Eahing Exercise - Sleep Quality - Hiv AIDS - Bab I-4.Dewi Purnama Sari
Eahing Exercise - Sleep Quality - Hiv AIDS - Bab I-4.Dewi Purnama Sari
SUPERVISOR UTAMA:
Sri Yona, S.Kp., M.N., Ph.D
SUPERVISOR :
Ns. Anggri Noorana Zahra, S.Kep., MS
Disusun Oleh:
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengidentifikasi keefektifan latihan
pernapasan (PLB dan pernafasan diafragma) terhadap kualitas tidur pasiien HIV AIDS
di RS Umum Pusat Fatmawati.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan telaah kritis terhadap artikel penelitian terkait kualitas tidur pada pasien
HIV/ AIDS.
b. Mengidentifikasi kualitas tidur pada pasien HIV/AIDS pre intervensi latihan
pernapasan (PLB dan pernafasan diafragma)
c. Mengidentifikasi kualitas tidur pada pasien HIV/AIDS post intervensi latihan
pernapasan (PLB dan pernafasan diafragma)
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi masyarakat
Penerapan EBN (Evidence based Nursing) ini diharapkan dapat membantu pasien HIV/
AIDS mengidentifikasi kualitas tidur sehingga mendapatkan alternatif penyelesaian
masalah melalui konsultasi, edukasi dan pengobatan yang efektif dan efek samping
yang minimal untuk mengoptimalkan status kesehatan dan meningkatkan kualitas
hidup.
1.4.2 Bagi institusi
1. Penerapan EBN diharapkan dapat meningkatkan asuhan keperawatan berbasis bukti
empiris dengan penerapan ilmu keperawatan berlandaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui penelitian, pendidikan dan pengalaman praktik.
2. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berperan memberikan edukasi dan
advokasi serta menganalisis problem yang sesuai pada setiap individu pasien sesuai
kebutuhannya berorientasi pada patient-centered care.
1.4.3 Bagi peneliti
Penerapan EBN dapat menstimulasi penerapan dan pengembangan penelitian dari
pembelajaran hasil telaah bukti berdasarkan fakta
BAB 2
METODOLOGI PENELUSURAN LITERATUR
Menggunakan 5 kata kunci dan beberapa sinonimnya dari analisis PICO, peneliti
memasukkannya ke dalam search engine https://remote-lib.ui.ac.id/menu untuk
mendapatkan jurnal pada e-sources sebagai berikut :
a. Scopus : https://remote-lib.ui.ac.id:2120/search/form.uri?display=basic#basic
b. SpringerLink : https://remote-lib.ui.ac.id:2218/search?
query=sleep+and+breathing+exercise&facet-sub-discipline=%22Internal+Medicine
%22&facet-language=%22En%22&date-facet-mode=between&facet-end-
year=2023&facet-content-type=%22Article%22&facet-start-year=2018
c. Google scholar : https://scholar.google.com/
Penetapan kriteria literatur bertujuan untuk mendapatkan artikel yang sesuai dengan
pertanyaan klinis dan PICO. Adapun kriteria literatur yang digunakan dalam penerapan
EBN ini antara lain:
a) Artikel dari desain penelitian quasy eksperimental dengan metode RCT, tipe publikasi :
original article, systematic review, dan meta analysis
b) Full text berbahasa Inggris/ bahasa Indonesia
c) Tahun penerbitan 2018-2023
d) Responden pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan di rawat inap
e) Artikel yang masih dalam proses review (under review) dieksklusi
f) Outcome berupa status kualitas tidur
1. Fadl Abd El Khalik, E., Mohammad Abd Elbaky, M., Ahmed Ahmed, N., & Hamza
Taha Moursy, S. (2020). The Effectiveness of Using Breathing Exercise on Sleep
Quality Among Hospitalized Patients. American Journal of Nursing Science, 9(4),
272. https://doi.org/10.11648/j.ajns.20200904.28
2. Cavalcante-Leão, B. L., de Araujo, C. M., Ravazzi, G. C., Basso, I. B., Guariza-Filho,
O., Taveira, K. V. M., Santos, R. S., Stechman-Neto, J., & Zeigelboim, B. S. (2022).
Effects of respiratory training on obstructive sleep apnea: systematic review and meta-
analysis. Sleep and Breathing, 26(4), 1527–1537. https://doi.org/10.1007/s11325-021-
02536-4
3. Doi, S. K., Isumi, A., Yamaoka, Y., Shakagori, S., Yamazaki, J., Ito, K., Shiomi, M.,
Sumioka, H., & Fujiwara, T. (2023). The effect of breathing relaxation to improve
poor sleep quality in adults using a huggable human-shaped device: a randomized
controlled trial. Sleep and Breathing, 0123456789. https://doi.org/10.1007/s11325-
023-02858-5
4. Pradhan, R., Pahantasingh, S., & Dey, D. (2020). Deep Breathing Exercise And
Quality Of Sleep: An Experimental Study Among Geriatrics. European Journal of
Molecular and Clinical Medicine, 7(8), 1477–1483.
https://www.researchgate.net/publication/347945709
5. Swain, Urmila. (2023). An experimental study on effect of deep breathing exercise in
promoting quality of sleep among geriatrics those are staying in a selected old age
home, Bhubaneswar, Odisha. International Journal of Nursing and Health Sciences.
IJNHS 2023; 5 (1): 40-43. www.nursingjournals.net.
https://doi.org/10.33545/26649187.2023.v5.i1a.45. ISSN Print : 2664-9187; ISSN
Online 2664-9195; Impact Factor: RJIF 5.42
6. Lin, H. C., Chiang, L. L., Ong, J. H., Tsai, K. ling, Hung, C. H., & Lin, C. Y. (2020).
The effects of threshold inspiratory muscle training in patients with obstructive sleep
apnea: a randomized experimental study. Sleep and Breathing, 24(1), 201–209.
https://doi.org/10.1007/s11325-019-01862-y
7. Du, J. (2022). Effects of the Combination of Continuous Nursing Care and Breathing
Exercises on Respiratory Function, Self-Efficacy, and Sleep Disorders in Patients with
Lung Cancer Discharged from Hospital. Contrast Media and Molecular Imaging,
2022. https://doi.org/10.1155/2022/3807265
8. Atilgan, E. D., & Tuncer, A. (2021). The effects of breathing exercises in mothers of
children with special health care needs:A randomized controlled trial. Journal of Back
and Musculoskeletal Rehabilitation, 34(5), 795–804. https://doi.org/10.3233/BMR-
200327
9. El-saidy, T. M. K., Gazar, Z., Alagamy, A., & Sayed, M. A. (2019). Effect of
Combining Diaphragmatic and Pursed Lips Breathing Exercises on Clinical Outcomes
of Elderly Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease. International
Journal of Novel Research in Healthcare and Nursing, 6(2), 1280–1295.
10. Rashmi J, Leeba B. A study to assess the effectiveness of breathing exercises
on the quality of sleep among patients with dyspnoea in a selected Hospital,
Bangalore. Int J Health Sci Res. 2017; 7(8):262-269.
2.3 Temuan artikel dari kata kunci PICO yang digunakan sebagai rujukan
1. The Effectiveness of Eman Fadl Abd Quasy 152 responden, Kelompok Ada perbedaan yangKekuatan :
Using Breathing El Khalik, experiment yang terbagi intervensi signifikan antara - Artikel
Exercise on Sleep Marwa study dalam 4 kelompok intervensi penelitian
Quality Among Mohammad kelompok : 2 1. Melakukan dengan latihan dengan teknik
Teknik latihan quasy
Hospitalized Abd Elbaky, kelompok dari pernapasan dengan
pursed lip eksperimen
Patients Naglaa Ahmed pengambilan ruang rawat kelompok kontrol
Ahmed, Sahar sampel: inap (kontrol breathing dalam meningkatkan − Menggunakan
Hamza Taha dan intervensi) kualitas tidur. latihan
Dengan cara:
Moursy. (2020) Purposive masing-masin g pernapasan
sampling menarik (Pursed Lip
38 pasien napas Breathing dan
setiap melalui Diaphragm
kelompok; hidung Breathing) yang
sambil mudah dilakukan
2 kelompok
dari ruang menghitung − Prosedur
ICU Medical 1 sampai 2. penelitian
(kontrol dan sedangkan dijelaskan
intervensi) Peneliti dengan baik
masing-masing mengamati
38 pasien otot perut Kelemahan :
setiap bergerak
− Metode
kelompok. keluar saat
penelitian non
udara masuk
Kriteria ke dalam RCT
inklusi : paru-paru. −Artikel berasal
Kemudian
dari jurnal yang
1. Pasien pasien belum terindeks
dewasa diinstruksika Scopus:
sadar n untuk American
2. Pasien membuang Journal of
dengan napas Nursing Science.
jenis melalui bibir Special Issue:
kelamin Evidence Based
yang
baik laki- Nursing. Vol. 9,
mengerucut No. 4, pp. 267-
laki (seperti 275. doi:
maupun seolah-olah 10.11648/j.ajns.2
perempuan bersiul atau 0200904.28
3. Pasien meniup lilin)
Medikal Namun penerbit
4. Pasien 2.Latihan artikel: Science
rawat inap pernafasan Publishing
baik di diafragma Group terindeks
ruang Scopus.
perawatan : posisi duduk
maupun di dengan lutut
ICU ditekuk, dengan
Medikal bahu dalam
dengan keadaan rileks
waktu inap
Tangan
lebih dari
diletakkan
2x24 jam
diatas dada;
di RS
satu tangan lain
diletakkan
Kriteria ekslusi: dibawah tulang
1. Pasien yang rusuk. Ini akan
terhubung memungkinkan
dengan pasien
ventilasi merasakan
mekanis diafragma
2. Pasien bergerak saat
dengan bernapas,
tingkat Kencangkan
kesadaran : otot perut dan
Koma membiarkan
3. Pasien otot turun ke
sedang dalam saat
diberikan pasein
program mengeluarkan
regimen napas melalui
sedasi/ bibir yang
anastesi mengerucut
4. Pasien cacat
mental Sesi Latihan :
5. Pasien pernapasan ini
menolak dilakukan 10x
berpartisipas dalam waktu 1
i dalam jam dengan
penelitian jeda beberapa
detik
1.
diantaranya.
Diulangi tiap 3
jam dalam
sehari.
Dengan lama
latihan selama
3 hari berturut-
turut.
Evaluasi
kualitas tidur
diukur dengan
PSQI
No Judul Penelitian Penelitian (tahun) Metode Jumlah dan Intervensi Hasil Kekuatan dan
Penelitian Kriteria Kelemahan
Responden
Mayoritas studi
memiliki responden
dengan jenis
kelamin laki-laki
akan tetapi
perkiraan sampel
dalam literature
tidak dibedakan
berdasarkan jenis
kelamin, yang
merupakan faktor
confounding yang
tidak dikontrol
dalam studi.
Hasil sintesa
Outcome dievaluasi
secata kuatitatif
dengan analisis
meta- analytic:
AHI,ESS,PSQI.
Subgrup yang
dievaluasi dalam
outcome yang
terkait adalah
kombinas latihan
pernapasan
kombinasi
(ekspirasi dan
inspirasi), latihan
inspirasi,dan latihan
ekspirasi.
2. Pasien
menggunakan
obat-obatan
antipsikotik
untuk
Schizoprenia
atau bipolar
3. Deep Breathing Pradhan, R., Quasi Jumlah responden Kelompok Terdapat penurunan Kekuatan:
Exercise And Pahantasingh, S., & experimental :60 intervensi nilai PSQI yang
Dey, D. (2020). studi diberikan signifikan pada 1. Studi
Quality Of Sleep: Kelompok latihan kelompok intervensi menggunakan
An Experimental Randomized kontrol:30 pernapasan dibandingkan pada desain quasi
controlled trial dalam (deep kelompok kontrol eksprerimen
Study Among
Kelompok breathing)
Geriatrics.
intervensi:30 2. Pengumpulan
Kelompok
pasien dengan
Kriteria inklusi: kontrol
teknik
diberikan
- Pasein randomized
latihan
kelompok controlled trial
pernapasan
geriatri, usia
lebih dari 60 kontrol 3. Teknik deep
tahun breathing pada
- Mampu Kuesioner yang intervensi dapat
komunikasi digunakan: mudah
- Mampu baca dilakukan
tulis - PSQI
- Tidak 4. Artikel
tergamggu terindeks
dalam kondisi Scopus
mental,
pendengaran Kelemahan:
dan penglihatan
Tidak
- Bersedia
dijelaskan
menjadi
prosedur
responden
intervensi
Kriteria ekslusi: dalam
penelitian
- Pasein tidak
bersedia
menjadi
responden
- Pasien
memiliki
gangguan
mental,
pendengaran
danpenglihatan
4. An experimental Swain, Urmila. Quasi Jumlah responden Kelompok Terdapat perbedaan Kekuatan:
(2023). experimental :60 intervensi signifikan dalam
study on effect of
studi diberikan perbaikan kualitas 1. Studi
deep breathing Kelompok latihan tidur berdasarkan menggunakan
Randomized kontrol:30 pernapasan PSQI pada kelompok desain quasi
exercise in
controlled trial dalam (deep intervensi eksprerimen
promoting quality Kelompok breathing dibandingkan
intervensi:30 exercise) kelompok kontrol
of sleep among 2. Pengumpulan
Dengan 4
geriatrics those pasien dengan
Kriteria inklusi: tahap:
1. Menarik teknik
are staying in a randomized
- Pasein napas dalam
selected old age kelompok dengan controlled trial
geriatri, usia menutup
home,
salah satu 3. Prosedur
60-80 tahun
Bhubaneswar, lubang penelitian
Kriteria ekslusi: hidung,
Odisha. dijelaskan
menghembu
dengan baik
- Pasein tidak skan napas
bersedia dengan
lubang Kelemahan:
menjadi
hidung yang
responden sebelumnya Kelompok
ditutup geriartri yang
dilakukan menjadi target
masin-masin sampel
5 kali penelitian tidak
2. Menarik
banyak
napas dalam
dari mulut ditemukan pada
dan pasien rawat
mengeluarka inap dengan
n dari mulut kasus HIV/
3. Menarik
napas/ AIDS di RS
inspirasi dari
hidung,
kemudian
mendekatan
dagu ke
dada
kemudian
ekspirasi
melalui
hidung dan
mengembali
kan posisi
dagu
kesemula
4. Fase terakhir
ini memiliki
empat sub
langkah di
mana pasien
melakukan
hal yang sama
sebanyak lima
kali di setiap
arah: ke atas,
ke bawah, ke
samping kiri,
dan ke
samping
kanan.
Latihan
pernapasan
berlangsung
rata-rata 5,30
menit.
Kelompok
kontrol :
control
breathing
Kuesioner yang
digunakan:
- PSQI
5. The effects of Lin, H. C., Chiang, L. Randomized Pasien yang TIMT dilatih 1 Kelompok pasien Kekuatan :
threshold L., Ong, J. H., Tsai, controlled trial didiagnosa OSA kali seminggu di intervensi TIMT yang
inspiratory muscle K. ling, Hung, C. H., pada Departemen RS, dan 4 hari memiliki obstructive
− Metode
training in patients & Lin, C. Y. (2020). Otolaryngology di per minggu di sleep apnea tingkat
with obstructive RS Tainan rumah moderate- severe penelitian
sleep apnea: a memiliki day time Randomized
randomized Kelompok Sebelum sleepiness yang kurang; controlled trial/
experimental study intervensi: dilatihkan TIMT memiliki fungsi RCT
di RS, nilai pulmonary dan AHI
16 orang pasien − Jurnal penelitian
PFT , tes fungsi yang lebih baik dan;
dengan OSA otot inspirasi dan Sleep and
tingkat moderate RPE didapat Kelompok dengan OSA Breathing
sampai severe terlebih dulu. tingkat moderate terindeks
diberikan intervensi memiliki nilai AHI Scopus dengan
threshold Fisioterapis yang lebih baik secara rangking Q1
inspiratory muscle mengajarkan signifikan − Menggunakan
training; pasien untuk dibandingkan pada
melakukan latihan
pasien dengan OSA pernapasan
latihan derajat berat (severe). inspirasi yang
pernapasan menggunakan
Kelompok kontrol: diafragma Skor AHI awal pada latihan
dengan kelompok kontrol pernapasan
6 orang pasien dikombinasi secara signifikan (P = diafragma
sebagai kontrol dengan alat 0,003) lebih tinggi sebagai dasar
TIMT di RS. dibandingkan pada latihan
kelompok TIMT.
Selama latihan, Namun, pada kelompok − PSQI sebagai
pasien TIMT, skor AHI awal alat ukur
diinstruksi untuk tidak berbeda secara kualitas tidur
mempertahankan signifikan antara pasien
− Salah satu
pernapasan kelompok responden
diafragma antara dan kelompok non- referensi terapi
15-20 kali responden. Setelah non-
pernapasan/ intervensi 12 minggu, farmakologis
menit. penurunan rata-rata dan minimal
skor AHI tidak invasif
Sesi latihan signifikan yaitu 3,50 ±
dipantau dengan 6,2 jam dan 6,0 ±
telepon tiap 21,8% pada kelompok
minggu untuk Kelemahan
TIMT.
memonitor
progress dan Namun, pengurangan - Menggunakan
kepatuhan kelompok responden device/ alat
latihan. secara signifikan lebih bantu yang
Informasi dalam besar dibandingkan disebut
diary diberikan bahwa pada kelompok Treshold
pada fisioterapis kontrol (P= 0,002). Inspiratory
dievaluasi oleh Demikian pula Muscle Training
teknisi yang peningkatan skor ESS - Nilai indeks
mengukur tidur yang signifikan pada AHI (Apnea
pada akhir kelompok TIMT 20,2 ± Hypopnea) pada
program. 2,2%. Peningkatan AHI kelompok
dan ESS pada kontrol lebih
Kuesioneruntuk kelompok responden rendah
mengukur TIMT signifikan dibandingkan
kualitas tidur (P<0,05) masing- dengan
yaitu PSQI, masing sebesar 32,8% kelompok
sedangkan dan 19,8%. Penilaian intervensi,
kuesioner untuk PFT menunjukkan skor sehingga
mengukur pasca intervensi yang menghasilkan
kantuk pada jauh lebih tinggi untuk nilai bias
siang hari pasien kelompok - Populasi/
(daytime TIMT, masing-masing sampel pada
sleepiness) yaitu sebesar 7,2% dan 9,1% pasien
ESS
Sebuah penelitian
mengatakan bahwa otot
pernapasan selama 16
minggu
Program pelatihan
menggunakan
didgeridoo secara
signifikan mengurangi
rasa kantuk di siang
hari, namun tidak
mengurangi apnea tidur
secara signifikan.
Penelitian lain
melaporkan bahwa
pelatihan kekuatan otot
ekspirasi selama 5
minggu mengurangi
skor AHI lebih banyak
pada pasien dengan
OSA tingkat moderate
dibandingkan pasien
dengan OSA mild,
namun hal ini tidak
memperbaiki skor ESS.
Sebuah uji klinis
lainnya menjelaskan
bahwa, setelah 12
minggu latihan otot
orofaringeal, AHI, dan
rasa kantuk di siang
hari, dan tingkat
keparahan OSA secara
signifikan lebih rendah
pada pasien dengan
OAS sedang. Penelitian
lain melaporkan bahwa
stimulasi
neuromuskular (NMS)
selama 10 minggu
dengan penguatan otot
lingual dan suprahyoid
secara signifikan
mengurangi skor AHI
pada sebagian besar
pasien dengan OSA
mild hingga severe.
6. Effects of the Du, J. (2022). Randomized Jumlah Intervensi pada Kekuatan:
controlled trial responden:120 kelompok Pasien dengan
Combination of - Quasy
kontrol: intervensi, lebih cepat
Continuous Experimental diberikan experiment
study. Kelompok asuhan mencapai tidur (lebih
Nursing Care and - RCT
kontrol:60 keperawatan pendek waktu
Breathing standar post mengantuk) dan lebih - Prosedur
Kelompok op kanker lama tidur.
Exercises on dijelaskan
intervensi:60 paru
Respiratory dengan baik
Function, Self- Kriteria inklusi: Intervensi pada Kekurangan:
kelompok
Efficacy, and - Pasien dengan intervensi: - Jumlah sampel
kanker paru Diberikan
Sleep Disorders sedikit.
post operasi - latihan
in Patients with pernapasan - Menggunakan
- Prognosa
(breathing
Lung Cancer dengan harapan exercise) 15 kuisioner intern
Discharged from hidup > 12 menit 3-4 x rumah sakit
bulan sehari
Hospital. menilai kualitas
- Pasien dengan - pain
stadiun kanker management tidur
paru < 2 - exercise and
- Pasien kanker psikological
care
paru tanpa
- perawatan
metastase standar post
limfonodi op kanker
mediastinal paru
- Fungsi kognitif
baik
- Rehabilitasi Kuesioner :
dan koordinasi Pengukuran
internal
gerakan latihan
rumah sakit
baik dalam menilai
Kriteria ekslusi: kualitas tidur
- Pasien dengan
infeksi paru,
TB, COPD
- Pasien dengan
penyakit ekstra
pulmonal
sistemik
- Pasien dengan
gagal/ hilang
dari follow up
7. The effects of Atilgan, E. D., & Randomized 43 ibu dengan Kelompok Kualitas tidur dan Kelebihan:
breathing Tuncer, A. (2021). controlled trial. nyeri punggung intervensi tingkat kecemasan
exercises in bawah non diberikan (STAI-State dan - Journal of Back
mothers of STAI-Trait) setelah and
spesifik (NLBP) Latihan
children with Musculoskeletal
special health dibagi menjadi stabilisasi latihan terlihat
Rehabilitation
care need kelompok dengan latihan meningkat secara terindeks
eksperimen pernapasan 3 signifikan pada Scopus dengan
(n=23)dan kontrol kali seminggu kelompok BSET (p ranking Q2
(n= 20). selama 8 <0,05) - Metode
minggu penelitian RCT
Kriteri inklusi: - Intervensi yang
Kelompok dilakukan
- Ibu merupakan latihan
kontrol
perawat utama pernapasan
diberikan
(primer) dari latihan (pursed lip
anak breathing dan
stabilisasi yang pernafasan)
- Menderita LBP sama selama dengan disertai
selama kurang
lebih 3 bulan latihan
- penelitian stabilisasi tulang
belakang
Tes instability lumbar
Keduapositif 3 dari dari 5 item;
kelompok Kelemahan:
- tidak ada dianjurkan Tidak didapatkan
radiculopathy tidak pemeriksaan
atau kerusakan mengganti kualitas tidur
lain seperti latihan dan dengan populasi/
fraktur, aktifitas rutin sampel
pasienHIVAIDS
stenosis, tumor,
Tiap sesi
atau tidak
exercise
menerima
berlangsung
fisioterapi
kuran lebih 60
selama
meniti,dan
penelitian atau
dilakukan 3
selama kurang
hari per
lebih 6 bulan minggu selama
sebelum 8 minggu.
penelitian
- memiliki Semua ibu
autonomi memperlihatka
fisikyang n latihan
adekuat untuk stretching
berpartisipasi pemanasan 15
dalam aktifitas menit sebelum
fisikyang latihan inti dan
dibutuhkan 10 menit
dalam study latihan
- bersediamengik
uti penelitian pendinginan
secara suka pada akhir sesi.
rela’
- Keikutsertaan Latihan
penuh (tidak pernapasan
drop out) terdiri dari
pernapasan
Kriteria ekslusi pursed lip
breathing dan
-Ibu yang pernapasan
menggunakan diafragma
obat
antidepressan Sedangkan
dan atau latihan
menjalani stabilisasi
psikoterapi terdiri dari
-Menjalani latihan
operasi dalam 3 abdomen
bulan terakhir; diantaranya
-Ibu sedang posisi
hamil kuadrisep,
-Ibu didiagnosa pronasi, dan
mengalami posisi
gangguan layinghook
sistem dengan pasien
muskuloskeleta supinasi , fleksi
l panggul dan
Selama periode lutut, dengan
studi kaki menapak
-Partisipasi
dalam program dengan
kurang dari permukaan.
80%
Evaluasi
kualitas tidur
dengan PSQI
Sedangkan
tingkat fatigue
diukur dengan
Fatigue
Severity
Scale(FSS).
8. Effect of El-saidy, T. M. K., Quasy 105 pasien COPD Intervensi Ada perbedaan yang Kelebihan :
Combining Gazar, Z., Alagamy, experiment study baik yang dirawat berupa latihan signifikan skor
Diaphragmatic A., & Sayed, M. A. maupun yang pernapasan dyspnea , respiratory −Metode
and Pursed Lips (2019). Teknik kontrol di unit diaphragm rate, SaO2, CT scale
Breathing pengambilan penelitian quasy
Exercises on rawat jalan di RS breathing dan score dan frekuensi
sampel: eskperimen
Clinical Jantung Al pursed lip nadi (P<0,001)pre
Outcomes of Mahalla El breathing dan post setelah −Jumlah sampel
Elderly Patients Purposive Gharbiya diberikan latihan yang banyak
with Chronic sampling Governorate -Peneliti pernapasan.
Obstructive menggunakan −Menggunakan
Egypt merupakan
Pulmonary manual booklet latihan
kelompok
Disease. diberikan setiap pernapasan
intervensi
pasien untuk
Kriteria inklusi : menjelaskan Kekurangan:
teknik latihan
- Pasien usia pernapasan. - Responden
>=60 tahun bukan pasien
- Pasien dengan Metode edukasi HIV AIDS
PPOK/ COPD diantaranya - Outcome tidak
yang stabil role –plauing, pada nilai
- Pasien sadar demonstrasi kualitas tidur
dan setuju dan re-
berpartisipasi demonstrasi
dalam untuk
penelitian menjamin
performance
Kriteria ekslusi: teknik yang
- Riwayat benar.
eksaserbasi
dalam 4 Peneliti juga
minggu terakhir menginstruksik
- Terdapat an pentingnya
kebutuhan nutrisi yang
terapi Oksigen sehat dan
di rumah menghindari
merokok.
Peneliti
mengingatkan
per telpon
setiap 3 hari
sekali agar
pasien tetap
melaksanakan
latihan
pernapasan di
rumah.
Penelitian
dilakukan
selama 4 bula
Kuesioner yang
digunakan
adalah COPD
assessment
Test (CAT) dan
Dyspnea 12
Kriteria eksklusi:
Menolak
berpartisipasi
dalam penelitian.
BAB III
TELAAH KRITIS
https://doi.org/10.11648/j.ajns.20200904.28
Penjelasan:
HIV dapat mengganggu homeostasis tidur melalui dua mekanisme utama: efek langsung
dari respons imunologi terhadap virus, dan efek neurotoksik tidak langsung sebagai
konsekuensi dari respons imunopatologis pada SSP. Pada tahap awal infeksi, gangguan
tidur kemungkinan besar disebabkan oleh respons imunologis akut terhadap virus, yang
mengakibatkan durasi tidur lebih lama, namun tidur lebih terfragmentasi dan kelelahan
di siang hari. Setelah serokonversi, ekspresi sitokin pengatur tidur dan modulasi yang
persisten akibat aktivasi imun dapat mengganggu regulasi tidur homeostatis. Hal ini
dapat mengakibatkan timbulnya berbagai gangguan tidur, termasuk insomnia, OSA, dan
kualitas tidur yang buruk. Meskipun ART telah berhasil mengurangi dampak ini dan
dampak lain dari infeksi HIV, jumlah CD4+ kembali meningkat keberhasilan penerapan
ART juga dapat berkontribusi pada aktivasi kekebalan yang persisten yang diamati pada
ODHA. Lingkungan imunologi ini tampaknya memfasilitasi perkembangan OSA, yang
pada gilirannya melipatgandakan risiko penyakit penyerta lebih lanjut. Selain itu,
aktivitas kekebalan yang berkelanjutan di SSP dapat menyebabkan disfungsi neuron
dopaminergik , dan menghambat metabolisme glutamat. Hal ini dapat bermanifestasi
sebagai berkurangnya gairah perilaku , bersamaan dengan gangguan tidur karena
perubahan aktivitas glutamat pada saklar tidur hipotalamus. HIV yang tidak terkontrol
dan tidak diobati pada akhirnya dapat menyebabkan degenerasi saraf yang signifikan .
Degenerasi saraf pada area yang terlibat dalam regulasi homeostatis tidur dapat
mengakibatkan gangguan fisiologi tidur–bangun, dengan bukti yang menunjukkan
bahwa gangguan tidur mendahului gejala kognitif HAND. Berdasarkan hal ini,
pengobatan tidur klinis harus memainkan peran yang lebih integral dalam pengelolaan
HIV. Bagi ODHA yang memakai ART, manajemen farmakologis insomnia dan
gangguan tidur terkait harus dilakukan dengan hati–hati karena potensi interaksi obat
dan risiko ketergantungan. Pendekatan non–farmakologis seperti penerapan rutinitas
kebersihan tidur mungkin bermanfaat bagi pasien. Selain itu, sekadar
mengkomunikasikan pentingnya kesehatan tidur kepada ODHA dapat mendorong pasien
untuk mendiskusikan gangguan tidur dengan penyedia layanan primer mereka, dan pada
gilirannya meningkatkan diagnosis dan pengobatan gangguan tidur pada ODHA.
Gangguan tidur pada HIV dapat melemahkan dan berdampak signifikan terhadap
kualitas hidup. Meskipun tinjauan ini mengkaji kemungkinan etiologi , sebagian besar
tinjauan ini masih bersifat teoritis karena pentingnya kesehatan masyarakat dan
peningkatan harapan hidup pasien HIV, penelitian lebih lanjut mengenai dampak
aktivasi kekebalan kronis pada fisiologi tidur–bangun pada ODHA sangat penting.
Adanya infeksi HIV pada fase akut akan memicu peningkatan sitokin akut (IL-1, IL6)
dimana sebagai contoh IL-1 akan menjadi zat pirogenik yang meicu demam, yang
kemudian akan menyebabkan fragmentasi NREMS menjadi lebih tinggi, sehingga
mengganggu. Sitokin inflamasi sendiri juga menyebabkan secara langsung peningkatan
fragmentasi NREM, yang menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas tidur.
Setelah awal infeksi HIV, maka dengan segera terjadi infeksi HIV di Susunan Saraf
Pusat (SSP) meningkatkan sitokin inflamasi yang menyebabkan neurotoksisitas dan
kemudian memicu neurodegeneration. Neurotoksisitas kemudian menyebabkan
metabolism glutamate dan aktivitas dopamine menurun, yang menyebabkan gangguan
stabilitas hypothalamus sleep switch (saklar tidur di hipotalamus), dan menyebabkan
siklus tidur terjaga terganggu, yang kemudian menyebabkan gangguan tidur dan
penurunan kualitas tidur. Neurodegeneration juga menyebabkan penurunan Dopamine,
karena adanya kerusakan sel penghasil dopamine di otak, menyebabkan siklus tidur
terjaga terganggu, yang kemudian menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas
tidur. Selanjutnya saat mencapai fase infeksi kronik, maka sitokin inflamasi meningkat
secara kronik, dan meningkatkan insomnia dan kejadian OSA. Kejadian OSA ini sendiri,
juga memicu peningkatan sitokin inflamasi, yang akhirnya menyebabkan lingkaran setan
(vicious cycle), yang kemudian menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas
tidur. Pada OSA, maka didapatkan peningkatan hipoksia, yang kemudian memicu
peningkatan ROS (Reactive Oxygen Species), dan pada akhirnya meningkatkan sitokin
inflamasi. Pemberian intervensi berupa breathing exercise, memiliki efek dalam
menghambat hipoksia melalui peningkatan lung recruitment, yang akhirnya
meningkatkan penggunaan alveoli dalam pertukaran gas, dan menurunkan dead space
(ruang dalam paru dimana tidak terjadi pertukaran gas), yang pada akhirnya akan
menurunkan hipoksia, dan akhirnya diharapkan akan menurunkan rasa sesak yang
menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas tidur. Efek perbaikan hipoksia
oleh breathing exercise ini, diharapkan akan menghambat pembentukan ROS, yang
kemudian menurunkan sitokin inflamasi, dan akhirnya memperbaiki gangguan tidur dan
kualitas tidur.
BAB IV
RENCANA IMPLEMENTASI
Pasien HIV/ AIDS memerlukan adaptasi terhadap berbagai keluhan fisik akibat
respon inflamasi. Gangguan pola tidur merupakan dampak dari kondisi tersebut yang
dapat menurunkan produktifitas pada siang hari akibat rasa kantuk berlebihan dan
kelelahan akibat menurunnya kualitas tidur pada pasien HIV AIDS.
3. Mode Interpedensi
Sebagian besar pasien HIV/ AIDS yyang ditemui pada saat penelusuran fenomena
EBN di ruangan rawat inap RSUP Fatmawati menjelaskan merasa terganggu tidurnya
karena lingkungan dan kondisi pencahayaan saat petugas kesehatan sedang
mengobservasi atau melakukan tindakan pelayanan kesehatan untuk pasien. Sehingga
pasien terbangun untuk memberikan respon dan berkomunikasi dengan petugas
kesehatan diantaranya perawat, dokter, ahli gizi, dan analis laboratorium yang
berkunjung untuk merawatnya. Sehingga latihan bernapas efektif untuk menurunkan
kecemasan pada pasien selama menjalankan peran yang adaptif selama sakit dan
dirawat di RS.
1. Stimulus fokal
Faktor yang berhubungan dengan gangguan pola tidur pada pasien HIV/ AIDS
diantaranya adanya penyakit kronis HIV/AIDS dan infeksi oportunistik yang
menyertai HIV/AIDS, adanya kecemasan, nilai CD4 200–499 cells/mm3 sehingga
memperburuk pertahanan tubuh terhadap infeksi sekunder. Adanya stigmatisasi,
demam, kecemasan, sleep hygiene menyebabkan kualitas tidur yang buruk selama
dirawat di RS
2. Stimulus kontekstual
Pada pasien HIV/AIDS, menurut penelitian O’Brien et al ( 2022), pasien HIV AIDS
mengalami peningkatan aktivasi sitokin IL-1 dan TNF-α yang menstimulasi respon
pirogenik yang membentuk peningkatan suhu sehingga timbul demam. Keluhan
demam yang menyebabkan fragmentasi NREM yang mengganggu proses tidur pada
pasien. Gangguna tidur terus menerus akan menyebabkan pasien mengalami
gangguan OSA (Obstruktif Sleep Apnea).
3. Stimulus residual
Pasien HIV AIDS yang menjalani perawatan di RS selama lebih dari 24 jam akan
mengalami berbagai gangguan tidur diantaranya maslaah psikososial : ansietas,
kebisingan ruangan, pencahayaan, kebersihan (sleep hygiene).
Dengan demikian proses adaptasi pasien HIV/ AIDS dengan adanya gangguan pola
tidur dapat didukung dengan intervensi latihan pernapasan dalam (pursed lip
breathing dan pernafasan diafragma) untuk membantu meningkatkan kualitas tidur
selama menjalani rawat inap di RSUP Fatmawati dengan penerapan evidence based
practice (EBN).
Implementasi EBN ini dilaksanakan di ruang rawat inap RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan.
Subjek dalam penerapan EBN ini adalah semua pasien HIV AIDS yang
menjalani rawat inap di ruangan perawatan RSUP Fatmawati.
4. Pasien rawat inap baik di ruang perawatan maupun di ICU Medikal dengan
waktu inap lebih dari 1x24 jam di RS.
Penilaian kualitas tidur pre dan post intervensi latihan pernapasan diukur
dengan instrument PSQI karena validitas sudah baik dan telah digunakan
secara internasional
Lin, H. C., Chiang, L. L., Ong, J. H., Tsai, K. ling, Hung, C. H., & Lin, C. Y.
(2020). The effects of threshold inspiratory muscle training in patients with
obstructive sleep apnea: a randomized experimental study. Sleep and Breathing,
24(1), 201–209. https://doi.org/10.1007/s11325-019-01862-y
Fadl Abd El Khalik, E., Mohammad Abd Elbaky, M., Ahmed Ahmed, N., &
Hamza Taha Moursy, S. (2020). The Effectiveness of Using Breathing Exercise
on Sleep Quality Among Hospitalized Patients. American Journal of Nursing
Science, 9(4), 272. https://doi.org/10.11648/j.ajns.20200904.28
Gutierrez, J., Tedaldi, E. M., Armon, C., Patel, V., Hart, R., & Buchacz, K.
(2019). Sleep disturbances in HIV-infected patients associated with depression
and high risk of obstructive sleep apnea. SAGE Open Medicine, 7.
https://doi.org/10.1177/2050312119842268
El-saidy, T. M. K., Gazar, Z., Alagamy, A., & Sayed, M. A. (2019). Effect of
Combining Diaphragmatic and Pursed Lips Breathing Exercises on Clinical
Outcomes of Elderly Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
International Journal of Novel Research in Healthcare and Nursing, 6(2),
1280–1295.
Mengistu, N., Azale, T., Yimer, S., Fikreyesus, M., Melaku, E., & Shumye, S.
(2021). Quality of sleep and associated factors among people living with
HIV/AIDS on follow up at Ethiopian Zewditu memorial hospital, 2018. Sleep
Science and Practice, 5(1), 4–11. https://doi.org/10.1186/s41606-020-00056-w
Tadesse, A., Badasso, K., & Edmealem, A. (2023). Poor Sleep Quality and
Associated Factors among People Living with HIV/AIDS Attending ART
Clinic at Tirunesh Beijing Hospital, Addis Ababa, Ethiopia. AIDS Research and
Treatment, 2023. https://doi.org/10.1155/2023/6381885
Huang, B. H., del Pozo Cruz, B., Teixeira-Pinto, A., Cistulli, P. A., &
Stamatakis, E. (2023). Influence of poor sleep on cardiovascular disease-free
life expectancy: a multi-resource-based population cohort study. BMC
Medicine, 21(1), 1–12. https://doi.org/10.1186/s12916-023-02732-x
Mertha, I. M., Putri, P. J. Y., & Suardana, I. ketut. (2018). Pengaruh Pemberian
Deep Breathing Exercise Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien PPOK. Jurnal
Gema Keperawatan, 1, 1–9.
Lin, H. C., Chiang, L. L., Ong, J. H., Tsai, K. ling, Hung, C. H., & Lin, C. Y.
(2020). The effects of threshold inspiratory muscle training in patients with
obstructive sleep apnea: a randomized experimental study. Sleep and Breathing,
24(1), 201–209. https://doi.org/10.1007/s11325-019-01862-y