Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Bentuk bentuk interaksi ideal bersama al quran

1. Meyakini Alquran itu datang dari Allah.


Alquran merupakan kitab suci yang dipercaya umat Islam merupakan mukjizat abadi Nabi
Muhammad. Semua mukjizat para Nabi berakhir dengan kematian mereka, kecuali Nabi
Muhammad yang mukjizatnya masih terpelihara.

‫اَّل َيْأِتيِه ٱْلَٰب ِط ُل ِم ۢن َبْيِن َيَد ْيِه َو اَل ِم ْن َخ ْلِفِهۦۖ َتنِزيٌل ِّم ْن َحِكيٍم َحِم يٍد‬

Artinya: "Yang tidak datang kepadanya (Alquran) kebatilan baik dari depan maupun dari
belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji."

2. Meyakini kebenaran isi Alquran.

Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan
perantaraan malaikat Jibril alaihis salam sebagai mukjizat, diriwayatkan secara mutawatir,
membacanya bernilai ibadah, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-
Nas.

Apabila ada umat islam yang meragukan keberadaan isi Al - Qur'an hukumnya adalah
"Haram" dan ia disebut " orang Kafir" karena dia meragukan keberadaan isi Al - Qur'an dan
itu sama saja meragukan keberadaan Allah SWT.

Firman Allah SWT yang menerangkan tentang kesempurnaan ajaran agama islam, yaitu QS.
Al-Maidah ayat 3:

‫َاْلَيْو َم َاْك َم ْلُت َلُك ْم ِد ْيَنُك ْم َو َاْتَم ْم ُت َع َلْيُك ْم ِنْع َم ِتْي َو َر ِض ْيُت َلُك ُم اِاْل ْس اَل َم ِد ْيًنۗا‬

Artinya:

Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam menjadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah
ayat 3).

3. Menerima Alquran dengan hati terbuka dan suka cita.

Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah kenikmatan yang tidak bisa diketahui kecuali oleh
orang yang merasakannya. Kenikmatan hidup di bawah naungan Al-Qur’an itulah yang
menyebabkan para Sahabat, Tabiin, Tabiittabiin dan generasi Islam sepanjang masa mampu
menikmati hidup di dunia yang sementara ini dengan sangat produktif dan penuh amal
shaleh.

Bahkan, berbagai ujian dan cobaan yang menimpa mereka disebabkan hidup di bawah
naungan Al-Qur’an dan memperjuangkannya mereka rasakan sebagai minhah (anugerah)
yang dirasakan manisnya, bukan sebagai mihnah (kesulitan) yang menyebabkan mereka
berpaling dan menjauh dari Al-Qur’an. Mereka benar-benar sebagai generasi Qur’ani yang
hidup dan mati mereka bersama Al-Qur’an dan untuk Al-Qur’an.
Terdapat perbedaan yang jauh antara generasi Qur’ani dengan generasi yang belum dibentuk
karakternya, pemikirannya dan prilakunya oleh Al-Qur’an. Generasi Qur’ani adalah generasi
terbaik sepanjang zaman. Generasi yang mampu mengintegrasikan antara ucapan, keyakinan
dan perbuatan. Hidup dan matinya untuk Islam dan umat Islam. Setiap langkah hidupnya
didasari Al-Qur’an.

Apa yang diperintah Al-Qur’an mereka kerjakan dan apa saja yang dilarang Al-Qur’an
mereka tinggalkan. Sebab itu mereka connected (tersambung) selalu dengan Allah Ta’ala
dalam semua ucapan, langkah dan perbuatan. Sedangkan generasi yang bukan atau belum
dibentuk Al-Qur’an adalah generasi yang kontradiktif dan paradoks.

Karakter, pemikiran dan prilakunya bertentangan dengan Al-Qur’an, kendati mereka hafal
Al-Qur’an, memahami kandungan Al-Qur’an, fasih berbahasa Al-Qur’an dan bahkan
mungkin juga membagi-bagikan Al-Qur’an kepada masyarakat dengan gratis.

Oleh sebab itu, sebagai umat muslim sudah selayaknya kita Menerima Alquran dengan
hati terbuka dan suka cita. tidak heran jika situasi dan kondisi yang dialami oleh generasi
Qur’ani sangat jauh berbeda dengan sitauasi dan kondisi yang dialami oleh generasi yang
bukan terbentuk berdasarkan Al-Qur’an. Generasi Qur’ani adalah generasi yang cemerlang.
Generasi yang semua potensi hidup yang Allah berikan pada mereka dicurahkan untuk
meraih kesuksesan di Akhirat, yakni syurga Allah. Dunia dengan segala pernak pernikya, di
mata mereka, tak lain adalah sarana kehidupan yang hanya dicicipi sekedar kebutuhan.

4. Menjadikan Alquran sebagai petunjuk hidup (the way of life).

Dikutip dari sinar pagi news

“Alquran merupakan way of life (jalan hidup) dan petunjuk hidup umat Islam,” tutur Oded
pada saat mengisi ceramah tarawih YPM Salman ITB secara virtual, di Rumah Dinas
Pendopo Kota Bandung, Kamis 22 April 2021.

Oded menerangkan, dalam Alquran dijelaskan barang siapa yang senantiasa berpegang teguh
kepada Alquran dengan cara mencintainya, maka akan mendapatkan syafaat dan
perlindungan dari Allah.

“Mari kita bertadabur tentang pesan-pesan dari Allah betapa pentingnya hidup ini selalu
bersama Alquran di manapun kita berada,” serunya.

Ketika seorang umat muslim mencintai Alquran dengan cara mempelajari, membaca,
menghafal, bahkan sampai mengamalkannya, maka hidupnya baik. Saat di dunia maupun di
akhirat nanti akan mendapat pertolongan Allah.

“Begitu banyak janji Allah. Dalam hadits juga dijelaskan dengan membaca satu huruf
Alquran dia akan mendapatkan kebaikan-kebaikan. Maka di momentum Ramadan, mari
bersama-sama tingkatkan kecintaan kepada Allah dalam bentuk mencintai Alquran,” imbuh
Oded.

Tak henti-hentinya Oded mengingatkan, umat muslim tak boleh terlena dengan kenikmatan
dunia yang akhirnya membuat lupa dan abai kepada Alquran.
Oded pun teringat akan sebuah ayat di dalam Alquran, yaitu surat Thaha ayat 124. Dalam
surat tersebut dijelaskan, barangsiapa yang berpaling dan jauh dari Alquran, tidak terbesit di
hatinya untuk cinta Alquran, siap-siap dia akan berhadapan dengan realitas kehidupan
(sumpek, sempit, sesak, dan banyak masalah).

“Ayat ini mengingatkan kita jangan sampai jauh dari Alquran. Apabila hidup kita
mendapatkan kondisi sumpek dan banyak masalah, mari introspeksi diri. Jangan-jangan kita
jauh dari Alquran dan terlalu disibukan dengan kehidupan dunia,” tuturnya.

5. Menjadikan Alquran sebagai peringatan.

an-nadziru secara bahasa dimaknai dengan beragam makna pula. Dalam susunan katanya,
kata an-nadziru tersusun dari huruf nun, dzal, dan ra. Dalam kamus Al-Maaniy, kata
an-nadziru dapat berarti disamarkan, sembunyi-sembunyi, memberi peringatan.

Adapun secara istilah, kata an-nadziru berarti sesuatu yang dilengkungkan untuk diluruskan
sehingga menyasar layaknya busur yang dilempar ke sasaran yang tepat.

Busur yang ditembakkan ke sasaran, dimaknai sebagai sesuatu yang pasti. Artinya,
peringatan yang tersirat di dalam Alquran adalah sebuah kepastian kepada orang-orang yang
mengingkarinya.

Adapun penjelasan mengenai kabar gembira dan peringatan dalam Alquran itu dapat terlihat
jelas sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Fushilat ayat 3-4:

‫“ ِكَتاٌب ُفِّص َلْت آَياُتُه ُقْر آًن ا َع َر ِبًّي ا ِلَق ْو ٍم َيْع َلُم وَن َبِش يًرا َو َن ِذ يًرا َف َأْع َرَض َأْكَث ُر ُهْم َفُهْم اَل َيْس َم ُعوَن‬Kutiba fushilat
aayatihi Qur’anan Arabiyyan laqaumin ya’lamun. Basyirun wa nadzirun fa
a’radha aktsaruhum fahum laa yasma’un.”

Yang artinya: “Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk
kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan,
tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan.”

Dijelaskan bahwa gambaran tentang Alquran adalah mengabarkan kepada mereka yang
mengimani itu dengan kabar perihal surga. Dan kemudian memberikan peringatan kepada
yang mengingkarinya dengan ganjaran neraka.

Alquran adalah sebuah kabar gembira dan bagi mereka yang menaati dan mengharaginya.
Sedangkan akan menjadi peringatan dan kabar penghukuman bagi mereka yang mengingkari
dan menistakannya.

https://islamdigest.republika.co.id/berita/qphyw1320/mengapa-alquran-juga-disebut-kabar-
gembira-dan-peringatan

https://islamdigest.republika.co.id/berita/qnswak366/lima-bukti-alquran-adalah-perkataan-
allah
https://takrimulquran.org/khutbah-jumat-nikmatnya-hidup-di-bawah-naungan-al-quran/
https://sinarpaginews.com/profil/38392/oded-alquran-merupakan--way-of-
life--dan-petunjuk-hidup-umat-islam.html

Anda mungkin juga menyukai