Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. SEJARAH PARAWISATA


PRODI
PENDIDIKAN SEJARAH 2022

Skor Nilai :

“SEJARAH PARIWISATA”

NAMA : AGGY ADINDA GINTING

NIM : 3223121005

DOSEN PENGAMPU : Da. Flores Tanjung, M.A & Pulung Sumantri,


M.SI

MATA KULIAH : SEJARAH PARIWISATA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat karunia yang telah di
berikan sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Book Review ini sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan.

Saya sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan ketidaksempurnaan
dari Critical Book Review ini. Oleh karena itu, saya berharap untuk diberikan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca agar saya sebagai penulis dapat membentuk dan sebuah
penulisan Critical Book Review yang lebih baik lagi untuk kedepannya.

Semoga Critical Book Review ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan saya sebagai penulis
sekaligus saya ingin meminta maaf jika masih terdapat kekurangan dalam Critical Book
Review ini, dikarenakan saya sebagai penulis masih berada dalam tahap belajar. Akhir kata
dari saya sebagai penulis, saya mengucapkan terimakasih.

MEDAN 2023

Aggy Adinda Ginting

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review .................................................... 4


B. Tujuan Critical Book Review ................................................................................ 4
C. Manfaat Critical Book Review .............................................................................. 4
D. Identitas Buku ........................................................................................................ 5

BAB II RINGKASAN BUKU ......................................................................................... 6

A. Ringkasan Buku Utama ........................................................................................ 6


B. Ringkasan Buku Pembanding ............................................................................... 12

BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ............................................................ 14

A. Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama ............................................................. 14


B. Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding ..................................................... 14

BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 15
B. Saran ...................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review

Mengkritik suatu buku sangatlah penting bagi Mahasiswa ataupun Mahasiswi, karena
dengan mengkritik suatu buku seseorang dapat mengetahui dan memahami apa saja
yang disajikan oleh si penulis dalam bentuk sebuah buku. Selain itu, mengkritik juga
dapat melatih kita dalam mengevaluasi dan menganalisis sebuah pembahasan sehingga
dapat menjadi sebuah masukan atau saran bagi sipenulis untuk kedepannya.

B. Tujuan Penulisan Critical Book Review


 Untuk penyelesaian tugas mata kuliah Sejarah Pariwisata.
 Mencari dan mengetahui informasi yang ada di dalam buku tersebut.
 Mengulas isi buku tersebut.
 Meningkatkan pola pikir agar berpikir kritis.
 Mengetahui kelebihan dan kekurangan sebuah buku.

C. Manfaat Critical Book Review


 Melatih kemampuan meringkas, menilai, dan mengkritik suatu buku.
 Mampu menganalisis buku utama dan pembanding dalam setiap pembahasan.
 Dapat memberi masukan kepada buku tersebut.
 Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pada buku tersebut.
 Dapat menambah pengetahuan dan edukasi mengenai hal yang saya kritik dari buku
tersebut.

4
D. Identitas Buku

1. Buku Utama

 Judul : Sejarah Pariwisata Sumatera Utara


 Penulis : Pulung Sumantri, Flores Tanjung, Surya Aymanda Nababan
 ISBN : 978-623-97786-2-0
 Penerbit : Sastra UISU Press, Medan
 Tahun Terbit : 2022
 Tebal Buku : 185

2. Buku Pembanding

 Judul : Dimensi – Dimensi Pariwisata Berkelanjutan


 Penulis : Usman Chamdani
 ISBN : 978-602-475-026-8
 Penerbit : Penerbit Deepublish (Grup Penerbitan CV. Budi Utama)
 Tahun Terbit : 2018
 Tebal Buku : 92 Halaman

5
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. RINGKASAN BUKU UTAMA

Dalam sejarah nusantara, diketahui bahwa kebiasaan mengadakan perjalanan telah dijumpai
sejak lama. Dalam buku Nagara Kartagama, pada abad 14, Raja Hayam Wuruk dilaporkan
telah mengelilingi Majapahit dengan diikuti oleh para pejabat Negara. Ia menjelajahi daerah
Jawa Timur dengan mengendarai pedati. Pada awal abad 20, Susuhunan Pakubuwono X
dikenal sebagai raja yang sangat suka mengadakan perjalanan. Dari sinilah sejarah pariwisata
mulai berkembang.

a. Latar Belakang Munculnya Pariwisata

Gejala pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat
lain dan perkembangan nya sesuai dengan sosial budaya masyarakat itu sendiri. Semenjak itu
pula adanya kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus dipenuhi selama perjalanannya,
disamping itu juga adanya motivasi yang mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.

World Tourism Organization (WTO), secara sepintas membagi perkembangan atau sejarah
pariwisata ini kedalam 3( tiga) jaman, yakni:

a) Jaman kuno

b) Jaman pertengahan, dan

c) Jaman modern

a. Jaman Kuno Pariwisata jaman kuno, ditandai oleh motif perjalanan yang masih terbatas
dan sederhana, yaitu:

 Adanya dorongan karena kebutuhan praktis dalam bidang politik dan perdagangan,
dambaan ingin mengetahui adat istiadat dan kebiasaan orang lain atau bangsa lain, dorongan
yang berhubungan dengan keagamaan, seperti melakukan ziarah dan mengunjungi tempat-
tempat ibadah.

6
 Sarana dan fasilitas yang digunakan selama perjalanan kuno inipun masih sangat sederhana.
Alat angkutan dengan menggunakan binatang, seperti kuda, onta atau perahu-perahu kecil
yang menyusuri pantai merupakan alat transportasi yang paling popular. Akan tetapi,
perjalanan dengan jalan kaki untuk menempuh jarak berpuluh-puluh atau berates-ratus
kilometer paling banyak di lakukan. Contoh perjalanan pada jaman kuno : seperti yang di
lakukan oleh pedagang-pedagang arab ke cina untuk membeli barang berharga, pedagang
yunani ke laut hitam, pedagang vinisia ke afrika. Perjalanan kaum buddis cina ke india, kaum
muslimin yang melakukan ibadah haji ke Mekkah atau kaum Nasrani ke Yerusalem.

 Badan atau organisasi yang mengatur jasa-jasa perjalanan pada jamna ini belum ada
pengaturan perjalanan ditentukan secara individu, baik oleh perorangan atau kaum-kaum.
Akomodasi yang digunakan masih ederhana. Para pelancong membangun tenda-tendanya
sendiri atau tinggal dirumah-rumah saudagar, pemuka-pemuka masyarakat pemuka agama
atau tempat-tempat ibadah, seperti masjid, gereja. Akomodasi yang dikelola secara komersil
pada jaman ini belum ada.

b. Jaman Pertengahan

 Motivasi dan motif perjalanan pada abad pertengahan lebih luas dari motif yang ada pada
jaman kuno. Disamping perjalanan untuk keperluan perdagangan, keagamaan, dan dambaan
ingin tahu. Pada jaman ini telah berkembang motif untuk tujuan yang berhubungan dengan
kepentingan negara (mission) dan motif untuk menambah pengetahuan.

 Para pedagang tidak lagi melakukan pertukaran secara barter. Para pedagang cukup dengan
membawa contoh barang yang ditawarkan melalui pekan-pekan raya perdagangan. Seperti di
St. Denis, Champagne atau Aix-la-Cappalle.

 Untuk menjaga hubungan antar negara, baik negara penjajah maupun yang dijajah atau
antar negara merdeka, dilakukan saling kunjungan petugas-petugas negara.

 Pada jaman pertengahan telah ada perguruan-perguruan tinggi seperti Al Azhar di Kairo, di
Paris, Roma, Salamanca, dan sebagainya. Para mahasiswa dari berbagai negara melakukan
kunjungan ke universitas-universitas ini untuk menambah atau memperdalam
pengetahuannya dengan mendengarkan kuliah-kuliah yang diberikan oleh para guru besar.

7
 Dengan semakin banyaknya yang melakukan perjalanan antar negara, berbagai negara
mulai mengeluarkan peraturan-peraturan guna melindungi kepentingan negara, penduduknya
serta kepentingan para wisatawan.

 Akomodasi yang bersifat komersiil mulai bermunculan walaupun masih sederhana.


Demikian pula restoran-restoran yang menyediakan makanan untuk keperluan para
pelancong.

 Alat angkut tidak hanya dengan menunggang kuda, keledai atau onta, tetapi telah
meningkat dengan menambah kereta yang ditarik kuda atau keledai. Angkutan laut telah
menggunakan kapal-kapal yang lebih besar.

c. Jaman Modern

 Perkembangan pariwisata pada jaman modern, ditandai dengan semakin beraneka


ragamnya motif dan keinginan wisatawan yang harus dipenuhi sebagai akibat meningkatnya
budaya manusia.

 Formalitas atau keharusan para pelancong untuk membawa identitas diri bila mengunjungi
suatu negara mulai diterapkan.

 Tempat-tempat penginapan (akomodasi) yang dikelola secara komersiil tumbuh dengan


subur. Fasilitas yang digunakan semakin lengkap.

 Timbulnya revolusi industri di negara-negara Barat telah menciptakan alat angkut yang
sangat penting dalam perkembangan pariwisata. Diketemukannya mesin uap, mulai
diperkenalkan angkutan kereta api dan kapal uap, dan menggantikan alat angkut yang
menggunakan binatang.

 Perkembangan selanjutnya ditemukan alat angkut yang menggunakan mesin motor yang
jauh lebih cepat dan fleksibel dalam angkutan melalui darat. Teknologi mutakhir yang sangat
penting dalam jaman modern adalah dengan digunakannya angkutan udara yang dapat
menempuh jarak jauh dalam waktu yang lebih cepat.

 Sejak permulaan abad modern, ditandai pula oleh adanya badan atau organisasi yang
menyusun dan mengatur perjalanan.

8
b. Munculnya Pariwisata di Indonesia

Dalam sejarah nusantara, diketahui bahwa kebiasaan mengadakan perjalanan telah dijumpai
sejak lama. Dalam buku Nagara Kartagama, pada abad XIV, Raja Hayam Wuruk dilaporkan
telah mengelilingi Majapahit dengan diikuti oleh para pejabat negara. Ia menjelajahi daerah
Jawa Timur dengan mengendarai pedati. Pada awal abad XX, Susuhunan Pakubuwono X
dikenal sebagai raja yang sangat suka mengadakan perjalanan. Hampir setiap tahun beliau
mengadakan perjalanan ke Jawa Tengah sambil memberikan hadiah berupa uang. Dalam
tradisi kerajaan Mataram, raja atau penguasa daerah harus melakukan unjuk kesetiaan pada
keraton dua kali setiap tahunnya, sambil membawa para pejabat, pekerja yang mengangkut
logistik dan barang persembahan untuk raja. Dari sinilah, pariwisata Indonesia terus
berkembang sesuai dengan keadaan politik, sosial, dan budaya masyarakatnya.

Menurut Yoeti (1996:24), berdasarkan kurun waktu perkembangan, sejarah pariwisata


Indonesia dapat dibagi menjadi tiga periode penting yaitu : periode masa penjajahan Belanda,
masa pendudukan Jepang, dan setelah Indonesia merdeka.

a. Masa Penjajahan Belanda

Kegiatan kepariwisataan dimulai dengan penjelajahan yang dilakukan pejabat pemerintah,


missionaris atau orang swasta yang akan membuka usaha perkebunan di daerah pedalaman.
Para pejabat Belanda yang dikenai kewajiban untuk menulis laporan pada setiap akhir
perjalanannya. Pada laporan itulah terdapat keterangan mengenai peninggalan purbakala,
keindahan alam, seni budaya masyarakat nusantara. Pada awal abad ke-19, daerah Hindia
Belanda mulai berkembang menjadi suatu daerah yang mempunyai daya tarik luar biasa bagi
para pengadu nasib dari negara Belanda. Mereka berkelana ke nusantara, membuka lahan
perkebunan dalam skala kecil. Perjalanan dari satu daerah ke daerah lain, dari nusantara ke
negara Eropa menjadi hal yang lumrah, sehingga dibangunlah sarana dan prasarana yang
menjadi penunjang kegiatan tersebut. Kegiatan kepariwisataan masa penjajahan Belanda
dimulai secara resmi sejak tahun 1910-1912 setelah keluarnya keputusan Gubernur jenderal
atas pembentukan Vereeneging Toeristen Verkeer (VTV) yang merupakan suatu biro wisata
atau tourist bureau pada masa itu. Saat itu kantor tersebut digunakan pula oleh maskapai
penerbangan swasta Belanda KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtfahrt
Maatschapijj). yang memegang monopoli di kawasan Hindia Belanda saat itu.

9
b. Masa Pendudukan Jepang

Berkobarnya Perang Dunia II yang disusul dengan pendudukan Jepang ke Indonesia


menyebabkan keadaan pariwisata sangat terlantar. Saat itu dapat dikatakan sebagai masa
kelabu bagi dunia kepariwisataan Indonesia. Semuanya porak poranda. Kesempatan dan
keadaan yang tidak menentu serta keadaan ekonomi yang sangat sulit, kelangkaan pangan,
papan, dan sandang tidak memungkinkan orang untuk berwisata. Kunjungan wisatawan
mancanegara pada masa ini dapat dikatakan tidak ada. Dalam sejarah perjalanan bangsa
Indonesia, masa pendudukan Jepang tercatatsebagai masa yang pedih dan sulit. Ketakutan,
kegelisahan merajalela, paceklik, perampasan harta oleh tentara Jepang membuat dunia
kepariwisataan nusantara mati. Banyak sarana dan prasarana publik dijadikan sarana untuk
menghalangi masuknya musuh dalam suatu wilayah, obyek wisata terbengkalai dan tidak
terurus. Banyak hotel yang diambil alih oleh Jepang dan diubah fungsi untuk keperluan
rumah sakit, asrama, dan hotel-hotel yang lebih bagus disita untuk ditempati para perwira
Jepang. Data dan informasi pariwisata dalam masa pendudukan Jepang dapat dikatakan tidak
tersedia.

c. Setelah Indonesia Merdeka

Indonesia merdeka, dunia kepariwisataan Indonesia mulai merangkak lagi. Meskipun


pemerintahan Indonesia baru berdiri, namun pemerintah Indonesia waktu itu telah
memikirkan untuk mengelola pariwisata. Menjelang akhir tahun 1946, Bupati Kepala Daerah
Wonosobo, mempunyai inisiatif untuk mengorganisasikan kegiatan perhotelan di Indonesia
dengan menugaskan tiga orang pajabat setempat : W. Soetanto, Djasman Sastro Hoetomo,dan
R. Alwan. Melalui mereka inilah lahir Badan Pusat Hotel Negara, yang merupakan organisasi
perhotelan pertama di Indonesia.

c. Pariwisata di Sumatera Utara

Pariwisata Sumatera Utara adalah satu dari sekian banyak sector yang mumpuni
mendongkrak ekonomi masyarakat Sumut. Pariwisata Sumatera Utara tidak hanya
memandang satu wilayah administrative saja, tetapi mencakup seluruh potensi di
kota/kabupaten. Objek wisata Sumatera Utara Danau Toba sudah menjadi salah satu destinasi
wisata popular, adalah menjadi suatu harapan bahwa tempat tempat lainnya akan memiliki
popularitas yang sama.
10
Peta Pariwisata Sumatera Utara lebih kepada pengelompokan jenis wisata di setiap wilayah
Kabupaten. Jenis pariwisata di Sumatera Uatara condong kea rah alam dan wisata sejarah.
Industri pariwisata Sumatera Utara seperti perhotelan, industry kuliner dan industry MICE
tersentralisasi hanya di kota-kota besar saja seperti Medan dan Pematang Siantar.

Data pariwisata Sumatera Utara yang dirilis Bappeda menunjukkan bahwa pertumbuhan
kunjungan wisatawan ke Sumatera Utara mengalami peningkatan yang cukup signifikan
meski di tahun 1960 sempat mengalami penurunan tinggi akibat terjadinya krisis moneter
dunia. Kehadiran Bandara Kuala Nmau merupakan salah satu penyebab mengapa tingkat
kunjungan wisatawan dan domestic semakin tinggi selain itu tumbuhnya industry kreatif dan
media online yang menjadi channel informasi akan Pariwisata dan Budaya Sumatera Utara
kepada khalayak.

Potensi wisata (Mariotti dalam Yoeti 1996:160-162) merupakan segala sesuatu yang dimiliki
oleh daerah tujuan wisata, serta merupakan daya tarik agar orangorang mau berkunjung ke
tempat tersebut. Adapun pengertian potensi wisata menurut Sukardi (1998:67) merupakan
segala sesuatu yang dimiliki oleh suatu daerah sebagai daya tarik wisata yang berguna untuk
mengembangkan industri pariwisata di daerah tersebut. Jadi yang dimaksud dengan potensi
wisata adalah sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya Tarik sebuah obyek wisata.
Adapun obyek wisata mempunyai unsur fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa,
geomorfologi, tanah, air, udara, dan lain sebagainya serta atribut dan lingkungan yang
menurut anggapan manusia memiliki nilai keindahan, keunikan, kelangkaan, kekhasan,
keragaman, bentangan alam dan keutuhan.

Provinsi Sumatera Utara sendiri memiliki puluhan objek wisata menarik yang bisa dikunjungi
oleh wisatawan, baik local maupun interlokal. Berikut dibawah ini akan dibahas tentang apa
saja objek objek wisata yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara

 Objek Wisata Alam Sipinsur


 Air Terjun Sipiso – Piso
 Danau Toba
 Pulau Berhala, Serdang Bedagai
 Pulau Salah Namo, Kabupaten Batu Bara
 Rumah Tjong A Fie, Medan
 Istana Maimun

11
 Mesjid Raya Medan
 Pulau Poncan, Sibolga dll.

B. RINGKASAN BUKU PEMBANDING

Model adalah representasi yang diperkecil dari suatu benda-benda atau suatu keadaan yang
dimaksudkan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau menemukan sifat-sifat bentuk
aslinya. Model diartikan sebagai bentuk representasi sederhana mengenai aspek yang terpilih
dari kondisi masalah yang disusun untuk tujuan-tujuan tertentu. Pada hakikatnya model
merupakan visualisasi atau konstruksi konkret dari suatu konsep Pentingnya suatu model
pada tulisan ini, adalah untuk mempermudah analisis masalah-masalah kawasan wisata TIJA.
Tujuan utama model adalah mempermudah pemikiran sistematis dan logis (Runyon, 1997:
57).

Model memberikan informasi yang berorientasi pada tindakan, model menyajikan informasi
yang berorientasi ke masa depan, model menunjukkan alternatif arah tindakan untuk di
evaluasi sebelum dilaksanakan, model menyajikan pemerian situasi masalah yang kompleks
secara formal dan berstruktur. Model mencerminkan pendekatan ilmiah untuk tidak
menggantungkan diri pada dan spekulasi. (Burch: 1974:120). Menurut fungsinya, model ada
yang bersifat deskriptif (hanya memerikan sesuatu tanpa meramal, atau menyarankan atau
menyarankan sesuatu). Prediktif dan normatif (Rakhmat: 1985: 68).

Model pengelolaan lingkungan hidup pada kawasan wisata binaan berawal dari konsep
pengembangan sebagai upaya memperluas atau memajukan suatu kegiatan. Model dapat
dijadikan pedoman untuk merancang kegiatan pengelolaan lingkungan hidup termasuk pada
kawasan - kawasan wisata binaan secara berkelanjutan (Ramly, 2007).

Dalam banyak budaya masyarakat, musik dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar
pribadi. Pada masyarakat Aborigin sampai saat ini masih menggunakan musik untuk
berkomunikasi, ketika berburu mereka menggunakan suara-suara tabuhan, begitu juga ketika
mereka panen, mereka berkumpul mereka menari dan bernyanyi. Pada beberapa masyarakat
desa di Ruteng NTT, juga menggunakan musik dan tarian untuk mendamaikan dua desa yang
berperang, salah satu desa menampilkan musik dan tarian Danding dan desa lainnya
menampilkan musik dan tarian Rawa, inilah prosesi perdamaian kedua desa tersebut (Bungin,
2007)
12
Perkembangan musik telah mengalami banyak pergeseran, di samping musik memiliki fungsi
sosial, musik juga memiliki fungsi komersial, sehingga musik menjadi komoditas ekonomi
dalam perkembangannya.

Citra positif kepariwisataan dengan saluran komunikasi massa, seperti radio, televisi, surat
kabar/majalah serta internet menjadi urgen guna membentuk pendapat umum terkait dengan
citra pariwisata itu sendiri.

Pada prinsipnya citra adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu
objek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu objek akan ditentukan oleh citra
objek tersebut yang menampilkan kondisi terbaiknya (Ruslan, 2006).

Untuk memperoleh pembentukan citra positif kepariwisataan dengan bantuan media massa,
maka faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah melakukan identifikasi pesan pariwisata
yang akan diinformasikan melalui media. Proses identifikasi harus dimulai dengan sasaran
khalayak yang jelas, mengidentifikasi akan kebutuhan dan keinginan khalayak, untuk
selanjutnya menentukan program kerja dan tujuan dari informasi kepariwisataan yang akan
dipubliskasikan.

Mengacu pada tujuan utama pembangunan, yakni sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
dan kemakmuran masyarakat, maka penafsiran pembangunan pada tingkat praktis perlu lebih
luas. Kebijakan yang diambil mulai dari tahap perencanaan sampai operasional harus benar-
benar memberikan manfaat secara keseluruhan, baik dari perspektif sosial, ekonomi maupun
budaya, hal inilah yang merupakan salah satu benang merah yang perlu dikedepankan, ketika
membahas pentingnya industri pariwisata. Aktivitas pariwisata juga perlu lebih diarahkan
pada aktivitas yang dapat memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dan
berorientasi pada langkah-langkah pencapaian kesejahteraan.

Secara umum nasional diarahkan pada pariwisata menjadi sektor andalan, yang mampu
menggalakkan kegiatan ekonomi, dan tidak meninggalkan sektor lain yang terkait lapangan
kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah dan lainnya.

13
BAB III

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

A. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU UTAMA

Kelebihan Buku Utama:

• Di buku ini terdapat penjelasan yang sangat jelas dan singkat namun mudah dipahami.

• Disetiap bab bahkan terdapat awalan yang sangat berguna untuk mengetahui isi bab tersebut.

Kekurangan Buku Utama:

• Dibuku ini tidak terdapat gambar jadi terkadang kita bingung untuk memahaminya.

• Dibuku ini masih terdapat beberapa kosakata yag mengalami kekurangan huruf.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU PEMBANDING

Kelebihan Buku Pendamping:

• Buku ini memiliki cara penyampaian yang mudah untuk dipahami,

• Buku ini juga membuat kita lebih memahami materi yang disampaikan dalam buku,

Kekurangan Buku Pendamping:

• Dibuku ini tidak terdapat gambar sehingga terkadang sulit untuk dipahami.

• Dibuku ini masih terdapat informasi yang sudah seharusnya di perbarui.

14
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bangsa Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat dibutuhkan di negeri Belanda dan
Eropa secara umum yakni rempah-rempah. Belanda dapat membeli rempah-rempah di
Indonesia dengan harga murah, kemudian mereka jual di Eropa dengan harga tinggi. Belanda
mendapatkan keuntungan luar biasa dari perdagangan ini, sehingga berduyun-duyunlah bangsa
Belanda yang lain, juga bangsa-bangsa Eropa untuk mencari rempah-rempah di Indonesia.
Keinginan bangsa Belanda untuk terus memperoleh keuntungan tinggi dari perdagangan
menyebabkan mereka berusaha memonopoli perdagangan di Indonesia. Hal inilah yang
mendorong terjadinya perselisihan antara Belanda dengan rakyat Indonesia. Dalam perjalanan
sejarah kemudian Belanda tidak hanya berhasil melakukan monopoli perdagangan di
Indonesia, tetapi juga menguasai kerajaankerajaan di Indonesia. Belanda kemudian melakukan
imperialisme dan kolonialisme di Indonesia. Tidak hanya Belanda yang pernah menjajah
Indonesia. Portugis dan Inggris adalah bangsa Barat yang pernah menjajah Indonesia.
Bagaimana proses penjajahan bangsa-bangsa Barat di Indonesia, bagaimana kondisi bangsa
Indonesia pada masa penjajahan, mari kita pelajari dan diskusi melalui uraian materi di bawah
ini.

B. SARAN

Buku ini sangat menarik untuk dibaca karena hal ataupun pembahasannya sangat menarik
untuk dipelajari secara sendiri maupun bersama sama.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chamdani, U. (2018 ). Dimensi - Dimensi Pariwisata Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit Deepublish


(Grup Penerbitan CV. Budi Utama) .

Pulung Sumatri, F. T. (2022). Sejarah Pariwisata Sumatera Utara . Medan : Sastra UINSU Press.

16

Anda mungkin juga menyukai