Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN

Supervise professional penting untuk tenaga Kesehatan, supervise merupakan

kesempatan untuk berefleksi terhadap praktek, identitas professional dan untuk

memperluas sudut pandang dimana tenaga Kesehatan bekerja. Supervise dapat

memberikan perluasan sudut pandang, yang dapat terwujud bila ada keterlibatan dengan

supervisor professional dan berefleksi terhadap praktek (Te Pou 2011). Supervise

merupakan bagian dari fungsi directing (menggerakkan/pengarahan) dalam fungsi

manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah

diprogramkan dapat dilaksanakan dengan benar dan lancer. Supervise secara langsung

memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan/permasalahan

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan diruangan dengan mengkaji secara menyeluruh

factor-faktor yang mempengaruhinya dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari

jalan pemecahannya (suarli dkk, 2010).

Dalam supervise keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam berbagai

level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala bidang perawatan

ataupun wakil direktur perawatan. Namun pada dasarnya seorang supervisor harus

memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Membuat perencanaan kerja, 2) control terhadap

pekerjaan, 3) memecahkan masalah, 4) memberikan umping balik terhadap kinerja, 5)

melatih (coaching) bawahan, 6) membuat dan memelihara atmosfer kerja yang motivative,

7) mengelola waktu, 8) berkomunikasi secara informal, 9) mengelola diri sendiri, 10)

mengetahui system manajemen perusahaan, 11) konseling karir, 12) komunikasi dalam

pertemuan resmi (rakhmawati 2009). Penuruanan kinerja perawat akan mempengaruhi


mutu pelayanan Kesehatan. Studi oleh direktorat keperawatan dan keteknisian medik

depkes RI bekerjasama dengan WHO tahun 2005menemukan kinerja perawat baik 50%

sedang 34,37%, dan kurang 15,63%. Kinerja keperawatan di rumah sakit dikatakan baik

bila kinerja perawat >75% (Maryadi2006)

Pelayanan keperawatan yang bermutu merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh

perawat. Pelayanan keperawatan yang bermutu memerlukan tenaga profesional yang

didukung oleh faktor internal antara lain motivasi, pengembangan karir profesional dan

tujuan pribadi serta faktor eksternal, antara lain kebijakan organisasi, kepemimpinan,

struktur organisasi, sistem penugasan dan sistem pembinaan.

Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa setiap

peningkatan mutu pelayanan kesehatan harus disertai dengan peningkatan mutu pelayanan

keperawatan. Dalam undang-undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 31

ayat 2, menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola pelayanan

keperawatan, perawat berwenang : melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan;

2 merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelayanan keperawatan; dan mengelola

kasus,3 maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan. Hal ini

ditopang dengan kenyataan bahwa 40% - 75% pelayanan di rumah sakit merupakan

pelayanan keperawatan, dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan

penyakit baik di rumah sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh

perawat.

Perawat merupakan salah satu pilar utama dalam peningkatan profesionalitas di

rumah sakit, dikatan professional apabila rumah sakit dapat bersinergi dalam

melaksanakan tujuan mulia dalam pengobatan, perawatan dan penyembuhan

pasiennya, bersinerginya hal tersebut tentu dibutuhkan satu kesatuan kerja yg baik dari

seluruh tenaga kesehatan, perawat juga merupakan personel terbanyak yang berada di
sebuah instansi kesehatan yang bekerja secara holistik untuk kesembuhan pasien yang

memandang pasien sebagai makhluk yang memiliki respon terhadap keadaan apapun

terhadap peruhbahan ditubuhnya. perawat juga dipandang memiliki tugas dan fungsi yang

sangat komplek mulai dari fungsi independent, fungsi dependent dan fungsi

interdependent, fungsi tersebut tentu harus dilaksanakan dengan sungguh sungguh untuk

mencapai tujuan mulia dan membangun citra perawat yang ideal yang identik

disandingkan dengan keprofesionalan kerja perawat.

Keprofesionalan perawat harus ditunjang pula dengan kinerja yang baik dalam

menjalankan tugas dan fungsi dalam pelaksanaan asuhan terhadap pasien. Kinerja

merupakan suatu keadaan yang dapat terukur dari seseorang dalam melaksanakan tugas

dan fungsi dari pekerjaan yang mereka emban sesuai profesi masing-masing sehingga

mencapai hasil terukur baik barang ataupun jasa. Kinerja perawat dapat diukur dari jasa

yang diberikan, artinya sejauh mana perawat tersebut bertanggung jawab terhadap

pasiennya dengan memperkaya diri baik kompetensi pribadi yang ditandai dengan

pendidikan dan pelatihan ataupun dari sikap terhadap pasien yang ditandai dengan asuhan

dan komunikasi.

Salah satu variabel yang dapat mempengaruhi kinerja perawat pelaksana dalam

pemberian asuhan keperawatan adalah sub variabel kepemimpinan, yaitu kepemimpinan

dari kepala ruangan. Kepala ruangan merupakan manajer tingkat pertama yang

mempunyai kontribusi cukup besar terhadap kualitas pelayanan keperawatan di rumah

sakit. Menurut Marquis dan Huston (2006), kepala ruangan (head nurse) sebagai supervisit

unit mempunyai tanggung jawab utama mengatur aktivitas perawatan melalui pelaksanaan

manajerial yang meliputi fungsi, perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf,

penggerakkan atau pengarahan, dan pengawasan. Setiap tingkat manajemen memiliki

porsi fungsi yang berbeda, porsi waktu terbesar adalah kegiatan memimpin atau
memotivasi mencapai 36% dari keseluruhan waktu kerjanya (Doughtrey & Ricks, 1994

dalam Rahmat, 2004). Kepala ruangan perlu melaksanakan fungsi komunikasi dan

supervisi untuk pencapaian pelayanan keperawatan yang optimal.

Kemampuan manajer untuk dapat melaksanakan fungsi dari manajemen adalah untuk

memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan para bawahannya

akan menentukan efektifitas manajer. Motivasi merupakan proses dari kebutuhan-

kebutuhan yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan demi tercapainya tujuan,

makin tinggi motivasi kerja perawat makin baik mutu pelayanan terhadap pasien,

kesejahteraan pasien, kenyamanan pasien. Motivasi penting dalam menentukan tingkat

kinerja dari para bawahan serta mencerminkan kualitas dari pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Pemberian motivasi oleh kepala ruangan dapat menggerakkan

perawat pelaksana untuk melaksanakan kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan

dengan baik, dengan sikap professional, karna sikap professional merupakan suatu faktor

penting dalam meningkatkan tingkat kinerja karyawan dan kualitas pencapaian tujuan

keperawatan.

Berdasarkan hasil pengambilan data awal pada saat studi pendahuluan terkait dengan

bagaimanah sikap profesional kepalah ruangan dengan pewarat di RSU Al-Fatah Ambon,

terdapat keanekaragaman fakta yang berhasil diungkapkan, berdasarkan data penilain dari

kepalah kepewaratan RSU Al-Fatah Ambon yang dimana perawat yang memiliki sifat

profesional hanya ada (93%), dan yang kurang ada (7 %). Berdasarkan wawancara singkat

dengan beberapa perawat pelaksana, ada perawat mengatakan kurang nyaman dengan

manajemen kepala ruangan dan ada perawat juga yang mengatakan bahwa kepalah

ruangan suda bekerja sesuai dengan standart kepala ruangan dan menjalankan fungsi

supervisi.
Dalam hal ini Kepala ruangan harus dapat menjalankan fungsi manajerial yaitu

bimbingan dan pengarahan dengan melakukan supervisi terhadap perawat pelaksana agar

melaksanakan asuhan keperawatan secara optimal. Pemberian asuhan keperawatan yang

optimal diharapkan dapat memenuhi harapan konsumen untuk memperoleh pelayanan

yang terbaik selama dirawat di ruang rawat inap. Untuk meningkatkan produktivitas kerja,

efektifitas kerja, keberhasilan perawat pelaksana sangat dipengaruhi oleh sikap

professional kepala ruangan.

1.2 Rumusan Masalah

sikap professional merupakan suatu faktor penting dalam meningkatkan tingkat

kinerja karyawan dan kualitas pencapaian tujuan keperawatan. Dari data yang ditemukan

pada latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitiannya adalah

Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap sikap professional Perawat di Rumah

Sakit Umum Al-fatah Ambon Terkhusus di ruangan interna

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan dalam penelitihan ini adalah untuk memperoleh

gambaran Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap sikap professional

Perawat di Rumah Sakit Umum Al-fatah Ambon Terkhusus di ruangan interna

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui sikap professional perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU

Al-fatah Ambon
1.3.2.2 Mengetahui motivasi kepala ruangan dalam sikap perfesioanal perawat

pelaksana dalam memberikan layanan keperawatan di ruang rawat inap

RSU Al-fatah Ambon

1.3.2.3 Mengetahui hubungan fungsi perencanaan kepala ruang dengan motivasi

perawat pelaksana dalam memberikan layanan keperawatan di ruang rawat

inap RSU Al-fatah Ambon

1.3.2.4 Mengetahui hubungan fungsi pengawasan kepala ruang dengan motivasi

perawat pelaksana dalam memberikan layanan keperawatan di ruang rawat

inap RSU Al-fatah Ambon

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi Pelayanan Keperawatan RSU Al-fatah Ambon

1.4.1.1 Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pembenahan metode palayanan

keperawatan khususnya yang berhubungan dengan fungsi manajemen

kepala ruangan dalam meningkatkan sikap professional Perawat perawat

pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan.

1.4.1.2 Sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit

khususnya pelayanan keperawatan sesuai dengan harapan masyarakat dari

segi fungsi manajemen kepala ruang.

1.4.2 Bagi Peneliti

Sebagai informasi awal untuk penelitian selanjutnya dan sumbangan

pemikiran bagi peneliti lain yang berminat pada lingkup yang sama, terkait dengan

hubungan supervisi kepala ruangan terhadap sikap professional perawat

1.5 Relevansi

Pelayanan keperawatan yang bermutu menuntut perawat untuk bekerja secara

professional dan terstandar, dimana pelayanan berfokus pada pasien dan secara
komprehensif. Profesionalisme perawat diharapkan perawat mampu bersikap humanis

terhadap pasien, perilaku humanis berarti perawat memperlakukan pasien sebagai

manusia yang harus diperhatiakan, dijaga dan dilayani setulus hati (Nursalam, 2011).

Pelayanan keperawatan yang terbaik dapat diwujudkan dengan meningkatkan perilaku

caring perawat. Caring merupakan suatu sikap yang penuh kepedulian dan perhatian

kepada pasien, sehingga pasien merasa dilindungi dan dihargai. Perawat harus dapat

melayani dengan sepenuh hati dan memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang

lain, keterampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku

caring (Dwidiyanti, 2017)

Anda mungkin juga menyukai