Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Q.S AL-BAQARAH AYAT 172-173


TENTANG MAKANAN YANG DIHARAMKAN
MAKALAH INI DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS FAHM QUR’AN

OLEH:
1. MARIA YUNITA RUSADI (2301203026)
2. SYAFTINA DESWITA (2301203012)

DOSEN
Dr. ISNADUL HAMDI, M.A

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SOLOK NAN INDAH

1
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ii
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………… 1
C. Tujuan Penulisan………………………………………………. 1
BAB II: PEMBAHASAN………………………………………………….. 2
A. Q.S Surat Al-Baqarah Ayat 172-173…………………………… 2
B. Kosa Kata Q.S Surat Al-Baqarah Ayat 172-173……………….. 2
C. Isi Kandungan, Asbabun Nuzul dan Munasabah Q.S Surat Al- 3
Baqarah Ayat 172-173………………………………………….
D. Pengertian Makanan Yang Diharamkan……………………...... 9
BAB III : PENUTUP……………………………………………………….
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 1
2
B. Saran…………………………………………………………… 1
2
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 1
3

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Agama Islam sangat memperhatikan bagi pemeluknya untuk
mengkosumsi makanan yang baik dan halal. Secara etimologi makanan adalah
memasukkan sesuatu melalui mulut . Dalam bahasa arab makanan berasal dari
kata at-ta’am ( ‫ ( الطعام‬dan jamaknya Al - atimah ( ‫ (االطیمھ‬yang artinya makan-
makanan . Dalam hal makanan sebenarnya ada dua pengertian yang bisa kita
kategorikan kehalalannya yaitu halal dalam mendapatkannya dan halal dzat
atau subtansi barangnya. Halal dalam mendapatkannya maksudnya adalah
benar dalam mencari dan memperolehnya.
Tidak dengan cara yang haram dan tidak pula dengan cara yang batil.
Jadi, makanan yang pada dasar dzatnya halal namun cara memperolehnya
dengan jalan haram seperti mencuri, hasil korupsi dan perbuatan haram
lainnya, maka secara otomatis berubah status hukumnya menjadi makanan
haram. Namun penelitian ini hanya akan membahas tentang makanan halal
dari segi dzatnya atau subtansi barangnya. Makanan haram adalah makanan
yang tidak boleh dikonsumsi umat Islam sesuai aturan Allah SWT dan rasul-
Nya. Konsumsi makanan haram mendatangkan kerugian bagi muslim di dunia
dan akhirat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Makna surat Al-Baqarah Ayat 172-173
2. Munasabah surat Al-Baqarah Ayat 172-173
3. Apa pengertian Makanan yang diharamkan
4. Tafsir surat Al-Baqarah Ayat 172-173
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui makna surat Al-Baqarah Ayat 172-173
2. Untuk mengetahui munasabah At-Taubah ayat 65
3. Untuk memahami pengertian makanan yang diharamkan
4. Untuk mengetahui tafsir surat Al-Baqarah Ayat 172-173

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Q.S AL-BAQARAH AYAT 172 - 173

‫َي ا َأ ُّي َه ا ا َّل ِذ يَن آ َم ُن وا ُك ُل وا ِم ْن َط ِّي َب ا ِت َم ا َر َز ْق َنا ُك ْم َو ا ْش ُك ُر وا ِل َّل ِه ِإ ْن ُكْنُت ْم ِإ َّيا ُه َتْع ُب ُد وَن‬

‫ِإ َّن َم ا َح َّر َم َع َل ْي ُك ُم ا ْل َم ْيَت َة َو ال َّد َم َو َل ْح َم ا ْل ِخ ْن ِز ي ِر َو َم ا ُأ ِه َّل ِب ِه ِل َغ ْي ِر ال َّل ِه ۖ َف َم ِن اْض ُط َّر‬


‫َغ ْي َر َب ا ٍغ َو اَل َع ا ٍد َفاَل ِإ ْث َم َع َل ْي ِه ۚ ِإ َّن ال َّل َه َغ ُفوٌر َر ِح ي ٌم‬
Artinya:

172. Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik
yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-
benar kepada-Nya kamu menyembah.

173. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging


babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada
dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

B. KOSA KATA Q.S Al- BAQARAH AYAT 172-173

‫ ُك ُلوا ِم ْن َط ِّي َب ا ِت َم ا َر َز ْق َنا ُك ْم َو ا ْش ُك ُر وا ِل َّل ِه ِإ ْن ُكْنُت ْم ِإ َّيا ُه َتْع ُب ُد وَن‬.1


makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan
.bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah

‫ِإ َّن َم ا َح َّر َم َع َل ْي ُك ُم ا ْل َم ْيَت َة َو ال َّد َم َو َل ْح َم ا ْل ِخ ْن ِز ي ِر َو َم ا ُأ ِه َّل ِب ِه ِل َغ ْي ِر ال َّل ِه‬ .2


Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging
babi,dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.

‫َف َم ِن اْض ُط َّر َغ ْي َر َب ا ٍغ َو اَل َع ا ٍد َفاَل ِإ ْث َم َع َل ْي ِه‬


Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada
dosa baginya

4
C. ISI KANDUNGAN, ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH Q.S Al-
BAQARAH AYAT 172-173
1. Q.S Al- Baqarah Ayat 172
Tafsir ibn Kathir
Allah Swt. berfirman memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya
yang mukmin untuk memakan dari rezeki yang baik yang telah diberikan-
Nya kepada mereka, dan hendaknya mereka bersyukur kepada Allah Swt.
atas hal tersebut, jika mereka benar-benar mengaku sebagai hamba-hamba-
Nya.
Makan dari rezeki yang halal merupakan penyebab bagi
terkabulnya doa dan ibadah, sedangkan makan dari rezeki yang haram
dapat menghambat terkabulnya doa dan ibadah. Seperti yang disebutkan di
dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: telah menceritakan
kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Al-Fudail ibnu
Marzuq, dari Addi ibnu Sabit, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a.
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hai manusia,
sesungguhnya Allah itu Mahabaik, Dia tidak menerima kecuali yang baik-
baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang
mukmin sama dengan apa yang diperintahkan-Nya kepada para rasul,
maka Allah berfirman, "Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang
baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha
Mengetahui apa yang kalian kerjakan" (Al-Muminun: 51).
Dan Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian" (Al
Baqarah:172). Kemudian Nabi Saw. menyebutkan perihal seorang lelaki
yang lama dalam perjalanannya dengan rambut yang awut-awutan penuh
debu, lalu ia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa,
"Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku." Sedangkan makanannya dari yang
haram, minumnya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, dan
disuapi dari yang haram, mana mungkin doanya dikabulkan dengan cara
demikian?

5
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Muslim di dalam kitab
sahihnya, dan Imam Turmuzi melalui hadis Fudail ibnu Marzuq.
Setelah Allah menganugerahkan kepada mereka rezeki-Nya dan memberi
mereka petunjuk agar makan dari rezeki yang halal, berikutnya Allah
menyebutkan bahwa Dia tidak mengharamkan kepada mereka dari hal
tersebut kecuali bangkai. Yang dimaksud dengan bangkai ialah hewan
yang menemui ajalnya tanpa melalui proses penyembelihan, baik karena
tercekik atau tertusuk, jatuh dari ketinggian atau tertanduk hewan lain,
atau dimangsa oleh binatang buas. Akan tetapi, jumhur ulama
mengecualikan masalah ini ialah bangkai ikan, karena berdasarkan firman-
Nya: Dihalalkan bagi kalian binatang buruan laut dan makanan (yang
berasal) dari laut. (Al Maidah:96)
Hal ini akan diterangkan nanti pada tempatnya, insya Allah. Juga
berdasarkan hadis ikan anbar dalam kitab Sahih, kitab Musnad, kitab
Muwatta’ dan kitab-kitab Sunan, yaitu sabda Rasul Saw. mengenai laut:
Laut itu airnya menyucikan lagi bangkainya halal.
Imam Syafii, Imam Ahmad, Imam Ibnu Majah serta Imam
Daruqutni telah meriwayatkan melalui hadis Ibnu Umar secara marfu yang
mengatakan: Dihalalkan bagi kami dua jenis bangkai dan dua jenis darah,
yaitu ikan dan belalang, serta hati dan limpa. Air susu bangkai dan telur
bangkai yang masih bersatu dengannya hukumnya najis —menurut Imam
Syafii dan lain-lainnya— karena masih merupakan bagian dari bangkai
tersebut.
Imam Malik menurut salah satu riwayat mengatakan bahwa air
susu dan telur tersebut suci, hanya saja menjadi najis karena faktor
mujawairah. Demikian pula halnya keju yang terbuat dari air susu bangkai,
masih diperselisihkan, tetapi menurut pendapat yang terkenal di kalangan
mereka, hukumnya najis. Mereka mengemukakan dalil untuk alasan
mereka, bahwa para sahabat pernah memakan keju orang-orang Majusi.
Imam Qurtubi di dalam kitab tafsirnya sehubungan dengan
masalah ini mengatakan, "Bahan keju tersebut sedikit, sedangkan
campurannya yang terdiri atas air susu banyak. Karena itu, najis yang

6
sedikit dimaafkan bila bercampur dengan cairan (suci) yang banyak." Ibnu
Majah meriwayatkan melalui hadis Saif ibnu Harun, dari Sulaiman At-
Taimi, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Salman r.a. yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai samin, keju, dan bulu.
Maka beliau Saw. bersabda: Halal ialah apa-apa yang dihalalkan oleh
Allah di dalam kitab-Nya, dan haram ialah apa-apa yang diharamkan oleh
Allah di dalam Kitab-Nya, sedangkan apa yang tidak diterangkan padanya
termasuk sesuatu yang dimaafkan. Diharamkan pula atas mereka daging
babi, baik yang disembelih ataupun mati dengan sendirinya. Termasuk ke
dalam pengertian daging babi ialah lemaknya, adakalanya karena faktor
prioritas atau karena pengertian daging mencakup lemaknya juga, atau
melalui jalur kias (analogi) menurut suatu pendapat.
Diharamkan pula hewan yang disembelih bukan karena Allah,
yaitu hewan yang ketika disembelih disebut nama selain Allah, misalnya
menyebut nama berhala-berhala, tandingan-tandingan, dan azlam serta lain
sebagainya yang serupa, yang biasa disebutkan oleh orang-orang Jahiliah
bila mereka menyembelih hewannya.
Imam Qurtubi menyebutkan suatu riwayat dari Ibnu Atiyyah, yang
Ibnu Atiyyah pernah menukil dari Al-Hasan Al-Basri, bahwa ia pernah
ditanya mengenai seorang wanita yang mengadakan pesta perkawinan buat
bonekanya, lalu wanita itu menyembelih seekor unta untuk pesta tersebut.
Maka Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa daging unta tersebut tidak
boleh dimakan karena disembelih untuk berhala.
Imam Qurtubi mengetengahkan pula sebuah as'ar dari Siti Aisyah
r.a., bahwa Siti Aisyah pernah ditanya mengenai hewan yang disembelih
oleh orang-orang 'ajam (selain bangsa Arab) untuk hari perayaan mereka,
lalu mereka menghadiahkan sebagiannya kepada kaum muslim. Maka Siti
Aisyah r.a. menjawab, "Hewan yang disembelih untuk merayakan hari
tersebut tidak boleh kalian makan, dan kalian hanya boleh makan buah-
buahannya."

2. Q. S. Al-Baqarah Ayat 173

7
Tafsir ibn Kathir
Selanjutnya Allah Swt. memperbolehkan makan semua yang
disebutkan tadi dalam keadaan darurat dan sangat diperlukan bila makanan
yang lainnya tidak didapati. Untuk itu Allah Swt. berfirman: Tetapi barang
siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya), sedangkan ia tidak maksiat
dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Yakni
bukan dalam keadaan maksiat, bukan pula dalam keadaan melampaui
batas, tidak ada dosa baginya makan apa yang telah
disebutkan.Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Mujahid mengatakan, "Barang siapa yang tidak maksiat dan tidak
pula melampaui batas, yakni bukan dalam keadaan sebagai pembegal jalan
(rampok), atau memberontak terhadap imam (penguasa), atau bepergian
untuk tujuan maksiat terhadap Allah, diperbolehkan baginya memakannya.
Tetapi barang siapa yang bepergian karena memberontak atau melampaui
batas atau berbuat maksiat kepada Allah, tidak ada rukhsah (dispensasi)
baginya, sekalipun ia dalam keadaan darurat." Hal yang sama dikatakan
pula menurut suatu riwayat yang bersumber dari Sa'id ibnu Jubair.
Sa'id di dalam riwayat yang lain dan Muqatil mengatakan, yang
dimaksud dengan gaira bagin ialah tidak menghalalkannya. As-Saddi
mengatakan bahwa gaira bagin artinya bukan karena memperturutkan
selera ingin memakannya. Adam ibnu Abi Iyas mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Damrah, dari Usman ibnu Ata (yakni Al-
Khurrasani), dari ayahnya yang mengatakan bahwa seseorang tidak boleh
memanggang sebagian dari bangkai itu untuk membuatnya berselera
memakannya, tidak boleh pula memasaknya serta tidak boleh
memakannya kecuali hanya sedikit, tetapi ia boleh membawanya sampai ia
dapat menemukan makanan yang halal. Apabila ia telah menemukan
makanan yang halal, ia harus membuangnya. Demikianlah yang dimaksud
oleh firman-Nya, "Wala 'adin," yakni tidak boleh melampaui batas dalam
memakannya bila telah menemukan yang halal.
Dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa makna wala 'adin ialah tidak
boleh sekenyangnya. Sedangkan As-Saddi menafsirkannya dengan makna

8
al-'udwan, yakni melampaui batas. Disebutkan pula dari Ibnu Abbas
bahwa gaira bagin yakni tidak menginginkan bangkai tersebut, wala 'adin
artinya dan tidak melampaui batas dalam memakannya. Qatadah
mengatakan bahwa gaira bagin artinya tidak menginginkan bangkai
tersebut, yakni 'ketika keadaan memaksanya untuk memakan bangkai, ia
memakannya tidak melampaui batas garis-garis yang dihalalkan sampai
kepada batas yang diharamkan, padahal ia mempunyai jalan keluar dari
itu'.
Al-Qurtubi meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna
firman-Nya: Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya).
Yakni dipaksa untuk memakannya tanpa ada kemauan dari dirinya sendiri.
Apabila orang yang dalam keadaan terpaksa (darurat) menemukan suatu
bangkai dan makanan milik orang lain, sekiranya tidak ada hukum potong
tangan dalam mengambilnya dan tidak pula hukuman lainnya (ta'zir),
maka tidak dihalalkan baginya memakan bangkai, melainkan ia boleh
memakan makanan milik orang lain itu. Semua ulama sepakat, tanpa ada
yang memperselisihkannya.
Selanjutnya disebutkan, apabila dia memakannya dalam keadaan
demikian, lalu apakah dia harus menggantinya atau tidak? Sebagai
jawabannya ada dua pendapat, yang keduanya merupakan dua riwayat dari
Imam Malik. Selanjutnya diketengahkan sebuah hadis dari Sunan Ibnu
Majah: melalui hadis Syu'bah, dari Abu Iyas, dari Ja'far ibnu Abu
Wahsyiyyah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Syurahbil Al-
Anazi menceritakan hadis berikut, "Ketika tahun paceklik menimpa kami,
aku datang ke Madinah, lalu aku memasuki sebuah kebun dan mengambil
setangkai buah kurma.
Aku memakannya, dan selebihnya aku masukkan ke dalam
kantong bajuku. Ternyata pemilik kebun itu datang, maka dia memukuliku
dan merampas bajuku. Lalu aku datang kepada Rasulullah Saw. dan
kuceritakan kepadanya hal tersebut Maka beliau Saw. bersabda kepada
pemilik kebun: 'Kamu tidak memberinya makan ketika dia sedang
kelaparan dan dalam keadaan tidak bermata pencaharian, dan kamu tidak

9
mengajarnya sewaktu dia tidak mengerti (bodoh).' Lalu Nabi Saw.
memerintahkan kepadanya agar mengembalikan pakaian lelaki itu, dan
Nabi Saw. memerintahkan pula agar diberikan kepada si pemilik kebun
satu wasaq atau setengah wasaq makanan (sebagai gantinya)."
Sanad hadis ini sahih, kuat lagi jayyid dan mempunyai banyak
syawahid lainnya yang memperkuatnya. Termasuk ke dalam bab ini hadis
lain yang diriwayatkan melalui hadis Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari
kakeknya, bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai buah-buahan
yang bergantung pada pohonnya. Maka beliau Saw. menjawab:
Barang siapa yang mengambil sebagian darinya cukup untuk makannya
sendiri, sedangkan dia dalam keadaan miskin serta tidak mengambil bekal
darinya, tidak ada dosa baginya, hingga akhir hadis.
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Baqarah:173) Yakni tidak ada dosa
baginya karena memakan makanan itu, sebab dia dalam keadaan terpaksa.
Telah sampai kepada kami suatu riwayat —hanya Allah Yang Mengetahui
— bahwa makanan tersebut tidak boleh lebih dari tiga suap.
Menurut Sa'id ibnu Jubair, makna ayat adalah sebagai berikut:
"Allah Maha Pengampun terhadap apa yang telah dimakannya dari barang
yang haram, lagi Maha Penyayang karena Dia telah menghalalkan baginya
barang yang haram dalam keadaan terpaksa."
Waki' mengatakan bahwa Al-A'masy menceritakan kepada kami,
dari Abud-Duha, dari Masruq yang mengatakan, "Barang siapa yang
dalam keadaan terpaksa, lalu dia tidak mau makan dan minum, kemudian
berakibat kepada kematiannya, maka dia masuk neraka." Pendapat ini
menunjukkan bahwa memakan bangkai bagi orang yang dalam keadaan
terpaksa merupakan azimah (keharusan), bukan rukhsah (dispensasi).
D. PENGERTIAN MAKANAN YANG DIHARAMKAN
Makanan haram adalah makanan yang tidak boleh dikonsumsi umat
Islam sesuai aturan Allah SWT dan rasul-Nya. Konsumsi makanan haram
mendatangkan kerugian bagi muslim di dunia dan akhirat.

10
Dikutip dari buku Fiqih dari Udin Wahyudin, dkk, mengonsumsi makanan
haram juga akan mendatangkan sikap dan perilaku tidak terpuji. Larangan
mengkonsumsi makanan haram terdapat dalam beberapa ayat Al Quran.
Salah satunya QS Al Maidah ayat 3,
‫ُأ‬
‫ُح ِّر َم ْت َع َل ْي ُك ُم ا ْل َم ْي َت ُة َو ال َّد ُم َو َل ْح ُم ا ْل ِخ ْن ِز ي ِر َو َم ا ِهَّل ِل َغ ْي ِر‬
‫ال َّل ِه ِب ِه َو ا ْل ُم ْن َخ ِن َق ُة َو ا ْل َم ْو ُق و َذ ُة َو ا ْل ُم َت َر ِّد َي ُة َو ال َّن ِط ي َح ُة َو َم ا َأ َك َل‬
‫الَّس ُبُع ِإاَّل َم ا َذ َّك ْي ُت ْم َو َم ا ُذ ِب َح َع َل ى ال ُّن ُص ِب َو َأ ْن َت ْس َت ْق ِس ُموا‬
‫ِب ا َأْل ْز اَل ِم ۚ َٰذ ِل ُك ْم ِف ْس ٌق ۗ ا ْل َي ْو َم َيِئَس ا َّل ِذ ي َن َك َف ُر وا ِم ْن ِد يِن ُك ْم َف اَل‬
‫َت ْخ َش ْو ُه ْم َو ا ْخ َش ْو ِن ۚ ا ْل َي ْو َم َأ ْك َم ْل ُت َلُك ْم ِد ي َن ُك ْم َو َأ ْت َم ْم ُت َع َل ْي ُك ْم‬
‫ِن ْع َم ِتي َو َر ِض ي ُت َلُك ُم ا ِإْل ْس اَل َم ِد ي ًن اۚ َف َم ِن اْض ُط َّر ِفي َم ْخ َم َص ٍة‬
‫َغ ْي َر ُم َت َج اِنٍف ِإِل ْث ٍم ۙ َف ِإَّن ال َّل َه َغ ُف وٌر َر ِحي ٌم‬
Artinya: "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging
babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik,
yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada
hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu,
sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Merujuk pada ayat di atas, makanan halal dibedakan karena zatnya dan
cara memperolehnya. Berikut penjelasannya:
1. Makanan haram karena zatnya
Makanan ini bisa haram dengan sendirinya atau haram karena
proses pencampuran. Makanan yang haram dengan sendirinya antara lain
darah, daging babi, hewan halal yang disembelih tidak sesuai syariat

11
Islam. Sedangkan makanan haram akibat proses pengolahan adalah
contohnya mie goreng yang menggunakan minyak dan daging babi,
makanan ringan yang diolah dengan bahan-bahan haram, makanan yang
sudah busuk dan diolah lagi. Contoh lain adalah makanan yang
membahayakan tubuh.
2. Makanan haram karena cara memperolehnya
Makanan halal menjadi haram jika diperoleh dengan cara-cara
yang tidak benar. Cara yang dilarang Allah SWT tersebut misalnya
berjudi,mencuri, merampok, mencopet, menipu, dan korupsi. Perubahan
status makanan halal menjadi haram karena cara memperoleh yang tidak
benar terdapat dalam QS Al Baqarah ayat 275,

‫ۚ ٱَّل ِذ يَن َي ْأُك ُلوَن ٱلِّر َب ٰو ۟ا اَل َيُقوُم وَن ِإاَّل َك َم ا َيُق وُم ٱَّل ِذ ى َيَتَخَّبُط ُه ٱلَّش ْيَٰط ُن ِم َن ٱْلَم ِّس‬
Artinya: "Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila."

Beberapa hal yang dikategorikan haram adalah:


1. Khamr
Khamr adalah setiap yang memabukkan berupa minuman dan
makanan. Minuman yang terkategori khamr adalah yang mengandung
ethanol (C2H5OH) minimal satu persen. Tape dan air tape tidak
termasuk khamr kecuali memabukkan.

2. Ethanol
Zat ethanol adalah senyawa murni yang tidak atau berasal dari
industri khamr. Ethanol yang memabukkan tidak boleh dikonsumsi
umat muslim.
3. Babi

12
Babi adalah hewan yang haram untuk dikonsumsi. MUI
melarang konsumsi dan penggunaan nama dan atau simbol-simbol
makanan atau minuman yang mengarah kepada kekufuran dan
kebatilan, serta pada binatang yang diharamkan seperti babi.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

13
Makanan haram adalah makanan yang tidak boleh dikonsumsi umat Islam
sesuai aturan Allah SWT dan rasul-Nya. Konsumsi makanan haram
mendatangkan kerugian bagi muslim di dunia dan akhirat.
Dikutip dari buku Fiqih dari Udin Wahyudin, dkk, mengonsumsi makanan
haram juga akan mendatangkan sikap dan perilaku tidak terpuji.
Makanan halal dibedakan karena zatnya dan cara memperolehnya, anatara
lain:
1. Makanan haram karena zatnya
2. Makanan haram karenacara memperolehnya
Beberapa hal yang dikategorikan haram adalah:
1. Khamr
2. Ethanol
3. Babi

B. SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa
terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak
orang.

DAFTAR PUSTAKA

https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-171 di unggah tanggal 2 November 2023 jam


14.00

14
https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-172 di unggah tanggal 2 November 2023 jam
14.10
https://makalahqw.blogspot.com/2019/09/al-baqarah-2172-indonesian-bahasa-
wahai.html diunggah pada tanggal 2 November jam 14.30

https://news.detik.com/berita/d-5606860/apa-arti-makanan-haram-dalam-islam-
ini-penjelasannya di unggah pada tanggal 2 November jam 14.52

15

Anda mungkin juga menyukai