Anda di halaman 1dari 17

1

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check


terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika
Kelas IV SD Inpres BTN IKIP I Kota Makassar

1
Asmaniar, 2Ahmad Syawaluddin, 3Sayidiman
1,2,3
Program Studi PGSD FIP Universitas Negeri Makassar
1
asmaniar03@gmail.com
2
unmsyawal@unm.ac.id
3
sayidiman@unm.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini menelaah tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pair
Check pada mata pelajaran matematika kelas IV SD Inpres BTN IKIP 1 Kota Makassar.
Masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah gambaran penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Pair Check pada siswa kelas IV SD Inpres BTN IKIP I Kota
Makassar?, (2) bagaimanakah hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check pada mata pelajaran
matematika kelas IV SD Inpres BTN IKIP 1 Kota Makassar?, dan (3) apakah ada pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check terhadap hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika kelas IV?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1)
gambaran penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check, (2) hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Pair Check, dan (3) pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Pair Check terhadap hasil belajar siswa. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan jenis penelitian quasi experimental design atau eksperimen semu. Variabel penelitian
ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check dan hasil belajar. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh kelas IV dengan menggunakan metode pengambilan sampel
yaitu simple random sampling. Teknik pengumpulan data yaitu tes, observasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan
analisis statistik inferensial. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa (1)
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check dikatakan baik, terlihat dari
keaktifan dan antusias siswa saat proses pembelajaran (2) hasil belajar siswa khususnya
aspek kognitif mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan nilai rata-rata posttest lebih tinggi
dari nilai rata-rata pretest (3) terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Pair
Check terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SD Inpres BTN
IKIP 1 Kota Makassar.

Kata kunci: Tipe Pair Check, Hasil Belajar

PENDAHULUAN bangsa Indonesia yaitu dengan


Peningkatan kualitas diamandemennya Undang-undang
pendidikan menjadi usaha yang terus Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 berbunyi
digalahkan oleh segenap insan “Setiap warga negara berhak
pendidikan Indonesia. Salah satu memperoleh pendidikan”. Berdasarkan
upaya pemerintah dalam hal itu maka pemerintah pun membuat
meningkatkan kualitas pendidikan kebijakan-kebijakan yang memberikan
2

kesempatan bagi seluruh bangsa informasi yang ditemukan berkaitan


Indonesia untuk mendapatkan dengan proses belajar mengajar yang
pendidikan yang berkualitas. dilaksanakan di kelas IV yang terdiri
Matematika merupakan mata dari dua kelas yaitu kelas A dan kelas
pelajaran yang ada dalam tingkatan B, kegiatan pembelajaran dominan
sekolah, mulai dari Sekolah dilakukan oleh guru, sehingga hanya
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), terjadi interaksi antara guru dengan
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah siswa. siswa cenderung cepat merasa
Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah jenuh dan kurang memperhatikan
menengah Atas/Madrasah Aliyah materi yang diajarkan oleh guru,
(SMA/MA). Keberadaan matematika kurangnya kerjasama antara siswa
sangat diperlukan disetiap jenjang sehingga siswa dalam proses
sekolah karena memegang peranan pembelajaran saling menjatuhkan
penting dalam ilmu pengetahuan dan apabila jawaban siswa salah, siswa
kehidupan sehari-hari. Susanto (2016) kurang memahami konsep matematika
menjelaskan matematika merupakan yang diajarkan secara abstrak dan
salah satu disiplin ilmu yang dapat siswa kesulitan memahami materi.
meningkatkan kemampuan berpikir Tuntutan proses pembelajaran
dan berargumentasi, memberikan sekarang harus melibatkan siswa
kontribusi dalam penyelesaian masalah secara aktif, oleh karenanya dengan
sehari-hari dan dalam dunia kerja serta penerapan model pembelajaran
memberikan dukungan dalam kooperatif tipe Pair Check diharap
pengembangan ilmu pengetahuan dan interaksi yang terjadi lebih banyak
teknologi. dilakukan oleh siswa dengan siswa
Berdasarkan observasi pada secara saintifik, sehingga siswa yang
bulan Januari 2019 di SD Inpres BTN aktif dalam proses pembelajaran bukan
IKIP 1 Kota Makassar, banyak hanya siswa yang pintar.
Model Pembelajaran Kooperatif diberikan. Menurut Hardian (Shoimin,
Tipe Pair Check 2017: 119) “Model Pair Check
1) Pengertian model pembelajaran (Pasangan Mengecek) merupakan
kooperatif tipe Pair Check model pembelajaran dimana siswa
Model pembelajaran kooperatif tipe saling berpasangan dan menyelesaikan
Pair Check dalam bahasa Indonesia persoalan yang diberikan’’. Sedangkan
berarti pasangan mengecek merupakan menurut Huda (2017) Pair Check
salah satu model pembelajaran merupakan metode pembelajaran
kooperatif. Kurniasih dan Sani (2016) berkelompok yang terdiri atas
menyatakan model Pair Check adalah beberapa orang yang menuntut siswa
proses belajar kelompok yang untuk mampu mandiri dalam
mengedepankan kerja kelompok. menyelesaikan tugas yang diberikan
Dimana setiap anggota kelompok serta mampu menilai.
harus memiliki kemandirian dan harus 2) Langkah-langkah model
memiliki kemampuan dalam pembelajaran kooperatif tipe Pair
menyelesaikan persoalan yang Check
3

Model pembelajaran kooperatif memecahkan masalah/


tipe Pair Check memiliki sintaks dan menyelesaikan soal) merayakan
langkah-langkah pembelajaran. keberhasilam mereka.
Menurut Huda (2017: 211) secara i) Langkah d,e dan f diulang lagi
umum sintaks atau langkah-langkah untuk menyelesaikan soal nomor
dalam model pembelajaran kooperatif 3 dan 4.
tipe Pair Check adalah sebagai berikut: 3) Kelebihan model pembelajaran
a) Bekerja berpasangan kooperatif tipe Pair Check
b) Pembagian peran partner Semua model maupun metode
dan pelatih pembelajaran digunakan karena
c) Pelatih memberikan soal, dianggap memiliki keunggulan atau
partner menjawab kelebihan dalam penggunaanya dalam
d) Pengecekan jawaban kegiatan belajar mengajar dalam hal
e) Bertukar peran ini model pembelajaran kooperatif tipe
f) Penyimpulan Pair Check juga memiliki kelebihan
g) Evaluasi dalam pelaksanaannya. Menurut Huda
h) Refleksi (2017: 212) metode Pair Check
Menurut Shoimin (2017: 119) memiliki kelebihan-kelebihannya
langkah-langkah model pembelajaran tersendiri antara lain:
kooperatif tipe Pair Check adalah a) Meningkatkan kerjasama antar
sebagai berikut: siswa;
a) Guru menjelaskan konsep b) Peer tutoring;
pembelajaran. c) Meningkatkan pemahaman atas
b) Bagilah siswa dikelas kedalam konsep dan/atau proses
kelompok-kelompok yang terdiri pembelajaran; dan
dari 4 orang. d) Melatih siswa berkomunikasi
c) Bagi lagi kelompok-kelompok dengan baik dengan teman
siswa tersebut menjadi sebangkunya.
berpasang-pasangan. Suatu model pembelajaran
d) Berikan setiap pasangan sebuah tidak ada yang sempurna, suatu model
LKS untuk dikerjakan. pembelajaran juga memiliki
e) Berikutnya, berikan kesempatan kekurangan. Begitu juga dengan model
kepada partner A untuk pembelajaran kooperatif tipe Pair
mengerjakan, sementara partner Check yang memiliki beberapa
B mengamati, memberi motivasi, kekurangan. Menurut Huda (2017:
dan membimbing 212-213) “metode ini juga memiliki
f) Selanjutnya bertukar peran. kekurangan, utamanya karena metode
g) Setelah 2 soal diselesaikan, tersebut membutuhkan (1) waktu yang
pasangan tersebut mengecek hasil benar-benar memadai dan (2) kesiapan
pekerjaan mereka berdua siswa untuk menjadi pelatih dan
bersama dengan kelompoknya. partner yang jujur dan memahami soal
h) Setiap kelompok yang dengan baik’’.
memperoleh kesepakatan Menurut Shoimin (2017: 122)
(kesamaan pendapat/cara model pembelajaran kooperatif tipe
4

Pair Check memiliki 2 kekurangan Berdasarkan beberapa pendapat


yakni: di atas, dapat disimpulkan bahwa ada
a) membutuhkan waktu yang cukup dua hal yang menjadi kekurangan dari
lama dan model pembelajaran tipe Pair Check
b) membutuhkan keterampilan siswa ini, yang pertama adalah waktu yang
untuk menjadi pembimbing cukup banyak untuk melaksanakan
pasangannya, dan kenyataannya pembelajaran dengan model ini , serta
setiap partner pasangan bukanlah kesiapan dan kemampuan siswa untuk
siswa dengan kemampuan belajar memahami soal yang diberikan serta
yang lebih baik. mampu memberikan penilaian kepada
rekannya.

Hasil Belajar Wasliman (Susanto, 2016)


1) Pengertian Hasil Belajar mengartikan hasil belajar yang dicapai
Hasil belajar yaitu perubahan- oleh siswa merupakan hasil interaksi
perubahan yang terjadi pada individu antara berbagai faktor yang
baik dari aspek kognitif, afektif, mempengaruhi, baik faktor internal
maupun psikomotor. Pengertian maupun eksternal. Secara terperinci,
tersebut dipertegas oleh Nawawi uraian mengenai faktor internal dan
(Susanto, 2016), hasil belajar dapat eksternal, sebagai berikut:
diartikan sebagai tingkat keberhasilan a. Faktor Internal
siswa dalam mempelajari materi Faktor internal merupakan
pelajaran di sekolah yang dinyatakan faktor yang bersumber dari dalam diri
dalam skor yang diperoleh dari hasil siswa, yang mempengaruhi
tes mengenal sejumlah materi kemampuan belajarnya. Faktor internal
pelajaran tertentu. meliputi; kecerdasan, minat dan
Menurut Islamiah dkk, (2017) perhatian, motivasi belajar, ketekunan,
Hasil belajar seringkali digunakan sikap, kebiasaan belajar, dan kondisi
sebagai ukuran untuk mengetahui fisik serta kesehatan siswa sendiri.
seberapa jauh seseorang menguasai b. Faktor Eksternal
bahan yang sudah diajarkan. Hasil Faktor eksternal yang berasal
belajar dapat dijelaskan dengan dari luar siswa yang mempengaruhi
memahami dua kata yang hasil belajar yaitu keluarga, sekolah,
membentuknya, yaitu “hasil” dan dan masyarakat. Keadaan keluarga
“belajar”. Pengertian hasil (product) yang kurang dalam ekonominya,
menunjukkan suatu perolehan akibat pertengkaran suami-istri, perhatian
dilakukannya suatu aktivitas atau orang tua yang kurang terhadap
proses yang mengakibatkan anaknya, serta kebiasaan sehari-hari
berubahnya input secara fungsional. berperilaku yang kurang baik dari
orang tua dalam kehidupan sehari-hari
2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
berpengaruh dalam hasil belajar siswa.
Hasil Belajar Siswa
5

Mata Pelajaran Matematika 2. Tujuan Pembelajaran Matematika


1)Pengertian Matematika di Sekolah Dasar
Sebagian besar orang Setiap pembelajaran memiliki
menganggap bahwa matematika adalah tujuan dalam proses pembelajarannya.
salah satu bidang studi yang paling Menurut Susanto (2016: 189) “tujuan
sukar dipahami oleh para siswa, baik pembelajaran matematika di sekolah
yang tidak berkesulitan belajar dasar adalah agar siswa mampu dan
maupun siswa yang berkesulitan terampil menggunakan matematika”.
belajar. Hal ini disebabkan karena Selain itu juga, dengan pembelajaran
kurangnya siswa dalam memahami matematika dapat memberikan tekanan
mata pelajaran matematika. penalaran dalam penerapan
Dampaknya adalah motivasi belajar matematika.
matematika menurun dan hasil belajar Menurut Latri (2012)
siswa berpengaruh. matematika merupakan dasar untuk
Menurut Khairunnisa dan menata nalar dan membentuk sikap
Afidah (2014) kata matematika berasal untuk berfikir secara logis, sistematis,
dari bahasa Yunani Kuno máthēma, dan kreatif. Oleh karena itu, perbaikan
yang berarti pengkajian, pembelajaran, kegiatan belajar mengajar matematika
ilmu, yang ruang lingkupnya harus diupayakan secara optimal agar
menyempit, dan arti teknisnya menjadi mutu pendidikan dapat meningkat.
“pengkajian matematika”, bahkan Dalam hal ini seorang guru dalam
demikian juga pada zaman kuno. Kata menjalankan tugasnya sebagai
sifatnya adalah mathēmatikós, pengajar harus mampu menerapkan
berkaitan dengan pengkajian, atau cara yang efektif dan efisien agar
tekun belajar, yang lebih jauhnya tujuan pembelajaran dapat tercapai
berarti matematis. Secara khusus, sesuai dengan yang diharapkan dan
mathēmatikḗ tékhnē, di dalam bahasa tuntutan zaman.
Latin ars matehmatica, berarti seni
matematika.

METODE PENELITIAN variabel bebas dalam penelitian ini


adalah model pembelajaran Kooperatif
Penelitian ini menggunakan Tipe Pair Check yang kemudian dalam
pendekatan kuantitatif. Pada penelitian ini diberi simbol sebagai X
pendekatan ini data akan dianalisis dan Variabel terikat (dependet
secara kuantitatif/ statistik dengan variable) merupakan variabel yang
tujuan untuk menguji hipotesis yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
telah disiapkan. Jenis penelitian yang Dalam penelitian ini yang menjadi
digunakan adalah penelitian Quasi variabel terikat adalah hasil belajar
Ekperimental. Penelitian ini memiliki matematika, yang selanjutnya diberi
dua variabel, yaitu variabel bebas simbol Y.
(independent variable) merupakan Penelitian ini menggunakan
variabel yang mempengaruhi berubah nonequivalent control group desain
atau tidaknya variabel terikat. Adapun dimana pengukuran dilakukan
6

melibatkan dua kelompok, yakni intrumen penelitian untuk mengetahui


kelompok eksperimen (kelompok yang apakah instrumen yang digunakan
diberi perlakuan) dan kelompok dapat mengungkapkan data dari
kontrol (kelompok yang tidak diberi variabel yang diteliti secara tepat.
perlakuan). Pada penelitian ini terdapat Instrumen yang dimaksudkan adalah
kelas eksperimen dan kelas kontrol soal yang digunakan untuk menguji
sebagai kelas perbandingan. Kedua hasil belajar siswa. Selanjutnya
kelas diberikan pre non test untuk dianalisis menggunakan statistik
mengetahui keadaan awal adakah inferensial dimaksudkan untuk
perbedaan antara kelompok menguji hipotesis penelitian Pada
eksperimen dan kelompok kontrol. penelitian ini yang digunakan adalah
Kelompok eksperimen adalah statistik parametris karena data yang
kelompok yang diajarkan digunakan adalah data rasio. Jenis
menggunakan media pembelajaran Statistik parametris yang digunakan
permainan kartu kuartet dan kelompok adalah Independent Sample t-test
kontrol adalah kelompok yang tidak untuk menguji ada tidaknya perbedaan
diajarkan menggunakan media yang signifikan antara dua kelas yang
pembelajaran permainan kartu kuartet. berbeda. Namun, sebelum pengujian
Populasi dari penelitian ini hipotesis terlebih dahulu dilaksanakan
adalah siswa kelas IV SD Inpres BTN uji normalitas dan uji homogenitas
IKIP I Kota Makassar yang terdiri dari data. Pengujian normalitas data dalam
siswa kelas IV A dan siswa kelas IV B penelitian ini menggunakan
sebanyak 60 orang. Teknik penarikan Kolmogrove-Smirnov Normality Test
sampel dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah data yang
teknik simple random sampling. diperoleh berdistribusi secara normal.
Teknik simple random sampling Nilai siswa dikatakan berditribusi
digunakan untuk menentukan kelas normal apabila signifikansi uji dua sisi
kontrol dan kelas eksperimen. Adapun hasil perhitungan lebih besar dari 0,
pertimbangannya ialah anggota 05. Pengujian homogenitas dalam
populasi dianggap homogen atau penelitian ini menggunakan Levene’s.
relatif homogen. Teknik pengumpulan Uji homogenitas dilakukan dengan
data yang digunakan dalam penelitian tujuan untuk mengetahui kedua sampel
ini yaitu, Observasi, tes dan yang digunakan mempunyai
dokumentasi. kesamaan. Kriteria pengujian sampel
Pembelajaran dilaksanakan dikatakan tidak ada perbedaan antara
selama empat kali pertemuan di kelas kedua kelompok (ada kesamaan)
eksperimen dan empat kali pertemuan apabila nilai probabilitas lebih besar
di kelas kontrol. Pertemuan pertama dari 0,05. Selanjutnya adalah uji
sebagai pre non-test. Pertemuan kedua hipotesis dengan analisis Independent
dan ketiga sebagai treatment sample t-Test yang merupakan
(tindakan) dimasing-masing kelas. prosedur yang digunakan untuk
Pertemuan keempat sebagai post non- membandingkan rata-rata hasil
test. Sebelum melakukan pre non test, posttest hasil belajar siswa yang telah
dilakukan uji validitias terhadap diberikan setelah pemberian treatment
7

baik pada kelas eksperimen maupun yang diberikan, dalam hal ini validitas
pada kelas kontrol. Analisis pada isi dilakukan oleh seseorang yang ahli
penelitian ini menggunakan program dalam bidangnya, yakni Bahar S.Pd.,
statistik yaitu IBM SPSS Statistic M.Pd sebagai validator instrumen soal.
Version 20, dengan kriteria pengujian Data diperoleh dari sejumlah
jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 tes hasil belajar siswa pada mata
maka terdapat pengaruh yang pelajaran matematika di kelas
signifikan sebelum dan sesudah IVA sebagai kelas kontrol dan
penerapan penerapan model kelas IVB sebagai kelas eksperimen.
pembelajaran kooperatif tipe Pair Setiap kelas diberlakukan perlakuan
Check terhadap hasil belajar siswa yang berbeda. Tes hasil belajar yang
pada mata pelajaran matematika kelas digunakan merupakan soal pilihan
IV SD Inpres BTN IKIP 1 Kota ganda sebanyak 25 nomor. Penelitian
Makassar. ini dilaksanakan 4 kali pertemuan
dikelas kontrol dan 4 kali pertemuan di
HASIL & PEMBAHASAN
kelas eksperimen. Pada pertemuan
pertama dilakukan pada tanggal 25
Penelitian ini bertujuan untuk
April 2019 dengan alokasi waktu 60
mengetahui tiga hal antara lain yang
menit siswa kelas kontrol dan kelas
pertama, untuk mengetahui gambaran
eksperimen diberikan pretest terlebih
hasil belajar siswa pada mata pelajaran
dahulu untuk mengukur kemampuan
matematika, kedua untuk mengetahui
awal siswa mengenai mata pelajaran
gambaran penerapan model kooperatif
matematika materi Pembulatan
tipe Pair Check, dan ketiga untuk
Bilangan. Pada pertemuan kedua dan
mengetahui apakah terdapat pengaruh
ketiga dilakukan treatment dalam
yang signifikan penerapan model
proses pembelajaran. Pada kelas
kooperatif tipe Pair Check terhadap
eksperimen pembelajaran dilakukan
hasil belajar matematika siswa kelas
dengan menggunakan model
IV SD.
pembelajaran kooperatif tipe Pair
Langkah awal yang dilakukan
Check, sedangkan pada kelas kontrol
oleh peneliti adalah menguji validitas
tidak menggunakan model
instrumen soal (pretest dan posttest),
pembelajaran kooperatif tipe Pair
validitas yang digunakan adalah
Check. Pertemuan kedua dan ketiga
validitas isi untuk menguji instrumen
pada kelas eksperimen dilakukan pada
penelitian sebelum digunakan dan
tanggal 26 dan 29 April 2019 dengan
dilanjutkan dengan pemberian
alokasi waktu 4 x 35 menit dan pada
treatment melalui penerapan model
kelas kontrol dilakukan pada tanggal
kooperatif tipe Pair Check terhadap
26 dan 29 April 2019 dengan alokasi
hasil belajar matematika siswa kelas
waktu 4 x 35 menit. Pada pertemuan
IV SD.
keempat dilaksanakan pada tanggal 30
Peneliti menggunakan validitas
April 2019 dengan alokasi waktu 60
isi. Validitas isi yaitu validitas yang
menit kedua kelas tersebut diberikan
mengukur tujuan khusus tertentu yang
posttest untuk mengukur sejauh mana
sejajar dengan materi atau isi pelajaran
peningkatan hasil belajar siswa setelah
8

menggunakan model pembelajaran indikator yang dicapai bertambah


kooperatif tipe Pair Check. menjadi 22 skor yang pada pertemuan
Data yang telah terkumpul pertama hanya 18 skor indikator yang
selanjutnya dianalisis menggunakan dicapai, menunjukkan bahwa guru
statistik deskriptif dan statistik dapat menerapkan langkah-langkah
inferensial. Statistik deskriptif model pembelajaran kooperatif tipe
bertujuan untuk mendeskripsikan Pair Check dengan maksimal yang
hasil penelitian sedangkan statistik menerapkan seluruh aspek yang
inferensial dengan t-test untuk terdapat pada model pembelajaran
pengujian hipotesis. Analisis data ini Pair Check.
diarahkan untuk menjawab rumusan Kegiatan siswa selama
masalah dan hipotesis yang diajukan. mengikuti pembelajaran dapat
Adapun hasil penelitian yang lebih diketahui melalui lembar observasi
rinci akan diuraikan sebagai berikut: kegiatan siswa. Berdasarkan observasi
didapatkan hasil bahwa pada
1. Gambaran Penerapan Model pertemuan II (lampiran ke IV) proses
Pembelajaran Kooperatif Tipe pembelajaran yang dilaksanakan
Pair Check dengan persentase tingkat pencapaian
Pelaksanaan proses 66,67% dan berada pada kategori
pembelajaran matematika di kelas cukup. Sedangkan pada pertemuan III
eksperimen dengan materi Pembulatan (lampiran ke IV) proses pembelajaran
Bilangan sebanyak 2 kali pertemuan. yang dilaksanakan dengan persentase
Untuk melihat gambaran pelaksanaan tingkat pencapaian 87,5% dan berada
model pembelajaran kooperatif tipe pada kategori baik. Hal ini terlihat dari
Pair Check maka menggunakan adanya peningkatan skor aktivitas
lembar observasi guru dan lembar siswa selama proses pembelajaran
observasi siswa. Pelaksanaan yang dicapai bertambah menjadi 21
pembelajaran matematika dengan skor yang pada pertemuan pertama
menerapkan model pembelajaran hanya 16 skor dicapai.
kooperatif tipe Pair Check yang Data di atas, menunjukkan
dilakukan oleh guru (peneliti) dapat bahwa proses pembelajaran
diketahui melalui hasil observasi. berlangsung dengan baik dibandingkan
Berdasarkan observasi pertemuan sebelumnya, hal ini
didapatkan hasil bahwa pada ditunjukkan dengan pelaksanaan
pertemuan II (lampiran ke IV) proses kegiatan disetiap point mengalami
pembelajaran yang dilaksanakan oleh peningkatan baik dari aspek guru
guru dapat dikategorikan baik dengan maupun siswa. Dengan demikian
persentase tingkat pencapaian 75%. proses pembelajaran dikategorikan
Sedangkan pada pertemuan III terlaksana dengan baik.
(lampiran ke IV) proses pembelajaran 2. Gambaran Hasil Belajar Siswa
yang dilaksanakan dengan persentase Gambaran hasil belajar siswa
tingkat pencapian 91,66% dan berada diperoleh melalui pretest dan posttest
pada kategori baik. Hal ini terlihat dari siswa. Hasil nilai pretest dan posttest
adanya peningkatan pada skor siswa dianalisis secara statistik
9

deskriptif yang diolah dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 28


menggunakan aplikasi SPSS 16.00. orang. Setelah data pretest diperoleh
Hasil belajar siswa yang terbagi atas kemudian diolah menggunakan SPSS
pretest dan posttest pada kelas 16.00, untuk mengetahui data
eksperimen dan kelas kontrol deskriptif nilai pretest siswa pada
diuraikan pada penjelasan berikut: kelas eksperimen. Data hasil pretest
a. Data Pretest Siswa tentang Hasil kelas eksperimen dapat dilihat pada
Belajar Matematika Kelas tabel berikut:
Eksperimen
Pretest hasil belajar siswa pada
kelas eksperimen dilakukan dengan
Tabel 4.1 Deskriptif Skor Nilai Pretest Siswa pada Kelas Eksperimen
Statistik Deskriptif
Nilai Statistik
Jumlah Sampel 28
Nilai Tertinggi 76
Nilai Terendah 44
Rata-rata (Mean) 61,50
Median 60
Modus 60
Standar Deviasi 8,88
Varians 79
Range 32
Sumber: SPSS 16.00 (Lampiran )

Berdasarkan tabel 4.1 dapat deviasi) sebesar 8,88, nilai varians


dilihat bahwa nilai pretest pada kelas sebesar 79 dan rentang (range) antara
ekperimen, nilai tertinggi sebesar 76 nilai tertinggi dan nilai terendah adalah
dan nilai terendah sebesar 44. Rata- 32 dari skor ideal 100. Distribusi
rata (mean) sebesar 61,50, nilai tengah frekuensi hasil pretest hasil belajar
(median) sebesar 60, dan modus siswa kelas eksperimen dapat dilihat
sebesar 60. Simpangan baku (standar pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi dan Persentase Skor Nilai Pretest Hasil Belajar Siswa pada
Kelas Eksperimen
Presentase Aspek Nilai Kategori Frekuensi Persentase
81% – 100% 81 – 100 Sangat -
tinggi
61% – 80% 61 – 80 Tinggi 12 42,85%
41% – 60% 41 – 60 Sedang 16 57,15%
21% – 40% 21 – 40 Rendah -
0% – 20% 0 – 20 Sangat -
10

rendah

Berdasarkan tabel di atas, b. Data Pretest Siswa tentang Hasil


diketahui bahwa jumlah siswa yang Belajar Matematika Kelas
memperoleh kategori sedang sebanyak Kontrol
16 orang dengan persentase 57,15%, Pretest hasil belajar siswa pada
dan jumlah siswa yang memperoleh kelas kontrol dilakukan dengan jumlah
kategori tinggi sebanyak 12 dengan subjek penelitian sebanyak 32 orang.
persentase 42,85%. Berdasarkan hasil Setelah data pretest diperoleh
analisis deskriptif yang telah dilakukan kemudian diolah menggunakan SPSS
dapat disimpulkan bahwa hasil pretest 16.00, untuk mengetahui data
pada kelas eksperimen berada pada deskriptif nilai pretest siswa pada
kategori sedang, hal ini dapat dilihat kelas kontrol. Data hasil pretest kelas
berdasarkan banyaknya siswa berada kontrol dapat dilihat pada tabel
pada kategori sedang. berikut:

Tabel 4.3 Deskriptif Skor Nilai Pretest Siswa pada Kelas kontrol
Statistik Deskriptif
Nilai Statistik
Jumlah Sampel 32
Nilai Tertinggi 76
Nilai Terendah 44
Rata-rata (Mean) 58,12
Median 60
Modus 68
Standar Deviasi 9,310
Varians 86,694
Range 32
Sumber: SPSS 16.00 (Lampiran )

Berdasarkan tabel 4.3 dapat deviasi) sebesar 9,310, nilai varians


dilihat bahwa nilai pretest pada kelas sebesar 86,694, dan rentang (range)
kontrol, nilai tertinggi sebesar 76 dan antara nilai tertinggi dan nilai terendah
nilai terendah sebesar 44. Rata-rata adalah 32 dari skor ideal 100.
(mean) sebesar 58,12 nilai tengah Distribusi frekuensi hasil pretest hasil
(median) sebesar 60, dan modus belajar siswa kelas kontrol dapat
sebesar 68. Simpangan baku (standar dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi dan Persentase Skor Nilai Pretest Hasil Belajar Siswa pada
Kelas Kontrol
11

Presentase Aspek Nilai Kategori Frekuensi Persentase


81% – 100% 81 – 100 Sangat -
tinggi
61% – 80% 61 – 80 Tinggi 9 28,12%
41% – 60% 41 – 60 Sedang 23 71,88%
21% – 40% 21 – 40 Rendah -
0% – 20% 0 – 20 Sangat -
rendah

Berdasarkan tabel di atas, c. Data Posttest Siswa tentang Hasil


diketahui bahwa jumlah siswa yang Belajar Matematika Kelas
memperoleh kategori sedang sebanyak Eksperimen
23 orang dengan persentase 71,88%, Posttest hasil belajar siswa
dan jumlah siswa yang memperoleh pada kelas eksperimen dilakukan
kategori tinggi sebanyak 9 orang dengan jumlah subjek penelitian
dengan persentase 28,12%. sebanyak 28 orang. Setelah data
Berdasarkan hasil analisis deskriptif posttest diperoleh kemudian diolah
yang telah dilakukan dapat menggunakan SPSS 16.00, untuk
disimpulkan bahwa hasil pretest pada mengetahui data deskriptif nilai
kelas kontrol berada pada kategori posttest siswa pada kelas eksperimen.
sedang, hal ini dapat dilihat Data hasil posttest kelas eksperimen
berdasarkan banyaknya siswa berada dapat dilihat pada tabel berikut:
pada kategori sedang.

Tabel 4.5 Deskriptif Skor Nilai Posttest Siswa pada Kelas Eksperimen
Statistik Deskriptif
Nilai Statistik
Jumlah Sampel 28
Nilai Tertinggi 92
Nilai Terendah 72
Rata-rata (Mean) 82,42
Median 84
Modus 88
Standar Deviasi 6,094
Varians 37,143
Range 20
Sumber: SPSS 16.00 (Lampiran )
Berdasarkan tabel 4.5 dapat rata (mean) sebesar 82,42, nilai tengah
dilihat bahwa nilai posttest pada kelas (median) sebesar 84, dan modus
ekperimen, nilai tertinggi sebesar 92 sebesar 88. Simpangan baku (standar
dan nilai terendah sebesar 72. Rata- deviasi) 6,094, nilai varians sebesar
12

37,143, dan rentang (range) antara frekuensi hasil posttest hasil belajar
nilai tertinggi dan nilai terendah adalah siswa kelas eksperimen dapat dilihat
20 dari skor ideal 100. Distribusi pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Distribusi dan Persentase Skor Nilai Posttest Hasil Belajar Siswa pada
Kelas Eksperimen

Presentase Aspek Nilai Kategori Frekuensi Persentase


81% – 100% 81 – 100 Sangat 15 53,57%
tinggi
61% – 80% 61 – 80 Tinggi 13 46,43%
41% – 60% 41 – 60 Sedang - -
21% – 40% 21 – 40 Rendah - -
0% – 20% 0 – 20 Sangat - -
rendah

Berdasarkan tabel di atas, d. Data Posttest Siswa tentang Hasil


diketahui bahwa jumlah siswa yang Belajar Siswa Kelas Kontrol
memperoleh kategori sangat tinggi Posttest hasil belajar siswa
sebanyak 15 orang dengan persentase pada kelas kontrol dilakukan dengan
53,57% dan jumlah siswa yang jumlah subjek penelitian sebanyak 32
memperoleh kategori tinggi sebanyak orang. Setelah data posttest diperoleh
13 orang dengan persentase 46,43%. kemudian diolah menggunakan SPSS
Berdasarkan hasil analisis deskriptif 16.00, untuk mengetahui data
yang telah dilakukan dapat deskriptif nilai posttest siswa pada
disimpulkan bahwa hasil posttest pada kelas kontrol. Data hasil posttest kelas
kelas eksperimen berada pada kategori kontrol dapat dilihat pada tabel
tinggi, hal ini dapat dilihat berdasarkan berikut:
banyaknya siswa berada pada kategori
sangat tinggi.

Tabel 4.7 Deskriptif Skor Nilai Posttest Siswa pada Kelas Kontrol
Statistik Deskriptif
Nilai Statistik
Jumlah Sampel 32
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 60
Rata-rata (Mean) 69,62
Median 68
Modus 68
Standar Deviasi 6,251
13

Varians 39,081
Range 20
Sumber: SPSS 16.00 (Lampiran )
Berdasarkan tabel 4.7 dapat deviasi) sebesar 6,251, nilai varians
dilihat bahwa nilai posttest pada kelas sebesar 39,081 dan rentang (range)
kontrol, nilai tertinggi sebesar 80 dan antara nilai tertinggi dan nilai terendah
nilai terendah sebesar 60. Rata-rata adalah 20 dari skor ideal 100.
(mean) sebesar 69,62, nilai tengah Distribusi frekuensi hasil posttest hasil
(median) sebesar 68, dan modus belajar siswa kelas kontrol dapat
sebesar 68. Simpangan baku (standar dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Distribusi dan Persentase Skor Nilai Posttest Hasil Belajar Siswa pada
Kelas Kontrol

Presentase Aspek Nilai Kategori Frekuensi Persentase


81% – 100% 81 – 100 Sangat - -
tinggi
61% – 80% 61 – 80 Tinggi 27 84,37%
41% – 60% 41 – 60 Sedang 5 15,63%
21% – 40% 21 – 40 Rendah - -
0% – 20% 0 – 20 Sangat - -
rendah

Berdasarkan tabel di atas, inferensial. Berdasarkan Persyaratan


diketahui bahwa jumlah siswa yang analisis, maka sebelum dilakukan
memperoleh kategori tinggi sebanyak pengujian hipotesis perlu dilakukan uji
27 orang dengan persentase 84,37% prasyarat terlebih dahulu yaitu dengan
dan jumlah siswa yang memperoleh uji normalitas.
kategori sedang sebanyak 5 dengan
presentase 15,63%. Berdasarkan hasil
analisis deskriptif yang telah dilakukan a. Uji Normalitas
dapat disimpulkan bahwa hasil Uji normalitas dilakukan untuk
posttest pada kelas kontrol berada pada mengetahui apakah data pada kelas
kategori tinggi hal ini dapat dilihat eksperimen dan kelas kontrol
berdasarkan banyaknya siswa berada berdistribusi normal atau tidak.
pada kategori tinggi. Pengujian uji normalitas menggunakan
3. Pengaruh Model Pembelajaran program SPSS 16.00. Uji normalitas
Kooperatif Tipe Pair Check pada penelitian ini menggunakan
terhadap Hasil Belajar Siswa Kolmogorov-Smirnov tes lebih besar
Pengaruh Model dari pada nila α yang ditentukan yaitu
Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair 5% (0.05). Rangkuman data hasil uji
Check terhadap Hasil Belajar siswa normalitas pretest dan posttest pada
diketahui melalui hasil analisis statistik
14

kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol

Data Nilai Probabilitas Keterangan


Pretest kelas eksperimen 0,181 0,181 > 0,05 = normal
Pretest kelas kontrol 0,120 0,120 > 0.05 = normal
Posttest kelas eksperimen 0,162 0,162> 0.05 = normal
Posttest kelas kontrol 0,155 0,155 > 0,05 = normal
Sumber: SPSS 16.00 (Lampiran )
Berdasarkan data tersebut diperoleh homogen atau tidak.
menunjukkan bahwa data hasil pretest Pengolahan uji homogenitas
dan posttest kelas eksperimen dan menggunakan program SPSS 16.00.
kelas kontrol berdistribusi normal. Hal Uji homogenitas pada penelitian ini
ini dapat dilihat dari hasil uji menggunakan Uji Levene’s. Data
normalitas pada keempat data tersebut dikatakan homogen apabila nilai
diperoleh nilai probabilitas yang lebih probabilitas pada output Levene
besar dari 0,05. Dengan demikian Statistic lebih besar dari nilai α yang
dapat disimpulkan bahwa data kelas ditentukan, yaitu 5% (0,05).
eksperimen dan kelas kontrol Rangkuman data hasil uji homogenitas
berdistribusi normal pretest dan posttest pada kelas
b. Uji Homogenitas eksperimen dan kelas kontrol dapat
Uji homogenitas dilakukan dilihat pada tabel berikut:
untuk mengetahui apakah data yang

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol

Data Nilai Probabilitas Keterangan


Pretest kelas eksperimen dan 0,105 0,105> 0,05 = homogeny
kelas kontrol
Posttest kelas eksperimen dan 0,194 0,194> 0,05 = homogeny
kelas kontrol
Sumber: SPSS 16.00 (Lampiran )
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa hasil uji homogenitas pretest
kelas eksperimen dan kelas kontrol maupun posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol dikatakan homogen karena nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05.
Selanjutnnya dilakukan uji parametik atau uji t karena syarat yang harus dipenuhi
sebelum melakukan uji t adalah dua kelompok yang diuji harus homogen dan
berdistribusi normal.
15

c. Uji Hipotesis nilai probabilitas lebih kecil


1) Independent Sample T-Test dari 0,05. Analisis ini bertujuan
Pretest Kelas Eksperimen dan unuk mengetahui perbedaan
Pretest Kelas Kontrol hasil belajar antara kelas
Analisis ini dilakukan eksperimen dan kelas kontrol
dengan menguji pretest kelas sebelum diberikan treatment.
eksperimen dan kelas kontrol Adapun hasil independent
menggunakan bantuan program sample t-test nilai pretest kelas
SPSS 16.00. Syarat data eksperimen dan kelas kontrol
dikatakan signifikan apabila sebagai berikut.

Tabel 4.11 Independent Sample T-Test Pretest Kelas Eksperimen dan Pretest
Kelas Kontrol

Data T Df Nilai Probabilitas Keterangan


Pretest kelas 0,141> 0,05 =
eksperimen dan 1,491 58 0,141 Tidak ada
kelas kontrol perbedaan
Sumber: SPSS 16.00 (Lampiran )
Berdasarkan tabel tidak ada perbedaan secara
tersebut, diperoleh bahwa nilai signifikan.
probabilitas sebesar 0,141 lebih 2) Independent Sample T-Test
besar dari 0,05 yang artinya Posttest Kelas Eksperimen dan
tidak ada perbedaan yang Posttest Kelas Kontrol
signifikan hasil belajar antara Analisis ini dilakukan dengan
kelas eksperimen dan kelas menguji posttes kelas eksperimen dan
kontrol sebelum diberikan kelas kontrol menggunakan program
treatment. Jika t hitung sebesar SPSS 16.00. Syarat data dikatakan
1,491 dibandingkan dengan signifikan apabila nilai probabilitas
nilai t tabel (2,001) yang lebih kecil dari 0,05. Analisis ini
diperoleh melalui tabel dengan bertujuan unuk mengetahui perbedaan
melihat α = 5% dan df = 58, hasil belajar antara kelas eksperimen
maka t hitung memiliki nilai dan kelas kontrol setelah diberikan
lebih kecil dari t tabel (1,491 < treatment. Adapun hasil Independent
2,001). Dengan demikian dapat sample t-test nilai posttest kelas
disimpulkan bahwa pada data eksperimen dan kelas kontrol sebagai
pretest yang diperoleh di kelas berikut:
eksperimen dan kelas kontrol

Tabel 4.12 Independent Sample T-Test Posttest Kelas Eksperimen dan Posttest
Kelas Kontrol

Data T Df Nilai Probabilitas Keterangan


16

Posttest kelas 0,000 < 0,05 = Ada


eksperimen dan 8.767 58 0,000 perbedaan
kelas control
Sumber: SPSS 16.00 (Lampiran )
Berdasarkan tabel tersebut, Berdasarkan uraian tersebut,
diperoleh bahwa nilai probabilitas maka hipotesis nol (H0) ditolak yaitu
sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 tidak terdapat perbedaan yang
yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran
signifikan hasil belajar antara kelas kooperatif tipe Pair Check terhadap
eksperimen dan kelas kontrol setelah hasil belajar siswa pada mata pelajaran
diberikan treatment. Jika t hitung Matematika kelas IV di SD Inpres
sebesar 8,767 dibandingkan dengan BTN IKIP I Kota Makassar dan
nilai t tabel (2,001) yang diperoleh hipotesis alternatif (Ha) diterima yaitu
melalui tabel dengan melihat α = 5% perbedaan yang signifikan antara
dan df = 58, maka t hitung memiliki model pembelajaran kooperatif tipe
nilai lebih besar dari t tabel (8,767 > Pair Check terhadap hasil belajar
2,001). Dengan demikian dapat siswa pada mata pelajaran Matematika
disimpulkan data posttest yang kelas IV di SD Inpres BTN IKIP I
diperoleh dikelas eksperimen dan kelas Kota Makassar.
kontrol ada perbedaan secara
signifikan.

KESIMPULAN & SARAN nilai rata-rata posttest lebih tinggi dari


niali rata-rata pretest.
A. Kesimpulan 3. Model pembelajaran kooperatif
1. Gambaran pelaksanaan proses tipe Pair Check berpengaruh terhadap
pembelajaran dengan menerapkan hasil belajar Matematika siswa kelas
model pembelajaran kooperatif tipe IV SD Inpres BTN IKIP I Kota
Pair Check terhadap hasil belajar Makassar.
siswa pada mata pelajaran matematika
kelas IV SD Inpres BTN IKIP 1 Kota
Makassar dapat dikatakan baik. Hal
inni terlihat dari keaktifan dan antusias
siswa pada saat guru melakukan
pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Pair
Check.
2. Hasil belajar siswa khususnya
aspek kognitif pada mata pelajaran
matematika setelah pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe Pair
Check menunjukkan adanya
peningkatan. Hal ini dibuktikan oleh
17

B. Saran belajar matematika siswa dan


Adapun saran yang melatih siswa belajar
diberikan oleh peneliti terhadap berkolaboratif.
beberapa pihak adalah sebagai 2. Untuk peneliti selanjutnya, agar
berikut: dapat melakukan penelitian
1. Guru hendaknya memberikan terhadap pokok bahasan atau mata
treatment kepada siswa khususnya pelajaran yang lainnya karena
model pembelajaran kooperatif penelitian ini hanya mengambil
tipe Pair Check yang digunakan satu pokok bahasan. Selain itu,
pada mata pelajaran matematika penelitian ini hanya membatasi
kelas IV SD Inpres BTN IKIP I pada aspek kognitif saja. Maka
Kota Makassar. Hal ini perlu dari itu diharapkan ada penelitian
diperhatikan, karena Pair Check lebih lanjut mengenai model
merupakan salah satu model tersebut misalnya pada hasil
pembelajaran yang dapat belajar afektif ataupun
mendukung peningkatan hasil psikomotor.

DAFTAR PUSTAKA profesionalitas Guru. Yogyakarta:


Kata Pena.
Huda, M. 2017. Model-Model Pengajaran Latri, 2012. Peningkatan Hasil Belajar
dan Pembelajaran (Isu-Isu Matematika Melalui Penerapan
Metodis dan Paradigmatis). Pendekatan Matematika Realistik
Yogyakarta: Pustaka Belajar. (PMR) Pada Siswa Kelas V SD
Islamiah, I., Amin, B. D., & Azis, A. Negeri 5 Unggulan Watampone.
2017. Penerapan Model Artikel Ilmiah. Makassar:
Pembelajaran Kooperatif Tipe Universitas Negeri Makassaar.
Pair Checks Terhadap Hasil Shoimin, A. 2017. Model Pembelajaran
Belajar Peserta Didik di Kelas Inovatif dalam Kurikulum 2013.
IX2 SMP Negeri 1 Balusu Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Kabupaten Barru. Jurnal Susanto, 2016. Teori Belajar dan
Pendidikan Fisika - Journal of Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Physics Education, 4(2), 152–160. Jakarta: Prenada.
Khairunnisa, & Afidah. 2015. Matematika Undang-Undang Republik Indonesia
Dasar. Jakarta: Rajawali Pers. No.20 Tahun 2003 Tentang
Kurniasih, I., & Sani, B. 2016. Ragam Sistem Pendidikan Nasional.
Pengembangan Model Bandung: Citra Umbara.
Pembelajaran untuk peningkatan

Anda mungkin juga menyukai