Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Disusun Oleh:

Nama : Frisca Debora


NPM : E1I022012
Prodi : Ilmu Kelautan
Kelompok :1
Hari/Tanggal : Kamis/ 06 April 2023
Shift : Kamis/14.00-12.00 WIB
Dosen : 1. Ir. Zamdial T.M.Si
2. Dra. Devi Silsia,M.Si
3. An Nisa Nurul Suci,S.Si.,M.Si
Co-Ass : Icha Agensia Dayatri (E1G020064)
Acara : Titrasi Asam dan Basa

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisa volumetric adalah suatu cara menentukan jumlah (kuantatif) suatu
zat. Analisa ini tergantung pada pengukuran volume yang tepat dari dua macam
larutan yang bereaksi sempurna. Salah satu larutan harus diketahui
konsentrasinya. Larutan ini disebut larutan standar sedangkan larutan yang lain
akan ditentukan konsentrasinya oleh larutan standar. Proses penentuan konsentrasi
ini disebut titrasi.
Dalam proses titrasi suatu larutan ditambahkan sedikit demi sedikit pada
larutan yang volumenya telah diketahui, sampai tercapai titik ekuivalen, yaitu
jumlah stoikhiometri (perbandingan mol) dari kedua pereaksi. Titik akhir
titrasi/reaksi diketahui ketika indikator yang digunakan tepat mengalami
perubahan warna.
Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis
bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau yang ingin diketahui kadar
atau konsentrainya. Suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut
sebagai “titran” dan biasanya diletakkan didalam labu erlemeyer, sedangkan zat
yang diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” atau “titrat” dan biasnya
diletakkan didalam “buret”.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat didalam
proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut
sebagai titrasi asam basa atau aside alkalimetri, titrasi redoks untuk titrasi yang
melibatkan reaksi oksidasi, titrasi komplek sometri untuk titrasi yang melibatkan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Oleh karena itu penting kita
melakukan percobaan ini untuk mengetahui teknik dalam titrasi.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis
contoh yang mengandung asam.
2. Mahasiswa mampu menstandarisasi larutan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun ilmu sains yang mempelajari
tentang sifat materi, struktur materi, perubahan materi dan energi yang menyertai
reaksi. Dalam memahami konsep kimia tidak bisa dipisahkan antara yang satu
dengan yang lainnya dikarenakan konsep kimia saling berkaitan satu dengan
lainnya (Marzuki dan Astuti, 2017).
Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan
asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan konsentrasi
ion hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan pada titrasi basa
kuat-asam kuat biasanya berupa indikator sintesis, misalnya indikator fenolftalein
(pp) (Apriani, 2016).
Penggunaan ekstrak tumbuhan sebagai indikator pH alami untuk titrasi asam
basa didasari kandungan tumbuhan yakni pikmen warna antosianin yang dapat
berubah warna pada tiap perubahan pH tertentu (Marwati, 2012).
Daun adam hawa memiliki pigmen warna ungu yang diduga berasal
antosianin. Pigmen antosianin ini bersifat larut dalam air sehingga mampu
bereaksi baik dengan asam maupun basa. Karakteristik perubahan warna ini
menjadi potensi ekstrak daun adam hawa sebagai indikator dalam menentukan
titik akhir pada titrasi asam basa (Ratnasari, 2016).
Indikator alami yang mengandung senyawa antosianin dapat digunakan
sebagai indikator alami pada titrasi asam-basa, misalnya pada Kulit Buah
Rambutan (Nephelium lappaceum). Hal ini karena terjadi perubahan struktur
antosianin pada setiap interval derajat keasaman (pH) yang menyebabkan
terjadinya perubahan warna. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan
kulit buah rambutan sebagai indikator alami pada titrasi asam basa. Simplisia kulit
buah rambutan di ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol:
HCl 1%(9: 1), kemudian Uji Pembuktian antosianin pada simplisia dan Ekstrak,
Penentuan panjang gelombang serta penentuan tranyek pH secara visual.
Kemudian dilakukan pengaplikasian indikator pada titrasi asam-basa. Berdasarkan
hasil penelitian ini diperoleh bahwa ekstrak kulit buah rambutan menghasilkan
rendemen sebesar 56, 7%. Untuk uji pembuktian antosianin pada simplisia dan
ekstrak etanol kulit buah rambutan mengandung senyawa antosianin dengan
panjang gelombang 529 nm. Pada uji trayek pH pada larutan buffer pH 1-12
diperolah hasil bahwa ekstrak etanol kulit buah Rambutan (Nephelium
lappaceum) menghasilkan perubahan warna pada pH 1-3 warna merah sedangkan
pada pH 6-8 menghasilkan warna coklat tua sebagai trayek pH indikator alami.
Hasil aplikasi indikator ektrak etanol kulit buah rambutan pada titrasi asam basa
menunjukkan bahwa indikator dari ekstrak kulit buah Rambutan mempunyai
voleme NaOH yang hampir sama dengan Indikator Pembanging yaitu Indikator
Phenofthalein yaitu 18 mL. Ekstrak etanol Kulit Buah Rambutan dapat digunakan
sebagai indikator alami pada titrasi asam basa (Ade Yeni A. 2020).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


 NaOH 01 M
 HCl 0,1 M
 H2C2O4
 Indikator penolphetalein
 Erlemenyer
 Buret 50 mL
 Statif dan klem
 Gelas ukur 25 mL atau 10 mL
 Corong kaca

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M


Mencuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisasi dan
bilas dengan 5 ml larutan NaOH. Memutar kran buret untuk mengeluarkan
cairan yang tersisa dalam buret, selanjutnya mengisi buret dengan 5 ml NaOH
untuk membasahi dinding buret. memasukkan kembali larutan NaOH
kedalam buret sampai skala tertentu. Mencatat kedudukan volum awal NaOH
dalam buret.
Proses standarisasi :
1. Mencuci 3 Erlemenyer , pipet 10 ml larutan asam oksalat 0,1M dan
masukkan kedalam setiap Erlemenyer lalu menambahkan kedalam
masing-masing erlemenyer 3 tetes indikator penolphtalein (PP).
2. Mengalirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit
sampai terbentuk wana merah muda yang tidak hilang apabila gelas
Erlenmeyer digoyang.
3. Mencatat volume NaOH yang terpakai.
4. Mengulangi kembali dengan cara yang sama untuk Erlemenyer ke II
dan III.
5. Lalu menghitung molaritas (M) NaOH.

3.2.2 Penentuan Konsentrasi HCl


1. Mencuci Erlemenyer, lalu pipet larutan HCl 0,1 M dan masukkan
kedalam setiap Erlemenyer.
2. Menambahkan kedalam masing-masing Erlemenyer 3 tetes indikator
penolphtalein (PP).
3. Mengalirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit
sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas
erlemenyer digoyang.
4. Mencatat volume NaOH terpakai.
5. Mengulangi kembali dengan cara yang sama untuk erlemenyer ke II
dan III
6. Menghitung Molaritas (M) HCl.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat

Ulangan
No. Prosedur Rata-Rata
I II III
Volume larutan
1. asam oksalat 0,1 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
M
Volume NaOH
2. 18,6 mL 11,4 mL 12,8 mL 16,26 mL
terpakai
Molaritas (M)
3. 6,45 mL 10,52 mL 9,37 mL 8,78 mL
NaOH

Standarisasi HCl dengan larutan HCl

Ulangan
No. Prosedur Rata-Rata
I II III
Volume larutan
1. 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
HCl
Volume NaOH
2. 34,5 mL 25 mL 25 mL 28,167 mL
terpakai
Molaritas (M)
3. Berdasarkan hasil percobaan diatas 1, 99 M
NaOH
Molaritas (M)
4. 0,055 M 0,055 M 0,055 M 0,055 M
larutan HCl
Ulangan ke Standarisasi HCl dengan Standarisasi NaOH dengan
4.2
larutan HCl larutan asam oksalat
4.2
4.2
4.2
4.2
1
4.2
4.2
4.2
4.2

2 4.2
4.2
4.2
4.2
4.2
3
4.2
Perhitungan
Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat

• Ulangan 1 n x M NaOH x V NaOH = n x


M H2C2O4 x V H2C2O4

2 x M NaOH x 5 ml = 1 x 0,1 x10 ml

M NaOH x 10 =1

M NaOH = 0,1 M

• Ulangan 2n x M NaOH x V NaOH = n x M


H2C2O4 x V H2C2O4

2 x M NaOH x 4,5 ml = 1 x 0,1 x10 ml


M NaOH x 9 =1

M NaOH = 0,11 M

• Ulangan 3 n x M NaOH x V NaOH = n x


M H2C2O4 x V H2C2O4

2 x M NaOH x 5,5 ml = 1 x 0,1 x10 ml

M NaOH x 11 =1

M NaOH = 0,09 M

• Rata-rata n x M NaOH x V NaOH = n x M


H2C2O4 x V H2C2O4

2 x M NaOH x 5 ml = 1 x 0,1 x10 ml

M NaOH x 10 =1

M NaOH = 0,1 M

Standarisasi HCl dengan larutan HCl


 Ulangan 1 nx
M HCl x V HCl
= n x M NaOH x V
NaOH

1 x M HCl x 10 ml = 1 x 0,1 x 9 ml

M HCl x 10 ml = 0,9

M HCl = 0,09 M

 Ulangan 2 n x
M HCl x V HCl
= n x M NaOH x
V NaOH
1 x M HCl x 10 ml = 1 x 0,1 x 9,5 ml
M HCl x 10 ml = 0,95

‘ M HCl = 0,095 M=[]’

 Ulangan 3 n x M HCl x V HCl = n x M NaOH x V NaOH

1 x M HCl x 10 ml = 1 x 0,1 x 10 ml

M HCl x 10 ml =1

M HCl = 0,1 M

 Rata-rata n x M HCl x V HCl = n x M NaOH x V NaOH

1 x M HCl x 10 ml = 1 x 0,1 x 9,5 ml

M HCl x 10 ml = 0,95

M HCl = 0,095 M

4.3 Pembahasan
Pada percobaan standarisasi NaOH 0,1 M dengan larutan asam oksalat
dilakukan dalam tiga kali ulangan dengan proses mengukur volume asam oksalat
sebanyak 10 mL dengan menggunakan gelas ukur 10 mL. Kemudian larutan asam
oksalat yang sudah diukur dalam gelas ukur sebanyak 10 mL tersebut dituangkan
ke dalam Erlenmeyer dan ditetesi dengan indikator penolphetalein sebanyak 3
tetes. Setelah itu larutan asam oksalat diletakkan dibawah buret dan ditetesi
dengan larutan NaOH yang ada didalam buret setetes demi setetes, erlemeyer
sambil di goyang-goyang hingga larutan asam oksalat yang semula bening
berubah menjadi pink atau ungu. Pada ulangan I didapatkan volume NaOH
terpakai sebanyak 18,6 mL, dan ulangan II didapatkan volume NaOH terpakai
sebanyak 18,4 mL dan untuk ulangan ketiga volume terpakai 12,8 mL. Pada
standarisasi NaOH dengan asam oksalat, rata rata-rata moralitas yang dihasilkan
dari perhitungan yaitu, 16,26 M. Dengan perbandingan konsentrasi asam oksalat
dan NaOH, volume asam oksalat diketahui yaitu, 10 mL dan volume yang
digunakan untuk larutan NaOH yaitu, volume rata-rata adalah 8,78 mL.
Pada praktikum yang telah praktikan laksanakan dapat diamati bahwasanya
volume yang digunakan untuk menitrasi suatu larutan itu berbeda-beda. Faktor
yang mempengaruhi kesalahan ini adalah kebocoran buret, kesalahan penglihatan
pada pengukuran volume pada buret dan kesalahan mengamati perubahan warna.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mutia Sparkyu pada tahun 2012.
Percobaan yang kedua ialah standarisasi HCl dengan larutan HCl yang juga
dilakukan dengan dua tiga pengulangan, mula-mula kita cuci gelas ukur yang
telah kita pakai untuk mengukur volume asam oksalat tadi dengan air bersih.
Kemudian ukur volume larutan HCl dengan menggunakan gelas ukur 10 mL
sebanyak 10 mL dan tuangkan ke Erlenmeyer. Kemudian tetesi larutan HCl
dengan indikator penolphetalein sebanyak 3 tetes menggunakan pipet tetes.Lalu
letakkan erlenmeyer tadi dibawah buret yang berisi larutan NaOH dan tetesi
sedikit demi sedikit sambil erlenmeyer digoyang-goyang. Lakukan hingga
larutan HCl yang mulanya benih hingga berubah menjadi pink/ungu. Apabila
larutan HCl sudah berubah warna menjadi pink/ungu, maka cepat-cepat tutup kran
pada buret untuk menghindari larutan NaOH menetes kembali, lalu didapatkan
volume NaOH terpakai sebanyak 34,5 mL. Kemudian mengulangi pada percobaan
tadi sebanyak 3 kali hingga didapatkan hasil pada ulangan II volume NaOH
terpakai sebanyak 25 mL. Pada standarisasi HCl dengan NaOH, molaritas yang
dihasilkan dari perhitungan yaitu, 3,96 M. Dengan perbandingan konsentrasi HCl
dengan NaOH, volume HCL diketahui yaitu, 10 mL dan volume yang digunakan
untuk larutan NaOH yaitu, volume rata- rata adalah 28,167 mL.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat
habisnya bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau yang ingin
diketahui setiap kadarnya atau konsentrasinya. Untuk mengetahui kadar larutan
asam dapat ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang sudah diketahui
kadarnya, dan sebaliknya kadar suatu larutan basa dapat ditentukan dengan
menggunakan larutan asam yang sudah diketahui kadarnya.
Dengan menggunakan teknik titrasi asam basa yang benar, maka kita dapat
menstandarisasi larutan yang diuji. Pada percobaan yang dilakukan, larutan yang
distandarisasi yaitu larutan NaOH dan juga larutan HCl.

5.2 Saran

Dalam melakukan praktikum, sebaiknya harus berhati-hati dalam


menggunakan larutan-larutan yang ada di laboratorium dan dalam melakukan
praktikum kali ini kita juga harus memperhatikan ketelitian dalam mengukur
volume larutan basa (NaOH), karena volume larutan NaOH sangat mempengaruhi
hasil konsentrasi HCl.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Bagaimana caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen?

Caranya adalah ketika sudah mendekati titik ekivalen usahakan agar


penambahan titernya secara perlahan, apabila perlu setengah tetes, biar tidak
melewati titik ekivalen terlalu jauh.

2. Jelaskan dengan singkat fungsi indikator!

 Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N

Fungsi penambahan indikator penolphtalein untuk mengetahui terjadinya


suatu titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna
pada larutan.Indikator PP dengan range pH 8,0 ± 9,6 merupakan indikator yang
baik untuk larutan basa dimana indikator ini akan merubah warna larutan dari
bening menjadi merah muda akibat dari perubahan pH larutan pada saat
penitrasian.

 Standarisasi Larutan HCL 0,1 N

Penambahan indikator metil orange menyebabkan perubahan warna


larutan menjadi kuning. Dalam proses titrasi digunakan indikator metil orange
yang jangkauannya pada pH 3,1 sampai pH 4,4 yang akan memberikan warna
kuning. Penambahan indikator ini bertujuan untuk menandai titik ekivalen titrasi
yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari yang awalnya berwarna
kuning menjadi berwarna orange. Warna ini dikarenakan adanya pengaruh ion
H+dari HCl yang bereaksi dengan indikator metil oranye dengan reaksi :
HInH+ + In.
3. Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika tidak ditambah dengan
indicator!

Indikator adalah senyawa organik yang dapat berubah warna jika pH


larutannya berubah.Jadi, dalam reaksi indikator phenolptalein menjadi bahan
yang sangat penting. Jika dalam percobaan tidak ditambahkan dengan indikator,
maka reaksi tidak akan berjalan.

4. Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksi diatas!

 Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat

(COOH) + 2NaOH >>> Na2C2O4 + 2H2O

Untuk menstandarisasi larutan NaOh maka dalam percobaan ini


menggunkan larutan asam oksalat H2C2O2 sebagai larutan standarnya.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui ini merupakan
reaksi asidi-alkalimetri asam basa antara asam oksalat dan basa NaOH.Volume
asam oksalat yang digunakan untuk titrasi adalah 10 mL. Asam oksalat sebagai
sebagai titrant yang diketahui berwarna bening dan NaoH sebagai titer yang
berwarna bening pula, sebelum dilakukan titrasi kita masukkan 3 tetes indikator
PP yang diketahui berwarna bening kedalam larutan oksalat agar pada saat
titrasi dapat terjadi perubahanwarna ketika mencapai titik ekuivalen yaitu titik
dimana jumlah larutan asam oksalat sama dengan jumlah larutan pada NaOH
yang diperlukan untuk bereaksi sempurna. Dalam titrasi ini kita menggunakan
indikator PP karena fenol phenolptalein itu tergolong asam yang sangat lemah
dalam keadaan terionisasi lebih banyak dan dia akan memberikan warna yang
terang dan perubahan warnanya lebih mudah untuk diamati.

 Standarisai HCl dengan larutan HCl

NaOH + HCl >>> NaCl + H2O

Jika HCl dicampurkan dengan NaOH, maka ion H+ dari HCl akan
bereaksi dengan ion OH- dari NaOH membentuk air (H2O). Reaksi ini
disebut reaksi penetralan. Sementara, Cl- dari HCl akan bereaksi dengan ion Na+
dari NaCl membentuk garam NaCl.

HCl (aq) + NaOH (aq) >>> NaCl (aq) + H2O (I)

Di dalam larutannya, HCl dan NaOH akan terurai menjadi ion-ionnya,


sehingga reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

H+ (aq) + Cl- (aq) + Na+ (aq) + OH- (aq) >>> Na+ (aq) + Cl- (aq) +
H2O (aq)

Dari reaksi diatas dapat disederhanakan menjadi reaksi ion bersih adalah
H+ (aq) + OH-(aq) >>> H2O (aq).

5. Jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutan standar


sekunder?

Larutan primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh dengan


cara menimbang. Larutan standar sekumder adalah larutan yang konsentrasinya
diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer.

6. Tuliskan syarat-syarat suatu indikator dapat dipakai dalam suatu titrasi!

Tidak semua reaksi dapat diperguankan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu harus
dipenuhi syaratsyarat sebagai berikut :

1. Reaksi harus berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang


jelas.

2. Reaksi harus cepat dan reversible. Bila tidak cepat, titrasi akan memakan
waktu terlalu banyak apalagi menjelang titik akhir reaksi. Bila reaksi tidak
reversible, penentuan akhir titrasi tidak tegas.

3. Harus ada penunjuk akhir reaksi (indikator).

4. Larutan baku yang dieraksikan denan analit harus mudah dibuat dan
sederhana penanganannya serta harus stabil sehingga konsentrainya tidak
mudah berubah.
DAFTAR PUSTAKA

Marzuki, Hasan dan Tri Astuti, Resti. (2017). Analisis Kesulitan Pemahaman
Konsep Pada Materi Titrasi Asam Basa Siswa Sma. Jurnal Pendidikan
Kimia. 1 (22).
Apriani, Fitri. (2016). Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia Trifolia (L.)
Domin) Sebagai Indikator Alami Pada Titrasi Basa Kuat Dan Asam Kuat.
Jurnal Universitas Tanjung Pura. 5 (IV). 74-78.
Marwati, Siti. (2012). Ekstrasi dan Preparasi Zat Warna Alami Sebagai Indikator
Asam Basa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian. Pendidikan dan
Penerapan MIPA.
Ratnasari, Sinta. (2016). Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa (Rhoeo
Disccolor) Sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa. Jurnal Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati. 4 (1). 39-46.
Aprilia Yeni A. (2020). Ekstrak Etanol Kulit Buah Rambutan (Nephilium
Lappaceum) Sebagai Indikator Alami Titrasi Asam Basa. Journal of
Pharmacopolium. 2(3).

Anda mungkin juga menyukai