Disusun oleh:
Disusun oleh:
Mengetahui,
Kepala SMK Negeri 3 Temggarong,
Sudarminta,S.Pd.,M.Pd.
NIP 19640601 198703 1 022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-NYA sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan
berbagai pihak. Maka pada kesemapan ini, penyusun menyampaikan terima kasih
kepada:
2. Ibu Lasih, S.Pd., selaku Ketua Program Keahlian Agribisnis Ternak Ruminansia
5. Ibu Vera Rahmayanti, S.Pt., selaku guru mata produktif kelas XI-ATR
Penyusun menyadari banyak kekurangan dari penyusun laporan ini, oleh karna
itu penyusun sangat pengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penyusun berharap laporan ini
nantinya banyak membantu dan berguna bagi penyusun pada khusunya dan semua
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................
Lembar Pengesahan................................................................................................
Kata Penghantar.....................................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Maksud dan Tujuan PKL.................................................................................
1.3 Manfaat PKL....................................................................................................
1.4 Rumusan Masalah............................................................................................
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN/ DUDI.........................................
2.1 Gambaran Umun Perusahaan...........................................................................
2.2 Visi dan Misi Perusahaan.................................................................................
2.3 Struktur Organisasi PT EQUALINDO MAKMUR ALAM SEJAHTERA dan
pembagian tugasnya...............................................................................................
2.4 Logo Perusahan................................................................................................
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................
3.1 Pengertian Pembibitan......................................................................................
3.2 Pemilihan Bakal Bibit Sapi Potong..................................................................
3.4 Sistem Pemeliharaan........................................................................................
3.5 Konstruksi Kandang ........................................................................................
3.5 Kesehatan.........................................................................................................
BAB VI METODOLOGI.......................................................................................
4.1 Waktu dan Tempat...........................................................................................
4.2 Alat dan Bahan.................................................................................................
4.3 Langkah Kerja..................................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................
5.1 Pemilihan Bibit ................................................................................................
5.2 Sistem Perkawinan/Reproduksi........................................................................
5.3 Manajemen Pemeliharaan Sapi Laktasi...........................................................
5.4 Manajemen Pemeliharaan Sapi Dara...............................................................
5.5 Perkandangan dan Sanitasi Kandang...............................................................
5.5 Kesehatan dan Penyakit Ternak.......................................................................
5.6 Penanganan Limbah.........................................................................................
BAB V PENUTUP.................................................................................................
Kesimpulan ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
LAMPIRAN...........................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Meningkatkan dan memperkokoh ketertarikan dan kesepadanan antara lembaga
pendidikan dan pelatihan kejuruan dengan dunia kerja;
3. Meningkatkan efisiensi penylenggaraan pendidikan dan prlatihan tenaga kerja
berkualitas professional, dengan memanfaatkan sumberdaya pelatihan yang ada di
dunia kerja.
Sedangkan tujuan dari dilakukannya kegiatan Praktik Kerja Lapangan yaitu:
1. Untuk melakukan pengamatan secara langsung kegiatan lapangan yang berkaitan
dengan teori yang telah dipelajari di SMK;
2. Menambah wawasan dan keterampilan praktik dalam bidang peternakan;
3. Memberi pengalaman kepada praktikan mengenai kultur dunia kerja yang berbeda
dengan dunia SMK, baik cara beradaftasi, manajemen waktu, kemampuan
berkomunikasi dan bekerja sama dalam tim, serta tekanan kerja yang lebih berat.
2
IB
3. Bagaimana menejemen pembibitan ternak sapi potong yang dijalankan
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
4
Gambar 2. Jenis Sapi
Jenis sapi yang ada di PT Equalindo Makmur Alam Sejahtera adalah sapi
limousin, sapi brangus, sapi simental, dan sapi bali.
5
2. Misi
a. Memberikan layanan yang melampaui harapan klien kami dengan tepat waktu,
efesien, dan bertanggung jawab tidak hanya bagi manusia tetapi juga terhadap
lingkungan;
b. Menanamkan prinsip pada setiap karyawan mengenai nilai pengerjaan, kerjasama
tim, professional, dan intergrasi;
c. Menciptakan lapangan kerja yang menguntungkan yang mendorong kesejahteraan
ekonomi dimasyrakat.
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
7
produktivitas sapi pesisir mencakup penerapan manajemen usaha ternak terpadu melalui:
1) Pemilihan bibit atau bakalan unggul berdasarkan umur, ciri-ciri fisik, riwayat
keturunan, dan kesehatan. 2) Manajemen perkandangan dengan teknologi kandang
standar. 3) Manajemen pakan melalui introduksi hijauan makanan ternak unggul,
pemanfaatan bahan pakan lokal dan hasil ikutan produk pertanian, sitem integrasi
tanaman-ternak, dan teknologi ransum simbang berbasis external input sustainable
agriculture. 4) Manajemen reproduksi dengan melakukan seleksi terhadap induk dan
pejantan, mencegah terjadinya perkawinan keluarga (inbreeding), dan menerapkan
teknologi IB. 5) Pencegahan dan pengendalian penyakit secara periodik, terutama
penyakit menular, vaksinasi, pemberantasan vektor penyakit, menyiagakan petugas
lapang (tenaga medis veteriner), serta melaporkan kejadian penyakit kepada petugas dan
dinas peternakan setempat.
8
secara intensif pada umumnya terdiri atas pakan hijauan, kosentrat, dan ampas tahu.
Bahan pakan berupa pakan hijauan diberikan sebanyak 10-12% dari bobot badan sapi
tersebut. Pakan hijauan bisa diberikan 2 kali sehari, Pemberian air minum 20-30
liter/ekor/hari. Dalam sistem pemeliharaan di PT Equalindo Farm menggunakan ternak
dengan hasil persilangan limosin dengan Peranakan simental, ataupun IB untuk
mengasilkan ternak dengan produktivitas yang tinggi.
Persilangan dalam cakupan jangka pendek persilangan dapat membawa berkah
dengan kesejahteraan petani sebagai dampak gabungan sifat tetua terhadap
keturunannya. Namun, dengan persilangan, masing masing dapat saling melengkapi satu
sama lain dengan kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya, karena tidak satupun jenis
ternak yang superior dan memiliki karakteristik sifat-sifat produksi yang unggul pada
semua kondisi lingkungan.
9
membangun kandang harus memperhatikan konstruksinya. Konstruksi kandang dibuat
harus sesuai dengan kondisi alam agar ternak merasa nyaman. Agar ternak sapi yang
tinggal di dalam kandang merasa nyaman,maka konstruksi kandang harus dibangun
sesuai dengan hukum alam setempat. Kita menyadari bahwa hukum alam tidak bisa
dirubah ,melainkan peternaklah yang harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diketahui bahwa konstruksi
kandang bisa terbuat dari kayu (papan),bambu maupun batu bata. Serta ventilasi perlu
diperhatikan agar terjadi pertukaran didalam kandang.Yang terpenting adalah ternak
merasa nyaman dan tidak mengalami stress. Bahan konstruksi kandang adalah kayu
gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat . kandang sapi tidak boleh tertutup
rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar. Konstruksi kandang
sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya
miring. Lantai kandang dibuat padat,lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak
miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak,
termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering
3.5 Kesehatan
Kesehatan adalah istilah umum yang menggambarkan keseluruhan
kesejahteraan dan kondisi ternak. Kesehatan sapi potong seringkali menjadi masalah,
biasanya ditentukan oleh pengamatan visual dari Hewan, sering ditambah dengan
berbagai pengukuran klinis (misalnya, suhu rektal atau serum klinis profil) untuk
membantu konfirmasi keadaan penyakit dan diagnose. Manajemen kesehatan yang baik
meliputi kesehatan sapi (program pengobatan dan vaksinasi), kebersihan kandang dan
lingkungan (sanitasi dan desinfeksi) sehingga dapat meminimalisasi agen patogen
(bakteri, virus, jamur, protozoa) yang dapat mengganggu kesehatan sapi. Peternak sudah
melakukan manajemen kesehatan yang baik seperti pengobatan, vaksinasi dan menjaga
kebersihan kandang.
Untuk perawatan sapi potong yaitu dengan memandikan sapi pada pagi hari
dengan menyemprotkan air dengan menggunakan selang atau menyiram air dengan
menggunakan ember dan kemudian digosok dengan menggunakan sapu lidi, hal ini
untuk menghindari terbentuknya kerak pada permukaan kulit maupun di bawah lipatan
10
kulit. Sapi sangat perlu dimandikan pada pagi hari karena biasanya pada malam hari sapi
itu penuh dengan kotoran yang menempel pada tubuhnya. Sapi yang selalu bersih akan
terhindar dari berbagai penyakit dan nafsu makannya meningkat. Sapi yang kulitnya
bersih, air keringatnya akan keluar dengan lancar, pengaturan panas tubuh akan
sempurna, dan parasit kulit yang menyebabkan penyakit pada kulit tidak mudah
menginfeksi.
Diketahui bahwa penanganan kesehatan dan pengobatan terhadap ternak yang
sakit pada umumnya mendapatkan perhatian yang baik. Peternak mengandalkan
mendatangkan mantri hewan untuk melakukan pengobatan dan pemberian vaksinasi.
Pemberian vaksinasi secara berkala penting dilakukan, pemberian vaksinasi sebaiknya
dilakukan setiap 2–3 bulan sekali yang berguna sebagai pencegahan terhadap penyakit
menular.
Peternak juga perlu memperhatikan Parasit pada tubuh ternak seperti
Ektoparasit merupakan parasit yang menempel pada hewan ternak. Bisa mulai dari
serangga. Ektoparasit bisa mengganggu hewan ternak dan bisa menyebabkan
menurunnya nafsu makan untuk hewan ternak.
11
BAB IV
METODOLOGI
12
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis sapi yang digunakan dalam usaha pembibitan pada PT Equalindo adalah
jenis sapi potong terutama sapi Limousin, Simental, dan Brangus. Sapi brangus yang
dikembangkan di PT Equalindo merupakan persilangan jenis sapi Brahman dengan jenis
sapi angus yang direproduksi secara Inseminasi Buatan (IB). Hal tersebut dilakukan
karena perkawinan sesama sapi Brangus untuk menghasilkan pedet tergolong sulit.
Ciri-ciri sapi Brahman adalah warnanya bervariasi mulai dari abu-abu muda,
belang-belang pada bagian punuk. Sapi Brahman memiliki punk dibelakang kepala.
Kelebihan sapi Brahman adalah memiliki ketahanan terhadap kondisi tatalaksana
lingkungan yang minimal yaitu: toleransi terhadap suhu lingkungan yang tinggi,
memiliki kemampuan untuk mengasuh anak dan memiliki daya tahan terhadap penyakit
dan parasit. Kelemahan dari sapi Brahman adalah memiliki toleransi yang rendah
terhadap suhu udara yang rendah dan memiliki fertilitas yang rendah (Blakely dan Bade,
1991).
Sapi Angus memiliki ciri-ciri antara lain berwarna hitam, tidak bertanduk,
mempunyai bulu yang halus dan ukuran badannya relatif kecil. Kelebihan dari sapi
Angus adalah mempunyai ketahanan terhadap hawa dingin, mempunyai kemampuan
memelihara anak dan menyusui yang baik, tidak mengalami kesulitan pada waktu
melahirkan, memiliki fertilitas yang tinggi, memiliki kualitas karkas yang baik dengan
tulang yang kecil. Kekurangan dari sapi Angus adalah ukuran badannya yang kecil, dan
pada padang pengembalaan jantan tidak suka membuntuti betina (Blakely dan Bade
1991).
Komposisi darah dari sapi Brangus, yang merupakan persilangan antara sapi
Brahman dengan Sapi Angus datah 3/8 baghat darah Brahman dan 5/8 bagian darah
Angus. Ciri-ciri sapi Brangus adalah memiliki warna bulu yang hitam, memiliki punuk
dan tidak bertanduk. Kelebihan dari sapi brangus adalah memiliki konformasi yang
bagus, pertumbuhan yang cepat, memiliki daya tahan terhadap panas, memiliki daya
13
than terhadap parasit serta memiliki kemampuan untuk mengasuh anak yang baik,
Kelemahan sapi Brangus adalah keadaan didaerah paha belakang kurang tebal (Blakely
dan Bade, 1991).
2. Pemilihan Indukan
1. Deteksi Birahi
Birahi pertama terjadi sat ternak mengalami dewasa kelamin. Dewasa kelamin
atau pubertas adalah periode dalam kehidupan makhluk hidup jantan atau betina dimana
proses-proses reproduksi mulai terjadi, yang ditandai oleh kemampuan untuk petard
Katinya mehtieduksi benih (Partodihario, 1980%. Biasanya dewasa kelamin tejadi lebih
14
dahulu Sebelum dewasa tubuh. Sapi yang telah mencapai pubertas siap untuk
dikawinkan. Umumnya perkawinan baru dapat dilakukan pada umur 18-20 bulan, hal in
dilakukan karena sapi sudah mencapai dewasa tubuh dan dewasa kelamin.
Periode siklus birahi bervariasi antara berbagai jenis hewan, sedangkan sapi
antara 18-24 hari. Hewan yang tidak dalam masa birahi akan menolak untuk dikawin.
Bila dalam masa birahi sapi tidak dikawinkan maka dalam usaha pembibitan akan
mengalami kerugian, karena harus menunggu untuk birahi 18-24 hari berikutnya dan
menambah biaya pemeliharaan. Oleh karena itu recording atau pencatatan sangat
diperlukan dalam usaha pembibitan. Langkah mengetahui tanda-tanda sapi birahi
mengunakan metode 3A, yaitu Abang, Abuh dan Anget pada bagian vulva. Menurut
partodiharjo (1980), tanda-tanda birahi pada sapi betina antara lain :
a. Keluar lender jernih
b. Gelisah atau tidak tenang
c. Mencoba menaiki sapi lain
d. 3A yaitu abang, abuh dan anget
Parameter yang digunakan dalam pendeteksian birahi adalah dengan melihat
keluarnya cairan jernih dari vulva sapi. Bila sudah nampak tanda-tanda birahi pada sapi
maka anak kandang akan menghubungi pada staf yang tidak lain Inseminator untuk
selanjutnya akan dilakukan IB.
2. Perkawinan
15
Tabel 1. Waktu Optimun Untuk Inseminasi
Pertama kali terliat estrus Harus di inseminas pada terlambat
pagi Sore hari yang sama Hari berikutnya
sore Hari beriutnya (pagi) Seudah jam 15.00 besoknya
Sumber : Toelihere (1981)
Straw yang digunakan pada PT Equalindo berasal dari BIB Lembang
Bandung, BIB Ungaran dan BIB Singosari. Kebanyakan straw yang dipakai di PT
Equalindo adalah dari BIB Lembang Bandung, karena memiliki struktur yang kental dan
memiliki kualitas yang baik dibandingkan dari BIB lain. Straw yang digunakan berasal
dari bangsa sapi Angus, Limosin dan Simental dengan dosis straw 0,25 cc. Setiap straw
memiliki warna yang berbeda-beda tergantung dari jenis bangsa sapi. Straw warna biru
untuk sapi bangsa Brahman, hijau untuk sapi bangsa Brangus, oranye untuk sapi bangsa
Angus, merah untuk sapi bangsa Limosin, putih untuk sapi bangsa Simental dan biru
muda untuk sapi bangsa PO. Pelaksanaan IB di PT Equalindo adalah 9 jam dan 6 jam
setelah birahi berakhir. Setiap hari sapi dikontrol untuk mengetahui sapi yang
mengalami birahi. Untuk mengetahui gejala birahi, PT Equalindo menggunakan
parameter yaitu dengan melihat keluarnya cairan bening dari vulva.
3. Kebuntingan
Kebuntingan merupakan hasil dari perkawinan yang berhasil. Ole karena itu
perlu dilaksanakan pemeriksaan kebuntingan. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan 60-90
hari setelah, tidak terjadi birahi kembali. Tanda-tanda kebuntingan yang nampak pada
sapi adalah membesarnya perut bagian kanan. Hal ini disebabkan kerja°ovarium kanan
lebih aktif dan besar dibandingkan dengan kiri. Tanda-tanda Tainnya adalah terjadi
pembengkakan pada ambing, pantat nampak membesar, dan vulva mula membenekak.
Pemeriksaan kebuntingan di PT Equalindo dilakukan 3 bulan sekali.
Pemeriksaan kebuntingan dengah alpasi rektal. Saat pemeriksaan kebuntingan recording
perlu dilaksanakan untuk menghindari inseminasi ulang pada sapi yang telah bunting.
Sapi yang bunting umur 6 bulan lebih akan dipindahkan pada kandang yang lebih luas.
Hal ini selain bertujuan untuk exercise juga untuk memudahkan dalam penanganan dan
pengawasan.
16
5.3 Manajemen Pemeliharaan Sapi Bunting
Pemberian sisa pakan dan sisa air minum pada sapi bunting di lakukan 1 kali
sehari yaitu pada pagi hari mulai pukul 07:30 WITA.
17
memasuki umur kebuntingan tua (6-9 bulan) induk dipindahkan kekandang yang lebih
luas dan tali kekangnya juga dikendurkan agar bergerak lebih leluasa dan bertujuan
untuk exercise.
Pemberian air minum dilakukan secara adlibitum yaitu dengan cara mengisi
bak air minum dengan memutar kran sehingga dengan sendirinya air mengalir
memenuhi bak tersebut. Pemberian air minum dilakukan satu hari sekali yaitu pada pagi
hari mulai pukul 07.30 WIB atau setelah pembersihan tempat pakan dan minum.
18
Adapun kegiatan pemeliharaan sapi pedet yang dilakukan di PT Equalindo,
antara lain :
1. Pemberian lantai kandang, sisa pakan dan air minum
Pembersihan lantai kandang, sisa pakan dan air minum pada pedet dilakukan
sehari satu kali yaitu pada pukul 07.30 WIB.
2. Pemberian Pakan
Pedet sesaat setelah lahir akan menyusu kepada induknya, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan kolostrom. Kolostrom merupakan susu yang dihasilkan selama
sekitar 5-7 hari oleh sapi betina setelah melahirkan. Kolostrum sangat penting diberikan
karena mengandung antibodi yang berguna bagi tubuh pedet untuk ketahanan tubuh.
Kolostrum juga mengandung bahan pencuci atau pembersih perut (laxantia) (Sudarmono
dan Sugeng, 2008).
Tujuan dari pemberian pakan jerami untuk pedet secara adlibitum atau selalu
tersedia agar pakan yang diberikan dapat dicerna didalam rumen dengan bantuan
mikroba rumen, sehingga dapat membantu merangsang perkembangan rumen agar dapat
segera berfungsi. Sedangkan untuk pemberian pakan konsentrat sejak dini dilakukan
agar setelah lepas sapih pedet dapat cepat beradaptasi dengan pakan barunya. Pemberian
19
pakan konsentrat dilakukan satu kali sehari yaitu pada pukul 08.30 WIB, sedangkan
pakan hijauan diberikan pada pukul 09.30 Wib dan jerami diberikan secara adlibitum
setelah pakan hijauan habis.
Pemberian air minum dilakukan secara adlibitum yaitu dengan cara mengisi
bak air minum dengan memutar kran sehingga dengan sendirinya air mengalir
memenuhi bak tersebut. Pemberian air minum dilakukan satu hari sekali yaitu pada pagi
hari setelah pembersihan tempat pakan dan minum.
Pembersihan sisa pakan dan minum dilakukan satu hari sekali yaitu pada pukul
07.30 WIB.
2. Pemberian pakan
Dasar dari pemberian pakan untuk sapi laktasi di PT Equalindo adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidup pokok induk dan produksi susu untuk pedet. Pakan yang
diberikan untuk sapi laktasi adalah konsentrat, hijauan segar dan jerami. Konsentrat
diberikan satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Jumlah dan cara pemberian konsentrat
sama dengan yang diberikan untuk sapi bunting tua yaitu sebanyak 5 kg/ekor/hari.
Hijauan segar juga diberikan satu kali sehari sebanyak 6 kg/ekor/hari.
20
3. Pemberian air minum
Pemberian air minum secara adlibitum pada pagi hari setelah pembersihan
tempat pakan dan tempat minum.
4. Penyapihan Pedet
Penyapihan pedet dilakukan setelah pedet berumur 4 bulan. Pedet yang telah
disapih ditempatkan dikandang khusus pedet dan pada saat berumur 4-6 bulan akan
dilakukan pengeluhan pada pedet.
Sapi dara yang sudah mengalami birahi harus segera di Inseminasi Buatan.
Sekitar kurang lebih 60-90 hari atau 3 bulan setelah di IB diadakan pemeriksaan
kebuntingan dengan palpasi rektal untuk mengetahui keberadaan foetus. Pada saat
pemeliharaan, sapi-sapi tersebut juga dilakukan pengamatan bila terjadi birahi kembali
(return heat). Apabila sapi-sapi tersebut mengalami return heat berarti tidak terjadi
kebuntingan dan dapat dilakukan IB kembali. Adapun kegiatan magang dalam
pemeliharaan sapi dara yaitu :
1. Pembersihan sisa pakan dan air minum
Pembersihan pakan dan minum dilakukan satu kali sehari yaitu mulai pukul
07.30 WIB sampai selesai.
2. Pemberian Pakan
21
kg/ekor/hari. Pemberian hijauan dilakukan setelah pemberian konsentrat habis,
pemberian hijauan diberikan sebanyak 6 kg/ekor/hari. Sedangkan pemberian jerami
diberikan secara adlibitum yaitu pada siang dan sore hari.
Pemberian air minum pada sapi dara diberikan secara adlibitum yaitu dengan
cara pengisian bak air munum dengan memutar kran sehingga dengan sendirinya air
dapat memenuhi bak tersebut.
4. Pakan
22
dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah. Pemberian
konsentrat dilakukan 1 kali sehari yaitu pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB. Jumlah
pemberian konsentrat yang diberikan yaitu kurang lebih 4-5 kg per ekor per hari,
tergantung umur sapi.
Konsentrat yang diberikan pada PT Equalindo pada awal pelaksanaan magang
terdiri dari 2 campuran bahan pakan yaitu kulit kacang dan onggok. Akan tetapi
campuran tersebut akan berubah-ubah tergantung dari persediaan bahan pakan yang ada.
Hal ini dikarenakan kurangnya persediaan bahan pakan yang lain untuk campuran. PT
Equalindo memiliki pabrik pakan mini. Pabrik tersebut digunakan untuk membuat pakan
konsentrat, pakan konsentrat tersebut dijual dan diberi label “Matery Feed”. Pakan
tersebut dijual dengan harga Rp 800 per kilogram. Bahan pakan yang digunakan untuk
membuat Matery Feed terdiri dari bekatul, wheat brand, CGM, bungkil kelapa, bungkil
kelapa sawit, onggok dan tetes tebu.
23
2. Pembersihan tempat air minum melewati tempat pakan sehingga apabila saluran
pembuangan air minum tersumbat oleh pakan dapat mengakibatkan tumpahnya air
pada tempat pakan dan pakan akan menjadi basah.
3. Posisi tempat air minum pedet terlalu tinggi karena belum adanya kandang khusus
pedet sehingga tempat minum pedet sama dengan induknya.
Sanitasi kandang dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari dengan
membersihkan kotoran feses, air kencing dan sisa pakan yang tercecer. Pembersihan
didahului dengan pengambilan feses dan sisa pakan (jerami) yang tercecer kemudian
diangkut ke penampungan akhir. Kemudian lantai disiram dengan air sehingga air
kencing maupun sisa kotoran yang kecil-kecil langsung dialirkan menuju padang
rumput. Peralatan yang digunakan dalam sanitasi kandang yaitu : sekop, selang air, sapu,
garuk dan gerobak dorong.
24
kurang baik. Gejala klinis yang sering nampak adalah diare, dehidrasi, lesu yang dalam
beberapa hari dapat mengakibatkan kematian pada pedet. Sapi yang terserang penyakit
ini akan mengeluarkan feses yang banyak dan encer, bila tidak segera ditangani dapat
mengakibatkan kematian. Bila pedet terserang diare akan merebah dalam waktu 12-24
jam.
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang
dan lingkungan sekitar, serta dengan memberikan pakan yang baik untuk sapi.
Pengobatan kasus diare ini dengan menggunakan antibiotik berupa Penstrep atau
Medoxin.
2. Kembung (bloat)
Kembung merupakan keadaan rumen (perut pertama) yang mengembang,
membesar akibat kelebihan gas yang tidak bisa cepat keluar (Soedarmono dan Sugeng,
2008). Gejala yang tampak adalah lambung sebelah kiri atas membesar dan terasa
kencang. Pada bagian itu bila dipukul dengan jari berbunyi seperti drum akibat
rentangan perut yang begitu kencang. Pernafasan berat dan kontraksi rumen sangat kuat
sehingga hewan sering terhuyung-huyung atau sebentar- sebentar berbaring dan berdiri.
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan pelayuan atau penjemuran
hijauan, menghindarkan pemberian pakan yang berasal dari jenis leguminosa yang
terlalu banyak dan diusahakan penggembalan ternak tidak terlalu pagi karena rumput
masih basah akibat embun atau air hujan. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan
Anti Blot untuk membasmi bakteri penghasil gas. Dan jika keadaan sudah parah maka
dilakukan menusuk perut sebelah kiri dengan trocar.
3. Luka atau lecet
Luka atau lecet disebabkan apabila ternak sapi terjatuh, terpeleset, terbentur
benda keras ataupun terjerat tali sehingga membuat robeknya lapisan kulit. Luka atau
lecet bukanlah penyakit yang berbahaya namun bila tidak segera ditangani dapat
menyebabkan luka atau lecet tersebut menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak
sedap dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan timbulnya parasit seperti belatung.
Pencegahan penyakit ini dengan mengusahakan lantai tidak licin dan
pengelolaan lingkungan yang baik. Pengobatan penyakit ini dengan menyemprotkan
antibiotik berupa Gusanex. Antibiotik tersebut juga dapat mencegah adanya lalat
25
sekaligus untuk mengeringkan luka dan menandai luka atau lecet karena gusanex
berwarna biru.
Pupuk organik cair yang ada di PT Equalindo dibuat dari bahan-bahan alami
seperti tetes, urin sapi murni, kunyit, lengkuas, temu ireng, jahe, kencur dan putrowali.
Untuk membuat pupuk cair kurang lebih 100 liter dibutuhkan tetes 5 liter, urin sapi
murni 100 liter, kunyit 2 kg, lengkuas, temu ireng, jahe, kencur dan putrowali masing-
masing 2 kg.
Penjualan pupuk cair di PT Equalindo adalah dalam bentuk pengemasan
produk botol. Setiap botol berisi 1 liter yang dijual dengan harga Rp. 10.000,- per
botolnya. Sasaran pasar dari penjualan pupuk cair ini adalah petani, pecinta tanaman
hias dan pecinta bunga. Setiap bulan PT Equalindo mampu menjual 30-40 botol.
Produksi tersebut dapat meningkat atau menurun tergantung permintaan pasar. Dalam
pemasaran produk pupuk cair PT Equalindo menggunakan metode dari mulut ke mulut
sebagai media promosinya. Selain itu juga dilakukan promosi lewat pameran-pameran.
2. Pengolahan pupuk organik padat
26
82,75%. Ciri-ciri pupuk organik yang telah jadi adalah :
a. Pupuk berwarna coklat kehitam-hitaman
b. Tidak berbau menyengat
c. Tekstur remah dan lembut
d. Suhu telah menjadi dingin
e. Tidak timbul adanya jamur
Pupuk organik padat yang dihasilkan akan dijual untuk menambah penerimaan
dari sisi pengolahan limbah. Penjualan pupuk di PT Equalindo ini dalam bentuk
kemasan 5 kg, dengan harga Rp 350,- per Kg dalam bentuk halus, sedangkan dalam
bentuk pril dengan harga Rp 500,- per kg. namun untuk pembeli yang membeli dalam
jumlah besar pengemasannya dengan menggunakan karung 50 kg. sasaran dari
penjualan pupuk organik padat ini adalah petani, pecinta bunga, pengusaha tanaman dan
instansi pemerintah. Setiap bulannya PT Equalindo mampu memproduksi pupuk organik
padat sebanyak 1 ton. Namun dapat menurun atau meningkat sesuai kebutuhan
konsumen.
27
BAB VI
PENUTUP
1. Ternak sapi yang ada di PT Equalindo Makmur alam Sejahtera berasal dari luar
Kalimantan. Jenis sapi yang ada adalah sapi bali, sapi limosin, sapi simental dan
sapi angus. Pemilihan bibit/bakalan ternak yang akan di kawinkan memiliki kriteria
khusus yang telah ditetapkan oleh PT Equalindo Makmur alam Sejahtera sepeti
jenis ternak, jenis kelamin, kesehatan serta body condition score yang didapat dari
hasil pengecekan data recording dan pengamatan secara langsung pada lternak yang
akan di pilih.
2. Pakan yang diberikan untuk ternak sapi potong di PT Equalindo Makmur Alam
Sejahtera adalah pakan hijauan dan pakan konsentrat dengan frekuensi 2 kali
pemberian hijauan dalam satu hari dan 1 kali pemberian pakan konsentrat dalam
satu hari.
3. Pencegahan penyakit ternak sapi potong di PT Equalindo Makmur Alam Sejahtera
dilakukan dengan rutin pemberian obat cacing dan melakukan sanitasi lingkungan,
kandang dan ternak, melakukan penyemprotan desifektan serta menerapkan
vaksinasi sesuai jadwal yang ditentukan.
4. Limbah ternak sapi (kotoran sapi) yang dimanfaatkan oleh PT Equalindo Makmur
alam Sejahtera menjadi limbah padat yang dijadikan sebagai pupuk.
5. Kandang bunting dan laktasi berjenis kandang koloni dengam system pemeliharaan
intensif,model atap gable serta konstruksi kandang permanen dengan lantai semen
dan tiang kayu.
28
DAFTAR PUSTAKA
Affandhy,L., D. Pamungkas. A. Rasyid dan P. Situmorang. 2003. Uji fertilitas semen cair dan
beku pada pejantan sapi potong lapang. Laporan Penelitian. Loka Penelitian Sapi
Potong.
Anggraeni ., Y.N., U. Umiyasih dan N.H. Krishna . 2006. Potensi Limbah Jagung Siap Rilis
sebagai Sumber Hijauan Sapi Potong . Prosiding Lokakarya Nasional Jejaring
Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi, Pontianak, 9-10 Agustus 2006. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Anonim, 2004, Fisiologi Reproduksi Ternak 1, Bagian Reproduksi Dan Kebidanan, Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Anonimus. 2007a. Temu kunci, Rimpang Pereda Sariawan dan Masuk Angin.
http://www.gayahidup sehatonline.com (April 2007)
Bamualim, A. 1988. Peranan Peternakan dalam Usahatani di Daerah Nusa Tenggara. Jurnal
Litbang Pertanian 7 (3) : 69-74.
Bearden, HJ and Fuquay JW, 1984. Applied Animal Reproduction. 2nd Edition. Reston
Publishing Company, Inc. A Prentice-Hall Company. Reston. Virginia.
Boniface, A.M., Murray, R.M., Hogan, J .P. 1986. Optimum Level of Ammonia in the Rumen
Liquor of Cattle Fed Tropical Pasture Hay. Proceedings Aust . Soc. Anim. Prod.16:
151-54 ..
Burgess, P. 2000. Tree Forages to Sustain Milk Production in Zimbabwe : Lessons for Small
Scale Dairy Farming in Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan
Veteriner, Bogor, 18-19 Oktober 1999 . Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Bogor.
Butler, W.R., R.W. Everett and C.E. Coopock. 1981. The Relationship Between Energy
Balance, milk production, and involution in postpartum Holstein cows, J. Animal Sci.
53: 742-748
29
Carrol, D.J., B.A. Barton, G.W. andersanand R. D. Smith. 1988.Influence of protein intake and
feeding strategy of reptoductive performance. J. Dairy Sci. 71: 3470-3481
Chamberlain, AT , and Wilkinson, J .M. 1996 . Feeding the Dairy Cow . Chalcombe Publication,
Welton, UK.
Cohen, D.C. 2001 . Degradability of Crude Protein from Clover Based Herbages used in
Irrigated Dairy Production Systems in Northern Victoria. Australian Journal of
Agricultural Research 52: 415-425
Erlangga A. 2012. Handling Ternak. Diakes pada pada tanggal 31 Oktober 2012.
http://erlanggabayuanggara22.blogspot.com/
Evans, G. and W.M.C. Maxwell. 1987. Salamon's Artificial Insemination of Sheep and Goats.
Butterwoths Pty Limited. Sydney, Boston, London, Durban, Singapore, Wellington.
Fang, W. 2002. Introduction of Backgrounds and Approaches in Reducing Heat Stress of Dairy
Cattle from an Environmental Engineering Point of View . International Training on
Strategies for Reducing Heat Sress in Dairy Cattle . Tainan, August 26-31, 2002.
Frandson, R.D., 1996, Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi ke-7, diterjemahkan oleh
Srigandono, B dan Praseno, K, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
http://sapiperahind.blogspot.com/2.009/08/manajemen-pengelolaan-sapi-perah.html
http://books.google.co.id/books/tatalaksana-perkawinan-sapi-perab.html
Frandsond. R.D.1996. Anatomi dan Fistologi Ternak. Edist keempat. Penerjamah B. Srigandono
dan K. Praseno, Gajah Mada University Press. Yogyakarta, Frandson, R.D, 1992,
Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisit ke-4, diterjemahkan oleh Srigandono, B dan
Praseno, K, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
November 14-18, 2006, Khon-Kaen University, Thailand, Ditjen Peternakan. 1978 . Penuntun
Pembuatan Padang Penggembalaan Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen
Pertanian, Jakarta.
30
31
LAMPIRAN
32
Gambar 3. Pemberian Obat Cacing
33
Gambar 5. Pengecekan KB
34
Gambar 7. Panen lebah madu
35
Gambar 9. Pemberian kosentrat
36
Gambar 11. Proses IB
37
Gambar 13. Penimbangan pedet baru lahir
38