Anda di halaman 1dari 61

PROPOSAL

Untuk Memenuhi Mata Kuliah


SPESIALIS KMB BERBASIS FAKTA
(EVIDENCE BASED NURSING/ EBN)

EFEKTIFITAS LATIHAN PERNAFASAN DALAM (PURSED LIP BREATHING DAN


PERNAPASAN DIAFRAGMA) TERHADAP KUALITAS TIDUR PASIEN HIV/ AIDS
SAAT RAWAT INAP DI RSUP FATMAWATI

SUPERVISOR UTAMA:
Sri Yona, S.Kp., M.N., Ph.D

SUPERVISOR :
Ns. Anggri Noorana Zahra, S.Kep., MS

CLINICAL INSTRUCTOR/ CI:


Ns. Sariaman Purba, M.Kep., Sp.Kep.MB
Ns. Muhammad Zaki, M.Kep., Sp.Kep.MB

Disusun Oleh:

Dewi Purnama Sari


NPM. 2206000524

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PEMINATAN IMUNOLOGI
DEPOK
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

HIV/AIDS merupakan krisis kesehatan yang perlu mendapat perhatian di seluruh


dunia, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia, data Direktur
Jenderal (Ditjen) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan menyebutkan
terjadi peningkatan kasus HIV/ AIDS setiap tahun. Tahun 2014, jumlah keseluruhan
penderita HIV diperkirakan sebanyak 150.296 orang, sedangkan penderita AIDS
sebanyak 55.799 orang (Kemenkes RI, 2014). Angka populasi sesuai wilayah mulai dari
Provinsi DKI Jakarta menempati posisi pertama dengan jumlah HIV paling banyak
sebesar 32.782 kasus, disusul oleh Jawa Timur sebesar 19.249 kasus, Papua sebesar
16.051 kasus, Jawa Barat sebesar 13.507 kasus dan Bali sebesar 9.637 kasus (Nurulhuda,
J.B.S.Y.J.H.U., 2021). Sedangkan di negara Amerika Serikat, kasus mencapai lebih dari
944.000 yang didominasi oleh populasi minoritas. Kelompok beresiko diantaranya laki-
laki yang melakukan hubungan seks dengan laki–laki, pengguna obat suntik dan pekerja
seksual (Johnston et al., 2017).
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan jenis retrovirus yang
menyerang limfosit T CD4+ dengan subtipe HIV-1 dan HIV-2. Varian HIV-1 umum di
seluruh dunia, sedangkan HIV-2 terbatas di Afrika Barat. Orang dengan HIV kronis yang
tidak menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral, ketika jumlah CD4+ menurun,
maka sangat rentan terinfeksi oleh karena paparan jamur, bakteri, virus, atau parasit yang
memanfaatkan kondisi sistem kekebalan tubuh pejamu yang melemah, yang hal ini
kemudian disebut sebagai infeksi oportunistik. Dengan nilai CD<200 diidentifikasi
pasien sering mengalami candidiasis, limpadenopati, gangguan kulit dan iritasi (gatal)
serta diare berlebih selama sebulan (CDC, 2019). Perubahan HIV menjadi AIDS
memerlukan waktu 5-10 tahun untuk berkembang bahkan sampai muncul gejala infeksi
oportunistik (Wilkins, 2020).
Tidur merupakan kondisi normal dari perubahan tingkat kesadaran selama tubuh
beristirahat (Back, Long, 2014). Tidur juga didefinisikan sebagai proses alami yang
dibutuhkan oleh jaringan otak untuk tetap berfungsi dengan baik dan menjaga kesehatan
tubuh secara keseluruhan.Tidur menempati sepertiga waktu dari kehidupan manusia.
Kualitas tidur yang menurun menyebabkan konsekuensi negatif yang mungkin bersifat
fisik, kognitif, atau emosional. Keluhan akibat gejala infeksi oportunistik diantaranya
demam, ruam, nyeri kepala, batuk, keringat dingin pada malam hari (night sweat), diare,
dan kelelahan dapat menurunkan kualitas tidur pada pasien HIV AIDS. Selain itu efek
samping dari pengobatan ARV yaitu Efavirens diduga menyebabkan gangguan tidur
dengan konsekuensi disfungsi pada siang hari disertai penggunaan obat tidur.
Gangguan tidur secara umum dibagi menjadi dua yaitu disomnia dan
parasomnia. Disomnia meliputi gangguan tidur dengan karakter kesulitan tertidur atau
mempertahankan tidur (insomnia) atau dengan rasa mengantuk yang berlebihan
(narkolepsi). Gangguan ini didominasi dengan 3 penyebab diantaranya faktor intrinsik
(dari dalam tubuh), ekstrinsik (dari luar tubuh), dan gangguan ritme sirkadian. Parasomnia
merupakan gangguan yang terjadi ketika tidur namun biasanya tidak menunjukkan
insomnia atau rasa mengantuk berlebihan. Mekanisme patologi yang mendasari dapat
meliputi bangun parsial atau abnormalitas dalam transisi tidur bangun (Back, Long,
2014). Gangguan tidur pada pasien HIV AIDS dijelaskan sebagai penyebab signifikan
terjadinya morbiditas. Penelitian sebelumnya melaporkan sebanyak 58% pasien HIV
AIDS memiliki gangguan tidur diantararnya insomnia, obstructive sleep apnea dan
kualitas tidur yang buruk. Dampak gangguan tidur tidak hanya mengganggu fungsi
aktifitas kehidupan. tetapi juga menyebabkan disregulasi metabolik dan penyakit
kardiometabolik, Pada tahap awal infeksi, perubahan imunologi seperti peningkatan
aktivasi sitokin yang dapat memediasi gangguan tidur, namun pada proses perjalanan HIV
AIDS yang lama, dengan aktivasi imun yang kronis selain efek samping pengobatan
antiretroviral akan berpengaruh pada homeostasis tidur yang lebih buruk selanjutnya
menyebabkan obstructive sleep apnea (O’Brien, Katie E., et al, 2022)
Kementerian Kesehatan RI menjelaskan bahwa dalam 5 tahun terakhir ini,
sebagian besar kasus HIV pada usia produktif yaitu 25-29 tahun dengan jumlah 33.448
kasus kemudian diikuti dengan kelompok umur 20-24 tahun dengan jumlah kasus 8.252
kasus. Kelompok usia tersebut merupakan penggerak pembangunan ekonomi bangsa
dengan fungsi dukungan sumber daya manusia yang strategis. Pasien dengan HIV AIDS
yang memiliki kualitas tidur yang buruk ditunjukkan dengan sukar memulai tidur, sering
terbangun pada malam hari, mengalami kantuk hingga tertidur saat beraktifitas pada siang
hari. Tantangan pelayanan kesehatan besar dalam upaya preventif kesehatan remaja dan
dewasa sebagai dukungan persiapan penyediaan tenaga kerja yang produktif dan
berkualitas. Hal ini menjadi fenomena masalah keperawatan pada pasien HIV/ AIDS
dengan gangguan tidur.
Adanya infeksi HIV pada fase akut akan memicu peningkatan sitokin akut (IL-1,
IL6) dimana sebagai contoh IL-1 akan menjadi zat pirogenik yang meicu demam, yang
kemudian akan menyebabkan fragmentasi NREMS menjadi lebih tinggi, sehingga
mengganggu. Sitokin inflamasi sendiri juga menyebabkan secara langsung peningkatan
fragmentasi NREM, yang menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas tidur.
Setelah awal infeksi HIV, maka dengan segera terjadi infeksi HIV di Susunan Saraf Pusat
(SSP) meningkatkan sitokin inflamasi yang menyebabkan neurotoksisitas dan kemudian
memicu neurodegeneration. Neurotoksisitas kemudian menyebabkan metabolism
glutamate dan aktivitas dopamine menurun, yang menyebabkan gangguan stabilitas
hypothalamus sleep switch (saklar tidur di hipotalamus), dan menyebabkan siklus tidur
terjaga terganggu, yang kemudian menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas
tidur. Neurodegeneration juga menyebabkan penurunan Dopamine, karena adanya
kerusakan sel penghasil dopamine di otak, menyebabkan siklus tidur terjaga terganggu,
yang kemudian menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas tidur. Selanjutnya
saat mencapai fase infeksi kronik, maka sitokin inflamasi meningkat secara kronik, dan
meningkatkan insomnia dan kejadian OSA. Kejadian OSA ini sendiri, juga memicu
peningkatan sitokin inflamasi, yang akhirnya menyebabkan lingkaran setan (vicious
cycle), yang kemudian menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas tidur.
Pada OSA, maka didapatkan peningkatan hipoksia, yang kemudian memicu
peningkatan ROS (Reactive Oxygen Species), dan pada akhirnya meningkatkan sitokin
inflamasi. Pemberian intervensi berupa breathing exercise, memiliki efek dalam
menghambat hipoksia melalui peningkatan lung recruitment, yang akhirnya
meningkatkan penggunaan alveoli dalam pertukaran gas, dan menurunkan dead space
(ruang dalam paru dimana tidak terjadi pertukaran gas), yang pada akhirnya akan
menurunkan hipoksia, dan akhirnya diharapkan akan menurunkan rasa sesak yang
menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas tidur. Efek perbaikan hipoksia oleh
breathing exercise ini, diharapkan akan menghambat pembentukan ROS, yang kemudian
menurunkan sitokin inflamasi, dan akhirnya memperbaiki gangguan tidur dan kualitas
tidur.
Latihan pernapasan juga dapat membantu memperkuat otot pernapasan,
mendapatkan lebih banyak oksigen dengan sedikit usaha, dan meningkatkan relaksasi.
Latihan pernapasan penting yang digunakan adalah pernapasan bibir mengerucut (PLB)
dan pernapasan diafragma. Pernapasan mengerucut-bibir telah dilaporkan mengurangi
dispnea dan dengan demikian meningkatkan toleransi olahraga dan membantu kualitas
tidur dan kualitas hidup yang lebih baik. Dibandingkan dengan pernapasan spontan,
latihan pernapasan PLB dan diafragma mengurangi laju pernapasan, sesak napas, dan
tekanan parsial karbon dioksida arteri (PCO2), dan meningkatkan volume tidal dan
saturasi oksigen dalam kondisi istirahat sehingga efektif meningkatkan kualitas tidur.
Fenomena pada pasien HIV/ AIDS karena respon inflamasi akut berupa peningkatan
aktivasi sitokin IL-1, IL-6, TNF-α. Keluhan demam yang menyebabkan peningkatan
fragmentasi NREM sehingga mengganggu kualitas tidur dikaitkan respon pirogenik
akibat aktivasi IL-1. Kondisi psikososial pasien HIV/ AIDS yang mendapatkan stigma,
mengalami kecemasan dan memiliki sleep hygiene yang buruk juga menurunkan kualitas
tidur pada pasien HIV/ AIDS. Kualitas tidur yang buruk menyertai 78 % pasien HIV/
AIDS. Hal ini menimbulkan perburukan kondisi inflamasi pada pasien. Latihan
pernapasan merupakan terapi komplementer dan non farmakologis yang umumnya
diterapkan untuk mengurangi gangguan tidur, memperbaiki fungsi otonom jantung,
depresi, kecemasan, tekanan darah tinggi, dan penyakit paru-paru. Latihan pernapasan
dapat memperkuat otot pernapasan dan meningkatkan asupan oksigen lebih banyak
dengan sedikit usaha serta meningkatkan relaksasi. Hasil latihan pernapasan dengan
upaya pasien melakukan Pursed Lip Breathing (PLB) dan pernapasan diafragama
dilaporkan pada penelitian sebelumnya dapat membantu kualitas tidur dan meningkatkan
kualitas hidup pasien HIV AIDS. Poli Wijaya Kusuma, poli pelayanan khusus pasien
HIV/ AIDS dan ruang perawatan di RSUP Fatmawati memiliki kontribusi yang penting
dalam membantu permasalahan kesehatan pada pasien HIV/ AIDS diantaranya gangguan
tidur. Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan intervensi keperawatan berupa
pemberian latihan pernapasan untuk memperbaiki kualitas tidur pasien HIV AIDS.
1.2. Fenomena/ Masalah Klinis
Berdasarkan pengalaman praktik keperawatan di poli Wijaya Kusuma dan Ruang
perawatan di RSUP Fatmawati, maka dapat dirangkum beberapa keluhan pada pasien
yang diangkat menjadi fenomena keperawatan pada pasien HIV AIDS yang berhubungan
dengan kualitas tidur untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang berbasis bukti
empiris (evidence based nursing) dalam upaya mendukung pengambilan keputusan di
pelayanan kesehatan pada pasien dengan HIV AIDS.
Fenomena/ masalah klinis pada pasien HIV AIDS diantaranya:
1. Di Poli Wijaya Kusuma
- Pasien mengalami batuk terus menerus hingga sulit memulai tidur
- Pasien mengatakan tidur terlalu malam karena gelisah, sering terbangun hingga tertidur
namun bangun terlambat (kesiangan)
- Pasien mengeluh kurang konsentrasi saat bekerja pada siang hari karena mengantuk
disebabkan waktu tidur malam yang kurang
2. Di ruangan rawat inap
- Pasien mengatakan sering terbangun dari tidur pada malam hari karena demam yang
naik turun.
- Pasien mengatakan sesak dan sering merasa mual hingga tidak dapat tidur
mengalihkan perhatian dengan menonton gawai hingga akhirnya tertidur
- Pasien mengeluh nyeri kepala hilang timbul. Pasien mengatakan jika mengalami
gangguan tidur dengan sering terbangun pada saat malam, hingga tidak dapat tidur
nyenyak dengan badan terasa pegal pada saat bangun pada pagi hari. Pasien mulai
dapat tidur nyenyak pada jam 06.00 sampai dengan jam 16.00.

1.3. Rumusan masalah

Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan jenis retrovirus yang


menyerang limfosit T CD4+ dengan subtipe HIV-1 dan HIV-2. Dengan nilai CD<200
diidentifikasi pasien sering mengalami candidiasis, limpadenopati, gangguan kulit dan
iritasi (gatal) serta diare berlebih selama sebulan (CDC, 2019). Keluhan akibat gejala
infeksi oportunistik diantaranya demam, ruam, nyeri kepala, batuk, keringat dingin pada
malam hari (night sweat), diare, dan kelelahan dapat menurunkan kualitas tidur.
Gangguan tidur menimbulkan konsekuensi yang negatif baik bersifat fisik, kognitif
maupun emosional. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dengan menerapkan teknik
evidence based nursing (keperawatan berbasis fakta) yaitu pemberian intervensi latihan
pernapasan PLB (Pursued Lip Breathing) dan pernapasan diafragma dapat meningkatkan
kualitas tidur yang diukur dengan menggunakan kuesioner adaptasi PSQI pre dan post
intervensi pada pasien HIV AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengidentifikasi keefektifan latihan
pernapasan (PLB dan pernafasan diafragma) terhadap kualitas tidur pasiien HIV AIDS
di RS Umum Pusat Fatmawati.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan telaah kritis terhadap artikel penelitian terkait kualitas tidur pada pasien
HIV/ AIDS.
b. Mengidentifikasi kualitas tidur pada pasien HIV/AIDS pre intervensi latihan
pernapasan (PLB dan pernafasan diafragma)
c. Mengidentifikasi kualitas tidur pada pasien HIV/AIDS post intervensi latihan
pernapasan (PLB dan pernafasan diafragma)

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi masyarakat
Penerapan EBN (Evidence based Nursing) ini diharapkan dapat membantu pasien HIV/
AIDS mengidentifikasi kualitas tidur sehingga mendapatkan alternatif penyelesaian
masalah melalui konsultasi, edukasi dan pengobatan yang efektif dan efek samping
yang minimal untuk mengoptimalkan status kesehatan dan meningkatkan kualitas
hidup.
1.4.2 Bagi institusi
1. Penerapan EBN diharapkan dapat meningkatkan asuhan keperawatan berbasis bukti
empiris dengan penerapan ilmu keperawatan berlandaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui penelitian, pendidikan dan pengalaman praktik.
2. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berperan memberikan edukasi dan
advokasi serta menganalisis problem yang sesuai pada setiap individu pasien sesuai
kebutuhannya berorientasi pada patient-centered care.
1.4.3 Bagi peneliti
Penerapan EBN dapat menstimulasi penerapan dan pengembangan penelitian dari
pembelajaran hasil telaah bukti berdasarkan fakta
BAB 2
METODOLOGI PENELUSURAN LITERATUR

2.1 Pertanyaan Klinis


Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang terjadi di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati, pertanyaan klinis yang muncul adalah apakah latihan bernafas (Pursed Lib
Breathing/ PLB) dan pernapasan diafragma efektif dapat meningkatkan kualitas tidur pada
pasien HIV/ AIDS?

2.2 Rumusan PICO


Berdasarkan pertanyaan klinis yang muncul sehingga dapat digambarkan PICO pada
rancangan aplikasi EBN antara lain sebagai berikut:
Unsur PICO (Terapi) Analisis
Pasien HIV/ AIDS
P
Problem: Kualitas tidur
I Latihan pernafasan dalam (deep breathing exercise)
C Pre dan Post Intervensi Latihan Pernapasan
O Meningkatkan kualitas tidur

2.3 Penelusuran Literatur (Searching literature)


Tujuan kegiatan penelusuran literatur adalah memperoleh beberapa artikel penelitian yang
akan dimanfaatkan untuk pelaksanaan intervensi Evidence Based Nursing (EBN). Tahapan
sistematis diperlukan untuk menentukan artikel yang berkualitas dengan kriteria spesifik
sehingga didapatkan validitas dari artikel yang ditemukan. Alur penelusuran literatur yaitu:

Penetapan Penelusuran artikel pada Review dan Telaah kritis/


key word sistem database online seleksi artikel critical appraisal

Gambar 2.1. Alur Penelusuran Literatur

2.2.1 Kata Kunci (Key word)


Berdasarkan konsep elemen PICO yang telah disusun, beberapa kata kunci yang
digunakan dalam penelusuran literatur antara lain:
Sumber Penelusuran
Kata kunci
Scopus SpringerLink Google Scholar
Ditemukan 89 Ditemukan 1710 Ditemukan
● Sleep Quality
artikel, pencarian artikel, pencarian
● Breathing dipersempit dipersempit
dengan filter dengan filter,
exercise jurnal akademik, pembatasan 5
● Pursed Lip pembatasan 5 tahun terakhir,
Breathing tahun terakhir, diperoleh 8
subject area, artikel
● Diaphragmatic document type
Breathing language, source
type, source title,
diperoleh 1
artikel,

2.2.2 Jurnal database yang digunakan

Menggunakan 5 kata kunci dan beberapa sinonimnya dari analisis PICO, peneliti
memasukkannya ke dalam search engine https://remote-lib.ui.ac.id/menu untuk
mendapatkan jurnal pada e-sources sebagai berikut :

a. Scopus : https://remote-lib.ui.ac.id:2120/search/form.uri?display=basic#basic
b. SpringerLink : https://remote-lib.ui.ac.id:2218/search?
query=sleep+and+breathing+exercise&facet-sub-discipline=%22Internal+Medicine
%22&facet-language=%22En%22&date-facet-mode=between&facet-end-
year=2023&facet-content-type=%22Article%22&facet-start-year=2018
c. Google scholar : https://scholar.google.com/

2.2.3 Review dan Seleksi Artikel

Penetapan kriteria literatur bertujuan untuk mendapatkan artikel yang sesuai dengan
pertanyaan klinis dan PICO. Adapun kriteria literatur yang digunakan dalam penerapan
EBN ini antara lain:
a) Artikel dari desain penelitian quasy eksperimental dengan metode RCT, tipe publikasi :
original article, systematic review, dan meta analysis
b) Full text berbahasa Inggris/ bahasa Indonesia
c) Tahun penerbitan 2018-2023
d) Responden pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan di rawat inap
e) Artikel yang masih dalam proses review (under review) dieksklusi
f) Outcome berupa status kualitas tidur

2.4 Penelusuran literatur hasil


Penelusuran literatur dilakukan dengan data base online : Scopus, SpringerLink, Google
scholar pada rentang tanggal September 2023 – Oktober 2023. Berdasarkan hasil
penelusuran jurnal, dari 2040 artikel terdapat 10 artikel yang relevan dengan topik EBN
yaitu:

1. Fadl Abd El Khalik, E., Mohammad Abd Elbaky, M., Ahmed Ahmed, N., & Hamza
Taha Moursy, S. (2020). The Effectiveness of Using Breathing Exercise on Sleep
Quality Among Hospitalized Patients. American Journal of Nursing Science, 9(4),
272. https://doi.org/10.11648/j.ajns.20200904.28
2. Cavalcante-Leão, B. L., de Araujo, C. M., Ravazzi, G. C., Basso, I. B., Guariza-Filho,
O., Taveira, K. V. M., Santos, R. S., Stechman-Neto, J., & Zeigelboim, B. S. (2022).
Effects of respiratory training on obstructive sleep apnea: systematic review and meta-
analysis. Sleep and Breathing, 26(4), 1527–1537. https://doi.org/10.1007/s11325-021-
02536-4
3. Doi, S. K., Isumi, A., Yamaoka, Y., Shakagori, S., Yamazaki, J., Ito, K., Shiomi, M.,
Sumioka, H., & Fujiwara, T. (2023). The effect of breathing relaxation to improve
poor sleep quality in adults using a huggable human-shaped device: a randomized
controlled trial. Sleep and Breathing, 0123456789. https://doi.org/10.1007/s11325-
023-02858-5
4. Pradhan, R., Pahantasingh, S., & Dey, D. (2020). Deep Breathing Exercise And
Quality Of Sleep: An Experimental Study Among Geriatrics. European Journal of
Molecular and Clinical Medicine, 7(8), 1477–1483.
https://www.researchgate.net/publication/347945709
5. Swain, Urmila. (2023). An experimental study on effect of deep breathing exercise in
promoting quality of sleep among geriatrics those are staying in a selected old age
home, Bhubaneswar, Odisha. International Journal of Nursing and Health Sciences.
IJNHS 2023; 5 (1): 40-43. www.nursingjournals.net.
https://doi.org/10.33545/26649187.2023.v5.i1a.45. ISSN Print : 2664-9187; ISSN
Online 2664-9195; Impact Factor: RJIF 5.42
6. Lin, H. C., Chiang, L. L., Ong, J. H., Tsai, K. ling, Hung, C. H., & Lin, C. Y. (2020).
The effects of threshold inspiratory muscle training in patients with obstructive sleep
apnea: a randomized experimental study. Sleep and Breathing, 24(1), 201–209.
https://doi.org/10.1007/s11325-019-01862-y
7. Du, J. (2022). Effects of the Combination of Continuous Nursing Care and Breathing
Exercises on Respiratory Function, Self-Efficacy, and Sleep Disorders in Patients with
Lung Cancer Discharged from Hospital. Contrast Media and Molecular Imaging,
2022. https://doi.org/10.1155/2022/3807265
8. Atilgan, E. D., & Tuncer, A. (2021). The effects of breathing exercises in mothers of
children with special health care needs:A randomized controlled trial. Journal of Back
and Musculoskeletal Rehabilitation, 34(5), 795–804. https://doi.org/10.3233/BMR-
200327
9. El-saidy, T. M. K., Gazar, Z., Alagamy, A., & Sayed, M. A. (2019). Effect of
Combining Diaphragmatic and Pursed Lips Breathing Exercises on Clinical Outcomes
of Elderly Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease. International
Journal of Novel Research in Healthcare and Nursing, 6(2), 1280–1295.
10. Rashmi J, Leeba B. A study to assess the effectiveness of breathing exercises
on the quality of sleep among patients with dyspnoea in a selected Hospital,
Bangalore. Int J Health Sci Res. 2017; 7(8):262-269.
2.3 Temuan artikel dari kata kunci PICO yang digunakan sebagai rujukan

No JUDUL PENELITIAN METODE JUMLAH DAN INTERVENSI HASIL KEKUATAN


PENELITIAN (TAHUN) PENELITIAN KRITERIA DAN
RESPONDEN KELEMAHAN

1. The Effectiveness of Eman Fadl Abd Quasy 152 responden, Kelompok Ada perbedaan yangKekuatan :
Using Breathing El Khalik, experiment yang terbagi intervensi signifikan antara - Artikel
Exercise on Sleep Marwa study dalam 4 kelompok intervensi penelitian
Quality Among Mohammad kelompok : 2 1. Melakukan dengan latihan dengan teknik
Teknik latihan quasy
Hospitalized Abd Elbaky, kelompok dari pernapasan dengan
pursed lip eksperimen
Patients Naglaa Ahmed pengambilan ruang rawat kelompok kontrol
Ahmed, Sahar sampel: inap (kontrol breathing dalam meningkatkan − Menggunakan
Hamza Taha dan intervensi) kualitas tidur. latihan
Dengan cara:
Moursy. (2020) Purposive masing-masin g pernapasan
sampling menarik (Pursed Lip
38 pasien napas Breathing dan
setiap melalui Diaphragm
kelompok; hidung Breathing) yang
sambil mudah dilakukan
2 kelompok
dari ruang menghitung − Prosedur
ICU Medical 1 sampai 2. penelitian
(kontrol dan sedangkan dijelaskan
intervensi) Peneliti dengan baik
masing-masing mengamati
38 pasien otot perut Kelemahan :
setiap bergerak
− Metode
kelompok. keluar saat
penelitian non
udara masuk
Kriteria ke dalam RCT
inklusi : paru-paru. −Artikel berasal
Kemudian
dari jurnal yang
1. Pasien pasien belum terindeks
dewasa diinstruksika Scopus:
sadar n untuk American
2. Pasien membuang Journal of
dengan napas Nursing Science.
jenis melalui bibir Special Issue:
kelamin Evidence Based
yang
baik laki- Nursing. Vol. 9,
mengerucut No. 4, pp. 267-
laki (seperti 275. doi:
maupun seolah-olah 10.11648/j.ajns.2
perempuan bersiul atau 0200904.28
3. Pasien meniup lilin)
Medikal Namun penerbit
4. Pasien 2.Latihan artikel: Science
rawat inap pernafasan Publishing
baik di diafragma Group terindeks
ruang Scopus.
perawatan : posisi duduk
maupun di dengan lutut
ICU ditekuk, dengan
Medikal bahu dalam
dengan keadaan rileks
waktu inap
Tangan
lebih dari
diletakkan
2x24 jam
diatas dada;
di RS
satu tangan lain
diletakkan
Kriteria ekslusi: dibawah tulang
1. Pasien yang rusuk. Ini akan
terhubung memungkinkan
dengan pasien
ventilasi merasakan
mekanis diafragma
2. Pasien bergerak saat
dengan bernapas,
tingkat Kencangkan
kesadaran : otot perut dan
Koma membiarkan
3. Pasien otot turun ke
sedang dalam saat
diberikan pasein
program mengeluarkan
regimen napas melalui
sedasi/ bibir yang
anastesi mengerucut
4. Pasien cacat
mental Sesi Latihan :
5. Pasien pernapasan ini
menolak dilakukan 10x
berpartisipas dalam waktu 1
i dalam jam dengan
penelitian jeda beberapa
detik
1.
diantaranya.

Diulangi tiap 3
jam dalam
sehari.

Dengan lama
latihan selama
3 hari berturut-
turut.

Evaluasi
kualitas tidur
diukur dengan
PSQI

2.4 Artikel Pendukung

No Judul Penelitian Penelitian (tahun) Metode Jumlah dan Intervensi Hasil Kekuatan dan
Penelitian Kriteria Kelemahan
Responden

1. Effects of Cavalcante-Leão, B. Systematic 6 studi; Latihan Pada masing-masing Kekuatan


respiratory L., de Araujo, C. review pernapasan studi dijelaskan:
Kriteria eligible: −Metode
training on M., Ravazzi, G. C.,
penelitian meta
obstructive sleep Basso, I. B., dan P=Responden
Kuesioner
- kualitas tidur
1. Studi oleh
analysis
apnea Herkenrath S.D, et
Guariza-Filho, O., Meta analysis Dewasa dengan yang digunakan
Taveira, K. V. M., al melakukan −Artikel dengan
OSA tingkat adalah ESS dan
Santos, R. S., studi RCT dengan sumber jurnal
ringan hingga PSQI
Stechman-Neto, J., 11 pasien dan Sleep and
sedang
& Zeigelboim, B. S. sampel akhir 9 Breathing
orang dengan dengan indeks
(2022). I=Intervensi – scopus ranking
breathing apnea ringan Q1
exercises hingga moderate. Menggunakan
Subjek: Laki-laki intervensi
C=Comparison – dengan usia rata- latihan
Compared to no rata 52 ±10,8 pernapasan
breathing tahun. Intervensi
exercises pada −Kualitas tidur
dengan latihan
pasien dewasa (> inspirasi dan diukur dengan
18 years) dengan ekspirasi PSQI, yang
OSA tingkat menggunakan alat sudah tersedia
ringan hingga SpiroTiger® dalam bentuk
sedang selama 5 minggu, versi Indonesia
5 kali dalam −Latihan
O=Outcomes – seminggu. Indeks
Kualitas tidur pernapasan
Apnea-Hypopnea,
meningkat (sleep mudah
suara snoring,
quality indexes), dilakukan
kualitas hidup
improved apnea- melalui instrument −Salah satu
hypopnea indexes SF-36 dan data referensi terapi
(AHI) polysomnography non-
dievaluasi. farmakologis
S=Study type–
Randomized,
Indeks Apnea- Kelemahan
pseudo-
Hypopnea/ Apnea
randomized, and − OSA perlu
Hypopnea Index
non-randomized ditegakkan
(AHI) dan snoring
clinical trials diagnosa
tidak ada
melalui alat
Kriteria inklusi : perubahan Polysomnogra
signifikan; phy
- Usia 18 tahun
− Perlu didukung
atau lebih sedangkan QoL
dengan OSA meningkat jurnal sebagai
ringan sampai signifikan petunjuk
sedang prosedur
1. Kuo YC et al tindakan
menggunakan
menunjukkan penerapan
pemeriksaan
penelitian RCT latihan
polysomnograp
menggunakan pernapasan
hy sebagai alat
pernapasan (breathing
diagnostic dan
ekpiratori exercise) pada
menjalani
(selama 5 studi tunggal.
latihan
minggu 5 hari
pernapasan
dalam seminggu)
(ekspirasi,inspir
dengan jumlah
asi, atau
pasein 29 dengan
keduanya) tanpa
apnea; akan
mempertimbang
tetapi 25
kan waktu
memenuhi
latihan dan
protocol
follow up.
intervensi, 13
Tidak ada
dalam grup
restriksi dengan
EMST (44,4
waktu dan bahasa ±2,9 tahun) dan
publikasi 12 (48,0± 3,1
tahun) dalam
kelompok
kontrol. Hasil
evaluasi
diantaranya
tekanan
ekspiratori
maksimal, AHI,
ESS dan PSQI
dan
polysomnograph
. Indeks AHI
menurun sampai
68%, tekanan
ekspirasi
meningkat
sampai 68%,
Indeks PSQI
menurun sampai
28% dalam sub
grup pasien
dengan apnea
moderate, pada
mild apnea tidak
menunjukkan
perubahan.
3. Lin H.C., et al
melaksanakan
studi RCT
dengan 35
responden
dengan hanya 22
subject (18 laki-
laki dan 4
perempuan)
yang memenuhi
studi. Responden
dibagi menjadi
16 dalam
kelompok
intervensi (47,9
±12,2) dan 6
dalam kelompok
kontrol (56,2
±11,5). Index
dievaluasi
dengan AHI,
ESS/ Epworth
Sleepiness Scale,
PSQI, FVC dan
polysomnograph
.
Terapi yang
digunakan
latihan
pernapasan
inspirasi
menggunakan
ambang batas
selama 5 hari
dalam seminggu
selama 12
minggu. Latihan
pernapasan
inspirasi
memperbaiki
32,8% dalam
indeks AHI dan
19,8% dalam
skor ESS pada
kelompok
intervensi
dibandingkan
kelompok
kontrol.
4. Puhan M.A et al
menjalankan
RCT dengan 25
pasien yang
dilaporkan
snoring
(mendengkur)
dan AHI antara
15-30.
Responden
dibgai menjadi
kelompok
intervensi (14)
dan kelompok
kontrol (11).
Terapi yang
dilaksanakan
(selama 4 bulan)
menggunakan
instrument music
Didgeridoo,
yang pada
dasarnya
menunjukkan
latihan
pernapasan
ekspirasi .
Indeks
pengukuran
menggunakan
ESS, AHI, PSQI,
SF-36 dan
polysomnograph
y. Tidak ada
perbedaan pada
kualitas tidur
antara kedua
kelompok, tetapi
index AHI
menurun sampai
6,1 dalam
kelompok
intervensi
dibandingkan
dengan grup non
intervensi.
5. Souza A.K.F et
al menjalankan
studi dengan
metode RCT
pada 16 pasien
menggunakan
latihan
pernapasan
inspirasi dan
Powerbreath
dengan protocol
selama 12
minggu, 7 hari
dalam seminggu,
2 kali per hari.
Ada 8 responden
dalam kelompok
intervensi dan 8
responden dalam
kelompok
placebo.
Indeks
pengukuran
menggunakan
ESS, PSQI, MIP,
TLC, AHI, dan
polysomnograph
y. Tidak ada
perbedaan
indeks yang
terkait dengan
fungsi paru dan
kekuatan otot
pernapasan.
Terdapat
improvement
pada indeks
PSQI.
6. Vranish et al
menjalankan
studi RCT dan
memberikan
intervensi pada
kelompok yang
terdiri 24 orang
dewasa ( 12
kelompok
intervensi dan 12
kelompok
kontrol)
menggunakan
Power breath
dengan protocol
30 kali latihan
pernapasan
setiap hari
selama 6
minggu.
Evaluasi diukur
dengan
parameter AHI,
PSQI,
polysomnograph
y dan
kardiovaskular).
Subject yang
menjalani
intervensi
memiliki
outcome reduksi
tekanan sistolik
dan diastolic dan
peningkatan
kualitas tidur
(diukur dengan
PSQI), tetapi ini
tidak secara
langsung
mempengaruhi
indeks apnea dan
hypopnea.

Mayoritas studi
memiliki responden
dengan jenis
kelamin laki-laki
akan tetapi
perkiraan sampel
dalam literature
tidak dibedakan
berdasarkan jenis
kelamin, yang
merupakan faktor
confounding yang
tidak dikontrol
dalam studi.

Hasil sintesa

Outcome dievaluasi
secata kuatitatif
dengan analisis
meta- analytic:
AHI,ESS,PSQI.
Subgrup yang
dievaluasi dalam
outcome yang
terkait adalah
kombinas latihan
pernapasan
kombinasi
(ekspirasi dan
inspirasi), latihan
inspirasi,dan latihan
ekspirasi.

Nilai indeks PSQI


mengalami
penurunan yang
signifikan melalui
analisa subgroup.
2. The effect of Doi, S. K., Isumi, A., 67 pasien rawat Kelompok Terdapat penurunan
Yamaoka, Y., Randomized jalan di klinik intervensi nilai PSQI signifikan Kekuatan:
breathing
Shakagori, S., controlled trial obstetri diberikan pada kelompok
relaxation to Yamazaki, J., Ito, K., ginekologi. dan latihan intervensi 1. Studi
Shiomi, M., Sumioka, pernapasan
improve poor klinik dibandingkan pada menggunakan
H., & Fujiwara, T. selama 3 menit desain quasi
sleep quality in psikosomatik sebelum tidur kelompok kontrol
(2023). eksprerimen
dengan
adults using a dibagi 2:
memeluk
huggable human- kelompok Hugvie 2. Pengumpulan
(Hugable pasien dengan
shaped device: a kelompok
humanshaped teknik
randomized kontrol: 38 device) randomized
controlled trial. kelompok controlled trial
Kemudian
intervensi:29
pasien 3. Teknik deep
Kriteria inklusi: mendengarkan breathing pada
instruksi untuk intervensi dapat
- Pasein dengan bernapas mudah
kualitas tidur melalui dilakukan
yang buruk smartphone
- Usia 20-64 dengan 4. Prosedur
tahun inspirasi selam penelitian
- Memiliki 3 detik, tahan dijelaskan
gawai/ napas 1 detik, dengan baik
smartphone ekpirasi 4 detik
- Dapat 5. Artikel
menggunakan Kelompok terindeks
bahasa Jepang kontrol Scopus
diberikan terapi
Kriteria ekslusi:
standar sesuai
1. Paien
memiliki pnyakitnya Kelemahan:
gangguan
psikiatri parah Kuesioner yang 1. Membutuhan
seperti depresi digunakan: alat tambahan
atau ansietas yaitu Hugvie
yang telah - PSQI
didiagnosis
dokter

2. Pasien
menggunakan
obat-obatan
antipsikotik
untuk
Schizoprenia
atau bipolar

3. Deep Breathing Pradhan, R., Quasi Jumlah responden Kelompok Terdapat penurunan Kekuatan:
Exercise And Pahantasingh, S., & experimental :60 intervensi nilai PSQI yang
Dey, D. (2020). studi diberikan signifikan pada 1. Studi
Quality Of Sleep: Kelompok latihan kelompok intervensi menggunakan
An Experimental Randomized kontrol:30 pernapasan dibandingkan pada desain quasi
controlled trial dalam (deep kelompok kontrol eksprerimen
Study Among
Kelompok breathing)
Geriatrics.
intervensi:30 2. Pengumpulan
Kelompok
pasien dengan
Kriteria inklusi: kontrol
teknik
diberikan
- Pasein randomized
latihan
kelompok controlled trial
pernapasan
geriatri, usia
lebih dari 60 kontrol 3. Teknik deep
tahun breathing pada
- Mampu Kuesioner yang intervensi dapat
komunikasi digunakan: mudah
- Mampu baca dilakukan
tulis - PSQI
- Tidak 4. Artikel
tergamggu terindeks
dalam kondisi Scopus
mental,
pendengaran Kelemahan:
dan penglihatan
Tidak
- Bersedia
dijelaskan
menjadi
prosedur
responden
intervensi
Kriteria ekslusi: dalam
penelitian
- Pasein tidak
bersedia
menjadi
responden
- Pasien
memiliki
gangguan
mental,
pendengaran
danpenglihatan
4. An experimental Swain, Urmila. Quasi Jumlah responden Kelompok Terdapat perbedaan Kekuatan:
(2023). experimental :60 intervensi signifikan dalam
study on effect of
studi diberikan perbaikan kualitas 1. Studi
deep breathing Kelompok latihan tidur berdasarkan menggunakan
Randomized kontrol:30 pernapasan PSQI pada kelompok desain quasi
exercise in
controlled trial dalam (deep intervensi eksprerimen
promoting quality Kelompok breathing dibandingkan
intervensi:30 exercise) kelompok kontrol
of sleep among 2. Pengumpulan
Dengan 4
geriatrics those pasien dengan
Kriteria inklusi: tahap:
1. Menarik teknik
are staying in a randomized
- Pasein napas dalam
selected old age kelompok dengan controlled trial
geriatri, usia menutup
home,
salah satu 3. Prosedur
60-80 tahun
Bhubaneswar, lubang penelitian
Kriteria ekslusi: hidung,
Odisha. dijelaskan
menghembu
dengan baik
- Pasein tidak skan napas
bersedia dengan
lubang Kelemahan:
menjadi
hidung yang
responden sebelumnya Kelompok
ditutup geriartri yang
dilakukan menjadi target
masin-masin sampel
5 kali penelitian tidak
2. Menarik
banyak
napas dalam
dari mulut ditemukan pada
dan pasien rawat
mengeluarka inap dengan
n dari mulut kasus HIV/
3. Menarik
napas/ AIDS di RS
inspirasi dari
hidung,
kemudian
mendekatan
dagu ke
dada
kemudian
ekspirasi
melalui
hidung dan
mengembali
kan posisi
dagu
kesemula
4. Fase terakhir
ini memiliki
empat sub
langkah di
mana pasien
melakukan
hal yang sama
sebanyak lima
kali di setiap
arah: ke atas,
ke bawah, ke
samping kiri,
dan ke
samping
kanan.
Latihan
pernapasan
berlangsung
rata-rata 5,30
menit.

Kelompok
kontrol :
control
breathing

Kuesioner yang
digunakan:

- PSQI

5. The effects of Lin, H. C., Chiang, L. Randomized Pasien yang TIMT dilatih 1 Kelompok pasien Kekuatan :
threshold L., Ong, J. H., Tsai, controlled trial didiagnosa OSA kali seminggu di intervensi TIMT yang
inspiratory muscle K. ling, Hung, C. H., pada Departemen RS, dan 4 hari memiliki obstructive
− Metode
training in patients & Lin, C. Y. (2020). Otolaryngology di per minggu di sleep apnea tingkat
with obstructive RS Tainan rumah moderate- severe penelitian
sleep apnea: a memiliki day time Randomized
randomized Kelompok Sebelum sleepiness yang kurang; controlled trial/
experimental study intervensi: dilatihkan TIMT memiliki fungsi RCT
di RS, nilai pulmonary dan AHI
16 orang pasien − Jurnal penelitian
PFT , tes fungsi yang lebih baik dan;
dengan OSA otot inspirasi dan Sleep and
tingkat moderate RPE didapat Kelompok dengan OSA Breathing
sampai severe terlebih dulu. tingkat moderate terindeks
diberikan intervensi memiliki nilai AHI Scopus dengan
threshold Fisioterapis yang lebih baik secara rangking Q1
inspiratory muscle mengajarkan signifikan − Menggunakan
training; pasien untuk dibandingkan pada
melakukan latihan
pasien dengan OSA pernapasan
latihan derajat berat (severe). inspirasi yang
pernapasan menggunakan
Kelompok kontrol: diafragma Skor AHI awal pada latihan
dengan kelompok kontrol pernapasan
6 orang pasien dikombinasi secara signifikan (P = diafragma
sebagai kontrol dengan alat 0,003) lebih tinggi sebagai dasar
TIMT di RS. dibandingkan pada latihan
kelompok TIMT.
Selama latihan, Namun, pada kelompok − PSQI sebagai
pasien TIMT, skor AHI awal alat ukur
diinstruksi untuk tidak berbeda secara kualitas tidur
mempertahankan signifikan antara pasien
− Salah satu
pernapasan kelompok responden
diafragma antara dan kelompok non- referensi terapi
15-20 kali responden. Setelah non-
pernapasan/ intervensi 12 minggu, farmakologis
menit. penurunan rata-rata dan minimal
skor AHI tidak invasif
Sesi latihan signifikan yaitu 3,50 ±
dipantau dengan 6,2 jam dan 6,0 ±
telepon tiap 21,8% pada kelompok
minggu untuk Kelemahan
TIMT.
memonitor
progress dan Namun, pengurangan - Menggunakan
kepatuhan kelompok responden device/ alat
latihan. secara signifikan lebih bantu yang
Informasi dalam besar dibandingkan disebut
diary diberikan bahwa pada kelompok Treshold
pada fisioterapis kontrol (P= 0,002). Inspiratory
dievaluasi oleh Demikian pula Muscle Training
teknisi yang peningkatan skor ESS - Nilai indeks
mengukur tidur yang signifikan pada AHI (Apnea
pada akhir kelompok TIMT 20,2 ± Hypopnea) pada
program. 2,2%. Peningkatan AHI kelompok
dan ESS pada kontrol lebih
Kuesioneruntuk kelompok responden rendah
mengukur TIMT signifikan dibandingkan
kualitas tidur (P<0,05) masing- dengan
yaitu PSQI, masing sebesar 32,8% kelompok
sedangkan dan 19,8%. Penilaian intervensi,
kuesioner untuk PFT menunjukkan skor sehingga
mengukur pasca intervensi yang menghasilkan
kantuk pada jauh lebih tinggi untuk nilai bias
siang hari pasien kelompok - Populasi/
(daytime TIMT, masing-masing sampel pada
sleepiness) yaitu sebesar 7,2% dan 9,1% pasien
ESS
Sebuah penelitian
mengatakan bahwa otot
pernapasan selama 16
minggu

Program pelatihan
menggunakan
didgeridoo secara
signifikan mengurangi
rasa kantuk di siang
hari, namun tidak
mengurangi apnea tidur
secara signifikan.
Penelitian lain
melaporkan bahwa
pelatihan kekuatan otot
ekspirasi selama 5
minggu mengurangi
skor AHI lebih banyak
pada pasien dengan
OSA tingkat moderate
dibandingkan pasien
dengan OSA mild,
namun hal ini tidak
memperbaiki skor ESS.
Sebuah uji klinis
lainnya menjelaskan
bahwa, setelah 12
minggu latihan otot
orofaringeal, AHI, dan
rasa kantuk di siang
hari, dan tingkat
keparahan OSA secara
signifikan lebih rendah
pada pasien dengan
OAS sedang. Penelitian
lain melaporkan bahwa
stimulasi
neuromuskular (NMS)
selama 10 minggu
dengan penguatan otot
lingual dan suprahyoid
secara signifikan
mengurangi skor AHI
pada sebagian besar
pasien dengan OSA
mild hingga severe.
6. Effects of the Du, J. (2022). Randomized Jumlah Intervensi pada Kekuatan:
controlled trial responden:120 kelompok Pasien dengan
Combination of - Quasy
kontrol: intervensi, lebih cepat
Continuous Experimental diberikan experiment
study. Kelompok asuhan mencapai tidur (lebih
Nursing Care and - RCT
kontrol:60 keperawatan pendek waktu
Breathing standar post mengantuk) dan lebih - Prosedur
Kelompok op kanker lama tidur.
Exercises on dijelaskan
intervensi:60 paru
Respiratory dengan baik
Function, Self- Kriteria inklusi: Intervensi pada Kekurangan:
kelompok
Efficacy, and - Pasien dengan intervensi: - Jumlah sampel
kanker paru Diberikan
Sleep Disorders sedikit.
post operasi - latihan
in Patients with pernapasan - Menggunakan
- Prognosa
(breathing
Lung Cancer dengan harapan exercise) 15 kuisioner intern
Discharged from hidup > 12 menit 3-4 x rumah sakit
bulan sehari
Hospital. menilai kualitas
- Pasien dengan - pain
stadiun kanker management tidur
paru < 2 - exercise and
- Pasien kanker psikological
care
paru tanpa
- perawatan
metastase standar post
limfonodi op kanker
mediastinal paru
- Fungsi kognitif
baik
- Rehabilitasi Kuesioner :
dan koordinasi Pengukuran
internal
gerakan latihan
rumah sakit
baik dalam menilai
Kriteria ekslusi: kualitas tidur

- Pasien dengan
infeksi paru,
TB, COPD
- Pasien dengan
penyakit ekstra
pulmonal
sistemik
- Pasien dengan
gagal/ hilang
dari follow up

7. The effects of Atilgan, E. D., & Randomized 43 ibu dengan Kelompok Kualitas tidur dan Kelebihan:
breathing Tuncer, A. (2021). controlled trial. nyeri punggung intervensi tingkat kecemasan
exercises in bawah non diberikan (STAI-State dan - Journal of Back
mothers of STAI-Trait) setelah and
spesifik (NLBP) Latihan
children with Musculoskeletal
special health dibagi menjadi stabilisasi latihan terlihat
Rehabilitation
care need kelompok dengan latihan meningkat secara terindeks
eksperimen pernapasan 3 signifikan pada Scopus dengan
(n=23)dan kontrol kali seminggu kelompok BSET (p ranking Q2
(n= 20). selama 8 <0,05) - Metode
minggu penelitian RCT
Kriteri inklusi: - Intervensi yang
Kelompok dilakukan
- Ibu merupakan latihan
kontrol
perawat utama pernapasan
diberikan
(primer) dari latihan (pursed lip
anak breathing dan
stabilisasi yang pernafasan)
- Menderita LBP sama selama dengan disertai
selama kurang
lebih 3 bulan latihan
- penelitian stabilisasi tulang
belakang
Tes instability lumbar
Keduapositif 3 dari dari 5 item;
kelompok Kelemahan:
- tidak ada dianjurkan Tidak didapatkan
radiculopathy tidak pemeriksaan
atau kerusakan mengganti kualitas tidur
lain seperti latihan dan dengan populasi/
fraktur, aktifitas rutin sampel
pasienHIVAIDS
stenosis, tumor,
Tiap sesi
atau tidak
exercise
menerima
berlangsung
fisioterapi
kuran lebih 60
selama
meniti,dan
penelitian atau
dilakukan 3
selama kurang
hari per
lebih 6 bulan minggu selama
sebelum 8 minggu.
penelitian
- memiliki Semua ibu
autonomi memperlihatka
fisikyang n latihan
adekuat untuk stretching
berpartisipasi pemanasan 15
dalam aktifitas menit sebelum
fisikyang latihan inti dan
dibutuhkan 10 menit
dalam study latihan
- bersediamengik
uti penelitian pendinginan
secara suka pada akhir sesi.
rela’
- Keikutsertaan Latihan
penuh (tidak pernapasan
drop out) terdiri dari
pernapasan
Kriteria ekslusi pursed lip
breathing dan
-Ibu yang pernapasan
menggunakan diafragma
obat
antidepressan Sedangkan
dan atau latihan
menjalani stabilisasi
psikoterapi terdiri dari
-Menjalani latihan
operasi dalam 3 abdomen
bulan terakhir; diantaranya
-Ibu sedang posisi
hamil kuadrisep,
-Ibu didiagnosa pronasi, dan
mengalami posisi
gangguan layinghook
sistem dengan pasien
muskuloskeleta supinasi , fleksi
l panggul dan
Selama periode lutut, dengan
studi kaki menapak
-Partisipasi
dalam program dengan
kurang dari permukaan.
80%
Evaluasi
kualitas tidur
dengan PSQI

Sedangkan
tingkat fatigue
diukur dengan
Fatigue
Severity
Scale(FSS).

8. Effect of El-saidy, T. M. K., Quasy 105 pasien COPD Intervensi Ada perbedaan yang Kelebihan :
Combining Gazar, Z., Alagamy, experiment study baik yang dirawat berupa latihan signifikan skor
Diaphragmatic A., & Sayed, M. A. maupun yang pernapasan dyspnea , respiratory −Metode
and Pursed Lips (2019). Teknik kontrol di unit diaphragm rate, SaO2, CT scale
Breathing pengambilan penelitian quasy
Exercises on rawat jalan di RS breathing dan score dan frekuensi
sampel: eskperimen
Clinical Jantung Al pursed lip nadi (P<0,001)pre
Outcomes of Mahalla El breathing dan post setelah −Jumlah sampel
Elderly Patients Purposive Gharbiya diberikan latihan yang banyak
with Chronic sampling Governorate -Peneliti pernapasan.
Obstructive menggunakan −Menggunakan
Egypt merupakan
Pulmonary manual booklet latihan
kelompok
Disease. diberikan setiap pernapasan
intervensi
pasien untuk
Kriteria inklusi : menjelaskan Kekurangan:
teknik latihan
- Pasien usia pernapasan. - Responden
>=60 tahun bukan pasien
- Pasien dengan Metode edukasi HIV AIDS
PPOK/ COPD diantaranya - Outcome tidak
yang stabil role –plauing, pada nilai
- Pasien sadar demonstrasi kualitas tidur
dan setuju dan re-
berpartisipasi demonstrasi
dalam untuk
penelitian menjamin
performance
Kriteria ekslusi: teknik yang
- Riwayat benar.
eksaserbasi
dalam 4 Peneliti juga
minggu terakhir menginstruksik
- Terdapat an pentingnya
kebutuhan nutrisi yang
terapi Oksigen sehat dan
di rumah menghindari
merokok.

Peneliti
mengingatkan
per telpon
setiap 3 hari
sekali agar
pasien tetap
melaksanakan
latihan
pernapasan di
rumah.

Penelitian
dilakukan
selama 4 bula

Kuesioner yang
digunakan
adalah COPD
assessment
Test (CAT) dan
Dyspnea 12

9. A study to Rashmi J, Leeba B. Quasy 50 responden, Breathing Kekuatan:


assess the 2017. experimental tanpa grup exercise Ada perbedaan
kontrol. (pursed lip signifikan dalam RCT
effectiveness of Purposive breathing dan perbaikan kualitas Jumlah sample
breathing sampling Pasien dari rawat diaphragmatic tidur berdasarkan
inap (bangsal breathing) 2x PSQI pada pre test dengan intervensi
exercises on the
medical, medical- sehari selama 5 dan post test. cukup
quality of sleep
surgikal, surgical) hari berturut Menggunakan
among patients
turut. Evaluasi Latihan
with dyspnoea in dengan poor sleep
kualitas tidur pernapasan.
quality quality.
a selected menggunakan
Kriteria Inklusi: PSQI Prosedur
Hospital,
(Modified penelitian
Bangalore
Usia 50-80 tahun Pittsburgh dijelaskan dengan
dengan sesak Sleep Quality jelas
Index).
Sesak dinilai Penilaian post Kekurangan:
dengan Modified dilakukan pada
Borg Dyspnoea hari ke 4 dan Satu grup pre-post
Scale skala 3 (dari ke 6 setelah test design.
maksimal 10) atau intervensi
lebih. diberikan
Sleep quality
dengan PSQI
(Modified
Pittsburgh Sleep
Quality Index).

Kriteria eksklusi:

Menolak
berpartisipasi
dalam penelitian.
BAB III

TELAAH KRITIS

3.1 Deskripsi Artikel


Artikel berjudul “The Effectiveness of Using Breathing Exercise on Sleep
Quality Among Hospitalized Patients” dengan penulis Fadl Abd El Khalik, E.,
Mohammad Abd Elbaky, M., Ahmed Ahmed, N., & Hamza Taha Moursy, S. (2020)
yang dipublikasikan pada jurnal American Journal of Nursing Science, 9(4), 272
dengan penerbit Science Publishing Group dipilih sebagai bahan evidence based
nursing. Pemilihan artikel ini dilandaskan sesuai kebutuhan dalam menjawab
pertanyaan klinis yang didapatkan dalam rumusan masalah yaitu bagaimana
mengidentifikasi keefektifan latihan pernapasan dalam terhadap kualitas tidur.
Karakteristik intervensi yang akan diberikan mudah, efisien, dan sederhana.
Penelitian Fadl Abd El Khalik.et al, (2020) dilakukan dengan metode quasi
eksperimen, diperoleh hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dengan latihan pernapasan dalam meningkatkan
kualitas tidur. Sampel dari penelitian adalah pasien yang dirawat inap dengan
penyakit non bedah (medik), yang dijelaskan terdiri dari penyakit kasus jantung
paru, infeksi, gastrointestinal, hematologi dan penyakit lainnya. Artikel penelitian
ini merupakan intervensi yang tidak khusus diperuntukkan pada pasien HIV AIDS.
Saat ini, proses penyakit HIV AIDS yang kronis menyebabkan berbagai
keluhan kesehatan. Gangguan tidur merupakan salah satu kondisi yang dialami oleh
sebagian besar kasus pada PLWH (People Living with HIV AIDS). Masalah kualitas
tidur yang buruk akan menyebabkan penurunan kognitif, imunitas, dan produktifitas.
Latihan pernapasan dalam dengan pursed lip breathing dan pernapasan diafragma
sebanyak 10 kali dalam 1 sesi (1 jam) dengan jeda beberapa detik, dilakukan tiap 3
jam dalam 1 hari dan dilakukan selama 3 hari berturut-turut merupakan intervensi
nonfarmakologis dalam membantu pasien meningkatkan kualitas tidur saat
menjalani rawat inap. Selanjutnya ini dapat menjadi rekomendasi yang dapat
diterapkan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas pada kasus pasien dengan
HIV AIDS. Peneliti juga perlu mengidentifikasi masalah psikososial dan
menambahkan edukasi melalui media pembelajaran supaya pasien dapat lebih
mudah memahami teknik prosedur selama latihan pernapasan.
3.2 Matriks telaah kritis
Penelitian dengan judul “The Effectiveness of Using Breathing Exercise on Sleep Quality
Among Hospitalized Patients” ditulis oleh Fadl Abd El Khalik, E., Mohammad Abd
Elbaky, M., Ahmed Ahmed, N., & Hamza Taha Moursy, S. (2020) dengan tujuan
memberikan latihan pernapasan untuk meningkatkan kualitas tidur. Peneliti menilai hasil
dari evidence based nursing ini dapat dimanfaatkan sebagai upaya pendekatan dalam
intervensi pada diagnosa kepeawatan gangguan pola tidur. Telaah kritis pada artikel
penelitian disusun berdasarkan Criitical Appraisal Skill Program (CASP) sehingga
dapat digunakan sebagai pedoman bagi perawat dalam pelayanan keperawatan di rumah
sakit. Akurasi, manfaat dan keamanan prosedur tindakan perlu dinilai dari segi
kesahihannya untuk menjamin hasil optimal dan mencegah masalah terhadap
keselamatan pasien. Selanjutnya menjadi justifikasi bahwa prosedur memberikan
manfaat, tanpa memberikan resiko referensi diatas :
Judul The Effectiveness of Using Breathing Exercise on Sleep
Quality Among Hospitalized Patients”
Penulis Fadl Abd El Khalik, E., Mohammad Abd Elbaky, M.,
Ahmed Ahmed, N., & Hamza Taha Moursy, S
Jurnal American Journal of Nursing Science

https://doi.org/10.11648/j.ajns.20200904.28

No. Point review Yes/ No Keterangan

Section A: Are the results of the review valid ?

1 Did the research Yes Desain penelitian


address a clearly menggunakan quasi
focused issue? eksperimen dengan bentuk
Consider: rancangan two-group pre test
Was the study post test yang tepat digunakan
designed to assess sebagai tujuan penelitian untuk
the outcomes of menjawab masalah penelitian
an intervention? untuk meningkatkan kualitas
Is the research tidur dengan latihan
question pernafasan.
“focused”in terms Pertanyaan penelitan juga telah
of: fokus :
- Population P: Pasien yang menjalani rawat
studied inap
- Intervention I: Latihan pernapasan
given (breathing exercise)
- Comparator C: Pre dan post test intervensi
choosen pada kelompok kontrol dan
- Outcome kelompok intervensi
measured O: Meningkatkan kualitas tidur

2 Was the Tidak Teknik yang digunakan adalah


assignment of randomized controlled trial
patients to
treatments
randomised?
3 Were all of the Yes Penelitian ini menghitung
patients who semua pasien yang masuk
entered the trial dalam kriteria inklusi sebagai
properly sample size, tidak dijelaskan
accounted for at terdapat responden yang drop
its conclusion? out.
4 Were patients, Tidak Penelitian ini memberikan
health workers informasi dan edukasi terkait
and study intervensi pada kelompok
personnel ‘blind’ intervensi
to treatment?
Anggota peneliti yang
Were the melakukan intervensi pada
investigators pasien yang telah menjalani
‘blind’ to the rawat inap >24 jam
intervention they
were giving to Peneliti mengkaji dan
participants? menganalisis data PSQI
sebagai outcome kualitas tidur
Were the people pada responden
2.1. Penjelasan telaah kritis
1. Validitas
Penelitian ini menggunakan instrumen yang telah diuji validitas dari para
ahli bidang keperawatan dan kedokteran. Studi pendahuluan dilakukan pada
10% (15 orang) pasien untuk menguji kelayakan studi dengan penerapan alat
yang akan digunakan tanpa modifikasi.
2. Kebermaknaan
Penelitian ini menguji perbedaan nilai p value masing masing outcome
yaitu, p value: <0,05 diterima secara signifikan secara statistik.
Aplikasi software dengan SPSS versi 20, SPSS Inc, Chicago, Illinois, USA
digunakan untuk mengevaluasi data dengan sajian mean±SD dan tabel
frekuensi. Korelasi antara kualitas tidur dan variabel lain ditentukan dengan
menggunakan analisis koefisien korelasi product Pearson. Ada perbedaan
yang signifikan secara statistik antara kelompok kontrol dan intevensi
setelah dilakukan latihan pernapasan dalam dengan di ruang rawat inap
Medikal dan ICU Medikal dengan p value p=0.001 dan p=0,000.

2.2. Kerangka konsep


Menurut Notoatmodjo (20120, kerangka konsep merupakan penjelasan secara visual
akan hubungan antara konsep atau variabel satu dengan yang lainnya yang diamati dan
diukur melalui penelitian. Variabel dalam artikel penelitian terdiri dari variabel
dependen dan independen:
Variabel independen: latihan pernapasan
Variabel dependen: kualitas tidur
Kerangka konsep yang dirumuskan dalam penerapan EBN sebagai berikut :

Variabel dependent Variabel Variabel dependent


pre-test independent post -test

Kualitas tidur Latihan pernapasan Kualitas tidur


Patoflow Gangguan Tidur pada Pasien HIV AIDS

Penjelasan:
HIV dapat mengganggu homeostasis tidur melalui dua mekanisme utama: efek langsung
dari respons imunologi terhadap virus, dan efek neurotoksik tidak langsung sebagai
konsekuensi dari respons imunopatologis pada SSP. Pada tahap awal infeksi, gangguan
tidur kemungkinan besar disebabkan oleh respons imunologis akut terhadap virus, yang
mengakibatkan durasi tidur lebih lama, namun tidur lebih terfragmentasi dan kelelahan
di siang hari. Setelah serokonversi, ekspresi sitokin pengatur tidur dan modulasi yang
persisten akibat aktivasi imun dapat mengganggu regulasi tidur homeostatis. Hal ini
dapat mengakibatkan timbulnya berbagai gangguan tidur, termasuk insomnia, OSA, dan
kualitas tidur yang buruk. Meskipun ART telah berhasil mengurangi dampak ini dan
dampak lain dari infeksi HIV, jumlah CD4+ kembali meningkat keberhasilan penerapan
ART juga dapat berkontribusi pada aktivasi kekebalan yang persisten yang diamati pada
ODHA. Lingkungan imunologi ini tampaknya memfasilitasi perkembangan OSA, yang
pada gilirannya melipatgandakan risiko penyakit penyerta lebih lanjut. Selain itu,
aktivitas kekebalan yang berkelanjutan di SSP dapat menyebabkan disfungsi neuron
dopaminergik , dan menghambat metabolisme glutamat. Hal ini dapat bermanifestasi
sebagai berkurangnya gairah perilaku , bersamaan dengan gangguan tidur karena
perubahan aktivitas glutamat pada saklar tidur hipotalamus. HIV yang tidak terkontrol
dan tidak diobati pada akhirnya dapat menyebabkan degenerasi saraf yang signifikan .
Degenerasi saraf pada area yang terlibat dalam regulasi homeostatis tidur dapat
mengakibatkan gangguan fisiologi tidur–bangun, dengan bukti yang menunjukkan
bahwa gangguan tidur mendahului gejala kognitif HAND. Berdasarkan hal ini,
pengobatan tidur klinis harus memainkan peran yang lebih integral dalam pengelolaan
HIV. Bagi ODHA yang memakai ART, manajemen farmakologis insomnia dan
gangguan tidur terkait harus dilakukan dengan hati–hati karena potensi interaksi obat
dan risiko ketergantungan. Pendekatan non–farmakologis seperti penerapan rutinitas
kebersihan tidur mungkin bermanfaat bagi pasien. Selain itu, sekadar
mengkomunikasikan pentingnya kesehatan tidur kepada ODHA dapat mendorong pasien
untuk mendiskusikan gangguan tidur dengan penyedia layanan primer mereka, dan pada
gilirannya meningkatkan diagnosis dan pengobatan gangguan tidur pada ODHA.
Gangguan tidur pada HIV dapat melemahkan dan berdampak signifikan terhadap
kualitas hidup. Meskipun tinjauan ini mengkaji kemungkinan etiologi , sebagian besar
tinjauan ini masih bersifat teoritis karena pentingnya kesehatan masyarakat dan
peningkatan harapan hidup pasien HIV, penelitian lebih lanjut mengenai dampak
aktivasi kekebalan kronis pada fisiologi tidur–bangun pada ODHA sangat penting.
Adanya infeksi HIV pada fase akut akan memicu peningkatan sitokin akut (IL-1, IL6)
dimana sebagai contoh IL-1 akan menjadi zat pirogenik yang meicu demam, yang
kemudian akan menyebabkan fragmentasi NREMS menjadi lebih tinggi, sehingga
mengganggu. Sitokin inflamasi sendiri juga menyebabkan secara langsung peningkatan
fragmentasi NREM, yang menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas tidur.
Setelah awal infeksi HIV, maka dengan segera terjadi infeksi HIV di Susunan Saraf
Pusat (SSP) meningkatkan sitokin inflamasi yang menyebabkan neurotoksisitas dan
kemudian memicu neurodegeneration. Neurotoksisitas kemudian menyebabkan
metabolism glutamate dan aktivitas dopamine menurun, yang menyebabkan gangguan
stabilitas hypothalamus sleep switch (saklar tidur di hipotalamus), dan menyebabkan
siklus tidur terjaga terganggu, yang kemudian menyebabkan gangguan tidur dan
penurunan kualitas tidur. Neurodegeneration juga menyebabkan penurunan Dopamine,
karena adanya kerusakan sel penghasil dopamine di otak, menyebabkan siklus tidur
terjaga terganggu, yang kemudian menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas
tidur. Selanjutnya saat mencapai fase infeksi kronik, maka sitokin inflamasi meningkat
secara kronik, dan meningkatkan insomnia dan kejadian OSA. Kejadian OSA ini sendiri,
juga memicu peningkatan sitokin inflamasi, yang akhirnya menyebabkan lingkaran setan
(vicious cycle), yang kemudian menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas
tidur. Pada OSA, maka didapatkan peningkatan hipoksia, yang kemudian memicu
peningkatan ROS (Reactive Oxygen Species), dan pada akhirnya meningkatkan sitokin
inflamasi. Pemberian intervensi berupa breathing exercise, memiliki efek dalam
menghambat hipoksia melalui peningkatan lung recruitment, yang akhirnya
meningkatkan penggunaan alveoli dalam pertukaran gas, dan menurunkan dead space
(ruang dalam paru dimana tidak terjadi pertukaran gas), yang pada akhirnya akan
menurunkan hipoksia, dan akhirnya diharapkan akan menurunkan rasa sesak yang
menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas tidur. Efek perbaikan hipoksia
oleh breathing exercise ini, diharapkan akan menghambat pembentukan ROS, yang
kemudian menurunkan sitokin inflamasi, dan akhirnya memperbaiki gangguan tidur dan
kualitas tidur.
BAB IV
RENCANA IMPLEMENTASI

4.1 Pendekatan Teori Evidence Based Nursing


Penelitian efektifitas latihan bernapas untuk meningkatkan kualitas tidur dengan
menerapkan evidence based practice berlandaskan respon perilaku pada mode
aktifitas dan istirahat yang kurang adaptif pada pasien HIV/ AIDS yang menjalani
rawat inap di rumah sakit. Data subyektif dijelaskan terdapat keluhan pasien tidak
dapat beristirahat tidur dengan baik, sulit memulai tidur, periode tidur dengan sering
terbangun pada malam hari, dan kelelahan pada saat bangun tidur pada pagi hari.
Proses fisik pasien dengan penyakit kronis HIV/AIDS dengan penurunan kekebalan
tubuh menyebabkan beberapa keluhan akibat infeksi oportunistik., diantaranya sesak
napas akibat pneumonia, infeksi Tuberculosis, atau peradangan dengan efusi pleura
yang mengganggu fungsi oksigenasi saat pasien sedang tidur. Penelitian sebelumnya
menyebutkan bahwa pada orang dengan HIV/ AIDS dengan CD4 200-499 cells/mm3
memiliki keterkaitan dengan kualitas tidur yang buruk. Proses kimia dalam tubuh
yang terdapat pada penyakit infeksi kronis HIV/ AIDS berdampak pada gangguan
tidur dengan respons imunologis akut terhadap virus pada tahap infeksi awal, yang
mengakibatkan durasi tidur lebih lama, namun tidur lebih terfragmentasi dan
kelelahan di siang hari. Setelah serokonversi, ekspresi sitokin pengatur tidur dan
modulasi yang persisten akibat aktivasi imun dapat mengganggu regulasi homeostatis
tidur. Pendekatan model teori adaptasi Roy menjadi landasan dalam penerapan EBN
pada :

1. Mode Identitas konsep diri


Pasien HIV/ AIDS diteliti memiliki kecemasan yang dapat mempengaruhi kualitas
tidur. Latihan pernapasan dibuktikan dapat menurunkan kecemasan pada kasus
penyakit kronis.

2. Mode fungsi peran

Pasien HIV/ AIDS memerlukan adaptasi terhadap berbagai keluhan fisik akibat
respon inflamasi. Gangguan pola tidur merupakan dampak dari kondisi tersebut yang
dapat menurunkan produktifitas pada siang hari akibat rasa kantuk berlebihan dan
kelelahan akibat menurunnya kualitas tidur pada pasien HIV AIDS.

3. Mode Interpedensi

Sebagian besar pasien HIV/ AIDS yyang ditemui pada saat penelusuran fenomena
EBN di ruangan rawat inap RSUP Fatmawati menjelaskan merasa terganggu tidurnya
karena lingkungan dan kondisi pencahayaan saat petugas kesehatan sedang
mengobservasi atau melakukan tindakan pelayanan kesehatan untuk pasien. Sehingga
pasien terbangun untuk memberikan respon dan berkomunikasi dengan petugas
kesehatan diantaranya perawat, dokter, ahli gizi, dan analis laboratorium yang
berkunjung untuk merawatnya. Sehingga latihan bernapas efektif untuk menurunkan
kecemasan pada pasien selama menjalankan peran yang adaptif selama sakit dan
dirawat di RS.

Model teori Adaptasi Roy menjelaskan bahwa tujuan keperawatan adalah


meningkatkan respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi.
Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping
individu. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal,
kontekstual, dan residual. adaptasi Roy tentang stimulus dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Stimulus fokal

Faktor yang berhubungan dengan gangguan pola tidur pada pasien HIV/ AIDS
diantaranya adanya penyakit kronis HIV/AIDS dan infeksi oportunistik yang
menyertai HIV/AIDS, adanya kecemasan, nilai CD4 200–499 cells/mm3 sehingga
memperburuk pertahanan tubuh terhadap infeksi sekunder. Adanya stigmatisasi,
demam, kecemasan, sleep hygiene menyebabkan kualitas tidur yang buruk selama
dirawat di RS
2. Stimulus kontekstual

Pada pasien HIV/AIDS, menurut penelitian O’Brien et al ( 2022), pasien HIV AIDS
mengalami peningkatan aktivasi sitokin IL-1 dan TNF-α yang menstimulasi respon
pirogenik yang membentuk peningkatan suhu sehingga timbul demam. Keluhan
demam yang menyebabkan fragmentasi NREM yang mengganggu proses tidur pada
pasien. Gangguna tidur terus menerus akan menyebabkan pasien mengalami
gangguan OSA (Obstruktif Sleep Apnea).

3. Stimulus residual

Pasien HIV AIDS yang menjalani perawatan di RS selama lebih dari 24 jam akan
mengalami berbagai gangguan tidur diantaranya maslaah psikososial : ansietas,
kebisingan ruangan, pencahayaan, kebersihan (sleep hygiene).

Dengan demikian proses adaptasi pasien HIV/ AIDS dengan adanya gangguan pola
tidur dapat didukung dengan intervensi latihan pernapasan dalam (pursed lip
breathing dan pernafasan diafragma) untuk membantu meningkatkan kualitas tidur
selama menjalani rawat inap di RSUP Fatmawati dengan penerapan evidence based
practice (EBN).

4.2 Tempat pelaksanaan EBN

Implementasi EBN ini dilaksanakan di ruang rawat inap RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan.

4.3 Waktu pelaksanaan


Tabel 4.1 Waktu Pelaksanaan EBN

No Rincian Kegiatan Waktu Subyek


1 Identifikasi fenomena dan Oktober 2023 Peneliti
artikel penelitian terkait
fenomena tersebut
2 Menyusun proposal dan Oktober 2023 Peneliti, pembimbing
konsul dengan pembimbing
3 Presentasi proposal Oktober 2023 Peneliti, Pembimbing, Ka
Ru, Ka Instalasi,
Perawat
4 Persetujuan penerapan EBN Oktober 2023 Peneliti, Pembimbing,
Perawat
5 Penerapan program EBN Oktober 2023 – Peneliti, Perawat
Nopember 2023
6 Evaluasi hasil dan Nopember 2023 Peneliti, Pembimbing, Ka
penyusunan laporan EBN Ru, Ka Instalasi, Perawat

7 Presentasi hasil Nopember 2023 Peneliti, Pembimbing, Ka


Ru, Ka Instalasi,
Perawat

4.4 Subyek Penerapan EBN

Subjek dalam penerapan EBN ini adalah semua pasien HIV AIDS yang
menjalani rawat inap di ruangan perawatan RSUP Fatmawati.

Dengan kriteria pemilihan responden:

Kriteria inklusi pasien sebagai berikut:

1. Pasien dewasa sadar

2. Pasien dengan jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan

3. Pasien Medikal, dengan diagnosa HIV AIDS

4. Pasien rawat inap baik di ruang perawatan maupun di ICU Medikal dengan
waktu inap lebih dari 1x24 jam di RS.

Sedangkan kriteria ekslusi pasien sebagai berikut:

1. Pasien yang terhubung dengan ventilasi mekanis

2. Pasien dengan tingkat kesadaran : Koma

3. Pasien sedang diberikan program regimen sedasi/ anastesi

4. Pasien cacat mental

5. Pasien menolak berpartisipasi dalam penelitian

4.4 Jumlah pasien


Pasien HIV AIDS yang sedang menjalani perawatan di ruangan pada saat
waktu penerapan EBN menjadi jumlah sampel yang akan dihitung menjadi
kelompok intervensi dan kelompo kontrol.

4.5 Prosedur pelaksanaan


A.Prosedur Intervensi
1. Prosedur administrasi
a. Mengidentifikasi fenomena yang ditemukan selama melaksanakan
proses residensi di RSUP Fatmawati
b. Melakukan penelusuran jurnal dengan menggunakan database
elektronik dan memilih artikel yang relevan dengan fenomena dan
rumusan PICO yang telah ditetapkan kemudian melakukan kritisi jurnal
c. Melakukan proses pembimbingan dengan pembimbing
d. Menyusun proposal berdasarkan fenomena yang ditemukan
e. Mengajukan dan mempresentasikan proposal EBN kepada unit terkait
tempat dilaksanakan EBN
f. Melakukan koordinasi dengan unit tempat dilakukan EBN untuk
penetapan pasien, waktu pelaksanaan EBN
g. Mempersiapkan prosedur pelaksanaan intervensi latihan pernapasan
h. Mempersiapkan kuesioner yang harus diisi oleh responden
i. Langkah awal, responden yang telah dipilih sesuai kriteria inklusi
diberikan penjelasan terkait gambaran pelaksanaan latihan pernapasan
2. Prosedur kegiatan
Berdasarkan penelitian oleh Eman Fadl Abd El Khalik, Marwa Mohammad
Abd Elbaky, Naglaa Ahmed Ahmed, Sahar Hamza Taha Moursy. (2020)
mengenai latihan pernapasan dalam meningkatkan kualitas tidur dapat
dilakukan dengan cara berikut:
1. Responden diinstruksikan mengatur posisi yang nyaman dengan posisi
duduk atau berbaring (semi fowler) dengan kaki ditekuk dan bahu rileks.
2. Peneliti memberikan edukasi cara pernapasan pursed lip breathing dan
pernapasan diafragma, dan menyiapkan media untuk pasien dapat lebih
mudah memahamai dengan cara pengulangan.
3. Responden melakukan latihan
a. Latihan melakukan pursed lip breathing
Dengan cara:
1. Menarik napas melalui hidung sambil menghitung 1 sampai 2 sampai
dirasa otot perut bergerak keluar saat udara masuk ke dalam paru-paru,
2. Kemudian pasien diinstruksikan untuk membuang napas melalui bibir
yang mengerucut (seperti seolah-olah bersiul atau meniup lilin)

b. Latihan pernafasan diafragma


1. Posisi duduk dengan lutut ditekuk, dengan bahu dalam keadaan rileks
2. Satu tangan diletakkan diatas dada;
3. Satu tangan lain diletakkan dibawah tulang rusuk.
Ini akan memungkinkan pasien merasakan diafragma bergerak saat
bernapas,
c. Kencangkan otot perut dan membiarkan otot turun ke dalam saat pasien
mengeluarkan napas melalui bibir yang mengerucut
d. Sesi Latihan : pernapasan ini dilakukan 10x dalam waktu 1 jam dengan
jeda beberapa detik diantaranya.
e. Diulangi tiap 3 jam dalam sehari.
f. Dengan lama latihan selama 3 hari berturu-turut.
Link media you tube dapat diakses pada : https://youtu.be/8zDohlXXfx0

B. Evaluasi kualitas tidur

Penilaian kualitas tidur pre dan post intervensi latihan pernapasan diukur
dengan instrument PSQI karena validitas sudah baik dan telah digunakan
secara internasional

4.5 Indikator Keberhasilan


Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya bahwa EBN ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas tidur , maka indikator keberhasilan yang
dinilai dalam mengevaluasi keberhasilan program ini adalah penurunan skor
PSQI. Kuesioner Pitssburgh Sleep Quality Ineks adalah alat ukur untuk
mengidentifikasi kualitas tidur. Berikut adalah kisi-kisi PSQI:
REFERENSI

Lin, H. C., Chiang, L. L., Ong, J. H., Tsai, K. ling, Hung, C. H., & Lin, C. Y.
(2020). The effects of threshold inspiratory muscle training in patients with
obstructive sleep apnea: a randomized experimental study. Sleep and Breathing,
24(1), 201–209. https://doi.org/10.1007/s11325-019-01862-y

Cavalcante-Leão, B. L., de Araujo, C. M., Ravazzi, G. C., Basso, I. B., Guariza-


Filho, O., Taveira, K. V. M., Santos, R. S., Stechman-Neto, J., & Zeigelboim,
B. S. (2022). Effects of respiratory training on obstructive sleep apnea:
systematic review and meta-analysis. Sleep and Breathing, 26(4), 1527–1537.
https://doi.org/10.1007/s11325-021-02536-4

Fadl Abd El Khalik, E., Mohammad Abd Elbaky, M., Ahmed Ahmed, N., &
Hamza Taha Moursy, S. (2020). The Effectiveness of Using Breathing Exercise
on Sleep Quality Among Hospitalized Patients. American Journal of Nursing
Science, 9(4), 272. https://doi.org/10.11648/j.ajns.20200904.28

Gutierrez, J., Tedaldi, E. M., Armon, C., Patel, V., Hart, R., & Buchacz, K.
(2019). Sleep disturbances in HIV-infected patients associated with depression
and high risk of obstructive sleep apnea. SAGE Open Medicine, 7.
https://doi.org/10.1177/2050312119842268

Atilgan, E. D., & Tuncer, A. (2021). The effects of breathing exercises in


mothers of children with special health care needs:A randomized controlled
trial. Journal of Back and Musculoskeletal Rehabilitation, 34(5), 795–804.
https://doi.org/10.3233/BMR-200327

El-saidy, T. M. K., Gazar, Z., Alagamy, A., & Sayed, M. A. (2019). Effect of
Combining Diaphragmatic and Pursed Lips Breathing Exercises on Clinical
Outcomes of Elderly Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
International Journal of Novel Research in Healthcare and Nursing, 6(2),
1280–1295.
Mengistu, N., Azale, T., Yimer, S., Fikreyesus, M., Melaku, E., & Shumye, S.
(2021). Quality of sleep and associated factors among people living with
HIV/AIDS on follow up at Ethiopian Zewditu memorial hospital, 2018. Sleep
Science and Practice, 5(1), 4–11. https://doi.org/10.1186/s41606-020-00056-w

Tadesse, A., Badasso, K., & Edmealem, A. (2023). Poor Sleep Quality and
Associated Factors among People Living with HIV/AIDS Attending ART
Clinic at Tirunesh Beijing Hospital, Addis Ababa, Ethiopia. AIDS Research and
Treatment, 2023. https://doi.org/10.1155/2023/6381885

Huang, B. H., del Pozo Cruz, B., Teixeira-Pinto, A., Cistulli, P. A., &
Stamatakis, E. (2023). Influence of poor sleep on cardiovascular disease-free
life expectancy: a multi-resource-based population cohort study. BMC
Medicine, 21(1), 1–12. https://doi.org/10.1186/s12916-023-02732-x

Mertha, I. M., Putri, P. J. Y., & Suardana, I. ketut. (2018). Pengaruh Pemberian
Deep Breathing Exercise Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien PPOK. Jurnal
Gema Keperawatan, 1, 1–9.

O’Brien, K. E., Riddell, N. E., Gómez-Olivé, F. X., Rae, D. E., Scheuermaier,


K., & von Schantz, M. (2022). Sleep disturbances in HIV infection and their
biological basis. Sleep Medicine Reviews, 65.
https://doi.org/10.1016/j.smrv.2021.101571 (Clinical Review)

Setyowati, A., & Chung, M. H. (2021). Validity and reliability of the


Indonesian version of the Pittsburgh Sleep Quality Index in adolescents.
International Journal of Nursing Practice, 27(5), 1–7.
https://doi.org/10.1111/ijn.12856

Swain, Urmila. (2023). An experimental study on effect of deep breathing exercise


in promoting quality of sleep among geriatrics those are staying in a selected old
age home, Bhubaneswar, Odisha. International Journal of Nursing and Health
Sciences. IJNHS 2023; 5 (1): 40-43. www.nursingjournals.net.
https://doi.org/10.33545/26649187.2023.v5.i1a.45. ISSN Print : 2664-9187;
ISSN Online 2664-9195; Impact Factor: RJIF 5.42

Potdar, S. (2018). A Comparative Study between the Effect of Breathing


Control and Pursed Lip- Breathing Exercises in COPD Patients on Expiratory
Flow Rate. Journal of Physiotherapy Research, 2(4), 1–3.

Lin, H. C., Chiang, L. L., Ong, J. H., Tsai, K. ling, Hung, C. H., & Lin, C. Y.
(2020). The effects of threshold inspiratory muscle training in patients with
obstructive sleep apnea: a randomized experimental study. Sleep and Breathing,
24(1), 201–209. https://doi.org/10.1007/s11325-019-01862-y

Du, J. (2022). Effects of the Combination of Continuous Nursing Care and


Breathing Exercises on Respiratory Function, Self-Efficacy, and Sleep
Disorders in Patients with Lung Cancer Discharged from Hospital. Contrast
Media and Molecular Imaging, 2022. https://doi.org/10.1155/2022/3807265

Rashmi J, Leeba B. . (2017). A study to assess the effectiveness of breathing


exercises on the quality of sleep among patients with dyspnoea in a selected
Hospital, Bangalore. Int J Health Sci Res. 2017; 7(8):262-269.

Anda mungkin juga menyukai