Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KESEHATAN MENTAL

Teori Psikologi Tentang Kesehatan Mental Maslow

Disusun kelompok 5 Psikologi B:

Muhammad Rayhan 2230306049


Nabila Putri 2230306053
Nada Pasca Lhara 2230306055
Nadatul Husnah 2230306056
Wulan Zulfitri 2230306087
Yolla Oktavia 2230306089

Dosen Pengampu:
Dani Yoselisa, M.Psi., Psikolog

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS NEGRI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrohim,
Puji syukur kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Statistik ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari pemakalah adalah untuk memenuhi tugas dari ibuk Dani Yoselisa
M, Psi., Psikolog makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
pelajari.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dan kami menyadari makalah
yang kami buat ini masih jauh dari kaa sempurna. Oleh karena itu kami memohon masukan dan
kritikan yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Batusangkar, 7 oktober 2023

pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Rumusan masalah..................................................................................................1

C. Tujuan....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2

A.Kkebutuhan hierarki menurut Maslow..................................................................3

B. Kepribadian yang sehat menurut Maslow.............................................................6

C. Perbedaan “meta needs “ dengan “preciency needs”..........................................8

D. Ciri-ciri “actualized people”.................................................................................7

BAB III PENUTUP...................................................................................................13

A. Kesimpulan.........................................................................................................13

B. Saran....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Karena perbedaan
itulah setiap kepribadian manusia terbilang unik. Dalam kehidupan sehari-hari, kata
kepribadian digunakan untuk menggambarkan identitas diri, jati diri seseorang, seperti
“Saya seorang yang terbuka” atau “Saya seorang yang pendiam”, kesan umum sesorang
tentang diri anda atau orang lain, seperti “Dia agresif” atau “Dia jujur” dan fungsi -fungsi
kepribadian yang sehat atau bermasalah, seprti “Dia baik” atau “Dia pendendam”.
Manusia sebagai makluk sosial memiliki konsekuensi untuk terus-menerus
melakukan interaksi dengan individu atau kelompok sosial lain disekitarnya. Interaksi
dengan induvidu lain disebut hubungan interpersonal salah satu karakteristik individu
dengan mental yang sehat adalah yang memiliki hubungan interpersonal yang sehat pula.
Kebutuhan hierarki menurut maslow ada lima kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan cinta dan kasih sayang, kebutuhan harga diri, dan aktualisasi diri. Kepribadian
yang sehat menurut Maslow orang yang sehat adalah orang mampu mengaktualisasikan
diri mereka dengan baik dan imbang, mereka juga dapat memperhatikan kebutuhan-
kebutuhan yang lebih tinggi yaitu memenuhi potensi-potensi yang mereka miliki serta
mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka. Orang-orang yang mengaktualisasikan
diri itu tidak berjuang, tetapi mereka berusaha.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hierarki kebutuhan manusia?
2. Bagaimana kepribadian sehat menurut Maslow?
3. Apa perbedaan “meta needs” dengan deficiency needs”?
4. Apa saja ciri-ciri “actualized people”?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hierarki kebutuhan Maslow
2. Untuk mengetahui kepribadian sehat menurut Maslow
3. Untuk mengetahui perbedaan “meta needs” dengan “deficiency needs”
4. Untuk mengetahui ciri-ciri “actualized people”

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow


Teori Hierarki Kebutuhan dari Maslow menggambarkan bagaimana seseorang
mencapai tingkat kebutuhan dan kepuasannya, maka orang itu akan mengejar
kebutuhan yang lebih tinggi berikutnya dalam hierarki. Teori ini sangat relevan
dalam membangun dan membesarkan organisasi, karena didalamnya terdiri dari
individu-individu yang bertindak dan berbuat dengan kinerja dan etos kerja yang
prima. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan normatif empiris. (Sunarya, 2022). Setiap makhluk hidup mempunyai
kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Manusia mempunyai kebutuhan yang
beragam. Namun, pada hakekatnya setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar
yang sama. Kebutuhan dasar tersebut bersifat manusiawi dan menjadi syarat
untuk keberlangsungan hidup manusia. Siapa pun orangnya pasti memerlukan
pemenuhan kebutuhan dasar.
Kegagalan pemenuhan kebutuhan dasar menimbulkan kondisi yang tidak
seimbang, sehingga diperlukan bantuan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar
tersebut. Di sinilah pentingnya peranan perawat sebagai profesi kesehatan di
mana salah satu tujuan pelayanan keperawatan adalah membantu klien dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya. Jenis-jenis kebutuhan dasar manusia yang
menjadi lingkup pelayanan keperawatan bersifat holistik yang mencakup
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Dikalangan profesi
keperawatan, teori kebutuhan dasar manusia yang sering dijadikan acuan adalah
hierarki kebutuhan dasar manusia yang dipublikasikan Abraham Maslow pada
tahun 1970. Abraham Maslow adalah seorang psikolog aliran humanisme yang
hidup pada tahun 1908-1970. Menurut Maslow ada lima hierarki kebutuhan dasar
manusia (five hierarchy of needs), yaitu kebutuhan fisiologis; kebutuhan
keselamatan dan keamanan; kebutuhan mencintai dan dicintai; kebutuhan harga
diri; serta kebutuhan aktualisasi diri. Apabila dikaji berdasarkan konsep manusia
dalam perspektif keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk

2
holistik, maka hierarki kebutuhan dasar manusia tidak cukup ada lima, tetapi
enam. Dalam perspektif keperawatan tersebut, kebutuhan dasar yang keenam ini
dapat dikategorikan ke dalam aspek spiritual pada konsep manusia. Hierarki
kebutuhan dasar manusia yang keenam adalah kebutuhan akan transendental diri
di mana seseorang memerlukan adanya kedekatan dengan Tuhan. Maslow 2004
(dalam Asmadi, 2008) mengungkapkan bahwa menjelang akhir hayatnya, Maslow
menambahkan hierarki kebutuhan manusia yang keenam yaitu kebutuhan
transendental diri. Kebutuhan transendental diri ini merupakan puncak kesadaran
eksistensi manusia di mana secara fitrah manusia menyadari akan adanya Tuhan
dan memerlukan pertolongan-Nya. Dengan demikian, individu yang telah
mencapai level ini mengalami keseimbangan hidup di mana hidup bukan hanya
sekadar pemenuhan jasmaniah semata, tetapi unsur rohani pun terpenuhi.
Berbagai kebutuhan dasar tersebut senantiasa muncul, meskipun dengan
kemungkinan tidak muncul secara berurutan. Artinya, ada sebagian orang dengan
keyakinan tertentu, hierarki kebutuhannya berbeda dibanding yang lain.
Berdasarkan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, maka akan dapat disimpulkan
mengenai kualitas perkembangan kepribadian seseorang. Makin tinggi hierarki
kebutuhan seseorang terpuaskan, maka orang tersebut makin optimal dalam
mencapai derajat kemandirian. Lima tingkat kebutuhan dasar menurut Maslow
dapat digambarkan ke dalam bentuk piramida yaitu:

Menurut Maslow ( dalam Asmadi, 2008), pemenuhan berbagai kebutuhan


tersebut didorong oleh dua kekuatan (motivasi) yakni motivasi kekurangan
(deficiency motivation) dan motivasi pertumbuhan/perkembangan (growth
motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan

3
manusia karena berbagai kekurangan yang ada. Misalnya, lapar akan mendorong
seseorang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi; haus untuk memenuhi kekurangan
cairan dan elektrolit tubuh; sesak napas untuk memenuhi kekurangan oksigen di
tubuh; takut dan cemas merupakan kebutuhan untuk memenuhi kekurangan rasa
aman; dan sebagainya. Motivasi pertumbuhan/perkembangan didasarkan atas
kapasitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas tersebut
merupakan pembawaan setiap manusia. Kapasitas itu pula yang dapat mendorong
manusia mencapai tingkat hierarki kebutuhan yang paling tinggi yaitu aktualisasi
diri.
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang sangat primer dan mutlak
harus dipenuhi untuk memelihara homeostatis biologis dan kelangsungan
kehidupan bagi tiap manusia. Kebutuhan ini merupakan syarat dasar, apabila
kebutuhan ini tidak terpenuhi maka dapat memengaruhi kebutuhan yang lain.
Sebagai contoh, seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen
dapat mengakibatkan dia tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan yang
lain, misalnya makanan atau beraktivitas. (Asmadi, 2008).
2. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan (Self Security Needs).
Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah kebutuhan untuk
melindungi diri dari berbagai bahaya yang mengancam, baik terhadap fisik
maupun psikososial. Ancaman terhadap keselamatan dan keamanan. Fisik
seseorang dapat dikategorikan ke dalam ancaman mekanik, kimia, termal, dan
bakteri. Kebutuhan keselamatan dan keamanan berkenaan dengan konteks
fisiologis dan hubungan interpersonal. Keselamatan dan keamanan dalam
konteks secara fisiologis berhubungan dengan sesuatu yang mengancam tubuh
seseorang dan kehidupannya. Ancaman bisa nyata atau hanya imajinasi
misalnya penyakit, nyeri, cemas, dan lain sebagainya.(Asmadi, 2008).
3. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai (Love and Belongingness Needs)
Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi
seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan di mana seseorang
berkeinginan untuk menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau

4
hubungan emosional dengan orang lain. Dorongan ini akan makin menekan
seseorang sedemikian rupa, sehingga ia akan berupaya semaksimal mungkin
untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan cinta kasih dan perasaan
memiliki. Kebutuhan akan mencintai dan dicintai ini sangat besar pengaruhnya
terhadap kepribadian sesorang terutama anak. Kebutuhan cinta orang tua
terhadap anaknya diperlukan untuk proses tumbuh kembang anak. Anak yang
dibesarkan dengan cinta kasih sayang akan tumbuh rasa kasih sayang dalam
dirinya sebab anak akan meniru apa yang dilihat dan dirasakan. Begitu pula
sebaliknya, anak yang dibesarkan dengan penuh perilaku kekerasan akan
menjadi anak yang melakukan perilaku kekerasan ketika dewasa kelak. Sebab,
sebagian besar perilaku anak kelak ketika dewasa merupakan hasil proses
peniruan baik terhadap orang tuanya, saudaranya, maupun orang dewasa di
sekitarnya secara langsung ataupun tidak langsung. Cinta sulit didefinisikan.
Cinta berhubungan dengan emosi, bukan dengan intelektual. Perasaan lebih
berperan dalam cinta daripada proses intelektual. Walaupun demikian, cinta
dapat diartikan sebagai keadaan untuk saling mengerti secara dalam dan
menerima sepenuh hati.(Asmadi, 2008).
4. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem Needs)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisis seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri
(Stuart dan Sundeen 1998). Menurut hierarki kebutuhan manusia, seseorang
dapat mencapai kebutuhan harga diri bila kebutuhan terhadap mencintai dan
dicintai telah terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan harga diri seseorang tampak
dari sikap penghargaan diri. Penghargaan diri sering merujuk ke penghormatan
diri dan pengakuan diri. Dengan demikian, untuk memiliki harga diri yang
positif, seseorang harus menghargai apa pun yang telah dilakukan dan yang
akan dilakukan serta harus yakin bahwa apa yang dilakukan benar. Selain itu,
orang itu juga harus merasa dibutuhkan dan berguna bagi orang lain serta
lingkungannya.
Pencapaian harga diri yang positif bergantung pada kemampuan pemenuhan
kebutuhan dasar yang lain. Contohnya, kebutuhan harga diri tidak akan

5
tercapai dengan optimal jika kebutuhan akan cinta atau keamanan tidak
terpenuhi secara memuaskan. Selain itu, harga diri juga dipengaruhi oleh
perasaan ketergantungan dan kemandirian. Harga diri dapat menurun pada
orang yang sedang sakit karena mempunyai ketergantungan yang besar
terhadap orang lain. Sebaliknya, harga diri seseorang pun akan meningkat
apabila tingkat kemandiriannya besar. (Asmadi, 2008)
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs)
Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling tinggi
menurut Maslow dan Kalish. Oleh karenanya untuk mencapai tingkat
kebutuhan aktualisasi diri ini banyak hambatan yang menghalanginya. Secara
umum hambatan tersebut terbagi dua yakni internal dan eksternal. Hambatan
internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti
ketidaktahuan akan potensi diri serta perasaan ragu dan takut mengungkapkan
potensi diri, sehingga potensinya terus terpendam.
Hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar diri seseorang,
seperti budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi potensi
diri seseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya lingkungan
masyarakat tidak sepenuhnya menunjang upaya aktualisasi diri warganya. Jadi,
faktor lingkungan di masyarakat berpengaruh terhadap upaya mewujudkan
aktualisasi diri. Artinya, aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan
mengizinkannya. Hal tersebut berarti bahwa potensi seseorang sepenuhnya
telah tercapai apabila seseorang telah mencapai aktualisasi diri secara penuh.
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri
sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik yang berasal dalam diri maupun di
luar diri. (Asmadi, 2008).
B. Kepribadian yang Sehat Menurut Maslow
Seperti yang disebutkan sebelumnya pada aktualisasi diri menurut Maslow (dalam
Hadori, 2015) jika tingkat kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat terpenuhi, maka
kita tidak bisa disebut sebagai manusia yang sehat secara psikologis. Maslow juga
menyebutkan bahwa orang yang sehat adalah orang mampu mengaktualisasikan
diri mereka dengan baik dan imbang, mereka juga dapat memperhatikan

6
kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi yaitu memenuhi potensi-potensi yang
mereka miliki serta mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka. Orang-
orang yang mengaktualisasikan diri itu tidak berjuang, tetapi mereka berusaha,
Maslow menyebut teori ini dalam “metamotivation”. Ia juga menulis “Motif yang
paling tinggi ialah tidak didorong dan tidak berjuang”, itu berarti memang orang
yang mampu mengaktualisasikan diri tidak berjuang melainkan berusaha.
Menurut Maslow, syarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan
kebutuhan-kebutuhan yang tadi tela disebutkan, yaitu memuaskan hierarki empat
kebutuhan yang ada, diantaranya yang pertama adalah kebutuhan akan fisiologis,
kebutuhan akan rasa aman, cinta kasih, serta penghargaan diri. Dan kebutuhan ini
harus terpenuhi sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri. Kita juga tidak
membutuhkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam waktu yang sama, akan tetapi
dapat membutuhkannya dalam waktu yang berbeda. Hanya kebutuhan yang
sangat penting yang akan dirasakan pada saat bersamaan dan dalam setiap momen
tertentu.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kubzansky, Martin, dan Buka,
(dalam Hadori, 2015) menemukan bahwa kepribadian sehat setiap individu
memiliki hubungan erat dengan kepribadian yang terbentuk ketika masih masa
anak-anak yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dan perkembangan
hidupnya sejak kecil. Kepribadian sehat menurut Mahardika, 2017 adalah proses
yang berlangsung terus-menerus dalam kehidupan manusia sehingga kualitasnya
dapat menurun atau naik inilah yang mempengaruhi kesehatan pada individu.
Dari hasil penelitian ini dapat diasumsikan bahwa individu yang memiliki
kepribadian sehat yang menjadi prasyarat primer untuk mencapai tingkatan
aktualisasi-diri harus sudah berproses sejak dini. Artinya, tingkatan aktualisasi-
diri tidak serta-serta dicapai oleh individu yang sejak masa kanak-kanak sudah
neurotis.
C. Perbedaan “meta needs” dengan deficiency needs”
Meta needs (meta kebutuhan) (dalam Yusuf & Nurihsan, 2007)
merupakan keadaan-keadaan pertumbuhan kearah mana pengaktualisasi-
pengaktualisasi-diri bergerak. Maslow juga menyebut kebutuhan tersebut B-

7
values, dan B-values adalah tujuan dalam dirinya sendiri dan bukan alat untuk
mencapai tujuan lain, keadaan-keadaan ada dan bukan berjuang kearah objek
tujuan yang sifatnya khusus. Apabila keadaan-keadaan ini ada sebagai kebutuhan-
kebutuhan dan untuk memuaskan atau mencapai keadaan tersebut gagal, maka
akan menyakitkan, sama seperti kegagalan untuk memuaskan beberapa kebutuhan
yang lebih rendah.
Deficiency needs, (dalam Yusuf & Nurihsan, 2007) suatu kekurangan
kebutuhan dimana individu tak dapat memenuhi kebutuhannya, kebutuhan yang
timbul karena kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan bantuan
orang lain. Deficiency need ini meliputi: kebutuhan jasmaniah, keamanan,
memiliki dan mencintai serta harga diri. Dan sifat-sifat dari deficiency needs
adalah ketiadaannya menimbulkan penyakit, keberadaannya mencegah timbulnya
penyakit, pemulihannya menyembuhkan penyakit, dalam situasi tertentu yang
sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih, orang yang kekurangan
kebutuhan akan mengutamakan pemuasan kebutuhan ini dibandingkan jenis
kepuasan yang lain. Serta kebutuhan ini tidak aktif, lemah, atau secara fungsional
tidak terdapat pada orang yang sehat.
D. Ciri-ciri “Actualized People”
Maslow memaparkan beberapa ciri-ciri individu yang mampu mengaktualisasikan
diri Pemaparan ciri-ciri individu pengaktualiasi-diri ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah individu tersebut dapat dikategorikan sebagai individu
pengaktualisasi-diri atau tidak. Berikut ciri-ciri individu yang mampu
mengaktualisasikan diri (dalam Hadori, 2015):
1. Persepsi yang lebih efisien terhadap realitas (More efficient perception of
reality) menurut Maslow, Individu yang memiliki kepribadian sehat yang
telah mencapai tingkatan aktualisasi-diri akan mengamati objek- objek dan
orang-orang di lingkungan sekitarnya secara objektif. Individu
pengaktualisasi-diri tidak memandang dunia hanya sebagaimana yang
diinginkan atau dibutuhkan, tetapi lebih dilihat sebagaimana adanya. Individu
pengaktualisasi-diri tidak melihat segi- segi kehidupan, sepeti kesenian, sosial,
politik, dan budaya menurut kebiasaan atau cara yang biasa dilakukan oleh

8
orang lain, tetapi individu pengaktualisasi-diri semata-mata bersandar pada
keputusan dan persepsi mereka sendiri serta tidak terdapat pandangan-
pandangan yang berat sebelah atau berprasangka. Selain itu, individu
pengaktualisasi-diri tidak begitu takut dan lebih merasa nyaman dengan hal-
hal yang tidak diketahui. Individu pengaktualisasi-diri tidak hanya memiliki
toleransi besar terhadap ambiguitas tetapi juga secara aktif mencarinya dan
merasa nyaman dengan masalah dan teka- teki yang tidak memiliki solusi
benar atau salah secara tegas. Hasil riset yang dilakukan oleh Torelli dan
Kaikati menemukan bahwa kekuatan sebuah nilai pada perilaku individu
dalam kehidupan sosial dipengaruhi oleh kemampuan pengoperasian pada
aspek kognisi dan mindsets individu tersebut di dalam mendefiniskan
beberapa situasi sosial terhadap beberapa tema nilai yang relevan. Diketahui
bahwa individu pengaktualisasi-diri yang menjadi subyek penelitian Maslow
rata-rata individu yang memiliki tingkat pengetahuan dan kecerdasan yang
tinggi, salah satunya adalah dua gurunya seperti yang telah disebutkan di atas.
2. Menerima dirinya sendiri, orang lain, dan alam (Acceptance of self, others,
and nature) individu yang telah mengaktualisasikan-diri menerima kekuatan-
kekuatan dan kelemahan-kelemahan dirinya tanpa keluhan dan kesusahan.
Walaupun individu yang sangat sehat tersebut memiliki kelemahan atau cacat,
tetapi individu tidak akan merasa malu atau merasa bersalah dengan adanya
kelemahan atau cacat tersebut. Sebaliknya, individu pengaktualisasi-diri juga
menerima orang lain apa adanya dan tidak memiliki kebutuhan kompulsif
untuk memerintah, menginformasikan, atau mengubah orang lain. Individu
pengaktualisasi-diri justru memiliki sikap pemaaf (forgiveness), keramahan
(agreeableness) dan toleransi yang tinggi terhadap kelemahan orang lain,
bahkan tidak pernah merasa terancam oleh kekuatan orang lain.
3. Spontan, efektif, dan alamiah (Spontaneity, simplicity, and naturalness)
Dalam semua segi kehidupan, individu pengaktualisasi-diri bertingkah laku
secara terbuka dan tanpa berpura-pura, tidak menyembunyikan emosi-
emosinya, bahkan memperlihatkan emosi-emosinya secara jujur. Individu
pengaktualisasi-diri juga juga bijaksana dan penuh perhatian terhadap orang

9
lain. Dalam situasi tertentu, individu pengaktualisasi-diri akan berusaha
mengekang perasaan dirinya untuk tidak diungkapkannya secara jujur dan
wajar, kalau sekiranya ungkapan perasaan tersebut akan menyakitkan
perasaan orang lain. Dengan catatan, perasaan yang tidak diungkapkan
tersebut tidak menyangkut persoalan yang penting. Tetapi, di lain pihak, jika
terdapat persoalan yang menggangu ketertiban sosial dan menggugah
perasaan serta dianggap penting oleh individu pengkatualisasi-diri untuk
diungkapkan, walaupun persoalan tersebut telah menjadi kebiasaan dalam
kehidupan masyarakat, maka individu pengkatualisasi-diri tidak segan-segan
dan ragu-ragu menentang kebiasaan-kebiasaan tersebut.
4. Fokus pada masalah (Problem-centering) di luar diri: Karakteristik keempat
individu pengaktualisasi-diri adalah ketertarikan individu kepada persoalan-
persoalan di luar dirinya, sehingga ketertarikan tersebut mendorong individu
pengkatualisasi-diri mengembangkan suatu misi dalam hidup yang menyebar
melampaui kungkungan-diri. Tujuan individu pengkatualisasi-diri melakukan
suatu pekerjaan bukan semata-mata untuk mendapatkan uang, popularitas,
atau kekuasaan, tetapi untuk memuaskan metamotivation, menantang dan
mengembangkan kemampuannya untuk bertumbuh sampai pada tingkat
potensi yang paling tinggi.
5. Kebutuhan akan privasi (The need of privacy), individu pengaktualisasi-diri
memiliki kualitas pemisahan diri dan mampu menyendiri tanpa merasa
sendirian dan justru merasa relaks dan nyaman ketika sedang bersama dengan
orang lain atau sedang sendirian. Tingkah laku dan perasaannya sangat
egosentris dan terarah kepada diri sendiri, sehingga bukan hal yang mustahil
jika individu pengaktualisasi-diri memiliki kemampuan untuk membentuk
pikiran, mencapai keputusan, dan melaksanakan dorongan dan
kedisiplinannya sendiri.
6. Kemandirian (Autonomy) Preferensi dan kemampuan individu
pengaktualisasi-diri untuk berfungsi secara otonom terhadap lingkungan sosial
dan fisik erat kaitannya dengan kebutuhan akan privasi dan independensi.
Pengaktualisasi-diri tidak lagi didorong oleh motif-motif kekurangan,

10
sehingga tidak lagi tergantung pada dunia yang nyata untuk mendapatkan
kepuasan, karena pemuasan terhadap motif-motif pertumbuhan datangnya dari
dalam diri. Dengan kata lain, perkembangan pengaktualisasi-diri tergantung
pada potensi-potensi dan sumber-sumber dari dalam diri.
7. Kesegaran yang berkesinambungan dalam mengapresiasi (continued freshness
of appreciation), pengaktualisasasi diri senantiasa menghargai pengalaman
tertentu, bagaimana pun seringnya pengalaman tersebut berulang yang dalam
pandangan orang yang tidak memiliki kepribadian sehat terasa tidak menarik
dan membosankan dengan sesuatu perasaan kenikmatan yang segar terpesona
dan kagum. Tumbuh dan berkembangnya sikap yang dimilki individu
mengaktualisasikan diri karena memiliki sebuah apresiasi yang baik terhadap
cita-cita dan perkerjaan yang mengarah pada perubahan.
8. Hubungan antar pribadi yang mendalam (Profound interpersonal relations),
Tidak terlalu jauh berbeda dengan gemeinschaftsgefȕhl, individu
pengaktualisasi-diri mampu mengadakan hubungan yang lebih kuat dengan
orang lain daripada orang-orang yang memiliki kepribadian sehat biasa.
Pengaktualisasi-diri mampu memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan
yang lebih mendalam serta identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-
individu yang lain. Kualitas hubungan antar pribadi yang dibina lebih
mendalam dan intens, walaupun jumlahnya relatif lebih sedikit daripada
hubungan antarpribadi dari individu-individu yang tidak mengaktualisasikan-
diri.
9. Memiliki kemampuan membedakan antara cara dan tujuan, (Discrimination
between means and ends): Pengaktualisasi-diri membedakan dengan jelas
antara sarana dan tujuan. Baginya, tujuan atau cita-cita jauh lebih penting dari
pada sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Tetapi, kondisi ini terkadang sulit
untuk dimengerti, karena beberapa aktivitas dan beberapa pengalaman tertentu
yang merupakan sarana bagi individu-individu yang tidak sehat sering kali
dianggap oleh individu pengaktualisasi-diri sebagai tujuan dalam dirinya
sendiri.

11
10. Mempunyai kreativitas (Creativeness), kreativitas merupakan suatu sifat yang
akan diharapkan seseorang dari individu pengaktualisasi-diri. Sosok
pengaktualisasi-diri adalah asli, inventif, dan inovatif, meskipun tidak selalu
dalam pengertian menghasilkan suatu karya seni, tidak semua pengaktualisasi-
diri adalah penulis, seniman, atau penggubah lagu. Kreativitas bagi
pengaktulisasi-diri lebih merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan
psikologis dan lebih mengenai cara mengamati dan bereaksi terhadap dunia
dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari suatu karya seni.
Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Silvia dan Phillips ditemukan bahwa
individu yang kreatif adalah individu yang perhatian-dirinya fokus dan
memiliki standard kehidupan untuk mencapai suatu prestasi. Kalau dalam
terminologi Schultz, prestasi yang dimaksud adalah cara mengamati individu
terhadap dunia dengan cara yang inventif dan inovatif seperti yang telah
dijelaskan di atas. Di satu sisi, menurut Watson bahwa kreativitas akan
meningkatkan pemahaman individu terhadap fenomena sosial (social
phenomenon).

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Hierarki Kebutuhan dari Maslow menggambarkan bagaimana seseorang
mencapai tingkat kebutuhan dan kepuasannya, maka orang itu akan mengejar
kebutuhan yang lebih tinggi berikutnya dalam hierarki. Teori ini sangat relevan dalam
membangun dan membesarkan organisasi, karena didalamnya terdiri dari individu-
individu yang bertindak dan berbuat dengan kinerja dan etos kerja yang prima.
Kebutuhan hierarki Maslow ini ada lima kebutuhan fisiologis, kebutuhan harga diri,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta dan kasih sayang, dan kebutuhan aktualisasi
diri.
Maslow juga menyebutkan bahwa orang yang sehat adalah orang mampu
mengaktualisasikan diri mereka dengan baik dan imbang, mereka juga dapat
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi yaitu memenuhi potensi-
potensi yang mereka miliki serta mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka.
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu tidak berjuang, tetapi mereka berusaha.
Meta needs (meta kebutuhan) (dalam Yusuf & Nurihsan, 2007) merupakan keadaan-
keadaan pertumbuhan kearah mana pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri bergerak.
Sedangkan Deficiency needs, (dalam Yusuf & Nurihsan, 2007) suatu kekurangan
kebutuhan dimana individu tak dapat memenuhi kebutuhannya, kebutuhan yang
timbul karena kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan bantuan orang
lain. Ciri ciri aktualisasi diri ada pada orang yang bisa berefesiensi, kreativitas, dan
fokus pada masalah.
B. Saran
Meskipun pemakalah menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, akan tetapi pada kenyataanya masih banyak kekurangan yang perlu pemakalah
perbaiki. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan pemakalah. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca diharapkan sebagai bahan
evaluasi untuk kedepannya, sehingga bisa terus memberikan karya tulis yang
bermanfaat bagi orang banyak.

13
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Madika.
Hadori, M. (2015). Aktualisasi diri (self-actualization) sebuah manifestasi puncak potensi
individu berkepribadian sehat (sebuah konsep teori dinamika-holistik Abraham
Maslow): jurnal lisan al-hal. V. 9 No. 2
Mahardika, N. (2017). Buku ajaran kesehatan mental: univeristas muria kudus
Sunarya & Racmiati. F. 2022. Urgensi Teori Hirarki Kebutuhan Dari Abraham Maslow
Dalam Sebuah Organisasi: Jurnal Sosial Dan Budaya Syari. Volume 9 Nomor 2.
Yusuf, S & Nurihsan, J. (2007). Teori kepribadian. Bandung: Rosda

14

Anda mungkin juga menyukai