FASE E
Penyusun:
JULAIDAR, S.Pd
MODUL AJAR
ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN SOSIAL (IPAS)
1. INFORMASI UMUM
A. Identitas Modul
Nama Penyusun : Julaidar, S.Pd
Sekolah : SMK Negeri 1 Gandapura
Tahun pelajaran : 2022 -2023
Fase/ Kelas : E/ X
Alokasi waktu : 2 x pertemuan (6 x 45 menit)
B. Kompetensi Awal
Kompetensi awal yang harus dimiliki peserta didik sebelum mempelajari modul
ini adalah peserta didik telah mampu menyebutkan wujud zat (padat, cair, gas).
F. Model Pembelajaran
KETERSEDIAAN MATERI MODEL & MODA
PEMBELAJARAN
Pengayaan untuk siswa Model Pembelajaran : Project
berpencapaian tinggi: YA / Based Learning
TIDAK Moda Pembelajaran : Luring
Alternatif penjelasan, metode,
atau aktivitas, untuk siswa yang
sulit memahami konsep: YA /
TIDAK
ASESMEN JENIS ASESMEN
Individu LKPD
Kelompok Produk (laporan)
Presentasi
2. KOMPONEN INTI
A. Tujuan Pembelajaran
CP :
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase E, peserta didik diharapkan dapat memahami dan membuat teks
informasi, mendeskripsikan kejadian dan fenomena, melaporkan percobaan,
menyajikan dan mengevaluasi data, memberikan penjelasan, dan menyajikan
opini atau klaim tentang zat dan perubahannya
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir pembelajaran, peserta didik mampu :
1. Menerapkan prinsip- prinsip pengukuran pada alat ukur besaran fisis
2. Menganalisis data hasil percobaan pengukuran panjang
3. Menyimpulkan hasil pengukuran dalam bentuk penyajian data
4. Melakukan percobaan pengukuran besaran panjang
5. Menyimpulkan hasil percobaan pengukuran besaran panjang
6. Melaporkan hasil percobaan pengukuran besaran panjang dengan
mengikuti aturan angka penting
B. Pemahaman Bermakna
PEMAHAMAN BERMAKNA
Besaran dapat diukur, (Sifat, perubahan, klasifikasi dan pemisahan ) zat
secara fisika dan kimia
Perlu alternatif upaya dalam menyelesaikan masalah tentang susahnya
mendapatkan air jernih
C. Pertanyaan Pemantik
PERTANYAAN PEMANTIK
1. Pernahkah ananda mengamati penjual sayuran menimbang sayur-sayuran
dipasar?
2. Bagaiman proses perubahan wujud zat
3. Apa yang kamu lakukan jika disekitar lingkungan masih susah untuk
mendapatkan sumber air yang jernih?
PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Sebelum pembelajaran dimulai, pastikan bahwa peserta didik :
a. Mempersiapkan alat tulis dan buku
b. Telah mengisi angket untuk mengetahui gaya belajar (Terlampir
assesmen diagnostik non-kognitif).
D. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Ke-2-3 (Problem Based Learning)
Fase Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
E. Asesmen
KRITERIA PENGUKURAN KETERCAPAIAN
a. Guru membuat kriteria berhasil/tidak dari instrument performance assessmen
yang dibuat.
b. Guru membuat kriteria berhasil/tidaknya penilaian normatif dari hasil laporan
praktik siswa
REFLEKSI GURU
Apakah dalam pemberian materi dengan metode yang telah dilakukan serta
penjelasan teknis atau intruksi yang disampaikan untuk pembelajaran yang akan
dilakukan dapat dipahami oleh peserta didik?
Bagian manakah pada rencana pembelajaran yang perlu diperbaiki?
Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap materi atau bahan ajar, pengelolaan
kelas, latihan dan penilaian yang telah dilakukan dalam pembelajaran?
Apakah dalam berjalannya proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan?
Apakah arahan dan penguatan materi yang telah dipelajari dapat dipahami oleh
peserta didik?
REFLEKSI SISWA
Apakah kamu memahami instruksi yang dilakukan untuk pembelajaran?
Apakah media pembelajaran, alat dan bahan mempermudah kamu dalam
pembelajaran?
Materi apa yang kamu pelajari pada pembelajaran yang telah dilakukan?
Apakah materi yang disampaikan, didiskusikan, dan dipresentasikan dalam
pembelajaran dapat kamu pahami?
Manfaat apa yang kamu peroleh dari materi pembelajaran?
Sikap positif apa yang kamu peroleh selama mengikuti kegiatan pembelajaran?
Kesulitan apa yang kamu alami dalam pembelajaran?
Apa saja yang kamu lakukan untuk belajar yang lebih baik?
LAMPIRAN 2
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
(LKPD) 2
Kelas/Semester : X / Ganjil
Nama Kelompok :
1. …………………………………….
2. …………………………………….
3. …………………………………….
4. …………………………………….
A Petunjuk Belajar
B Tujuan Kegiatan
1. Dengan memahami bahan ajar, peserta didik mampu menjelaskan konsep notasi
ilmiah.
2. Setelah mengamati vidio yang ditampilkan melalui infokus di layar, peserta didik
mampu menggunakan persamaan notasi ilmiah ke dalam penulisan hasil
pengukuran benda yang sangat besar atau partikel yang sangat kecil (D)
3. Dengan memahami bahan ajar, peserta didik mampu menjelaskan konsep aturan
angka penting dengan benar.
4. Melalui percobaan peserta didik dapat menerapkan aturan angka penting dalam
perhitungan dengan Benar.
C Materi Pembelajaran
- Notasi ilmiah merupakan cara penulisan baku untuk bilangan yang memuat nilai
yang sangat besar atau sangat kecil untuk dituliskan dalam notasi desimal.
- Notasi ilmiah semua bilangan dapat dituliskan sebagai berikut.
2. Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol adalah angka
penting. Contoh : 7000,2003 ( 9 angka penting ).
3. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir,
tetapi terletak di depan tanda desimal adalah angka penting.
Contoh : 70000, ( 5 angka penting).
4. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan di
belakang tanda desimal adalah angka penting.
Contoh : 23,50000 ( 7 angka penting ).
5. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan tidak
dengan tanda desimal adalah angka tidak penting.
Contoh : 3500000 ( 2 angka penting ).
6. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama adalah
angka tidak penting.
Contoh : 0,0000352 ( 3 angka penting )
D Tugas
Kamu telah mengamati video ukuran planet dan elektron. Jawablah pertanyaan-
pertanyaan berikut berdasarkan gambar/video yang telah kamu amati!
1. Bisakah kita menuliskan massa planet dan elektron dengan menuliskan semua
angka termasuk 0 di buku tulis?
………………………………………………………………………………….
2. Bagaimana kita menuliskan nilai massa planet dan elektron agar tidak
menghabiskan buku?
………………………………………………………………………………….
3. Pada jam belajar Fisika Elin belajar tetang materi tata surya. Elin disuruh oleh
guru untuk menyebutkan massa planet venus yang massanya sangat besar yaitu
4.820.000.000.000.000.000.000.000 Kg. Bagaimana cara menyederhanakan
bilangan tersebut agar Fans dapat lebih mudah membacakannya?
A. Stopwatch
B. Bola kecil
C. Buku Tulis
D. Mistar
F Langkah Percobaan
1. Mengukur Panjang
1. Sediakan mistar dan buku tulis.
2. Ukurlah panjang dan lebar buku dengan menggunakan mistar. Kemudia tuislah
hasil pengukuran langsung tadi dan luas berdasarkan aturan angka penting dan
notasi ilmiah pada table
3. Lakukan sebanyak 3 kali percobaan.
4. Carilah luas buku. Hasilnya harus mengikuti perkalian angka penting.
2. Mengukur Waktu
1. Sediakan bola kecil, buku tulis dan stopwatch
2. Rangkailah alat dan bahan di atas sebagai berikut:
Notasi ilmiah merupakan cara penulisan baku untuk bilangan yang memuat nilai yang sangat
besar atau sangat kecil untuk dituliskan dalam notasi ilmiah. Notasi ilmiah disebut juga bentuk
baku atau notasi eksponensial. Dalam notasi ilmiah, semua bilangan dituliskan sebagai berikut:
ax
dengan:
= orde
Dalam perkalian atau pembagian yang melibatkan angka-angka penting, hasilnya harus
mempunyai angka penting yang paling sedikit dari bilangan yang dimasukkan dalam
operasi tersebut
LAMPIRAN 3
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
(LKPD) 3
Kelas/Semester : X / Ganjil
Nama Kelompok :
1. …………………………………….
2. …………………………………….
3. …………………………………….
4. …………………………………….
A Petunjuk Belajar
B Tujuan Kegiatan
Setelah mengamati vidio di layar peserta didik dapat menjelaskan (LOTS C2)
prinsip penggunaan mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, dengan tepat.
Melalui percobaan peserta didik dapat menerapkan prinsip-prinsip (LOTS
C3) pengukuran pada alat ukur dengan benar dan teliti.
Melalui percobaan peserta didik dapat melakukan (LOTS C3) percobaan
pengukuran besaran massa, panjang dan waktu dengan benar.
Melalui percobaan peserta didik dapat menganalisis (HOTS C4) data hasil
percobaan pengukuran massa, panjang dan waktu dengan benar. (Kognitif)
Melalui percobaan peserta didik dapat menyimpulkan (HOTS C5) hasil
percobaan pengukuran besaran panjang dengan tepat.
Melalui percobaan peserta didik dapat melaporkan (A2) hasil percobaan
pengukuran besaran panjang dengan jelas.
Melalui percobaan peserta didik dapat menjelaskan (LOTS C2) perbedaan
ketelitian dan ketepatan dengan benar.
Melalui pengamatan peserta didik dapat menerapkan (LOTS C3) aturan
ketelitian dan ketetapan dalam penggunaan alat ukur dengan benar.
Melalui bahan ajar peserta didik dapat menjelaskan (LOTS C2) jenis-jenis
kesalahan dalam pengukuran dengan Benar.
Melalui tanya jawab peserta didik dapat menentukan (LOTS C3)
ketidakpastian dalam pengukuran.
C Materi Pembelajaran
1. Mistar
Pada mistar, jarak antara dua goresan yang berdekatan merupakan skala
terkecilnya. Umumnya, skala terkecil mistar adalah 1 mm, tetapi ada juga mistar
yang skala terkecilnya lebih besar dari 1 mm, misalnya 1 cm.
2. Jangka sorong
Jangka sorong memiliki bagian utama yang disebut rahang tetap dimana
terdapat skala utama dan rahang geser dimana terdapat skala nonius atau
vernier. Nilai skala terkecil jangka sorong bergantung pada pembagian skala
nonius yang terdapat pada rahang geser. Umumnya, jangka sorong yang banyak
beredar di pasaran saat ini adalah jangka sorong yang memiliki nilai skala
terkecil 0,1 mm.
3. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki skala utama dan selubung luar yang memiliki skala
putar sebagai nonius.
a. Kesalahan acak
Kesalahan acak adalah kesalahan dalam pengukuran yang memungkinkan nilai-
nilai dari besaran yang diukur menjadi tidak konsisten ketika pengukuran tersebut
diulang, misalnya disebabkan oleh getaran, fluktuasi listrik, gerak-gerak molekul
udara dan gesekan pada setiap bagian alat yang bergerak
b. Kesalahan sistematis
Kesalahan sistematis adalah kesalahan yang disebabkan oleh ketidaktepatan sistem
pengukuran.
∑ (∑ ) ∑( ̅)
√ √
( )
dengan:
x = nilai besaran yang diukur
̅ = nilai rata-rata x
x = ketidakpastian mutlak pengukuran x
= hasil pengukuran besaran x ke-i
n = jumlah pengulangan pengukuran
D Informasi Pendukung
Jangka sorong vernier, yang ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Prancis yang
bernama Pierre Vernier (1580-1637), dikenal sebagai alat untuk mengukur panjang dalam
tingkat akurasi tinggi. Jangka sorong ini terdiri dari dua skala, skala utama berbentuk seperti
penggaris dan skala kedua yang disebut skala vernier (skala nonius)
(mm)
Panjang 1
Buku
2
Lebar 1
Buku
2
Diameter 1
luar
2
Diameter 1
dalam
2
c. Mikrometer Sekrup
1) Siapkan micrometer sekrup, buku dan koin!
2) Ukurlah tebal koin menggunakan micrometer sekrup
3) Bacalah skala utama dan skala noniusnya!
4) Masukkan hasilnya ke dalam tabel!
5) Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali
(mm)
Ketebalan 1
koin 2
Ketebalan 1
buku
2
G Kesimpulan
KRITERIA PENILAIAN
Rubrik
Aspek yang dinilai Skor Penilaian
1 2 3
1 Substansi kurang sedang mendalam
2 Wawasan kurang sedang luas
3 Komunikasi Terbata-bata sedang Lancar &baik
4 Penampilan/peroformance kurang sedang baik
3. PRODUK (LAPORAN)
Langkah
Hasil Laporan Total
No Nama Siswa Pengerjaan Nilai Akhir
Skor
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
5
Dst
MATERI AJAR
a. Notasi Ilmiah
Notasi ilmiah merupakan cara penulisan baku untuk bilangan yang memuat nilai
yang sangat besar atau sangat kecil untuk dituliskan dalam notasi ilmiah. Notasi ilmiah
disebut juga bentuk baku atau notasi eksponensial. Dalam notasi ilmiah, semua bilangan
dituliskan sebagai berikut:
ax
dengan:
= orde
Catatan:
Notasi ilmiah tersebut biasanya dibaca “a kali sepuluh pangkat n”. Notasi ilmiah untuk
bilangan decimal negative dinyatakan dengan menuliskan tanda minus yang diikuti
dengan notasi ilmiah untuk lawan dari bilangan ini.
b. Angka Penting
Angka penting (angka berarti atau angka benar) adalah semua angka yang
diperoleh dari hasil pengukuran, yang terdiri atas satu atau lebih angka pasti (eksak) dan
satu angka terakhir yang ditaksir atau diragukan
c. Semua angka nol di sebelah kanan angka bukan nol tanpa desimal tidak termasuk
angka penting, kecuali diberi tanda khusus garis mendatar atas atau bawah
termasuk angka penting
Contoh: 53000 kg memiliki 2 angka penting
530000 kg memiliki 5 angka penting
d. Semua angka nol di sebelah kiri angka bukan nol tidak termasuk angka penting.
Contoh: 0,00053 kg memiliki 2 angka penting
0,000703 kg memiliki 3 angka penting
e. Semua angka nol di belakang angka bukan nol yang terakhir tetapi dibelakang
tanda desimal adalah angka penting
Contoh: 7,0500 m memiliki 5 angka penting
70,5000 memiliki 5 angka penting
f. Untuk penulisan notasi ilmiah. Misalnya 2,5 x 103 , dimana 103 disebut orde.
Sedangkan 2,5 merupakan mantis. Jumlah angka penting dilihat dari mantisnya
dalam hal ini memiliki 2 angka penting.
Contoh lain 2,34 x 102 memiliki 3 angka penting
a. Bila angka itu lebih besar dari pada 5, maka angka terakhir yang
dipertahankan harus dinaikkan 1.
Contoh: 34,46 dibulatkan menjadi 34,5
b. Bila angka itu lebih kecil daripada 5, maka angka terakhir yang dipertahankan
tidak berubah.
Contoh: 34,64 dibulatkan menjadi 34,6
c. Bila angka itu tepat 5, maka angka terakhir yang dipertahankan harus
dinaikkan 1 jika angka itu tadinya angka ganjil, dan tidak berubah jika angka
terakhir yang dipertahankan itu tadinya angka genap.
Contoh: 34,75 dibulatkan menjadi 34,8 34,65 dibulatkan menjadi 34,6
Pengukuran Besaran Fisika
1 Mengukur Panjang
Untuk mengukur besaran panjang suatu benda, Anda dapat menggunakan mistar,
jangka sorong atau micrometer sekrup. Setiap alat ukur panjang tersebut tentunya mempunyai
karakteristik sendiri.
a. Mistar
Jawab :
* Panjang karet penghapus A
Ujung depan dititik 0 dan ujung belakang di 2 cm lebih 3mm. Jadi panjangnya 2,3 cm.
* Panjang karet penghapus B
Ujung depan di titik 3 cm dan ujung belakang di 4 cm lebih 7 mm. Jadi panjang karet
penghapus B 4,7 cm – 3 cm = 1,7 cm.
b. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, tebal, kedalaman
lubang, dan diameter luar maupun diameter dalam suatu benda dengan batas ketelitian 0,1 mm
atau 0,01 cm. Jangka sorong merupakan alat untuk mengukur panjang yang lebih teliti atau
presisi dari pada mistar. Pada dasarnya, jangka sorong terdiri dari dua jenis, yaitu jangka sorong
analog dan jangka sorong digital. Dalam penggunaan jangka sorong digital untuk mengukur suatu
benda, kita akan membaca hasil pengukuran secara langsung pada layar jangka sorong tersebut.
Jangka sorong analog mempunyai dua rahang, yaitu rahang tetap dan rahang sorong.
Pada rahang tetap dilengkapi dengan skala utama, sedangkan pada rahang sorong terdapat skala
nonius atau skala vernier. Nama vernier diambilkan dari nama penemu jangka sorong, yaitu
Pierre Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis. Skala nonius mempunyai panjang 9
mm yang terbagi menjadi 10 skala dengan tingkat ketelitian 0,1 mm.
Mikrometer sekrup merupakan alat ukur ketebalan benda yang relatif tipis, misalnya
kertas, seng, dan karbon mengukur diameter benda-benda bulat yang kecil seperti tebal kertas dan
diameter kawat. Pada mikrometer sekrup terdapat dua macam skala, yaitu skala tetap dan skala
putar (nonius).
Skala tetap terbagi dalam satuan milimeter (mm). Skala ini terdapat pada laras dan
terbagi menjadi dua skala, yaitu skala atas dan skala bawah.
Skala putar terdapat pada besi penutup laras yang dapat berputar dan dapat bergeser ke
depan atau ke belakang. Skala ini terbagi menjadi 50 skala atau bagian ruas yang sama. Satu
putaran pada skala ini menyebabkan skala utama bergeser 0,5 mm.
Jadi, satu skala pada skala putar mempunyai ukuran: 1/50 x 0,5 mm = 0,01 mm. Ukuran
ini merupakan batas ketelitian mikrometer sekrup.
Skala terkecil dari skala putar 0,01 mm, dengan batas ukur dari 0,01 mm – 0,50 mm.
2 Mengukur Massa
Besaran massa diukur menggunakan neraca. Neraca dibedakan menjadi beberapa jenis,
seperti neraca analitis dua lengan, neraca Ohauss, neraca lengan gantung, dan neraca digital.
dua lengan
b. Neraca ohauss
Neraca ini berguna untuk mengukur
massa benda atau logam dalam praktek
laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang
dengan menggunakan neraca ini adalah 311
gram. Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1
gram. Gambar 2.7 Neraca Ohaus
a. Stopwatch
Dengan ketelitian 0,1 detik karena setiap skala
pada stopwatch dibagi menjadi 10 bagian. Alat ini
biasanya digunakan untuk pengukuran waktu dalam
kegiatan olahraga atau dalam praktik penelitian. Gambar 2.10 Stopwatch
Analog
b. Arloji
Arloji dalah alat ukur waktu yang paling banyak
digunakan manusia dan sudah menjaddi salah satu
aksesoris wajib baik bagi pria maupun wanita. Arloji
atau jam tangan umumnya memiliki ketelitian 1 detik.
Gambar 2.11 Jam tangan
c. Waktu elektronik
3 Ketidakpastian Pengukuran
Setiap pengukuran atau lat ukur selalu memiliki ketidakpastian. Jika Anda mengukur
ketebalan sampel sebuah buku dengan mistar biasa, hasil pengukuran Anda hanya dapat
diandalkan kebenarannya sampai pada millimeter terdekat, dan hasil pengukuran Anda adalah 3
mm. Pernyataan hasil pengukuran ini sebagai 3,00 mm adalah salah, karena keterbatasan alat
ukur yang di gunakan. Anda tidak dapat mengatakan bahwa ketebalan sebenarnya adalah 3,00
mm, 2,85 mm, atau 3,11 mm.
Tetapi jika Anda menggunkan micrometer sekrup, yakni suatu alat yang dapat mengukur
sampai ketelitian 0,01 mm, hasil pengukurannya adalah 2,91 mm. perbedaan keduanya adalah
pada ketidakpastian (uncertainly) pengukuran tersebut. Pengukuran dengan micrometer sekrup
memiliki kepastian yang lebih kecil, hal ini menghasilkan pengukuran yang lebih akurat.
Ketidakpastian juga di sebut dengan galat (error), karena hal tersebut juga
mengindikasikan selisih maksimum yang mungkin terjadi antara nilai terukur dan nilai
sebenarnya. Ketidakpastian dari sebuah nilai terukur tergantung pada teknik pengukuran yang di
lakukan.
Pada dasarnya, semua pengukuran selalu diliputi dengan kesalahan yang berkontribusi
terhadap ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Terdapat dua jenis kesalahan pengukuran,
yaitu kesalahan acak dan kesalahan sistematis.
Kesalahan acak adalah kesalahan dalam pengukuran yang memungkinkan nilai-nilai dari
besaran yang di ukur menjadi tidak konsisten ketika pengukuran tersebut diulang. Pada
dasarnya, semua pengukuran, semua pengukuran rentan terhadap kesalahan acak. Hal ini
karena, setiap pengukuran di pengaruhi oleh banyak sumber kesalahan acak, seperti getaran
gedung, fluktuasi listrik, gerak moleku-molekul udara (gerak brown), dan gesekan pada setiap
bagian alat yang bergerak. Kesalahan acak terjadi sangat cepat dan hampir tidak dapat dihindari.
Sebagai contoh, fluktuasi tegangan listrik memengaruhi pengukuran arus listrik dan tegangan
listrik, gerak molekul-molekul udara memengaruhi pembacaan galvanometer.
1. Lakukan kalibrasi terhadap alat ukur yang di gunakan dalam pengukuran dengan
benar dan pastikan bahwa kita telah memberikan skala yang tepat.
2. Alat titik nol skala alat ukur agar berimpit dengan titik nol jarum penunjuk skala.
3. Periksa keadaan alat sebelum melakukan pengukuran,
4. Bacalah skala secara tegak lurus.
5. Periksa keadaan lingkungan, seperti suhu, tekanan udara, dan kelembapan
sebelum dan sesudah melakukan pengukuran,
X= ± Δt = ± nst
dengan:
X = nilai besaran yang di ukur
= pembacaan skala alau ukur pada pengukuran bearan x
Δt = ketidakpastian mutlak pengukuran besaran x
nst = skala terkecil alat ukur
Ketidakpastian relatif = %
Contoh Soal:
Dalam suatu pengukuran tegangan listrik di peroleh pembacaan sebesar 10,5 volt.
Jika alat ukur yang digunakan mempunyai skala terkecil 0,1 volt, tentukan hasil
pengukuran tersebut:
Penyelesaian:
V=( ± ΔV ) = ( ± nst )
= 10,5 volt dan nst = 0,1 volt, sehingga
V=( ± nst) = { 10,5 (0,1) } volt
= (10,5 ± 0,05 ) volt
Jadi, hasil pengukuran tersebut adalah V = (10,5 )
Sementara itu, jika kita melakukan pengukuran berulang, maka data pengukuran yang
dilaporkan sebagai berikut:
x = ̅ ± Δx
dengan:
x = nilai besaran yang di ukur
̅ = nilai rata-rata x
Δx = ketidakpastian mutlak pengukuran sebesar x
̅ = =∑
Δx = √ ∑ (∑ )
√∑( ̅)
=√ ( )
Katerangan:
= hasil pengukuran besaran x ke-i
n = jumlah pengulangan pengukuran
̅
Perbandingan adalah ketidakpastian relatif pengukuran. Ketidakpastian relatif
= 1,044 x mm – 0,001044
No ̅ ( ̅)
Data hasil pengukuran, suatu besaran fisika pada dasarnya dapat di sajikan dalam
beberapa cara. Salah satunya cara yang umum dilakukan oleh para ahli fisika adalah
dengan menyajikannya dalam bentuk grafik.
Melalui grafik kita dapat memperoleh informasi tentang pengaruh besaran fisika
tertentu terhadap fisika lainnya pada kondisi tertentu. Selain itu, melalui grafik kita
dapat juga memperoleh pernyataan matematis dari suatu konsep atau teori fisika,
sehingga teori atau konsep tersebut lebih mudah dipelajari. Berikut ini adalah contoh
hasil percobaan (pengukuran) yang kemudian dinyatakan dalam grafik beserta
analisis matematisnya, yaitu data hasil percobaan untuk menentukan konstanta pegas
(k) yang memenuhi Hukum Hooke.
Dapat tersebut dapat di plot dalam grafik gaya (F) terhadap pertambahan panjang
pegas (Δx), seperti pada table diatas.
K = tan α = =
Oleh karena itu, hubungan gaya, pertambahan panjang pegas, dan konstanta pegas
dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.
F = k Δx
Berdasarkan segitiga ABC pada grafik yang terdapat pada gambar, nilai konstanta
pegas pada percobaan tersebut dapat ditentukan sebagai berikut:
k = tan α
( )
=
( )
= 300 N/m
TUGAS
Daftar Pustaka
Siswanto dan Sukaryadi. 2009. Kompetensi Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Pusat Pembukuan. Departemen Pendidikan Nasional.
Suparmo dan Triwidodo. 2009. Panduan Pembelajaran Fisika untuk SMA dan MA Kelas
X. Jakarta: Pusat Pembukuan. Departemen Pendidikan Nasional.