingga
V=( ± nst) = { 10,5 (0,1) } volt
= (10,5 ± 0,05 ) volt
Jadi, hasil pengukuran tersebut adalah V = (10,5 )

Sementara itu, jika kita melakukan pengukuran berulang, maka data pengukuran yang
dilaporkan sebagai berikut:

x = ̅ ± Δx

dengan:
x = nilai besaran yang di ukur
̅ = nilai rata-rata x
Δx = ketidakpastian mutlak pengukuran sebesar x

̅ = =∑
Δx = √ ∑ (∑ )

√∑( ̅)
=√ ( )

Katerangan:
= hasil pengukuran besaran x ke-i
n = jumlah pengulangan pengukuran

̅
Perbandingan adalah ketidakpastian relatif pengukuran. Ketidakpastian relatif

biasanya dinyatakan dalam persen sebagai berikut:

ketidakpastian relatif = x 100 %

Pada pengukuran tunggal maupun pengukuran berulang, Δx di sebut kepastian


mutlak. Ketidakpastian mutlak dapat digunakan untuk menentukan ketepatan hasil
pengukuran, semakin kecil harga Δx suatu pengukuran, semakin tepat hasil pengukuran
tersebut dan sebaliknya.
Sementera itu, ketidakpastian relative berhubungan dengan ketelitian pengukuran.
Semakin kecil harga ketidakpastian relative suatu pengukuran, semakin teliti hasil
pengukuran tersebut dan sebaliknya.
Berdasarkan nilai ketidakpastian relatifnya, jumlah angka penting yang dilaporkan
dalam pengukuran berulang memenuhi aturan berikut.
1) Jika ketidakpastian relatifnya sekitar 10%, maka memungkinkan dua angka
penting.
2) Jika ketidakpastiannya relatifnya sekitar 1%, maka memungkinkan tiga angka
penting.
3) Jika ketidakpastian relatifnya sekitar 0,1 %, maka memungkinkan empat angka
penting.
Contoh Soal
1. ketebalan pelat logam di ukur dengan menggunakan micrometer sekrup yang
diulang sebanyak 10 kali. Hasilnya adalah 0,257 mm; 0,253 mm; 0,259 mm;
0,250 mm; 0,251 mm; 0,257 mm; 0,258 mm; 0,255 mm; 0,252 mm.
tentukanlah tebal pelat tersebut.

Menentukan nilai rata-rata ( ̅ )



̅ = mm = 0,2543 mm

Menentukan nilai ketidakpastian Δx


√∑( ̅) √
Δx = √ ( )
=√ ( )
mm

= 1,044 x mm – 0,001044

Jadi, hasil tebal pelat logam tersebut


adalah
X = (0,243 ± 0,0010) mm
2. Tentukan ketidakpastian mutlak dan kepastian relatif dari nilai arus listrik
berikut ini.
I = (4,5 ± 0,05) A
Maka, harga ketidakpastian mutlaknya adalah Δl = 0.05 A
Sementara itu, harga ketidakpastian relatifnya adalah:
100% = x 100% = 1,11 %

No ̅ ( ̅)

1 0,257 0,0027 7,290 x


2 0,253 -0,0013 1,69 x x
3 0,259 -0,0047 2,209 x x
4 0,250 -0,0043 1,849 x x
5 0,251 -0,0033 1,089 x
6 0,251 -0,0033 1,089 x
7 0,257 0,0027 7,290 x
8 0,258 0,0037 1,369 x
9 0.255 0,0007 4,900 x
10 0,252 -0,0023 5,290 x
2,543 9,810 x

3 Pelaporan Hasil Pengukuran

Data hasil pengukuran, suatu besaran fisika pada dasarnya dapat di sajikan dalam
beberapa cara. Salah satunya cara yang umum dilakukan oleh para ahli fisika adalah
dengan menyajikannya dalam bentuk grafik.
Melalui grafik kita dapat memperoleh informasi tentang pengaruh besaran fisika
tertentu terhadap fisika lainnya pada kondisi tertentu. Selain itu, melalui grafik kita
dapat juga memperoleh pernyataan matematis dari suatu konsep atau teori fisika,
sehingga teori atau konsep tersebut lebih mudah dipelajari. Berikut ini adalah contoh
hasil percobaan (pengukuran) yang kemudian dinyatakan dalam grafik beserta
analisis matematisnya, yaitu data hasil percobaan untuk menentukan konstanta pegas
(k) yang memenuhi Hukum Hooke.

Data hasil percobaan untuk menentukan konstanta pegas

Pertambahan Panjang Pegas


No Gaya (F)
(Δx)
1 3N 1 cm
2 6N 2 cm
3 9N 3 cm
4 12N 4 cm
5 15 N 5 cm

Dapat tersebut dapat di plot dalam grafik gaya (F) terhadap pertambahan panjang
pegas (Δx), seperti pada table diatas.

Berdasarkan grafik tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semakin


besar gaya yang diberikan pada pegas, semakin besar pertambahan panjang pegas
tersebut. Dalam hal ini, gaya (F) berbanding lurus dengan pertambahan panjang pegas
(Δx) atau gaya (F) dan pertambahan panjang pegas mempunyai hubungan yang linear.
Jika kemiringan grafik F = f (Δx) tersebut membentuk sudut sebesar α terhadap
sumbu mendatar (Δx), maka konstanta pegas adalah sama dengan nilai dati tan α,
yaitu:

K = tan α = =

Oleh karena itu, hubungan gaya, pertambahan panjang pegas, dan konstanta pegas
dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.

F = k Δx

Berdasarkan segitiga ABC pada grafik yang terdapat pada gambar, nilai konstanta
pegas pada percobaan tersebut dapat ditentukan sebagai berikut:
k = tan α

( )
=
( )

= 300 N/m

TUGAS
Daftar Pustaka

Siswanto dan Sukaryadi. 2009. Kompetensi Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Pusat Pembukuan. Departemen Pendidikan Nasional.

Suparmo dan Triwidodo. 2009. Panduan Pembelajaran Fisika untuk SMA dan MA Kelas
X. Jakarta: Pusat Pembukuan. Departemen Pendidikan Nasional.

Kanginan, Marthen, 2006. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai