Anda di halaman 1dari 40

1

MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN

(MASYARAKAT, RUMAH SAKIT DAN

KEBUDAYAAN)

Dosen:

Zurriyatun toyyibah

Disusun
Oleh:
Dea Hermiwati
(012SYE22)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES YARSI MATARAM

PRODI DIII KEPERAWATAN

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii
KATA PENGANTAR iii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
BAB II 3
TINJAUAN TEORI 3
A. Antropologi Kesehatan 3
B. Penerapan Antropologi Kesehatan kepada Masyarakat 5

C. Penerapan Antropologi Kesehatan Kepada Rumah Sakit 6


D. Penerapan Antropolgi Kesehatan Kepada Kebudayaan 8
BAB III 11
PARADIGMA KEPERAWATAN 11
A. Kelebihan Dan Kekurangan Antropologi Pada Masyarakat 11
B. Kelebihan Dan Kekurangan Antropologi Pada Rumah Sakit 11
C. Kelebihan Dan Kekurangan Antropologi Pada Kebudayaan 12
BAB IV 16
PENUTUP 16
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala limpahan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam

bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah yang berjudul
“Antropologi Kesehatan: Masyarakat, Rumah Sakit dan Kebudayaan” dapat
dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Kami menyusun makalah ini guna memenuhi nilai tugas untuk


mata kuliah Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan. Harapan kami
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan wawasan serta
dapat menerapkan makalah ini dalam kegiatan sehari-hari pembaca.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari segala kekurangan


dan kemampuan yang sangat terbatas yang kami miliki, sehingga dalam
penulisan, penyusunan kalimat dan dalam mencari sumber buku serta
sumber dari internet masih kurang. Dengan segala usaha yang telah kami
lakukan maka makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu dan berharap
menghasilkan yang terbaik.

Dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritikan dan


saran yang sifatnya membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini,
khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Mataram,
18 Mei
2023

Penyusun

iii
B

A. Latar Belakang
Antropologi berasal dari bahasa yunani, asal kata dari anthoropus
berarti manusia , dan logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara
harfiah antropologi adalah ilmu kemanusiaan. Para ahli antropologi
sering mengemukakan bahwa antropologi marupakan studi tentang
umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya, antropologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang kemanisiaan baik dalam bentuk fisik,
kemanusiaan, dan kebudayaanya.
Ahli antropologi kesehatan berorientasi ekologi, menaruh perhatian
pada hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan
alamnya, tingkah laku, penyakit dan cara-cara dimana tingkah laku dan
penyakit mempengaruhi evolusi dan kebudayaan melalui proses umpan
balik.
Lingkungan manusia bersifat alamiah dan sosial budaya, semua
kelompok harus berdaptasi dengan lingkungan geografi dan iklim,
belajar mengeksploitasi sumber yang tersedia untuk kehidupan dan
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diciptakan sendiri
dan dimana mereka hidup. Manusia menderita penyakit selain karena
patologinya juga karena sosial psikologi dan faktor budayanya.
Persepsi sehat-sakit yang berbeda antara masyarakat dan perawat
dapat menimbulkan permasalahan. Persepsi masyarakat tentang sehat
sakit dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu terhadap penyakit
serta terkait dengan sosial-budaya masyarakat setempat. Budaya
masyarakat Jawa dan Madura dalam mencari pengobatan sangat
berbeda. Masyarakat Jawa terkadang lebih memilih berobat pada “orang
pintar” ke
dukun daripada ke dokter atau masyarakat Madura yang lebih meminta
disuntik dua kali
saat berobat ke mantri, semua ini didasari atas persepsi masyarakat
dalam mencari pengobatan ketika mereka sakit.
Sejarah antropologi kesehatan pada tahun 1849 Rudolf Virchow,
ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849 menulis apabila
kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang
sakit, maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai
dasar struktur sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang inheren
dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat struktur
sosial yang

1
mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat
ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat dikatakan
bahwa Vichrow berperan dalam pembentukan asal-usul bidang
Antropologi Kesehatan tersebut, munculnya bidang baru memerlukan
lebih dari sekedar cetusan inspirasi yang cemerlang.
Tahun 1953 Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian
Antropologi Kesehatan

terdapat pada tulisan yang ditulis Caudill berjudul “Applied


Anthropology in Medicine”.
Tulisan ini merupakan tour the force yang cemerlang ,
tetapi meskipun telah
menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan suatu
subdisiplin baru.
Tahun 1963 Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul
“Antropologi Kesehatan”

dan Paul membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu


artikel mengenai
kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli
antropologi Amerika benar-benar menghargai implikasi dari
penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu
antropologi. Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi
Kesehatan ini adalah dengan munculnya tulisan yang dibuat
Pearsall (1963) yang

berjudul Medical Behaviour Science yang berorientasi antropologi,


sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam bibliografi
tersebut tak diragukan lagi menampakan
pentingnya sistem medis
bagi Antropologi Biografi
ahli antropologi :
mempelajari ilmu kedokteran di Berlin pada akademi militer
Prussia. Ia lulus pada 1843 dan menjadi profesor pada 1847. Dengan
alasan politis, ia pindah

ke Würzburg dua tahun kemudian, dan bekerja dalam bidang anatomi.


Ia kembali ke Berlin pada 1856. Virchow dikenal dengan berbagai
penemuannya. Ia adalah orang
pertama yang mengenal leukemia dan amat dikenal dengan hukumnya:
Omnis cellula e cellula ("setiap sel berasal dari sel lainnya") yang ia
kemukakan pada 1855. Hukum ini berdasarkan penemuannya bahwa
bukan seluruh organisme, melainkan kelompok sel tertentu yang
dalam keadaan tak sehat. Virchow menguraikan mekanisme dari
tromboembolis pada paru-paru. Menurutnya, bekuan darah dalam arteri
pulmonaris berasal dari trombi pada pembuluh vena. Virchow jugalah
yang membangun berbagai disiplin ilmu dalam kedokteran yaitu
patologi seluler, patologi perbandingan,

dan antropologi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Antropologi Kesehatan ?
2. Bagaimana Definisi Antropologi Kesehatan?
3. Bagaimana Menerapkan Antropologi Kesehatan Kepada
Masyarakat ?
4. Bagaimana Menerapkan Antropologi Kesehatan Kepada Rumah
Sakit ?
5. Bagaimana Menerapkan Antropologi Kesehatan Kepada
Kebudayaan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat Mengetahui Sejarah Perkembangan Antropologi Kesehatan
2. Dapat Mengetahui Definisi Antropologi Kesehatan
3. Dapat Mengetahui Penerapan Antropologi Kesehatan Kepada
Masyarakat
4. Dapat Mengetahui Penerapan Antropologi Kesehatan Kepada
Rumah Sakit

5. Dapat Mengetahui Penerapan Antropologi Kesehatan Kepada


Kebudayaan
B

R
I

A. Antropologi Kesehatan
Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian
pada aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah
kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada
manusia. Antropologi kesehatan membantu mempelajari sosio-kultural
dari semua masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat
sebagai pusat dari budaya, diantaranya:
1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)
2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan
supranatural maupun supernatural atau penyihir
3. Kelompok 'healers' ditemukan dengan bentuk yang berbeda di
setiap kelompok masyarakat
4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh

5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan 'sakit' atau 'penyakit'


tidak secara individual, terutama "illness dansickness" pada
keluarga ataupun masyarakat
Jika diumpamakan sebagai kewajiban, maka tugas utama ahli
antropologi kesehatan diantaranya: bagaimana individu di masyarakat
mempunyai persepsi dan bereaksi terhadap "ill" dan bagaimana tipe
pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai
budaya dan keadaan sosial di lingkungan tempat tinggalnya.

Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan


saling berkontribusi dalam memberikan sumbangan untuk
perkembangan ilmu lain. Misalnya dalam bidang biologi, antropologi
kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran
dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi,
patologi, nutrisi, dan epidemiologi.

Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan


biologi yang didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap
faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat tertentu. Contoh:
penyakit keturunan albinism di suatu daerah di

3
Nusa Tenggara Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena
pernikahan diantara anggota keluarga.

Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan


sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut:

a) Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara


keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara pandang yang
tepat akan mampu untuk memberikan
kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu
masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian
masyarakat yang membangun. Contoh pendekatan sistem,
holistik, emik, relativi sme yang menjadi dasar pemikiran
antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih
baik.
b) Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk
menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.

c) Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik


dalam merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun
membantu analisis dan
interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.
Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap
antropologi kesehatan, antara lain:
1) Antropologi fisik/biologi/ragawi, Contoh: nutrisi
mempengaruhi pertumbuhan, bentuk tubuh, variasi penyakit.
Selain itu juga mempelajari evolusi penyakit sebagai akibat
faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.
2) Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan
pada masyarakat
primitif atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam
perkembangan lebih lanjut stereotipe ini harus dihindari
karena pengobatan tradisional tidak
selamanya terbelakang atau salah.
3) Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah
laku manusia di berbagai belahan dunia. Misalnya: perawatan
schizophrenia di suatu daerah untuk mencari penyembuhan
yang tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi pola
perawatan penyakit yang sama.
4) Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan
bekerjasama dengan antropologi untuk menjelaskan
hubungan antara kepercayaan dan

praktek kesehatan.
B. Penerapan Antropologi Kesehatan kepada Masyarakat
Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu
adalah “Zoon
Politicon” artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu
ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi
makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka
bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk

sosial.
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial dan makhluk budaya.
Makhluk sosial artinya bahwa kita tidak dapat hidup sendiri dan
membutuhkan manusia lain. sebagai makhluk budaya menandakan
bahwa manusia memiliki akal budi yang membedakan dengan makhluk
hidup lain dibumi ini.
Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi
dapat juga menuju ke arah kemunduran. Terkadang
perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung dengan cepat, sehingga
membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya” bagi masyarakat.
Perubahan itu

dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan


perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan,
bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta
religi atau keyakinan.
Perubahan di berbagai bidang sering disebut sebagai perubahan
sosial dan perubahan budaya karena proses berlangsungnya dapat
terjadi secara bersamaan. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan
manusia sebagai makhluk sosial, manusia

selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat


yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam
berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri
manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia
kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa
berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa
menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk


sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah
manusia

C. Penerapan Antropologi Kesehatan Kepada Rumah Sakit


Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis
profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita
oleh pasien. Pelayanan kesehatan dalam konteks antropologi
1. Pelayanan Kesehatan Barat
a) Dunia barat/sekarang ini sakit ditangani di RS oleh dokter dan
perawat.
b) Kelompok non-medikal : anggota keluarga/kerabat
menjalankan fungsi minimal (selama tahap akut )
c) Dunia Tradisional sebaliknya : kelompok non-medikal
menjalankan peran yg sangat besar pendukung pengobatan
tanpa dibantu personal medis
2. Keterlibatan Asisten
a) Asisten dlm pengobatan dilibatkan > bersifat seremonial
b) Peran sampingan > sedikit memberikan sumbangan
kesembuhan
c) Shaman (irian) > menggunakan medium/asisten yg disukai
roh utk mengundang roh dihadapan penyembuh
d) Manang (kalimantan) > menggunakan asisten utk
penyembuhan

3. Perbedaan Sistem Medis


Sifat Praktek/perilaku Spesialisasi Baur ( seorang penyembuh bisa me
(
hal)
Dokter
/perawat spesialis ) Seleksi Sosial

Seleksi
Kompensasi sosial, moral juga materi
dan

pen
didi
kan
For
mal

Kompensasi
Material

4. Struktur Rumah Sakit


a) Rumah Sakit adalah organisasi sangat otoriter/militer
b) Semua perintah atau instruksi harus
dijalankan tanpa kecuali, Asumsinya menyangkut
hidup/mati pasien.
c) Rumah sakit juga memiliki garis kebijakan sebagai organisasi

d) Hal ini menjadikan perawat dilema


e) Kadang peraturan Rumah Sakit bertujuan
untuk kepentingan Rumah Sakit daripada pasien
f) Ada penilaian oleh tenga medis à Pasien
baik/bermasalah dilihat dari : kooperatif, tidak
mengeluh dan kuat
g) Masuk rumah sakità dipersepsikan dalam kegiatan
yang sangat ritual : menimbulkan
kekhawatiran pasien
5. Bentuk Alternatif Masuk Rumah Sakit

a) Perlu perawatan Rumah Sakit Jiwa yang efektif, kombinasi


yang disertai iklim manusiawi.Rumah Sakit yang terbuka
akan menimbulkan kesan santai terhadap perawatan hasilnya
akan menguntungkan
b) Pada masa Yunani, masuk Rumah Sakit secara tradisional
melambangkan ditinggalkannya pasien oleh keluarga. Orang
yunani beranggapan hubungan antar manusia sama
pentingnya bagi sehat maupun sakit keras karena dampaknya
c) Rumah Sakit hubungan informal, kotor, berdesakan (tidak
disukai orang modern) akibat nya akan berdampak
kesembuhan dalam konteks budaya yunani
D. Penerapan Antropolgi Kesehatan Kepada Kebudayaan
Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah
makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk
menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup
manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya
manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan
keadilan

sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.


Budaya adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar (keyakinan dan
harapan) yang ditemukan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok
tertentu dari organisasi, dan kemudian menjadi acuan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan adaptasi keluar dan
integrasi internal, dan karena dalam kurun waktu tertentu telah berjalan
atau bekerja dengan baik, maka dipandang sah, akhirnya kebudayaan
dibakukan bahwa setiap anggota organisasi harus menerimanya sebagai
cara yang tepat dalam pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
dalam organisasi.
Sedangkan kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi
tingkat pengetahuan

dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak. Kata budaya atau
kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Pengaruh manusia dan kebudayaannya dalam sosiologi manusia
dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa
walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan.
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada
lingkungan tempat

kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu


ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan
menganalisis pengaruh akibat budaya
terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa di sebuah
lingkungan tertentu akan berbeda kebiasaanya dengan lingkungan
lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
1. Ruang lingkup sosial budaya
Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti
segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem hidup bersama
dalam masyarakat. Budaya atau kebudayaan adalah cara atau
sikap hidup manusia dalam hubungannya dengan alam

dan lingkungan sekitarnya. Jadi, sosial budaya adalah sekelompok


masyarakat yang
bekerja bersama-sama dan saling mendukung untuk mencapai
tujuan hidup dalam bermasyarakat.
Dalam sosial budaya juga dikenal sistem sosial budaya,
artinya keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai, tata sosial, dan tata
laku manusia yang saling berkaitan dan bekerja sama saling
mendukung untuk mencapai tujuan hidup bermasyarakat.

Manusia adalah orang yang hidup bersama dan


menghasilkan kebudayaan. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan
merupakan dwitunggal. Tak ada masyarakat
tanpa kebudayaan dan juga sebaliknya.
Sosial budaya merupakan bagian dari kehidupan kita
sebagai anggota masyarakat. Sebagai makhluk sosial maka kita
menjadi bagian dalam sebuah sistem kemasyarakatan yang
mencakup bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
dan keamanan, serta hukum.
Saat kita hidup bermasyarakat maka akan menghasilkan
sebuah kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal
yang tidak dapat dipisahkan. Tidak ada

masyarakat tanpa kebudayaan dan tidak ada kebudayaan tanpa


masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Dalam sebuah
kebudayaan dikenal dengan nama unsur-
unsur kebudayaan, sebagai berikut:
a) Bahasa
Bahasa merupakan suatu pengucapan yang indah dalam
elemen kebudayaan dan sekaligus sebagai alat perantara yang
paling utama bagi manusia untuk meneruskan atau
mengadaptasikan kebudayaan. Bentuk bahasa ada dua, yaitu
bahasa lisan dan bahasa tulisan
b) Sistem Pengetahuan

c) Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi


Yang dimaksud dengan teknologi adalah jumlah dari semua
teknik yang dimiliki oleh para anggota dalam suatu
masyarakat yang meliputi cara bertindak dan berbuat dalam
mengelola dan mengumpulkan bahan-bahan mentah.
Kemudian bahan tersebut dijadikan sebagai alat kerja,
penyimpanan, pakaian,

perumahan, alat transportasi, dan kebutuhan hidup lainnya


yang berupa material. Unsur teknologi yang sangat menonjol
adalah kebudayaan fisik yang
meliputi alat produksi, senjata, wadah, makanan
dan minuman, pakaian, perhiasan, tempat
tinggal, perumahan, dan alat-alat transportasi.
d) Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial

e) Sistem Mata Pencaharian Hidup


Sistem mata pencaharian hidup adalah segala usaha atau
upaya manusia untuk medapatkan barang atau jasa yang
dibutuhkan. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem
ekonomi meliputi berburu, mengumpulkan makanan,
bercocok tanam, perikanan, peternakan, dan perdagangan
f) Sistem Religi
Sistem religi bisa diartikan sebagai sebuah sistem yang
terpadu antara

keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan


hal-hal yang suci dan tidak dapat dijangkau oleh akal dan
pikiran. Sistem religi meliputi sistem
kepercayaan, sistem nilai, pandangan hidup, komunikasi
keagamaan, dan upacara keagamaan
g) Kesenian
Secara sederhana kesenian dapat diartikan sebagai segala
hasrat manusia terhadap keindahan atau estetika. Bentuk
keindahan yang beraneka ragam itu muncul dari sebuah
permainan imajinatif dan kreatif.
B

AB III

PARADIGM

KEPERAW

ATAN

A. Kelebihan Dan Kekurangan Antropologi Pada Masyarakat


Antropologi kesehatan sosiokultural dari semua masyarakat yang
berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, dalam
jurnal Drs. Naffi Sanggenafa 2002. Jurnal Antropologi Papua.
Diantaranya objek yang menjadi kajian disiplin ilmu adalah:
1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)
2. Beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan
supranatural maupun supernatural atau penyihir
3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda
disetiap kelompok masyarakat
4. Healers yang memepunyai peran sebagai penyembuh

5. Perhatian terhadap suatu keberasaan sakit atau penyakit tidak


secara individual, terutama illness dan sickness pada keluarga
ataupun masyarakat
Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada
akhir abad 20. Pada tahun 1924 W.H.R. River, seorang dokter,
menyebutkan bahwa keperawatan medis dan prakteknya tidak dapat
dipisahkan dari aspek budaya ddan organisasi sosial yang lain. Ia
menyatakan “praktek medis primitif mengikuti dari dan membuat
pengertian dalam
syarat-syarat yang mendasari kepercayaan medis. Ia juga menyatakan
keberadaan 3
pandangan dunia yang berbeda (gaib, religi, dan naturalistik) dan
menghubungkan sistem-sistem kepercayaan dan tiap-tiap pandangan
memiliki model perilaku medis yang sesuai. (Sanggenafa 2002)

B. Kelebihan Dan Kekurangan Antropologi Pada Rumah Sakit


Sebagai suatu profesi yang berbeda dengan profesi lain, keperawatan
haruslah memiliki suatu cara pandang yang berbeda dalam menyikapi
setiap permasalahan yang ada dalam profesinya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang merupakan bentuk
pelayanan profesional keperawatan, hendaknya perawat harus
memperhatikan seluruh aspek yang termasuk dam paradigma
keperawatan, yaitu manusia sebagai makhluk holistik dan unik dengan

segala macam kebutuhannya, lingkungan internal mapun eksternal


yang didalamnya terdapat stressor-stressor yang akan mempengaruhi
kondisi sehat dan sakitnya manusia.

11
Sehingga keperawatan harus berperan untuk memingkatkan derajat
kesehatan dan membantu manusia berada dalam rentang kesehatan yang
optimal.

C. Kelebihan Dan Kekurangan Antropologi Pada Kebudayaan


Hubungan antara kebudayaan dan kesehatan adalah sangat kompleks
hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain;
1. Penyebab masalah Kesehatan Menurut pandangan kesehatan
modern sakit adalah suatu kelainan fisiologis atau gangguan
fungsi tubuh atau organ tubuh yang disebabkan oleh beberapa hal
seperti bakteri, virus, jamur dan sebagainya atau pertumbuhan sel
tubuh yang tidak normal yang disebut denganpathologis.
Sedangkan menurut cara pandang budaya bahwa kejadian suatu
penyakit berkaitan dengan perubahan hubungan
dengan masyarakat, dengan alam dan dengan
lingkungan sehingga menimbulkan dampak terhadap tubuh
manusia. Masyarakat dapat beipandaugan bahwa kesehatan secara
kultur atau budaya dapat disetarakan dengan kesehatan
modern jika terdapat hubungan atau terdapat
kesamaan contohnya: Seorang yang terkena diare dan muntah
dikatakan bahwa orang tersebut dibikini atau didukuni seseorang
dan memalui makanan.
Jika dilihat dari kedua sudut pandang ini terdapat kesamaan
penyebab masalah tersebut adalah karena makanan yang
mengandung sesuatu sehingga menimbulkan suatu kelainan dalam
tubuh manusia. Hal ini jika kita analisa lebih dalam dapat
dimanfaatkan oleh pelayanan kesehatan modern dengan
memadukan cara pandang kultur dengan kesehatan modern
sehingga dapat diterima dalam masyarakat bahwa penyakit
tersebut memang diakibatkan oleh termakan sesuatu (kuman
penyakit) sehingga menimbulkan reaksi tubuh yaitu muntah dan
diare sehingga pemecahan masalah dapat dilakasanakan dengan
cara yang lebih ilrniah dan profesional dan kemudian secara
perlahan dapat diberikan pengertian kepada masyarakat bahwa
yang termakan atau yang masuk kedalam tubuh manusia tersebu
adalah kuman peyakit yang dapat menyerang siapa saja jika
makanannya terkontaminasi kuman penyakit penyebab diare.
2. Pengalaman yang berkaitan dengan masalah tersebut Masalah
kesehatan merupakan masalah yang selalu berhadapan dalam
kehidupan masyarakat, setiap saat manusia selalu bertemu dengan
masalah kesehatan baik ringan maupun berat. Pengalaman
masalah kesehatan yang ditemui oleh masyarakat sangat
memepngaruhi cara pandang masyarakat terhadap masalah
tersebut. Contoh; seseorang menderita suatu
penyakit dan dalam memecahkan masalah tersebut kebetulan
menemui seseorang yang dapat membebaskannya dari masalah
tersebut sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap hal
tersebut. Contoh; seorang menderita sakit kepala berat ketika
melaksanakan kegiatan dalamjangka waktu lama, sebelum orang
tersebut sakit kepala terdengar bunyi denging pada telinga orang
tersebut. Kemudian orang

tersebut mendapat masukan untuk berobat kepada orang pintar


dan orang pintar tersebut berkata bahwa ada sesuatu yang dikirim
sesorang kepadanya apalagi ada
suara denging ditelinga tersebut menandakan bahwa orang
tersebut telah diperbincangkan oleh orang lain. Kemudian orang
tersebut melakukan pijatan pada area tengkuk, pelipis dan kening
serta pada area pergelangan tangan dan mengatakan bahwa angin
sudah keluar dan mudah-mudahan segera sembuh dengan sedikit
istirahat. Setelah orang tersebut istirahat sebentar, orang tersebut
kernbali sehat dan menumbuhkan kepercayaan bahwa masalah
yang dihadapinya adalah sesuai dengan yang dikatakan oleh orang
pintar tersebut dan mungkinjika orang tersebut mendapat

rnasalah yang sama dia akan kembali mencari orang pintar


tersebut. jika dilihat dari sudut pandang kesehatan masalah ini
dapat saja terjadi pada seseorang yang
melakukan kegiatan yang cukup lama apalagi monoton dapat
menyebabkan ketegangan pada sistem syaraf dan peredaran darah.
Gangguan peredaran darah keotak akan menyebabkan sakit
kepala dan jika peredaran darah ketelinga akan menimbulkan
gejala seperti berdenging. Masalah ini dapat diatasi dengan
melakukan masage pada aliran darah tertentu dimana aliran darah
dan sistem syaraf manusia yang terbanyak adalah pada area
tengkuk, pelipis dan sebagainya. Dengan keadaan aliran darah
yang maksimal dan istirahat akan memulihkan kerja otak dan
sistem

syaraf sehingga menghilangkan gejala sakit kepala.


3. Ungkapan yang berkaitan dengan masalah tersebut Cara pandang
masyarakat dan ungkapan masyarakat terhadap suatu masalah
kesehatan yang terjadi dalam masyarakat dapat mernpengamhi
cara pandang seseorang terhadap penyakit tersebut, Contoh:
Seorang yang menderita penyakit lepra atau kusta dipandangoleh
masyarakat sebagai suatu penyakit kutukan sehingga orang
tersebut harus diasingkan agar kutukantersebut tak mengaiir
kepada masyarakat lainnya. Hal ini juga berpengaruh terhadap
cara pandang individu atau pada pasien tersebut sehingga pasien
tersebut mengikuti cara pandang masyarakat tanpa berusaha
mencari

penyelesaian masalah kesehatan yang dihadapinya atau tanpa


mencari pengobatan terhadap penyakit yang dihadapinya. Pasien
tersebut akan rela untuk diasingkan dan
menerima bahwa dirinya telah menerima kutukan dan diharuskan
menebus dosa yang telah diperbuatnya dengan hidup dalam
pengasingan.
4. Perawatan yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut
Sistem pengelolaan kesehatan modern dipadukan dengan
budayamasya rakat setempat untuk mendapatkan kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan modern tetapi

tanpa mengenyampingkan etika pelayanan kesehatan atau


profesional pelayanan kesehatan seperti suatu pelayanan
kesehatan modern yang dilakukan oleh seorang
dokter dengan mengadopsi nilai-nilai budaya yang berlaku
didaerah yang bersangkutan. Contoh: dokter membuka praktik
pengobatan dengan memberikan obat awal pada tempat praktik
dan pasien disuruh minum obat pada saat pelayanan kesehatan
dan kernudian diteniskan dirumah dengan menuliskan atau
memberitahu konsumsi obat pada waktu tertentu misalnya pasien
berobat jam 4 sore kemudian pasien mendapatkan terapi 3 kali
perhari. Ada saat berobat pasien langsung makan obat yaitu pada
jam 4 kemudian dianjurkan pasien akan obat keduajam 12 dan
yang

ketiga jam 8 pagi (setiap 8 jam) profesional yang terkandung ada


keadaan ini adalah bahwa pasien tidak lagi minum obat hanya
dengan berpatokan 3 kali saja tanpa
rnemperhatikan rentang waktu bahwa 3 kali itu merupakan makan
obat setiap 8 jam sesuai dengan perkiraan kadar obat dalam darah
dan reaksi obat terhadap tubuh, sedangkan dari pengamatan sehari
- hari kebiasaan pasien makan obat adalah pada waktu siang hari
seperti makan obat pertama jam 8 pagi, kedua jam 12 siang pada
saat makan siang dan makan obat kedua jam 8 sore pada saat
makan malam sehingga reaksi obat tidak dapat maksimal karena
kandungan obat dalam tubuh manusia tidak stabil yaitu pada
periode siang dengan jumlah yang maksimal

sedangkan pada malam hari turun pada tingkat yang sangat


minimal karena pasien tidak makan obat selama 12 jam. Sehingga
hal ini sebetulnya sangat rnerugikan pada
kesehatan pasien itu sendiri seperti pasien menjadi resisten atau
tahan terhadap jenis obat tersebut, pasien tidak sembuh sesuai
dengan waktunya. Nilai budaya yang terkandung adalah pasien
merasakan bahwa dengan meminum obat dekat dengan dokter dan
langsung mempunyai daya motivasi tersendiri bagi pasien dalam
menjalani pengobatan dan menganggap meminum obat dekat
dokter tersebut termasuk dalam suatu rangkaian ritual pengobatan
tersebut sehingga menumbuhkan rasa percaya diri dan percaya
terhadap dokter tersebut. Karena berkemungkinan

pasien pernah berkunjung atau mempunyai pengalaman


pengobatan altematif
dengan menggunakan dukun dan ritualnya mirip dengan yang
dilakukan oleh dokter tersebut (Isniati 2013).
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berbagai upaya dilakukan oleh perawat untuk memperbaiki status
kesehatan masyarakat, termasuk mempelajari unsur sosial dan
kebudayaan masyarakat. Melalui proses keperawatan, khususnya pada
tahap pengkajian perawat perlu mengkaji unsur sosial masyarakat
seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, social ekonomi, dan unsur
budaya.
Kemudian mengenai pandangan sehat-sakit yang berbeda antara
masyarakat dan perawat dapat menimbulkan permasalahan. Persepsi
masyarakat tentang sehat sakit dapat dipengaruhi oleh pengalaman
masa lalu terhadap penyakit serta terkait dengan sosial- budaya
masyarakat setempat.

B. Saran
Dengan upaya yang dilakukan oleh perawat untuk memperbaiki
status kesehatan
masyarakat, diharapkan juga masyarakat ikut serta dalam
meningkatkan status kesehatan sehingga akan lebih efektif bila
bersama-sama menerapkannya. Sehingga diharapkan nanti tidak ada
lagi masyarakat dengan status kesehatan yang rendah selain itu tidak
ada lagi perbedaan mengenai pandangan sehat sakit dalam masyarakat
dengan perawat.
16
DAFTAR PUSTAKA

Mashudi, Sugeng. 2012. Buku Ajar Sosiologi Keperawatan Konsep &


Aplikasi. Jakarta: 2012

Isniati. 2013. “Kesehatan Moderen Dengan Nuansa Budaya.” Jurnal


Kesehatan Masyaraka
Vol. 7, No, 1.

Sanggenafa, Drs. Naffi. 2002. “Penerapan Ilmu


Antropologi Kesehatan dalam Pembanggunan Kesehatan
Masyarakat Papua Jayapura.” Jurnal Antropologi Papua.

Anda mungkin juga menyukai