Anda di halaman 1dari 11

APRESIASI & KRITIK SENI

A. Defenisi Apresiasi
Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kata Apresiasi memiliki dua
pengertian yaitu “ Kesadaran Terhadap nilai seni dan budaya” serta “ Penilaian
(penghargaan) terhadap sesuatu”. Dalam bahasa inggris apresiasi dikenal juga dengan
kata “Appreciate”, yang bermakna Penilaian atau penghargaan untuk mengukur
kualitas sesuatu. Jika diartikan secara luas, kegiatan apresiasi dapat dimaknai sebagai
kegiatan mengamati, menanggapi dan menghayati untuk menemukan kualitas dan nilai
dari suatu bentuk.
Secara khusus apresiasi seni dapat juga dimaknai sebagai upaya untuk
memahami bentuk-bentuk dan hasil seni secara menyeluruh, termasuk memahami nilai-
nilai yang ada di dalamnya, seperti nilai estetika.

B. Jenis Apresiasi
Dalam apresiasi juga dibagi menjadi dua kategori yaitu berdasarkan pendekatannya dan
berdasarkan tingkatannya. Setidaknya, ada tiga tingkatan yang akan dilakukan oleh
seseorang dalam memberikan apresiasi terhadap suatu karya.
1. Jenis Apresiasi menurut pendekatannya
a. Apresiasi Pasif
Apresiasi pasif, yaitu kegiatan apresiasi yang bersifat sertamerta dan
tidak melakukan pendalaman lebih lanjut terhadap bentuk karya seni
yang diamati.-Kegiatan apresiasi pasif umumnya dilakukan oleh
masyarakat awam yang tidak terlalu "melek" seni, atau tidak memahami
seni secara mendalam. Apresiasi pasif ditunjukkan melalui penilaian
bagus tidaknya suatu karya seni setelah mencerap suatu karya seni
menggunakan pancaindra. Contohnya, seseorang yang menonton
pertunjukan Reog Ponorogo menganggap bahwa pertunjukan tersebut
sangat menarik dan indah, mulai dari tarian, kostum, hingga musik
pengiringnya. Namun, seusai menonton, ia tidak mencari informasi
lebih lanjut mengenai pertunjukan tersebut, misalnya informasi
mengenai sejarah ataupun seluk-beluk penyusun pertunjukan tersebut.
Sikap yang demikian menunjukkan adanya apresiasi pasif.

b. Apresiasi Aktif
Apresiasi aktif, yaitu kegiatan apresiasi yang ditunjukkan secara
mendalam, termasuk setelah menilai suatu bentuk dan hasil karya seni
secara pasif/apresiasi pasif. Berbeda dengan apresiasi pasif, seseorang
yang melakukan apresiasi aktif akan mencari informasi lebih lanjut
mengenai bentuk karya seni yang baru saja ia nikmati. Apresiasi aktif
juga menunjukkan tingginya minat seseorang terhadap suatu bentuk
karya seni yang dihasilkan seniman.
Apresiasi aktif kemudian melahirkan dua hal, yakni pendekatan aplikatif
dan pendekatan kesejarahan.
a. Pendekatan aplikatif
Apresiasi aktif dengan pendekatan aplikatif dapat dimaknai
sebagai upaya yang dilakukan seseorang untuk menunjukkan
apresiasi dengan cara terjun langsung bentuk seni yang ia sukai.s
Contohnya, seseorang yang menyukai seni lukis akan
mempelajari cara melukis, seseorang yang menyukai seni tari
akan bergabung dengan sanggar seni tari, dan seseorang yang
menyukai seni peran akan bergabung dengan kelas akting atau
grup teater untuk mengasah kemampuan beraktingnya.
Pendekatan aplikatif juga dapat dilakukan seseorang dengan
mencari tahu tentang cara mempelajari suatu bentuk seni budaya
melalui berbagai media, seperti buku atau internet, atau dengan
mendatangi studio, sanggar, dan galeri seni. Contohnya,
seseorang yang terpesona dan tertarik untuk mempelajari tari
gambyong secara otodidak dapat mempelajari tentang cara
menari gambyong dengan mengakses situs penyedia video di
internet. Begitu pula dengan mendatangi studio, sanggar, dan
galeri seni. Dengan mendatangi tempat-tempat tersebut,
seseorang berkesempatan untuk melihat lebih dekat mengenai
teknik, bahan, dan unsur-unsur penciptaan suatu bentuk karya
seni. Contohnya, dengan mengunjungi studio lukis, seseorang
dapat melihat alat, bahan, dan teknik yang digunakan untuk
melukis serta melihat bagaimana hasil akhir lukisan.
Pendekatan aplikatif juga dapat disebut sebagai praktik berkarya.
Melalui praktik berkarya, seseorang akan merasakan langsung
pengalaman yang dirasakan oleh seniman yang karyanya ia
nikmati sebelumnya. la dapat mempelajari teknik pembuatan,
mempelajari alat dan bahan yang menjadi media pembuatan,
mencari berbagai alternatif untuk menciptakan, serta mengalami
suka-duka dalam menciptakan suatu karya. Pengalaman dan
pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan aplikatif akan
mendorong seseorang untuk memberikan apresiasi tinggi
terhadap suatu bentuk seni budaya.

b. Pendekatan Kesejarahan
Apresiasi dengan pendekatan kesejarahan dapat dimaknai
sebagai upaya apresiasi yang dilakukan seseorang dengan cara
menelusuri asal-usul dan sisi sejarah dari suatu bentuk karya seni.
Pendekatan kesejqrahan juga dikenal sebagai penelusuran
riwayat. Pendekatan kesejarahan dapat dilakukan dengan banyak
cara, di antaranya dengan mencari informasi pada sumber tertulis
dan internet serta bertanya langsung kepada pihak-pihak yang
dirasa cukup kompeten dan memiliki pengetahuan terkait karya
seni yang bersangkutan. Pihak-pihak tersebut dapat berupa
seniman, para tetua, hingga keluarga. Contohnya, seseorang yang
tertarik dengan asal-usul sejarah pertunjukan lenong dapat
mencari informasi dengan membaca buku, mencari informasi di
internet, bertanya kepada keluarga yang memiliki pengetahuan
tentang lenong, atau bertanya langsung kepada seniman lenong.
Penelusuran kesejarahan semacam ini tidak cukup dilakukan
hanya dengan mendatangi studio, sanggar, galeri seni, ataupun
museum. Diperlukan dedikasi, kesabaran, dan kemauan tinggi
untuk melakukan pendekatan kesejarahan agar mendapatkan
informasi tentang suatu bentuk seni secara komprehensif. Tanpa
adanya dedikasi, kesabaran, dan kemauan, informasi yang
diperoleh akan tidak lengkap sehingga pemahaman dan apresiasi
terhadap bentuk seni yang bersangkutan tidak maksimal.

2. Jenis Apresiasi menurut Tiangkatannya


Menurut tingkatannya, apresiasi seni terbagi menjadi tiga,s Yakni apresiasi
empatik, apresiasi estetis, dan apresiasi kritik. Pembagian apresiasi berdasarkan
tingkatannya ini sesuai dengan Pendapat Brent G. Wilson yang menyebutkan
bahwa apresiasi mengandung tiga konteks utama, yakni feeling (perasaan,
berkaitan dengan apresiasi empatik dan estetis), valuing (Penilaian, berkaitan
dengan apresiasi kritik), dan emphatizing (empati, berkaitan dengan apresiasi
empatik).

1. Apresiasi empatik
Apresiasi empatik dapat dimaknai sebagai upaya penilaian berdasarkan
unsur-unsur cerapan/tangkapan pancaindra. Selain melibatkan
pancaindra, apresiasi empatik juga berkaitan dengan pemikiran dan
perasaan seseorang. Hasil dari tangkapan pancaindra akan memengaruhi
pikiran dan perasaan seseorang sehingga orang tersebut dapat
memberikan penilaian baik tidaknya suatu bentuk seni yang sedang ia
nikmati. Contoh dari apresiasi empatik adalah seseorang yang terkagum-
kagum saat melihat pertunjukan wayang orang yang diiringi dengan
alunan musik gamelan. Perasaan kagum tersebut muncul akibat keindahan
yang ia tangkap melalui mata (pertunjukan wayang orang) dan telinga
(alunan suara gamelan). Rasa kagum dan senang saat menonton
pertunjukan tersebut akan membuat dirinya menilai bahwa pertunjukan
wayang orang adalah pertunjukan yang bagus dan menarik.

2. Apresiasi estetis
Apresiasi estetis dapat dimaknai sebagai upaya penilaian terhadap suatu
bentuk karya seni melalui pengamatan dan penghayatan. Berbeda dengan
apresiasi empatik yang terbatas pada tangkapan pancaindra, apresiasi
estetis mengeksplorasi unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dari suatu
karya seni. Contoh unsur intrinsik dan ekstrinsik tersebut meliputi bentuk,
tampilan, isi, hingga hal-hal yang melatarbelakangi seniman dalam
menciptakan karya tersebut. Melalui apresiasi estetis, seseorang akan
merasakan pengalaman keindahan yang tidak hanya berupa wujud (form),
tetapi juga isi (substance).
Contoh dari apresiasi estetis adalah seseorang yang melakukan
pengamatan dan penghayatan terhadap lukisan-lukisan potret realis karya
Basoeki Abdullah. Ketika mengamati salah satu lukisan potret realis karya
Basoeki Abdullah, misalnya potret Bung Hatta, ia akan mengamati
bagaimana kemiripan antara lukisan tersebut dengan wajah asli Bung
Hatta, media apa yang digunakan untuk membuat lukisan tersebut, warna
yang digunakan, teknik pembuatan, hingga tujuan yang melatarbelakangi
Basoeki Abdullah dalam menciptakan lukisan potret tersebut. Melalui
pengamatan dan penghayatan, orang yang melakukan pendekatan tersebut
akan memberikan apresiasi yang lebih tinggi dibandingkan apresiasi yang
hanya berdasarkan tangkapan mata.

3. Apresiasi kritik
Apresiasi kritik dapat dimaknai sebagai upaya penilaian yang lebih
kompleks dengan melibatkan beberapa kegiatan, seperti klasifikasi,
deskripsi, tafsiran, analisis, evaluasi, dan kesimpulan.' Apresiasi kritik
umumnya diberikan oleh orang-orang yang telah lama mendalami dan
memiliki pengetahuan yang luas terkait suatu bidang seni, seperti kritikus
seni. Apresiasi kritik tidak hanya terbatas pada penilaian bagus tidaknya
suatu karya seni, tetapi juga pemberian masukan, saran, deskripsi, dan
evaluasi terhadap karya seni tersebut. Artinya, apresiasi kritik lebih
menekankan Sisi objektif dibandingkan Sisi subjektif saat melakukan
penilaian. Dengan demikian, apresiasi kritik tidak hanya membawa
pemahaman dan pengetahuan baru bagi diri sang kritikus ataupun
penikmat seni, tetapi juga motivasi bagi seniman untuk menciptakan karya
yang lebih baik lagi di masa mendatang.
Contoh dari apresiasi kritik adalah seorang kritikus seni yang memberikan
penilaian terhadap suatu pertunjukan teater. Saat menonton, kritikus akan
melihat bagaimana mekanisme pertunjukan tersebut, mulai dari cara dan
teknik berakting para pemain, dialog yang dibawakan, tata kostum dan
tata rias para pemain, tata panggung dan tata cahaya, hingga musik yang
mengiringi pertunjukan tersebut. Dengan memberi perhatian pada detail,
kritikus seni dapat memberikan penilaian terhadap pertunjukan tersebut.
Jika ia menemukan kekurangan, misalnya dialog yang terlalu panjang dan
membosankan penonton atau banyaknya blocking yang dilakukan para
pemain, ia akan memberikan kritik dan masukan kepada para pelaku
pertunjukan tersebut agar kesalahan yang sama tidak terulang di kemudian
hari.
Untuk meningkatkan kemampuan berapresiasi perlu kita mempelajari berbagai macam
pendekatan yang sering digunakan orang untuk meningkatkan kemampuannya
berapresiasi, antara lain sebagai berikut.
a. Pendekatan mimetik
Pendekatan mimetik lebih menekankan hubungan antara karya seni dan
kenyataan yang ada. Pendekatan ini sangat cocok digunakan untuk
mengapresiasi karya seni yang realistik dan naturalistik, mengingat ukuran
indah atau tidak indah secara langsung ataupun tidak langsung berkaitan erat
dengan wujud realitas yang sebenarnya. Pendekatan ini dapat diarahkan pada
segi makna , isi atau pesan yang sesuai dengan realitas kehidupan.

b. Pendekatan ekspresif
Pendekatan lebih mefokuskan hubungan antara karya dan ungkapan kejiwaan
penciptanya. Pendekatan ini digunakan ketika menghadapi karya-karya yang
nilai ekspresinya sangat kuat. Setiap karya memang bernilai ekspresi, namun
ada pula karya seni yang secara spontan dan lugas ditumpahkan oleh
penciptanya. Karya ekspresif juga terkadang tidak memperhatikan kesesuaian
bentuk, warna, dan komposisi yang terdapat di alam nyata. Dalam karya ini
tidak lagi berpedoman pada kebersihan dan keindahan karya, tetapi kelihatan
kotor dan carut marut dalam membuat karya seni.

c. Pendekatan struktural
Pendekatan ini diarahkan untuk menganalisa bagian-bagian atau unsur-unsur
seni. Unsur-unsur tersebut saling terkait antara yang satu dengan lainnya.
Secara umum kita dapat , mengamati unsur-unsur tersebut diarahkan secara
memusat (sentral) atau menyebar, atau unsur-unsur tersebut bersifat simetris
(seimbang) atau tidak simetris (tidak seimbang).

d. Pendekatan semiotik
Semiotik diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem lambang
kehidupan manusia. Pendekatan ini digunakan untuk memperhatikan hubungan
antara objek benda dan pesan di balik benda. Karena semiotik sama dengan
simbol, maka setiap objek gambar dipandang sebagai simbol dimana terdapat
muatan makna.
Pada dasarnya karya seni adalah simbol-simbol yang mempunyai makna. Simbol disini
dapat berupa garis, warna, wujud, komposisi, suasana gelap terang ataupun teksturnya.
Seni rupa terapan adalah merupakan salah satu hasil karya seni rupa dari jaman pra
sejarah. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan-penemuan benda seni rupa terapan.
Seni rupa terapan yang ditemukan pada jaman pra sejarah ini diperkirakan merupakan
benda untuk kegiatan berburu dan meramu, atau dengan kata lain hasil karya seni rupa
yang digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Beberapa hasil karya seni pada jaman prasejarah antara lain berupa kapak genggam dari
batu (chopper), parigi, chalcedon (beraneka ragam batu) dan peralatan dari tulang (bone
culture), macam-macam tembikar, dengan motif sederhana, gelang, kalung, dan cincin
dari batu dan pakaian dari kayu, dan lain-lain.
C. Tujuan dan Manfaat Apresiasi
Layaknya kegiatan lainnya, apresiasi seni budaya juga memiliki tujuan dan fungsi.
Berikut adalah tujuan dari kegiatan apresiasi seni budaya.
1. Memahami Atasan Penciptaan Karya Seni
Tujuan pertama dari kegiatan apresiasi seni budaya adalah memahami alasan
penciptaan dari suatu karya seni. Dengan adanya apresiasi, seseorang tidak
hanya menilai karya seni dari wujud fisiknya saja, tetapi juga menilai dari segi
aspekaspek pembangunnya, seperti teknik yang digunakan senimanı alasan
seniman menciptakan karya, hingga pesan yang hendak disampaikan seniman
dalam karya-karyanya.
2. Mengembangkan Kreativitas
Kegiatan apresiasi seni budaya akan mendorong seseorang untuk lebih kreatif
dalam mendalami suatu bentuk karya seni. Kreativitas ini tidak hanya dialami
oleh seniman, tetapi juga penikmat seni. Bagi seniman, apresiasi seni akan
membuat daya kreasinya terpacu untuk menciptakan karya-karya yang lebih
baik dan variatif dari waktu ke waktu. Sementara ituj bagi penikmat seni,
apresiasi seni akan mendorong mereka untuk kreatif dalanı menganalisis dan
mempelajari suatu bentuk karya seni. Bahkanı tidak jarang penikmat seni terjun
langsung mendalami seni untuk memahami nilai-nilai dan pengalaman yang
diperoleh seniman dalam menciptakan karya.
3. Menumbuhkan Kepekaan Estetis
Kepekaan estetis atau kepekaan seseorang terhadap nilainilai keindahan akan
tumbuh dengan seringnya ia melakukan apresiasi seni. Semakin sering
seseorang bersinggungan dengan bentuk karya seni, semakin tinggi pula
sensitivitasnya terhadap nilai-nilai keindahan yang terwujud dalam bentuk
karya seni. Kepekaan estetis yang diperoleh melalui apresiasi seni tidak hanya
berlaku bagi seniman, tetapi juga penikmat karya seni. Dengan adanya
kepekaan estetis, pengalaman keindahan yang dirasakan ketika mengamati dan
menghayati suatu bentuk karya seni akan semakin tinggi.
4. Menyempurnakan Karya Seni
Apresiasi seni yang ditunjukkan penikmat seni terhadap suatu karya akan
mendorong seniman untuk menyempurnakan karya seni. Dengan kualitas karya
yang semakin meningkat dari waktu ke waktu, seniman tidak hanya
memperoleh kepuasan pribadi, tetapi juga memberikan kebahagiaan bagi
masyarakat yang menikmati karya-karya berkualitas tersebut.

Sementara itu, fungsi dari kegiatan apresiasi seni budaya adalah sebagai berikut.

1. Memahami Seni Secara Mendalam


Melalui kegiatan apresiasi seni, seseorang akan terpacu untuk memahami suatu
bentuk seni secara mendalam. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan
terhadap suatu karya. Dengan memahami seni secara mendalam, pengetahuan
dan wawasan seseorang atas bentuk seni tersebut akan semakin maksimal. Pada
akhirnyaı hal tersebut akan semakin meningkatkan apresiasi.
2. Mengetahui Kua!itas Suatu Karya Seni
Kualitas karya seni akan sulit untuk diketahui tanpa adanya apresiasi. Melalui
apresiasi, seseorang akan merasakan pengalaman keindahan yang ditangkap
oleh pancaindra. Pengalaman tersebut akan mendorongnya untuk memahami
aspek lain yang membangun karya seni tersebutı termasuk makna yang
terkandung di dalamnya. Dengan pengalaman keindahan dan pengetahuan yang
diperoleh, orang tersebut dapat menilai seberapa baik kualitas dari karya seni
yang ia amati dan hayati tersebut.

3. Mengembangkan Kemampuan Seniman dan Penikmat Seni


Apresiasi seni membawa banyak manfaat bagi seniman dan Penikmat şenil
termasuk mengembangkan kemampuan kedua belah pihak tersebut. Dengan
kegiatan apresiasiı seniman akan terus mencari cara dan belajar untuk
meningkatkan kualitas karya-karyanya. Peningkatan kualitas berkarya dapat
dilakukan dengan banyak cara, seperti menggunakan teknik dan media berkarya
yang belum pernah ia gunakan sebelumnya. Dengan demikianı kemampuannya
akan turut meningkat.
Sementara itu, bagi penikmat seni, kegiatan apresiasi akan meningkatkan
kemampuan mereka dalam memahami dan menilai suatu bentuk karya seni.
Apresiasi seni juga akan semakin membuka pemikiran mereka terkait ekspresi
berkesenian. Selain itu, apresiasi seni juga akan mendorong penikmat seni untuk
mulai mempelajari cara membuat atau melakukan bentuk seni yang ia sukai.

4. Menambah Pengalaman Berkesenian


Bagi seniman dan penikmat seni, apresiasi seni akan menambah pengalaman
dalam berkesenian. Bagi seniman, apresiasi seni akan mendorong mereka untuk
melakukan eksptorasi dalam penciptaan karya. Sementara itu, bagi penikmat
seni, apresiasi seni akan mendorong mereka untuk lebih banyak Iagi mengenal
dan mengeksplorasi bentuk-bentuk seni.

5. Meningkatkan Kecintaan terhadap Karya Seni


Apresiasi seni memiliki manfaat besar dalam menciptakan kecintaan terhadap
karya seni. Apresiasi seni membawa banyak pengalaman, seperti pengalaman
keindahan, hiburanı hingga edukasi bagi seniman dan penikmat seni.
Pengalaman_ pengalaman yang diperoleh melalui apresiasi seni akan
mendorong seseorang untuk terjun lebih dalam demi memaharni bentuk-bentuk
seni, Semakin banyak pengalaman dan Wawasan yang diperoleh, senıakin
meningkat pula kecintaan seseorang teıhadap bentuk dan karya seni yang ia
dalami.

D. Tahapan Apresiasi Seni


Menurut Edmund Feldman, kegiatan apresiasi seni rupa dapat dilaksanakan melalui
empat tahapanı yakni deskripsil analisis, interpretasi, dan penilaian.
1. Deskripsi
Tahap pertama dalam mengapresiasi seni budaya adalah tahap deskripsi. Tahap
deskripsi dilakukan dengan mengidentifikasi suatu bentuk karya seni atau
budaya melalui hasil cerapan atau tangkapan pancaindra. Identifikasi suatu
karya meliputi identifikasi jenis karya (apakah termasuk jenis seni rupa, seni
musik, seni tari, atau seni pertunjukan), bentuk fisik dari karya, judul karya,
nama senimanı waktu penciptaan serta keterangan tentang alat, bahan, ataupun
teknik penciptaan yang digunakan. Tahapan deskripsi bersifat objektif dalam
artian hanya melaporkan hal-hal yang ditangkap panca indra tanpa dianalisis
dan ditafsirkan secara lebih jauh. Informasi yang diperoleh dalam tahapan
deskripsi akan digunakan sebagai petunjuk awal dalam melakukan penilaian.
Contoh dari tahapan deskripsi adalah deskripsi yang dilakukan pada pagelaran
sendratari Ramayana yang dilangsungkan di pelataran Candi Prambanan.
Ketika menonton pagelaran tersebut seseorang dapat membuat deskripsi
pagelaran, seperti lokasi dan waktu berlangsungnya pagelaran, jumlah penari
yang terlibat dalam pagelaran tersebut, bentuk kostum dan tata rias yang
digunakan para penari, alur cerita dan dialog yang dibawakan, hingga tata
panggung, tata cahaya, dan tata musik pengiring Yang digunakan dalam
pertunjukan tersebut.

2. Analisis
Tahapan analisis dilakukan dengan mengaitkan unsurunsur pembentuk yang
terlihat dalam suatu karya. Unsur-unsur tersebut dapat berupa bentuk objek,
ukuran objek, warna objek, hingga tekstur objek. Dapat dikatakan bahwa
tahapan ini berfokus pada hubungan antar unsur. Pada tahap analisis, seseorang
akan melihat lebih jauh mengenai bentuk fisik suatu karya, seperti komposisi
dan keseimbangan dari unsur-unsur yang ada di dalamnya.
Contohnya dalam lukisan potret Ratu Sirikit karya Basoeki Abdullah, objek
lukisan, yakni potret Ratu Sirikit, diletakkan tepat di tengah kanvas. Objek
dilukis dengan komposisi yang pas, dalam artian tidak terlalu beşar dan tidak
terlalu kecil. Pada lukisan tersebutı nüansa warna biru dan putih sangat
dominan, dengan tambahan warna hitam, merah, krem, dan cokelat muda untuk
memperjelas detail warna rambut, bibirı kulit wajah, leherı dan telinga, serta
warna dalam topi. Peletakan objek tepat di tengah kanvas umumnya digunakan
untuk menarik perhatian orang yang melihatnya agar langsung fokus pada objek
tersebut. Sementara itu, penggunaan warna-warna yang dominan berpadu
dengan warna-warna pendukungnya dalam menciptakan bentuk Visual yang
indah.

3. Interpretasi
Tahap interpretasi atau tahap penafsiran merupakan tahap penangkapan makna
yang terkandung dalam suatu karya seni. Tahap interpretasi merupakan tahap
lanjutan yang menggabungkan semua informasi yang diperoleh melalui tahap
deskripsi dan analisis untuk menghasilkan suatu simpulan makna. Menurut
Feldman, tahapan ini merupakan tahapan Paling sulit, sekaligus paling kreatif
dan bermanfaat dalam tahapan apresiasi. Melalui tahapan ini, seorang penikmat
seni dapat menebak makna berupa pesan yang hendak disampaikan Oleh
seniman dalam karyanya. Apabila penikmat seni tersebut berhasil memahami
makna yang terkandung dalam suatu karya, tanpa disadari terjalin komunikasi
antara seniman dan penikmat seni tersebut. Tahap interpretasi tidak hanya
berdasarkan unsur instrinsik (seperti bentuk fisik karya), tetapi juga unsur
ekstrinsik, seperti latar belakang yang memengaruhi seniman untuk
menciptakan karya tersebut. Pengetahuan terhadap unsur intrinsik dan
ekstrinsik suatu karya akan turut membentuk interpretasi atas karya tersebut.

Contoh dari tahapan interpretasi dapat kembali dilihat melalui lukisan potret
Ratu Sirikit karya Basoeki Abdullah. Berdasarkan unsur intrinsiknya,
penggunaan warna putih dan biru sebagai warna dominan dapat
diinterpretasikan sebagai bentuk penggambaran keanggunan sosok ratu dalam
diri Ratu Strikit.
Keanggunaan tersebut tidak hanya tampak melalui penggunaan warna, tetapi
juga penggambaran busana dan aksesori yang digunakan oleh sang ratu.
Kecantikan Ratu Sirikit ditonjolkan dengan penggunaan warna hitam pada
rambut, bibir berwarna merah, dan pipi yang bersemu kemerahan. Sementara
Itu, ekspresi senyum yang tersungging di wajah menunjukkan bahwa Ratu
Sirikit memiliki kepribadian yang hangat.
Berdasarkan unsur ekstrinsiknya, diketahui bahwa tukisan tersebut dibuat oleh
Basoeki Abdullah untuk menyambut kedatangan keluarga kerajaan Thailand,
yakni Ratu Sirikit dan suaminya, Raja Bhumibol Adulyadej ke Indonesia. Pada
masa itu, Basoeki Abdullah merupakan pelukis yang sering ditunjuk oleh
Presiden Soekarno untuk membuat lukisan potret tokoh-tokoh penting,
termasuk tokoh-tokoh mancanegara, yang berkunjung ke Indonesia. Pada
kunjungan tersebut, Basoeki Abdullah tidak hanya membuat lukisan potret Ratu
Sirikit, tetapi juga suaminya. Lukisan tersebut digunakan sebagai bentuk
penghargaan dan wujud persahabatan antara Indonesia dan keluarga kerajaan
Thailand. Dengan demikian, lukisan potret Ratu Sirikit tersebut dapat
diintepretasikan ke dalam dua makna. Makna pertama adalah bentuk
penghormatan seniman (Basoeki Abdullah) keenggunan, kecantikan, dan
kepribadian yang dimiliki sosok Ratu Sirikit. Sementara itu, makna kedua
adalah bentuk penghargaan Indonesia terhadap keluarga Kerajaan Thailand.

4. Penilaian
Tahap penilaian merupakan tahap akhir dalam tahapan apresiasi. Tahap ini
terdiri atas dua hal, yakni evaluasi dan kesimpulan. Melalui tahap ini, seseorang
akan memberikan penilaian terhadap suatu karya seni setelah memahami aspek-
aspek pembangun karya seni tersebut. Namun, hasil penilaian sering kali
terpengaruh oleh hal-hal subjektif, misalnya harga untuk menikmati karya seni
tersebut ataupun pendapat pribadi.
Contohnya, meskipun suatu karya seni memiliki nilai yang bagus bentuk dan
makna, penilaian tersebut dapat berkurang karya seni tersebut memiliki harga
yang teramat mahal orang yang menilainya memiliki masalah pribadi dengan
seniman pembuatnya. Akibatnya, tingkat apresiasi pun berkurang. Untuk itu,
sangat penting untuk mengingat bahwa dalam memberikan penilaian atas suatu
karya, sebaiknya diutamakan sisi objektif.

E. LAPORAN KRITIK SENI


Kritik merupakan tanggapan yang umum diberikan oleh seseorang ketika
mengapresiasi sekaligus mengoreksi ide atau gagasan orang lain. Dalam bidang
keilmuan, kritik menjadi tanggapan evaluatif untuk menilai dan mengoreksi suatu
gagasan di segala bidang kehidupan manusia. Dengan demikian, kritik seni rupa berarti
analisis dan penilaian atas kelebihan dan kekurangan pada karya seni rupa tersebut.

Kritik seni merespons, menafsirkan makna, dan membuat penilaian kritis tentang karya
seni tertentu, yang membantu pemirsa memahami, menafsirkan, dan menilai karya seni.
Selain menafsirkan dan menilai, adapun, kritik karya seni memiliki fungsi yaitu
1. Menjembatani persepsi dan apresiasi artistik dan estetik karya seni rupa, antara
pencipta (seniman, artis), karya, dan penikmat seni. Komunikasi antara karya
yang disajikan kepada penikmat (publik) seni membuahkan interaksi timbal
balik dan interpenetrasi keduanya.
2. Sementara yang kedua saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun penikmat.
Seniman membutuhkan analisa tajam untuk mendeteksi kelemahan, mengupas
kedalaman, serta membangun kekurangan.

Ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh seorang kritikus, di antaranya:
1. Deskripsi
Deskripsi adalah tahapan kritik untuk dapat menemukan, mencatat atau juga
mendeskripsikan segala sesuatu yang dapat dilihat apa adanya dan tidak
berusaha melakukan analisis atau mengambil kesimpulan. Agar bisa
menyimpulkan dengan baik, seorang pemberi kritik harus mengetahui suatu
istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan,
maka pemberi kritik akan kesulitan untuk menyimpulkan fenomena karya yang
dilihatnya.
2. Analisis formal
Analisis formal yakni di mana tahapan kritik karya seni untuk dapat menelusuri
suatu karya seni berdasarkan struktur formal maupun juga unsur pembentuknya.
Pada tahap ini, seorang kritikus harus benar memahami unsur seni dan prinsip
penataan atau penempatannya dalam sebuah karya seni tertentu.
3. Interpretasi
Interpretasi yaitu tahapan penafsiran makna suatu karya seni akan mencakup
tema yang akan digarap, simbol yang dihadirkan atau juga masalah yang
dikedepankan. Penafsiran ini bersifat sangat terbuka, dipengaruhi sudut
pandang maupun juga wawasan pemberi kritiknya. Semakin luas wawasan
seorang pemberi kritik juga biasanya semakin kaya interpretasi karya yang
dikritisinya.
4. Evaluasi atau Penilaian
Evaluasi maupun penilaian adalah tahapan kritik untuk menentukan kualitas
karya seni jika kita bandingkan dengan karya lain yang sejenis. Perbandingan
ini dilakukan terhadap berbagai aspek yang akan terkait dengan karya tersebut,
baik aspek formal ataupun aspek konteks. Mengevalusi atau menilai secara
kritis dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Mengkaitkan
sebanyak-banyaknya karya yang dinilai dengan karya yang sejenis; Menetapkan
tujuan atau fungsi karya yang ditelaah; Menetapkan sejauh mana karya yang
ditetapkan “menyimpang” dari yang telah ada sebelumnya; Menelaah karya
yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus dan segi pandang tertentu yang
melatarbelakanginya.

F. Kerangka Penulisan Laporan Kritik Seni

Cover + Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Bab II Pembahasan
A. Klasifikasi
B. Deskripsi
C. Analisis Formal
D. Interpretasi
E. Evaluasi
F. Penilaian
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai