Anda di halaman 1dari 2

Dewi Fatimah

043823736
1. Pegawai daerah adalah pegawai yang ditugaskan di kantor pemerintahan daerah setingkat
Provinsi, Kota, Kabupaten ataupun Desa. Hampir sama dengan pegawai yang bertugas di
pusat, pegawai daerah juga berperan mengambil bagian dalam kebijakan yang mendukung
kesejahteraan rakyat. Bahkan peran pegawai daerah juga sangat penting dalam perekonomian
daerah. Sebagai sumber daya manusia yang unggul di daerahnya, pegawai daerah dituntut
memecahkan masalah pemulihan industri daerah dan perbaikan pendidikan serta
kesejahteraan daerah tersebut. Contoh pegawai daerah antara lain kepala dinas atau
perkantoran, kepala bagian, kepala bidang, camat, kepala seksi, lurah, sekretaris camat, dan
sektretaris lurah.
2. Formasi untuk suatu satuan organisasi Pemerintah Daerah bagi:
 Propinsi ditetapkan oleh Gubernur;
 Kabupaten ditetapkan oleh Bupati; dan
 Kota ditetapkan oleh Walikota.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.97 tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil
pasal 3 ayat 2, Formasi Pegawai Negeri Sipil Daerah untuk masing-masing satuan organisasi
Pemerintah Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota setiap tahun anggaran ditetapkan oleh Kepala
Daerah masing-masing setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung
jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara, berdasarkan pertimbangan dari Kepala
Badan Kepegawaian Negara. Formasi Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/Kota
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan
kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara melalui Gubernur selaku wakil Pemerintah. Gubernur
dalam mengajukan usul formasi Pegawai Negeri Sipil Daerah dibuat secara kolektif dengan
merinci jumlah formasi yang dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah Propinsi dan masing-
masing Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di lingkungan Propinsi yang bersangkutan sesuai
dengan yang diusulkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota. Dengan
demikian, Gubernur tidak dapat mengubah jumlah usul formasi yang diajukan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota. Secara umum pembinaan manajemen
Pegawai Negeri Sipil Daerah meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan,
pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan
kewajiban, kedudukan hukum,pengembangan kompetensi, dan pengendalian jumlah pegawai
dilakukan oleh
pemerintah pusat dan seluruh ketentuan terhadap seluruh aspek pembinaan manajemen
tersebut telah terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasional.
Namun secara khusus, daerah dibawah Pimpinan Daerah selaku
Pejabat Pembina Kepegawaian di daerah juga tetap dapat menciptakan inovasi-inovasi
sendiri terkait pembinaan kepegawaian sipil di daerahnya masing-masing, yang
terpenting adalah didasarkan pada prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada
sistem prestasi kerja dan juga tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat.
3. Pada pemerintah daerah, lembaga yang sah membuat perencanaan kebijakan publik adalah
pemerintah daerah dan DPRD. Kebijakan yang dihasilkan tersebut disebut kebijakan daerah
yang dituangkan dalam peraturan daerah. Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah
daerah dalam pembuatan rencana kebijakan adalah membuat agenda kebijakan, melakukan
identifikasi kebutuhan, membuat rumusan usulan yang konkret berdasarkan langkah kedua,
membahas usulan yang telah disajikan secara sistematis dan logis dalam DPRD, menetapkan
kebijakan dalam bentuk peraturan daerah, dan melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan
tersebut oleh pemerintah daerah.
4. Menurut Finance (1994:4 dalam Badjuri dan Yuwono; 2002:135) ada empat tipe evaluasi,
yaitu :
1. Evaluasi kecocokan (appropriateness), yaitu melakukan penilaian apakah kebijakan yang
ditetapkan tersebut memang cocok untuk dipertahankan,perlukah diganti dengan kebijakan lain, dan
apakah
kebijakan ini cocok dilakukan oleh pemerintah daerah bukan oleh
swasta.
2. Evaluasi efektivitas, yaitu melakukan penilaian apakah kebijakan yang dilaksanakan tersebut telah
menghasilkan hasil dan dampak yang sesuai dengan tujuannya.
3. Evaluasi efisiensi, yaitu melakukan penilaian berdasarkan tolak ukur ekonomis yaitu seberapa jauh
tingkat manfaat disbandingkan dengan biaya dan sumber daya yang dikeluarkan.
4. Evaluasi meta, yaitu melakukan penilaian terhadap proses evaluasi itu sendiri. Apakah evaluasi
yang dilakukan lembaga berwenang sudah professional? Apakah evaluasi dilakukan tersebut sensitive
terhadap kondisi sosial ,cultural, dan lingkungan, Apakah evaluasi tersebut menghasilkan laporan
yang mempengaruhi pilihan-pilihan manajerial.

Anda mungkin juga menyukai