1
risaakencana17.blogspot.com/2015/05/makalah-dan-pembinaan-kompetensi.html,
diakses pada: sabtu, 3 november 2018, pukul 09:00.
1
PEMBAHASAN
2
risaakencana17.blogspot.com/2015/05/makalah-dan-pembinaan-kompetensi.html,
diakses pada: sabtu, 3 november 2018, pukul 09:00.
3
Ramayulis, Profesi Dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hlm. 54
2
B. Pembinaan Kompetensi Guru
Setelah calon guru lulus mengikuti seleksi dan diterima, semua guru di
sekolah dasar harus profesional, yaitu guru-guru harus memiliki pengetahuan,
sikap, keterampilan, dan profesional. Bahkan, dalam manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah mempersyaratkan adanya guru yang kreatif, mandiri,
dan memiliki level abstraksi yang tinggi. Menurut Glickman sebagaimana
yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal, seorang guru yang memiliki level
abstraksi yang tinggi cenderung selalu mengidentifikasi kelemahan proses
pembelajaran yang dikelola dan secara mandiri berusaha mencari alternatif
perbaikkannya.4
Oleh sebab itu, Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 sebagaimana yang
dikutip oleh Iskandar Agung menegaskan, guru diharuskan memiliki
kompetensi dan professionalisme kerja. Penekanan pada dimensi kompetensi
dan profesional itu terkait dengan harapan agar guru dapat berperan optimal
sebagai pintu masuk peningkatan mutu pendidikan. Untuk menetapkan
apakah seorang guru telah memiliki kompetensi dan profesionalisme kerja
yang memadai, pemerintah melakukan uji sertifikasi.5
Selain 4 kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Ada juga hal yang paling penting yang harus dimiliki guru untuk
tercapainya kompetensi tersebut, yaitu kesehatan mental. Menurut Robert
Peck sebagaimana yang dikutip oleh Balnadi Sutadipura yang mempunyai
mental yang sehat, mempunyai sifat-sifat seperti:6
1. Memiliki pertimbangan yang objective judgement, yaitu kemampuan
untuk memandang segala macam kejadian secara jujur dan teliti,
seadanya, tanpa menambah atau menguranginya. Kemampuan ini disebut
juga common sense (fikiran sehat).
4
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006), hlm. 41
5
Iskandar Agung, Menghasilkan Guru Kompeten Dan Profesional, (Jakarta: Bee Media
Indonesia, 2012), hlm. 73
6
Balnadi Sutadipura, Kompetensi Guru Dan Kesehatan Mental, (Bandung: Angkasa,
1986), hlm. 35-36
3
2. Autonomy, yaitu kemampuan seseorang untuk memperlakukan kejadian
sehari-hari atas pertimbangannya sendiri yang mandiri dan dewasa
(inisiatif).
Untuk memenuhi semua unsur-unsur kompetensi guru yang baik, benar,
dan profesional yang telah teruraikan di atas. Maka, perlunya pembinaan
kompetensi guru agar kualitas guru meningkat dan proses belajar mengajar
berjalan dengan efektif dan efisien sehingga pendidikan mempunyai mutu
yang baik. Sebagaimana yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal ada dua macam
pembinaan, yaitu:7
1. Pembinaan kemampuan guru melalui supervisi pendidikan, program
sertifikasi, dan tugas belajar.
2. Pembinaan pegawai sekolah dasar melalui pembinaan kesejahteraannya.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa setelah calon guru
lulus mengikuti seleksi dan diterima satuan pendidikan, maka semua guru
harus sudah terpenuhi 4 kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Dan ada hal yang paling penting juga
yang harus dimiliki guru yaitu kesehatan mental. Apabila kesehatan mental
guru baik dan benar, maka akan memudahkan guru untuk memenuhi
kompetensi guru yang telah ditentukan. Serta untuk menjamin kualitas
kompetensi guru supaya selalu berkembang dengan baik dan benar sesuai
perkembangan globalisasi perlu adanya pembinaan. Pembinaan kompetensi
guru di sekolah ada dua macam, yaitu pembinaan kemampuan guru melalui
supervisi pendidikan, program sertifikasi, tugas belajar, dan pembinaan
komitmen pegawai sekolah dasar melalui pembinaan kesejahteraannya.
7
Ibrahim Bafadal, Op.Cit., hlm. 44-45
4
C. Kompetensi Akademik Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Akmal Hawi, pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk
menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau
latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan kesatuan nasional.8
Menurut Syah sebagaimana yang dikutip oleh Akmal Hawi, pengertian
kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan, sedangkan kompetensi guru
merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-
kewajiban serta tanggung jawab dan layak mengajar. Maka kompetensi
akademik guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru
dalam menjalankan profesi keguruanya berdasarkan potensi akademik
keilmuan yang dimilikinya.
Menurut Djamarah sebagimana yang dikutip oleh Akmal Hawi,
kompetensi guru dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:9
1. Faktor latar belakang pendidik (akademik).
Riwayat sekolah dan perguruan tinggi yang sudah diselesaikan oleh
pendidik.
2. Faktor pengalaman mengajar.
Pengalaman guru mengajar di sekolah ini merupakan factor yang
sangat penting untuk membuat guru menjadi profesional. Karena,
pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi akademik
guru PAI adalah sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam
menjalakan profesi guru PAI berdasarkan potensi akademik keilmuan yang
dimilikinya untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami,
menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengarahan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati
8
Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2006), hlm.
21
9
Ibid., hlm. 100
5
agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional. Latar belakang pendidikan
dan pengalaman mengajar merupakan faktor yang akan mempengaruhi
kompetensi guru.
Menurut Soedijarto sebagaimana yang dikutip oleh Akmal Hawi,
persyaratan akademik dan tenaga kependidikan profesional, seorang guru
secara akademik perlu menguasai, yaitu:
1. Disiplin ilmu pengetahuan yang menjadi sumber bahan ajaran dari bidang
studi yang menjadi spesialisnya.
2. Bahan ajaran yang akan dijadikan objek belajar para peserta didik.
3. Pengetahuan tentang peserta didik dengan karakteristik tingkat
perkembangan dan kemampuannya.
4. Dasar-dasar teori dan praktek pendidikan.
Menurut Soelaiman sebagaimana yang dikutip oleh Akmal Hawi ada
beberapa jenis kompetensi akademik yang harus di miliki dan dikuasi oleh
calon guru yaitu:
1. Bidang studi yang berkualitas dengan pendidikan umum yang
memungkinkannya memiliki sikap dan pandangan luas mengenai
kehidupan dewasa ini.
2. Kelompok mata pelajaran keguruan, yaitu mata pelajaran yang berkaitan
dengan pembinaan guru.
3. Kelompok mata pelajaran yang langsung berkaitan dengan proses belajar
mengajar, kelompok ini diharapkan dapat mendukung dalam praktek
keguruannya yaitu metodologi mengajar, metodik mata pelajaran tertentu,
orientasi praktek keguruan, observasi kelas, latihan praktek keguruan,
intensif atau magang keguruan.
4. Kelompok bidang studi yang langsung maupun tidak langsung berkaitan
dengan bidang studi yang akan diajarkannya kelak.
6
Sedangkan menurut pedoman akademik falkutas tarbiyah sebagaimana
yang dikutip oleh Akmal Hawi, kompetensi serta kemampuan yang
diharapkan bagi lulusan jurusan pendidikan agama Islam (calon guru PAI),
yaitu:10
1. Mampu merencanakan program pengajaran bidang studi PAI.
2. Mampu mengajar bidang studi PAI di sekolah dan luar sekolah.
3. Mampu membimbing peserta didik dalam kehidupan beragama.
4. Mampu menganalisa masalah-masalah yang muncul dalam proses belajar
mengajar.
5. Mampu mencari alternatif pemecahan masalah yang muncul dalam proses
belajar mengajar.
6. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat dalam pengamalan
ajaran agama Islam.
7. Mampu mengidentifikasi potensi masyarakat untuk digerakkan dalam
meningkatkan pendidikan.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa guru PAI dalam
memiliki kompetensi akademik tidak hanya menguasai materi mata pelajaran
melainkan juga harus mampu merencanakan program pengajaran secara
sistematis, disertai dengan penganalisaan masalah-masalah yang muncul
ketika proses belajar mengajar berlangsung serta berusaha mencari alternatif
solusi yang tepat dalam permasalahan tersebut.
10
Ibid., hlm. 101-108
7
belajar, karna jika proses belajar meningkat maka hasil belajar di harapkan
juga meningkat.
Jadi pembinaan guru dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru
dalam mengajar sehingga mendapatkan hasil belajar dan guru juga bertambah
wawasan pengetahuan yang belum di dapatkan sebelumnya.
Pembinaan guru dapat dilakukan melalui:
1. Memperbaiki proses belajar mengajar, pengetahuan akan pentingnya
proses belajar mengajar yang kondusif dapat memberikan bantuan kepada
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui pembinaan profesional.
3. Yang melakukan pembinaan adalah pembina.
4. Sasaran pembinaan tersebut adalah guru, atau orang lain yang ada
kaitannya.
5. Pembinaan dilakukan dalam waktu jangka panjang sehingga pembinaan
tersebut dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan.
Menurut Djajadisastra sebagaimana yang dikutip oleh Akmal Hawi, ada
beberapa prinsip positif yang perlu di pedomani dalam pelaksanaan
pembinaan yaitu:
1. Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara sistematis, objektif dan menggunakan
instrument.
2. Kooperatif, artinya terdapat kerjasama yang baik antara pembina dan
guru.
3. Konstruktif, artinya dalam melaksanakan pembinaan, hendaknya
mengarah kepada perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapapun
perbaikkannya.
4. Realistik, sesuai dengan keadaan tidak terlalu idealistik.
5. Progresif, artinya dilaksanakan maju selangkah demi selangkah namun
tetap mantap.
6. Inovatif, yang berarti mengikhtiarkan pembaharuan dan berusaha
menemukan hal-hal baru dalam pembinaan.
8
7. Menimbulkan perasaan aman bagi guru-guru.
8. Memberikan kesempatan kepada pembina dan guru untuk mengevaluasi.
Sebagaimana yang dikutip oleh Akmal Hawi, adapun prinsip-prinsip
negatif pembinaan guru, yaitu:11
1. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan dengan otoriter.
2. Pembinaan guru tidak boleh mencari-cari kesalahan guru.
3. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan berdasarkan tingginya pangkat.
4. Pembinaan guru tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil.
5. Pembinaan guru tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan dan
pengajaran.
6. Pembina tidak boleh merasa dirinya lebih tau dibandingkan dengan guru.
7. Pembinaan guru tidak boleh terlalu memperhatikan hal-hal yang terlalu
kecil dalam mengajar sehingga membelokkan maksud pembinaan.
8. Pembina tidak boleh lekas kecewa jika mengalami kegagalan.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan guru
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar sehingga
mendapatkan hasil belajar dan guru tersebut juga bertambah wawasan serta
pengetahuan yang belum ia dapatkan sebelumnya. Dan dalam pembinaan
guru memiliki prinsip-prinsip pembinaan agar guru yang diinginkan dan yang
diharapkan dapat terwujud.
11
Ibid., hlm. 110-113
9
pembinaan guru dilakukan oleh suatu organisasi pendidikan tersebut.
Pertama, kita membahas suatu lembaga pembinaan calon guru agar mereka
ini menjadi guru yang profesional, yaitu:
1. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
Sebagaimana yang dikutip oleh Iskandar Agung, LPTK merupakan
lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan program akademik
dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan untuk menghasilkan lulusan
calon guru.12 Keberadaan LPTK teramat penting, terutama dalam
menghasilkan pendidik atau guru sebagai pihak nantinya menjalankan
tugas pembelajaran dalam membentuk dan mengembangkan kualitas
peserta didik. Dengan demikian, kemampuan LPTK dalam menghasilkan
lulusan calon guru perlu mendapat perhatian dan penekanan serius.
Harapan yang terkandung dari keberadaan LPTK adalah kemampuan
lembaga ini dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam menghasilkan
calon guru yang terkategori kompeten dan profesional.
Menurut T. Raka Joni sebagaimana yang dikutip oleh Soetjipto dan
Raflis Kosasi, tujuan pendidikan pra jabatan guru adalah:13
a. Penguasaan Bahan Ajaran
Ada dua hal pokok dalam tujuan ini. Pertama, meliputi
penguasaan secara utuh bidang ilmu sumber ajaran dari segi konsep-
konsep dasarnya, metodologi penelitian, dan pengembangan maupun
filosofinya. Hal ini menuntut agar calon guru mampu secara mandiri
belajar terus untuk meningkatkan penguasaan bahan ajaran tersebut.
Kedua, meliputi penguasaan isi bahan ajaran sekolah, sasaran, baik
cakupan, tata urutan, cara, maupun bentuk persentasinya guna
keperluan pengajaran.
12
Iskandar Agung., Op.Cit., hlm. 14
13
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 222-
223
10
b. Penguasaan Teori dan Keterampilan Keguruan
Hal ini meliputi pengertian dan pemahaman yang berkaitan
dengan falsafah dan ilmu kependidikan termasuk ilmu-ilmu
penunjangnya dan penguasaan prinsip dan prosedur keguruan yang
berkaitan dengan bahan ajaran yang akan dibina.
c. Pemilikan Kemampuan Memperagakan Unjuk Kerja
Kemampuan yang dimaksud ini adalah kemampuan mengelola
kegiatan belajar mengajar di bidang mata pelajaran spesialisasi, yang
melibatkan kelompok murid yang setara dengan kelompok yang akan
diajarkan kelak. Pemilikkan kemampuan ini merupakan perwujudan
pemanduan penguasaan bidang ilmu dan bahan ajaran dengan teori
dan keterampilan keguruan kependidikan.
d. Pemilikan Sikap, Nilai, dan Kepribadian
Pemilikan sikap, nilai, dan kecenderungan kepribadian yang
menunjang pelaksanaa tugas-tugas sebagai guru (pendidik).
e. Pemilikan Kemampuan Melaksanakan Tugas Profesional Lain dan
Tugas Administratif Rutin.
Pemilikan kemampuan melaksankan tugas-tugas profesional lain
dan tugas-tugas administratif rutin dalam rangka pengoperasian
sekolah, di samping kemampuan ambil bagian di dalam kehidupan
kesejawatan di lingkungan sekolah.
Mata kuliah yang diberikan di LPTK ditunjukan untuk
memberikan pengalaman kepada calon tenaga kependidikan agar mereka
mempunyai kompetensi seperti yang telah ditentukan. Mata kuliah itu
dikelompokan menjadi empat, yaitu:14
a. Kelompok Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)
Mata kuliah ini memberikan kemampuan yang secara umum
harus dimiliki oleh seluruh lulusan perguruan tinggi di Indonesia.
Contoh MKDU, yakni bahasa Indonesia dan pancasila.
14
Ibid., hlm. 224-225
11
b. Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK)
MKDK bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
mahasiswa calon guru untuk mempelajari ilmu dan praktek keguruan,
dan ilmu-ilmu lain yang menunjang profesi keguruan.
Pengalaman ini dimaksudkan untuk memperoleh wawasan
tentang hakikat dan tujuan pendidikan. Contoh MKDK, yakni
psikologi pendidikan dan ilmu pendidikan.
c. Kelompok Mata Kuliah Bidang Studi (MKBS)
MKBS mengarahkan pengalaman belajar kepada penguasaan
sosok (isi, metodologi, dan filosofi) bidang ilmu tertentu yang akan
diajarkan calon tenaga kependidikan kepada siswanya kelak, mata
kuliah ini merupakan modal kemampuan calon tenaga kependidikan
untuk mengolah pengalaman keahlian sehingga sesuai dengan daya
cerna peserta didik sebagai sasaran layanan. Contoh MKBS, yakni
metodologi pendidikan agama Islam dan filsafat pendidikan.
d. Kelompok Mata Kuliah Proses belajar mengajar (MKPBM)
MKPBM diarahkan untuk membentuk kemampuan keguruan,
baik yang bersifat umum dalam bentuk prinsip dan pendekatan yang
berlaku untuk keperluan pengajaran, maupun yang bersifat khusus,
yaitu teknik serta prosedur yang erat kaitannya dengan hakikat isi
bahan ajaran tertentu. Contoh MKPBM, yakni bimbingan konseling
dan kewirausahaan.
2. Kelembagaan Pendidikan Keguruan
Sebagaimana yang dikutip oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang merupakan bagian
dari universitas, dan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) dalam
bentuknya yang sekarang ini.15
Setelah adanya alih fungsi SPG dan SGO ke IKIP dan FKIP dapat
dikatakan bahwa IKIP dan FKIP merupakan lembaga yang hampir
lengkap menyelenggarakan pendidikan tenaga kependidikan.
15
Ibid., hlm. 226-227
12
Untuk menghasilkan tenaga kependidikan, IKIP dan FKIP
menyediakan berbagai program studi dengan strata DII, DIII, S1, S2, dan
S3. Strata diploma merupakan profesional, sedangkan program strata
adalah program akademik.
Berdasarkan tujuan pendidikan pra jabatan guru yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat ditentukan rambu-rambu mengenai sisi
program pendidikan pra jabatan guru, baik keluasan maupun unsur-unsur
dan kedalamannya. Pada dasarnya isi program pendidikan pra jabatan
guru terdiri atas unsur, yaitu:
a. Bidang umum, yang berlaku bagi segenap program pendidikan tinggi.
b. Bidang kependidikan, yaitu kemampuan yang dituntut bagi seluruh
tenaga kependidikan, tidak peduli bidang spesialisasinya.
c. Bidang ilmu yang akan diajarkan atau dilakukan sebagai profesi
lulusan kelak.
d. Teori dan keterampilan keguruan.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang merupakan
bagian dari universitas, dan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
dalam bentuknya yang sekarang ini.
16
Iskandar Agung., Op.Cit., hlm. 22-25
13
Penerapan PPG pra jabatan mencerminkan bahwa seorang
mahasiswa S1 yang sedang menjalani pendidikan di LPTK akan lulus
dengan predikat belum profesional. Ia pun tidak akan secara langsung
dapat menempuh uji tes untuk mengetahui kemampuan dan memperoleh
sertifikat pendidikan. Seseorang lulusan LPTK baru memperoleh
pengakuan profesional setelah menjalani pendidikan di PPG pra jabatan,
menjalankan uji kompetensi, dan dinyatakan berhasil untuk memperoleh
sertifikat pendidik.
Dari sisi peserta didik calon guru yang akan mengikuti program
PPG pra jabatan disyaratkan, bahwa bidang keahlian peserta didik pada
program PPG harus sesuai dengan jenjang pendidikan serta mata
pelajaran yang akan diampu. Kualifikasi akademik calon peserta didik
program PPG pra jabatan adalah:
a. S1 kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang
akan ditempuh.
b. S1 kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan,
kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang
akan ditempuh, dengan menempuh mata kuliah akademik
kependidikan.
c. S1/DIV non kependidikan serumpun dengan program pendidikan
profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi.
d. S1 psikologi untuk program PPG pada PAUD atau SD, dengan
menempuh matrikulasi.
Contoh program PPG, yaitu pendidikan bidang studi dan program
peraktek pengalam lapangan (PPL). Namun dinyatakan, dalam hal
peserta didik berasal dari S1 kependidikan yang mengintegrasikan PPL
kedalam kurikulumnya maka kurikulum program PPG berisi pemantapan
bidang studi dan pemantapan PPL.
14
4. Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan
Dalam permendiknas no. 09/2010 sebagaimana yang dikutip oleh
Iskandar Agung, dinyatakan program PPG dalam jabatan merupakan
program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan guru
agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar
nasional pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik.17
Program PPG diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang memenuhi persyaratan dan
ditetapkan oleh menteri.
Sistem pembelajaran pada program PPG dalam jabatan mencakup
kegiatan, yaitu:
a. Workshop SSP.
b. Praktikum (peer teaching, microteaching, bidang studi).
c. Praktek pengalaman lapangan yang diselenggarakan dengan supervisi
langsung secara intensif oleh dosen yang ditugaskan khusus untuk
kegiatan tersebut, serta dinilai secara objektif dan transparan.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkannWorkshop SSP,
praktikum, dan PPL program PPG dilaksanakan secara tatap muka dan
berorientasi pada pencapaian kompetensi merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
menindak lanjuti hasil penilaian, serta melakukan pembimbingan dan
pelatihan.
Setelah mengikuti pendidikan di PPG dalam jabatan, peserta harus
mengikuti uji kompetensi dalam rangka memperoleh sertifikat pendidik
dilaksanakan oleh program studi yang dikoordinasikan LPTK
penyelenggara program PPG. Uji kompetensi sebagai ujian akhir terdiri
dari ujian tulis dan ujian kinerja, ditempuh setelah peserta lulus workshop
SSP dan PPL. Ujian tulis dilaksanakan oleh program studi
penyelenggara, sedangkan ujian kinerja dilaksanakan oleh program studi
dengan melibatkan organisasi profesi dan pihak eksternal yang
17
Ibid., hlm. 20-21
15
profesional dan relevan. Peserta yang lulus uji kompetensi memperoleh
sertifikat pendidik yang dikeluarkan oleh LPTK (lembaga pendidikan
tenaga kependidikan).
Kedua, menurut Akmal Hawi, Pengembangan profesi di atas perlu
dikaitkan dengan organisasi profesi pendidikan. Organisasi profesi adalah
pendukung, pembina, dan berupaya agar profesi setiap pendidik berkembang
secara berlanjutan.18 Jadi keberadaan organisasi profesi pendidikan
sesungguhnya sangat menguntungkan pengembangan profesi pendidik
manakala ia berfungsi dengan baik.
Organisasi pendidikan profesi guru di Indonesia, yaitu:19
1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
PGRI adalah organisasi pendidikan yang paling besar. PGRI lahir
pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Tujuan utama pendirian PGRI adalah membela dan
mempertahankan Republik Indonesia (organisasi perjuangan), memajukan
pendidikan seluruh rakyat berdasarkan kerakyatan (organisasi Profesi),
membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasib buruh
pada umumnya (organisasi ketenagakerjaan).
2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi
guru mata pelajaran yang berada di suatu sanggar, kabupaten, kota yang
berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar
pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai
praktisi atau perilaku perubahan pembelajaran di kelas. Tujuan
diselenggarakannya MGMP menurut pedoman MGMP adalah secara
umum, untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam
meningkatkan profesionalisme guru dan secara khusus, untuk memperluas
wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam upaya mewujudkan
pembelajaran yang efektif dan efisien, mengembangkan kultur kelas yang
18
Akmal Hawi., Op.Cit., hlm. 117
19
Blogdutyanari.blogspot.com/2012/07/organisasi-profesi-kependidikan-di.html, diakses
pada: kamis, 15 november 2018, pukul 14:00
16
kondusif sebagai tempat proses pembelajaran yang menyenangkan,
mengasyikkan dan mencerdaskan siswa, dan membangun kerjasama
dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
3. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
ISPI lahir pada pertengahan tahun 1960-an. Pada awalnya organisasi
profesi kependidikan ini bersifat regional karena berbagai hal menyangkut
komunikasi antaranggotanya. Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama
sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19 Mei 1984.
Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu:
a. Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di
seluruh Indonesia.
b. Meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para anggotanya.
c. Membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan
dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan
bangsa dan negara.
d. Mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam
bidang ilmu, seni, dan teknologi pendidikan.
e. Melindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para
anggota.
f. Meningkatkan komunikasi antar anggota dari berbagai spesialisasi
pendidikan.
g. Menyelenggarakan komunikasi antar organisasi yang relevan.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan organisasi-organisasi profesi
ini berkewajiban menciptakan kriteria pendidik yang profesional, sebagai
berikut:
1. Menampung para pendidik yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu
untuk menjadi anggota profesi.
2. Mencari peluang untuk memajukan profesi para anggota, antara lain
untuk studi lanjut.
17
3. Mengadakan pembinaan profesi, antara lain dalam bentuk tim-tim
pembina ke daerah-daerah.
4. Mengawasi pelaksanaan pendidikan dan menilai tingkat profesionalitas
pendidik.
5. Menjatuhkan sanksi kepada mereka yang melanggar kode etik pendidik.
6. Meneliti dan menilai konsep-konsep dan praktek-praktek pendidikan.
7. Mengadakan pertemuan-pertemuan secara berkala untuk
mengkomunikasikan informasi-informasi pendidikan, bertukar pikiran
dan bila mungkin menyatukan pendapat.
8. Membentuk konsep-konsep pendidikan melalaui hasil-hasil penelitian
pendidikan di tanah air.
9. Memperjuangkan hak-hak pendidik sebagai pejabat profesional.
10. Meningkatkan kesejahteraan pendidik agar bisa berpenghasilan layak
sebagai orang profesional.
18
SIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20