Oleh
Rahmi Arifiarni
2015020024
Dosen Pembimbing:
1442 H/2020 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadist yang tulis oleh muhaddish kemudian di syarah lagi oleh ulama
selanjutnya. Bertujuan agar maksud dari hadist tersebut sampai dan dapat di
pahami umat islam. Kemudian muncul kecurigaan terhadap hadis yang disarah
dan penilaian terhadap hadist tersebut.
Dia mengaku bahwa sesungguhnya dia tidak hafal sepuluh hadits dengan
sanad muttashil (bersambung) sampai ke Rasulullah, meskipun begitu dia berani
mentashhih dan mentadh’ifkan hadits sesuai dengan hawa nafsunya dan
bertentangan dengan kaidah-kaidah para Ulama hadits yang mencantumkan
bahwa sesungguhnya mentashhih dan mentadh’ifkan hadits adalah tugas para
hafizh saja. Al Albani, sebagaimana kita ketahui telah menyerupakan Allah
dengan makhluk-Nya sebagaimana disebutkan dalam kitabnya berjudul
“Mukhtashar al’Uluww” dan mengkafirkan orang-orang yang bertawassul dan
beristighatsah dengan para Nabi dan orang-orang shalih sebagaimana dalam
kitabnya “at-Tawassul”.
1
Banyak para Ulama dan para ahli hadits yang membantahnya, di antaranya
adalah:
Nasehat kami bagi seluruh umat Islam untuk tidak membaca kitab-kitabnya dan
tidak merujuk kepada
tashhih dan tadl’ifnya dalam hadits. Justru kewajiban syar’i adalah melakukan
tahdzir kepadanya dan terhadap karangan-karangannya demi membela Islam dan
kaum Muslimin.1
1
“KESESATAN-KESESATAN NASHIRUDDIN AL ALBANY (Syaikh Wahab – Kenapa Saya Keluar Dari
Salafy / Salafi/Sunni Palsu /Wahaby/Wahabi/Darul Hadits / DHIYA’US SUNNAH / Wahdah
Islamiyah/al-Nidaa’/LBI Al Atsary/ Al-Irsyad/ AL QAIDA/LDII/PERSIS/NII DAN SEMUA VARIAN
WAHHABY ?”