Anda di halaman 1dari 23

“PERKECAMBAHAN EPIGEAL DAN HIPOGEAL

PADA KACANG MERAH DAN BIJI JAGUNG”

Laporan ini disusun untuk memenuhi


nilai praktikum biologi.

Disusun Oleh:
1. Aisha Luthfi Ratnadewati/03/XII MIPA-2
2. Fhilodia Sophia Azarra/19/XII MIPA-2
3. Nova Fauziah/32/XII MIPA-2
4. Siti Madina/36/XII MIPA-2

SMA NEGERI 15
KOTA TANGERANG
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
kebesaran dan limpah nikmat yang diberikan-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum biologi dengan judul “PERKECAMBAHAN
EPIGEAL dan HIPOGEAL PADA KACANG MERAH dan BIJI JAGUNG”,
guna memenuhi salah satu tugas dari mata pelajaran biologi. Dari laporan
makalah ini kita mengetahui tipe perkecambahan pada jagung dan kacang merah
serta pertumbuhan tinggi kacang merah dan jagung selama 7 hari, juga mampu
membedakan tumbuhan dengan tipe perkecambahan epigeal dan perkecambahan
hipogeal.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada setiap bimbingan dan bantuan
yang didapatkan teruntuk bagi guru pembimbing kami kepada bapak Suyudi, S.Si
selaku guru biologi kelas XII IPA 2 sehingga penulis dapat melakukan kegiatan
praktikum dan membuat laporan dengan lancar dan mempersembahkan laporan
ini bagi pembaca. Terlepas dari semua itu, kami menyadari penulisan laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik sangat kami
harapkan guna penyempurnaannya di masa mendatang. Dengan kerendahan hati,
kami memohon maaf bila ada kesalahan yang tidak berkenan dalam laporan
praktikum ini. Semoga apa yang tertulis dalam laporan makalah ini dapat menjadi
hal yang bermanfaat untuk ilmu pengetahuan biologi dan bagi pembaca.

Tangerang, 22 Agustus 2022


Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………….………2
Daftar Isi………………………………………………………………….…….3
Daftar Tabel………………..……………………………………………….…..4
Daftar Gambar…………………………………………………………….……5
Daftar Lampiran……………………………………………………….…...…..6
Bab I. Pendahuluan…………….………………………………………........7
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………7
B. Rumusan Masalah……………………………………….……….8
C. Tujuan Penelitian………………………………………………...8
D. Manfaat Penelitian……………………………………………….8
Bab II. Landasan Teori…...………………………………………………….9
A. Tinjauan Pustaka………..……………………………...………..9
B. Rumusan Hipotesis…...…….………………………………...…14
Bab III. Metodologi Penelitian…...…………………………………...……...15
A. Tempat dan Waktu Penelitian…...…………………………..….15
B. Prosedur Penelitian…………………………………...……........15
Bab IV. Hasil Penelitian…...…………………………………………...…….17
A. Deskripsi Data…………………………………………………..17
B. Pembahasan Hasil Analisis Data…...…………………………...18
Bab V. Penutup…...………………………………………………………….20
A. Kesimpulan…...…………………………………………………20
B. Saran…...………………………………………………………..20
Daftar Pustaka…...…………………………………………………………….21
Lampiran…...………………………………………………………………….22

3
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 pengamatan perkecambahan biji kacang merah……..…..…..……17

Tabel 4.2 pengamatan perkecambahan biji jagung…………………...……...17

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perkecambahan Epigeal………………………………………..10

Gambar 2.2 Perkecambahan Hipogeal………………………………………11

Gambar 4.1 Akar dari Perkembangan biji kacang merah………...…………18

Gambar 4.2 Pertumbuhan dan perkembangan biji kacang merah….......……18

Gambar 4.3 Akar dari perkembangan biji jagung……………………...……19

Gambar 4.4 Pertumbuhan dan perkembangan biji jagung……………...…...19

5
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat dan bahan praktikum biji kacang merah…………………........22

Lampiran 2 Alat dan bahan praktikum biji jagung………………………………22

Lampiran 3 Penanaman biji jagung pada hari ke-1…………………...…………22

Lampiran 4 Pertumbuhan biji jagung pada hari ke-4……………………………22

Lampiran 5 Pertumbuhan biji jagung pada hari ke-5……………….…...………22

Lampiran 6 Pertumbuhan biji jagung pada hari ke-7…………………...……….22

Lampiran 7 Pertumbuhan biji kacang merah pada hari ke-3…………….………23

Lampiran 8 Pertumbuhan biji kacang merah pada hari ke-4…………….………23

Lampiran 9 Pertumbuhan biji kacang merah pada hari ke-6……………………23

Lampiran 10 Pertumbuhan biji kacang merah pada hari ke-7………......….……23

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkecambahan ialah proses pertumbuhan dan perkembangan embrio pada


tumbuhan. Berdasarkan letak kotiledon pada saat berkecambah, ada dua jenis tipe
perkecambahan yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal.
Dalam tahap ini, proses pertumbuhan dan perkembangan perkecambahan hipogeal
berbeda dengan pertumbuhan dan perkembangan proses perkecambahan epigeal.
Agar dapat mengetahui dan membedakan perkecambahan epigeal dan hipogeal
maka harus diamati pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua aktifitas kehidupan yang tidak


dapat dipisahkan, karena prosesnya berjalan beriringan. Pertumbuhan diartikan
sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara
irreversible, atau tidak dapat kembali ke bentuk semula. Perkembangan adalah
peristiwa perubahan biologis menuju kedewasaan, tidak dapat dinyatakan dengan
ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat
kedewasaan.

Perkecambahan sendiri diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar


biji. Dari percobaan yang kami lakukan untuk mengetahui apakah biji jagung dan
kacang merah termasuk perkecambahan epigeal atau hipogeal serta apa
perbedaannya akan dibahas dalam makalah ini.

7
B. Rumusan Masalah :

1. Apa perbedaan perkecambahan epigeal dan hipogeal?


2. Bagaimana proses terjadinya perkecambahan epigeal dan hipogeal?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses perkecambahan epigeal dan
hipogeal?

C. Tujuan Penelitian:

Tujuan dari praktikum perkecambahan epigeal dan hipogeal pada kacang merah
dan biji jagung adalah agar:

1. Mengetahui dan membedakan tipe perkecambahan pada biji jagung dan


kacang merah apakah termasuk tipe perkecambahan epigeal atau hipogeal.
2. Mengetahui pengaruh ukuran benih terhadap proses perkecambahan.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya
perkecambahan.

D. Manfaat penelitian:

1. Mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan dari


perkecambahan hipogeal pada biji jagung.
2. Mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan dari
perkecambahan epigeal pada kacang merah.

8
Bab II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian perkecambahan

Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen


benih yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi
tanaman baru (Ashari, 2006). Tipe perkecambahan ada dua jenis dan yang
membedakannya adalah letak posisi keping benih (kotiledon) pada permukaan
tanah. Tipe pertama adalah epigeal (epygeal germination) dan kedua adalah tipe
hipogeal (hypogeal germination). Apabila keping benih terangkat di atas
permukaan tanah dinamakan tipe epigeal. Namun bila keping benih tersebut tetap
tinggal di dalam tanah disebut hipogeal.

Menurut Sutopo (1985), proses perkecambahan benih merupakan suatu


rangkaian yang komplek dari perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia. Tahap
pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh
benih, melunaknya kulit biji dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai
dari kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih.
Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan
ditranslokasikan ketitik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan yang
telah diuraikan tadi nerismatik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan
pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah
pertumbuhan kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian
sel-sel pada titik-titik tumbuh. Sementara, daun belum berfungsi sebagai organ

9
untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada
persediaan makanan yang ada dalam biji.

Kecambah tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi semai atau anakan,
yang pada tahap selanjutnya akan tumbuh menjadi tumbuhan dewasa. Salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan perkecambahan ialah faktor kedalaman
tanam. Semakin dalam kedalaman tanam maka benih yang ditanam akan semakin
sulit tumbuh. Sebaliknya, apabila benih ditanam pada kedalaman tanam yang
dangkal, benih akan mudah tumbuh. Hal ini disebabkan oleh kadar oksigen yang
terdapat di dalam tanah kadar oksigen akan semakin menurun dengan semakin
dalam lapisan tanah. Menurut Sutopo (2002) pada saat proses perkecambahan
berlangsung proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan meningkatnya
pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air, dan energi. Terbatasnya
oksigen yang dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses
perkecambahan benih.

2. Macam-macam tipe perkecambahan

Ditinjau dari ada tidaknya proses pengangkatan biji saat proses perkecambahan,
Tjitrosoepomo (2009) dan Ibarra Manriquez (2001) membagi tipe perkecambahan
tumbuhan menjadi dua tipe yaitu perkecambahan dengan biji yang terangkat dari
tanah (epigeal) dan perkecambahan yang bijinya tetap di tanah (hypogeal).

a. Perkecambahan Epigeal

10
Gambar 2.1 Perkecambahan Epigeal

Tipe ini terjadi karena kotiledon terdapat di permukaan tanah karena terdorong
oleh pertumbuhan hipokotil yang memanjang ke atas. Contohnya perkecambahan
pada kacang merah.

b. Perkecambahan Hipogeal

Gambar 2.2 Perkecambahan Hipogeal

Tipe ini terjadi karena kotiledon tetap berada dibawah tanah, sedangkan plumula
keluar dari permukaan tanah yang disebabkan oleh pertumbuhan epikotil yang
memanjang ke arah atas. Contohnya perkecambahan pada jagung.

3. Pengaruh Ukuran Benih terhadap proses perkecambahan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suita dan Megawati (2009) dan
Pratama dkk (2014) bahwa semakin besar ukuran benih maka semakin tinggi daya
kecambahnya. Biji dengan ukuran besar memiliki energi yang lebih besar
dibandingkan dengan ukuran benih yang kecil. Jenis tanaman dikotil sebagian
besar bagian bijinya merupakan kotiledon. Di dalam kotiledon terdapat cadangan
makanan bagi pertumbuhan awal atau perkecambahan biji. Semakin besar
kotiledon potensi energy yang disimpan semakin besar.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya perkecambahan

11
Faktor yang mempengaruhi proses terjadinya perkecambahan dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Faktor internal
1) Tingkat Kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak
mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang
cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada
umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka
benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologis atau masak fungsional dan
pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum
(vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih
mempunyai mutu tertinggi.
2) Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan
makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber
energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih
berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih
menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat
dipanen.
3) Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap
telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan
dormansi jika benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat
(viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara
normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan
cahaya yang sesuai.
4) Penghambat Perkecambahan

12
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa
kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan
dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan
metabolik atau menghambat laju respirasi.

b. Faktor Eksternal
1) Air
Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam
benih hingga 80 sampai 90% (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air
benih sekitar 30 sampai 55% (Kamil, 1979). Pada kondisi media yang terlalu
basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta
busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).
fungsi air antara lain:
a) Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi
pengembangan embrio dan endosperma;
b) Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji;
c) Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai
fungsinya; dan
d) Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik
tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.
2) Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya
perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai
yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sampai dengan 35°C (Sutopo, 2002). Suhu
juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan.
3) Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai
dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air, dan energi
panas. Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara
yang mengandung 29% oksigen dan 0.03% CO2. Namun untuk benih yang

13
dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih
ditingkatkan sampai 80%. karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang
dari 3%.
4) Cahaya
Besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas
cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance
dan Brison dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih
dapat dibagi atas 4 golongan yaitu:
a) Golongan yang memerlukan cahaya mutlak
b) Golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan
c) Golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan
d) Golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun
ada cahaya.
5) Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang
baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme
penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002).

B. Rumusan Hipotesis
1. Kacang merah merupakan tumbuhan dengan tipe perkecambahan epigeal
sedangkan biji jagung merupakan tumbuhan dengan tipe perkecambahan hipogeal.
2. Pada proses perkecambahan tipe epigeal, plumula muncul ke permukaan tanah
sedangkan kotiledon tinggal di dalam tanah. Sedangkan pada proses
perkecambahan hipogeal, plumula muncul ke permukaan tanah dan kotilegon pun
muncul di atas permukaan tanah.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan dibagi menjadi dua yaitu
ada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya yaitu: tingkat
kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan.
Sedangkan, faktor eksternalnya yaitu: air, suhu, oksigen, cahaya, dan medium.

14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

• Tempat penelitian:
a. Rumah Fhilodia Sophia Azarra, Persada Raya blok G9 RT/RW 01/08 Kel.
Gembor (tempat tanam kacang merah)
b. Rumah Aisha Luthfi Ratnadewati, Perum taman buah blok F5/23 RT 01/13
Kutabumi. (tempat tanam biji jagung)

• Waktu:
Dari hari ke-0 Minggu, 14 Agustus 2022 pada pukul 16.00 sampai hari ke-7
Minggu, 21 Agustus 2022 pada pukul 17.00

B. Prosedur Penelitian
1. Alat-alat yang digunakan:
a. 2 buah gelas plastik
b. 2 lembar kertas
c. 2 buah penggaris
d. 2 buah kamera
e. Label nama
f. Pulpen

2. Bahan-bahan yang digunakan:


a. 5 biji kacang merah
b. 6 biji jagung
c. Tanah gembur
d. Air

15
3. Cara kerja:
a.Siapkan alat dan bahan yang digunakan;
b. Rendam biji kacang merah dan biji jagung yang disiapkan dalam air selama
lebih kurang 1 jam;
c. Masukkan tanah gembur ke dalam dua (2) pot yang disiapkan;
d. Ambil masing-masing lima (5) biji kacang merah dan enam (6) biji jagung yang
tenggelam dari perendaman;
e. Tanam (masukkan) lima (5) biji kacang merah tersebut ke dalam pot 1 dan
diatur jarak antar biji;
f. Tanam (masukkan) enam (6) biji jagung tersebut ke dalam pot 2 dan diatur
jarak antar biji;
g. Berilah tanda pada pot/gelas tsb dengan spidol disamping (di luar) setiap biji
yang ditanam;
h. Siram dengan air secukupnya jika tanah mulai mengering;
i. Amati (ukur) tiap hari perubahan yang terjadi pada setiap biji selama tujuh (7)
hari pengamatan;
j. Catat pertumbuhan pada setiap biji yang diamati; dan
k. Dokumentasikan (difoto) setiap melakukan kegiatan, terlebih setiap ada
perubahan pada biji pada saat pengamatan.

16
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

a. Tabel 4.1 pengamatan perkecambahan biji kacang merah.


Hari ke …………………………(cm)
Biji 1 2 3 4 5 6 7 Keterangan
1 1 1,2 3 3,5 5,5 12 16,5 Pertumbuhan cepat
2 1 - - - - - - Tidak tumbuh
3 1 1,2 1,2 1,5 1,5 2 2 Pertumbuhan lambat
4 1 - - - - - - Tidak tumbuh
5 1 - - - - - - Tidak tumbuh

b. Tabel 4.2 pengamatan perkecambahan biji jagung.


Hari ke …………………………(cm)
Biji 1 2 3 4 5 6 7 Keterangan
1 1 1,2 2 2,5 5,5 9,5 12 Pertumbuhan cepat
2 1 1 1 1 1 1,5 3 Pertumbuhan paling
lambat
3 1 - - - - - - Tidak tumbuh
4 1 1,2 1,3 2,1 4,7 6,3 8,5 Pertumbuhan lambat
5 1 1,1 1,2 2,4 5 11 15,3 Pertumbuhan cepat
6 1 1,1 1,4 3,5 6,2 11 15,7 Pertumbuhan paling
cepat

17
B. Pembahasan Hasil Analisis Data

Setelah melihat tabel diatas, dalam perkecambahan Kacang merah hanya 2 dari
5 biji yang tumbuh. Biji kacang merah ke-1 lebih cepat pertumbuhannya
dibanding biji kacang merah ke-3. Pada hari ke-3 kami mengamati bahwa
kotiledon biji kacang merah ini ikut terangkat keatas yang memastikan bahwa
perkecambahan ini adalah perkecambahan epigeal. Pada biji ke-1 kotiledon
terangkat pada hari ke 1, dan biji ke-3 terangkat kotiledonnya pada hari ke-3.

Gambar 4.1 Gambar 4.2

Bisa dilihat gambar diatas adalah pengamatan hari ke-3 Biji ke-1 batang
tumbuh pada hari ke-5, biji ke-3 batang tumbuh pada hari ke-5. Sedangkan daun
pada biji ke-1 tumbuh pada hari ke-6. Disini bisa disimpulkan bahwa
pertumbuhan akar lebih cepat dibanding pertumbuhan batang dan daun. Lalu
untuk yang biji ke-2.4, dan 5 kami anggap bahwa tidak tumbuh karena faktor
dalam yaitu, benihnya. Walaupun sudah direndam dengan waktu yang sama,
ternyata kelima biji itu masih ada biji yang tidak tumbuh karena kualitas benihnya
(biji) dan mungkin penyiraman yang kurang merata antar biji.

Sedangkan untuk yang biji jagung, beberapa biji tersebut tumbuh subur
walaupun tidak semua mengalami pertumbuhan cepat. Di hari ke-2 biji yang

18
tumbuh hanya biji ke-1 dan 4. Tetapi di hari ke-3 semua biji jagung tumbuh. Pada
hari ke-4 atau ke-5 kami melihat bahwa biji jagung ini kotiledonnya ke bawah. Ini
menandakan bahwa biji jagung termasuk perkecambahan hipogeal. Biji ke-1
kotiledon muncul dan kebawah pada hari ke-2, biji ke-2,4,5 dan 6 pada hari ke-2.
Sedangkan batang dan daun tumbuh serentak pada hari ke-4 tetapi panjangnya
tidak sama dan pada hari ke-5 dan 6 sudah tumbuh daun dan semakin panjang
pada hari ke-7. Lalu untuk yang biji ke-3 kami anggap bahwa tidak tumbuh
karena faktor dalam yaitu, benihnya. Walaupun sudah direndam dengan waktu
yang sama, ternyata semua biji itu masih ada 1 biji yang tidak tumbuh karena
kualitas benihnya (biji) dan mungkin penyiraman yang kurang merata antar biji.

Gambar 4.3 Gambar 4.4

Dari gambar diatas, akar dari perkecambahan ini sangat panjang dan subur.
Adapun faktor-faktor suburnya perkecambahan jagung yang kami amati yakni
bagusnya benih (bibit) jagung, letak posisi biji yang pas di dalam tanah, dan
penyiraman air yang merata serta penyinaran oleh matahari.

19
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa di dalam pengamatan ini ada
dua jenis perkecambahan yakni perkecambahan epigeal yaitu kacang merah dan
perkecambahan hipogeal yakni jagung. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi
perkecambahan seperti benih yang berkualitas atau tidak. Faktornya yaitu air,
cahaya matahari, tanah, dll. Proses perkecamabahan epigeal dan hipogeal berbeda,
jika epigeal kotiledonnya ikut naik ke permukaan tanah, kalau hipogeal
kotiledonnya tetap di bawah permukaan tanah dan menjadi akar.

B. Saran

Untuk referensi dalam melakukan penelitian ke depannya, kami memberi saran


bahwa pilihlah dengan teliti benih (biji) unggul dan berkualitas karna sangat
berpengaruh dalam perkecambahan. Letakkan biji dengan baik di tanah (tidak
boleh kebanyakan maupun kekurangan tanahnya) dan lakukan penyiraman secara
merata ke setiap biji serta letakkan di tempat yang terpancar sinar matahari, waktu
penyiraman juga dilakukan secara teratur.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://amp.kompas.com/skola/read/2021/07/15/150027369/perkecambahan-
pengertian-tipe-dan-prosesnya
https://www.mikirbae.com/2017/12/perkecambahan-epigeal-dan-
hipogeal.html?m=1
https://www.trigonalmedia.com/2016/05/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html?m=1
https://www.ruangguru.com/blog/tipe-perkecambahan

21
LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2

Lampiran 3 Lampiran 4

22
Lampiran 5 Lampiran 6

Lampiran 7 Lampiran 8

Lampiran 9 Lampiran 10

23

Anda mungkin juga menyukai