Anda di halaman 1dari 37

1

CONTOH ANALISIS ALUR, TOKOH, DAN LATAR

1. Alur Novel Ladang Perminus

Menurut Stanton yang dikutip Sugihastuti (2002:46) alur adalah cerita yang berisi urutan

peristiwa, tetapi setiap peristiwa itu dihubungkan secara kausal. Peristiwa yang satu disebabkan

atau menyebabkan peristiwa yang lain. Peristiwa-peristiwa dalam cerita dimanisfestasikan lewat

perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh (utama) cerita. Bahkan, pada umumnya peristiwa yang

ditampilkan dalam cerita tidak lain dari perbuatan dan tingkah laku para tokoh, baik yang

bersifat verbal maupun fisik, baik yang bersifat fisik maupun batin (Nurgiantoro, 1995:114).

Alur cerita di dalam novel LP bersifat kronologis atau linier. Cerita diawali dengan tokoh

Hidayat yang membaca berita yang dimuat oleh surat kabar Nusa Raya tentang korupsi besar-

besaran yang terjadi di Perusahaan Minyak Nusantara (Perminus), seperti tampak dalam kutipan

berikut.

...US $ 1.554.590,28 merupakan kerugian-kerugian valuta asing yang diderita


oleh Negara, akibat cara-cara bekerja dan penyelewengan yang terjadi dalam
Perminus yang diketemukan pada tahun 1967 oleh sebuah tim pemeriksa dari
Jakarta, yang melakukan pemeriksaan terhadap ekspor minyak mentah oleh
Perminus dulu Unit I di Pangkalan Susu. (hl.2).

Melalui kutipan di atas tampak bahwa negara telah banyak dirugikan akibat cara bekerja yang

tidak benar dan juga karena adanya korupsi atau penyelewengan yang terjadi di Perminus.

Akibat korupsi di Perminus yang dikuak oleh harian Nusa Raya maka timbul kecurigaan di

antara pegawai yang bekerja di Perminus. Desas-desus keterlibatan orang dalam yang

membocorkan korupsi di perusahaan tersebut semakin sering terdengar. Beberapa orang

dicurigai, termasuk Hidayat, salah satu pegawai di perusahaan tersebut seperti tampak pada

kutipan berikut.

“Ya, saya tidak akan bilang kepada yang lain. Tetapi apa salahnya, Pak Hidayat?”
2

bertanya Herman perlahan-lahan.


“Entah …Barangkali, ini pun barangkali, terkaan saya saja, barangkali karena Pak
Hidayat punya hubungan famili dengan salah seorang wartawan dari koran itu
(hl. 17).

Hidayat diduga mempunyai hubungan famili dengan salah satu wartawan yang telah mengekspos

korupsi di Perminus. Dengan demikian, ia mulai dicurigai terlibat di dalam permasalahan itu.

Isu tentang dirinya yang akan disisihkan dari Perminus menyebabkan ia menjadi gelisah dan

tertekan batinnya. Kegelisahan ini yang kemudian memunculkan konflik. Dari sinilah peristiwa

mulai bergerak dalam arti konflik-konflik mulai bermunculan.

Bergeraknya peristiwa yang terdapat dalam novel LP yaitu saat Hidayat mendapat

kepastian bahwa dirinya akan dirumahkan atau dibebastugaskan dari pekerjaannya di

Perminus. Kepastian itu didapat setelah ia menerima surat dari direktur Perminus. Pemberhentian

yang dilakukan Perminus tanpa alasan yang jelas menimbulkan kebencian di hati Hidayat,

seperti tampak pada kutipan berikut.

Ia diombang-ambingkan oleh perasaannya, oleh kesebalannya kepada orang yang


berkuasa di kantor. Muncul di depan matanya wajah-wajah yang ia benci: Kolonel
Sudjoko, Dirut, beberapa orang yang biasa bekerja di bawah kolonel.
“Apa kesalahanku?” gumannya. Ia merasakan kepahitan surat keputusan itu
(hl. 25).

Ketidakberdayaan Hidayat menghadapi sikap atasannya yang telah berlaku sewenang-

wenang terhadap dirinya membuatnya semakin frustasi terhadap kondisi yang ada. Dalam

kondisi tertekan tersebut Hidayat mendapat nasihat yang bijaksana dari istrinya, Ias. Sikap Ias

telah membantunya untuk tidak terpuruk lebih dalam. Hidayat telah dibuat tenang oleh sikap Ias

yang lebih bijak menghadapi tindakan pihak yang berkuasa yang dirasakan batil (hl.29).

Selama dirumahkan oleh Perminus, Hidayat tidak berusaha untuk mengadakan

perlawanan atau mencari informasi sebab-sebab dirinya dibebastugaskan. Ia justru menerima

saja nasib yang telah menimpanya meskipun kadang-kadang muncul dalam angan-angannya
3

untuk meninju sampai ambruk kolonel yang menangani pembersihan di kantornya (hl.30).

Kekecewaan Hidayat sering memunculkan ingatan-ingatannya sebelum ia bekerja di Perminus.

Pernah ia ditawari untuk bekerja di perusahaan minyak asing di London. Namun, hal itu

ditolaknya karena ia ingin berbuat sesuatu untuk negerinya. Ia ingin membangun dan mengisi

kemerdekaan tanah air.

Untuk mengisi hari-hari kosong selama dibebastugaskan dari aktivitas rutin Perminus,

Hidayat mulai mencari kesibukan-kesibukan. Ia mulai menyibukkan dirinya dengan beternak

ayam. Selain itu, ia mulai menjual jasa kepada orang yang memerlukannya. Jasa yang dijual

berupa nasihat-nasihat dan pikiran-pikirannya. Hidayat mendatangi beberapa orang asing yang

dikenalnya seperti Tom Anderson dari Western Oil, juga Stevenson dari Oriental Oil. Kedua

orang asing tersebut sangat senang dengan nasihat-nasihat yang diberikan oleh Hidayat. Bahkan,

keduanya mengajak Hidayat untuk bekerja di perusahaan mereka, tetapi ditolak. Sebelum

Perminus memberikan kepastian yang jelas dan tegas tentang statusnya, Hidayat tetap tidak akan

bekerja di tempat lain.

Berkat kepiawaian Hidayat dalam memberikan nasihat-nasihat maupun pikiran-

pikirannnya kepada beberapa pengusaha asing yang bergerak di bidang perminyakan, maka

pengusaha-pengusaha itu mengalami kesuksesan. Misalnya, Gilbert menjadi sukses berkat

nasihat-nasihat yang diberikan oleh Hidayat (hl.48). Sebagai tanda terima kasihnya, Gilbert

memberikan uang sebanyak 500 dolar setiap bulan kepada Hidayat selama dua tahun.

Cerita dalam novel LP mulai bergerak naik, saat Hidayat dipanggil oleh Kahar (wakil

direktur Perminus) untuk kembali bekerja di perusahaan itu. Pemanggilan tersebut atas usul

Gilbert kepada direktur Perminus. Setelah kembali bekerja, Hidayat langsung mendapat tugas ke

Singapura untuk melakukan perundingan dengan beberapa kontraktor dan kedutaan (hl.62). Di
4

Singapura, Hidayat mendapat perlakuan yang istimewa dari para kontraktor karena mereka

mempunyai kepentingan dengan Hidayat khususnya dan Perminus umumnya. Paling tidak para

kontraktor tersebut mempunyai pamrih yaitu supaya mereka diberi kemudahan di dalam

melakukan kerja sama atau bisnis dengan Perminus. Hidayat pun diajak untuk melakukan bisnis

oleh para kontraktor di Singapura. Namun, ajakan itu secara halus ditolak. Ada ketakutan dalam

dirinya untuk menerima tawaran itu. Ia takut kalau atasannya marah, seperti tampak pada kutipan

berikut.

“Saya pegawai Perminus, Mr. Tan,” kata Hidayat sambil menyandarkan badannya
pada sandaran kursi.
“Ah, Bapak, itu kan tidak jadi soal. Begitu banyak orang dari Perminus yang
mempunyai perusahaan. Dirut sendiri punya begitu banyak perusahaan. Mengapa
Bapak jadi pusing memikirkan soal itu. Yang penting, dalam bisnis, kita harus
cekatan dalam mencari lubang-lubang (hl.69)

Melalui kutipan di atas dapat dilihat juga adanya permainan bisnis di kalangan pejabat

Perminus. Bisnis tidak hanya dilakukan oleh direktur Perminus saja, tetapi juga yang lain,

termasuk Kahar.

Peristiwa berikutnya adalah peristiwa yang tidak jauh dari dunia bisnis. Dalam dunia bisnis

sering terjadi masalah memberi hadiah kepada seseorang dengan tujuan mendapat kemudahan

dalam urusan tertentu. Namun, yang dilakukan Michel, salah seorang kontraktor asing yang

pernah mendapat nasihat dari Hidayat, memberi hadiah mobil hanya sekadar ucapan terima kasih

karena berkat nasihat-nasihat Hidayat, perusahaan tempat Michel bekerja memeroleh

kesuksesan. Bagi Hidayat, hadiah itu dirasakan sangat berlebihan . Ia tidak mau dituduh telah

menerima sogokan atau hadiah yang berkaitan dengan tugasnya. Oleh karena itu, Hidayat

memberikan hadiah mobil itu kepada Kahar. Sikap Hidayat yang seperti itu di mata kawannya

dianggap sebagai sikap yang tolol dan penakut (hl. 93).


5

Peristiwa-peristiwa berikutnya belum mengantarkan pada konflik yang berarti. Seperti

Hidayat yang diberi tugas oleh Kahar untuk melayani sejumlah kontraktor yang melaksanakan

pembangunan gedung-gedung dan proyek-proyek lainnya. Dalam melaksanakan pembangunan

gedung atau proyek lainnya sering terjadi tindakan manipulasi yang dilakukan Kahar. Para

kontraktor dipaksa untuk menaikkan harga yang sudah disepakati, seperti tampak pada kutipan

berikut.

“Begini Pak Dayat. Saya jadi bingung. Kok saya disuruh menaikkan offerte-nya,”
kata Murtono. Memang dia kebingungan. Ia mesti mengadakan perhitungan lagi.
“Siapa yang suruh?” Tanya Hidayat dengan menatap lurus.
“Bapak di sana,” jawab Murtono sambil menunjuk ke arah kantor besar.
Maksudnya, atasan Hidayat
“Bapak di sana?” kata Hidayat. Lalu ia tertawa. Ia pun mengerti siapa yang
dimaksud oleh pemborong itu.
“Ya, Pak Kahar, “ bisik Murtono menjelaskan (hl. 98)

Tindakan-tindakan Kahar seperti di atas yang nantinya akan memunculkan konflik-konflik yang

lebih besar.

Peristiwa berikutnya belum menunjukkan ke arah klimaks karena cerita yang disajikan

pengarang adalah perjalanan Hidayat dan kawannya, Pena, ke Singapura. Perjalanan mereka

berdua sekadar jalan-jalan saja. Hidayat ingin menunjukkan kepada Pena bahwa pejabat

Perminus yang dianggap penting dan menguntungkan para kontraktor asing jika ke Singapura

pasti mendapatkan pelayanan yang memuaskan, seperti tampak pada kutipan berikut.

“Apa semua orang Perminus diservisnya seperti kita?”Tanya Pena


“Yang dianggap penting ya, “ jawab Hidayat. “Malahan rebutan mereka
melayani orang-orang yang mereka anggap penting (hl 151)

“Tahu kamu apa yang menyebabkan kita panen di sini?” Tanya Hidayat sambil
tersenyum.
“Tentusaja aku tahu. Karena kamu orang dari Perminus. Karena kamu dari pihak
yang menguntungkan mereka,” jawab Pena sambil menatap temannya
“Nah, begitulah. Karena aku di pihak yang memberikan keuntungan kepada
6

mereka. Seandainya aku tidak berada di pihak yang menguntungkan mereka,


mereka tidak akan memberikan pelayanan seperti ini kepadaku (hl.161).

Melalui dua kutipan di atas tampak bahwa perlakuan istimewa sudah biasa terjadi di lingkungan

pejabat-pejabat Perminus.

Sekembali dari Singapura, Hidayat mengajak Pena untuk melihat kekayaan yang dimiliki

oleh seorang pegawai Perminus yang bernama Suwarso. Pena begitu takjub melihat kekayaan

pegawai tersebut (hl.183—184). Kondisi Suwarso ini ditampilkan pengarang untuk

menggambarkan kehidupan pegawai-pegawai Perminus yang umumnya sangat mewah.

Kemewahan yang diperoleh pegawai atau pejabat Perminus umumnya diperoleh dengan cara

bermacam-macam karena Perminus tidak hanya menangani minyak saja, tetapi juga urusan di

luar minyak. Misalnya, pembangunan gedung-gedung, perumahan-perumahan, pembelian tanah,

dan proyek-proyek lainnya.Urusan di luar minyak inilah yang kemudian banyak menimbulkan

korupsi di Perminus.

Setelah peristiwa-peristiwa di atas, cerita belum juga beranjak ke arah klimaks karena

pengarang menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan Hidayat. Misalnya, cerita tentang Ita,

seorang pramugari, yang menyukai Hidayat. Kekecewaan Hidayat terhadap Toha. Cerita tentang

Don, pengusaha asing, yang memberikan hadiah berupa permata kepada Hidayat, tetapi

ditolaknya. Pemotongan uang dari pemerintah yang sering dilakukan oleh oknum-oknum

pemerintahan yang kemudian diketahui Hidayat. Ketidaksukaan Hidayat terhadap tabiat

Hartawan yang jelek, tetapi yang berusaha mencalonkan diri menjadi gubernur Jawa Barat.

Peristiwa-peristiwa di atas ditampilkan pengarang untuk memperkuat kehadiran tokoh Hidayat

sebagai tokoh yang baik, tokoh yang jauh dari perbuatan yang tidak disukai, seperti perbuatan

korupsi, penyelewengan, dan perselingkuhan. Hidayat ditampilkan sebagai sosok pribadi dan
7

suami yang baik bagi istri dan anak-anaknya. Ia pun sebagai sosok pribadi yang suka menolong

orang yang sedang dilanda kesulitan. Ia juga pemerhati lingkungan yang baik.

Setelah peristiwa-peristiwa di atas, cerita mulai menuju ke arah klimaks saat

Hidayat diberi tugas oleh Kahar untuk melakukan perundingan dengan orang-orang

Belgia. Perundingan yang dilakukan Hidayat berkaitan dengan pembuatan pelabuhan

untuk pabrik baja di Ciligon. Kahar meminta Hidayat untuk menurunkan angka 632 juta DM

yang ditawarkan kontraktor Belgia kepada Perminus (hl. 259). Hidayat berhasil menurunkan

biaya yang semula ditawarkan kontraktor Belgia sebesar 632 juta DM mejadi 567 juta DM.

Hidayat sangat senang dengan keberhasilannya karena ia bisa memenuhi keinginan Kahar.

Namun, kegembiraan Hidayat itu tidak berlangsung lama karena ia dikejutkan dengan angka-

angka yang sudah diperjuangkan dengan segenap tenaga untuk diturunkan ternyata angka-angka

itu naik kembali. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Lihat,” kata Onkelinx dengan nada angkuh sambil menunjuk kepada angka yang
tertera di kertas yang dibukanya itu.
“Apa?!” Hidayat tersentak, terkejut, sangat terkejut. Ia melihat angka yang tertera di
sana:617 juta DM. Onkelix cepat saja menutup lagi mapnya itu dan
memasukkannya ke dalam tasnya. Ia tersenyum masam, mengejek dan berkata:
“Mr. Hidayat, Anda seperti tidak kenal saja kepada orang Indonesia (hl 275).

Konflik yang terjadi antara Hidayat dan Onkelinx di atas mengantarkan cerita ke arah

klimaks. Setelah kejadian tersebut Hidayat menemui Kahar untuk meminta kejelasan berkaitan

dengan naiknya kembali angka-angka yang sudah diturunkan. Hidayat marah karena ia merasa

harga dirinya telah diinjak-injak, seperti tampak pada kutipan berikut.

Ia tidak mampu menahan diri. Ia didorong oleh keinginannya yang meluap. Ia pun
menatap Kahar dengan sungguh-sungguh, mencerminkan keadaan dirinya.
“Saya Cuma ingin tahu, mengapa angka itu menjadi berubah lagi, Pak. Mengapa,
Pak? Apakah ada salah seorang di antara kami yang mengubahnya? Saya tidak.”
Seperti macan yang membalas aum lawannya, Kahar membentak dengan suara
8

keras, “Itu bukan urusanmu! Sudah, pergi! Bukan urusanmu. Hidayat tersentak juga
oleh balasan atasannya itu. Tetapi ia tidak menunjukkan takutnya (hl. 277).

“Tapi Bapak sudah menyuruh saya supaya saya memperjuangkan keinginan Bapak,
menurunkan rencana biaya itu. Sekarang, apa yang terjadi. Kok jadi naik. Terus
terang, saya merasa dihina,” kata Hidayat dengn tidak mau dikalahkan. Ia pun
menatap mata atasannya itu. Melihat tarikan wajah Hidayat demikian keras, Kahar
merasa dilawan. Ia kepalkan tangannya keras-keras, menahan amarahnya. Sebelum
ini tak pernah ada orang yang menentangnya seperti ini. Ia merasa, orang yang
didepannya itu berbahaya bagi dirinya. Kahar sempat menatap kedua belah mata
Hidayat dengan tajam, dengan tarikan muka yang kecut. Tetapi Hidayat tidak
merasa takut sedikit pun . Ia merasa yakin, ia benar.
“Sudah!” kata Kahar menunjukkan keputusannya. “ Kamu tidak bisa di sini.”
(hl. 278).

Konflik yang terjadi antara Hidayat dan Kahar di atas merupakan puncak dari

permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh Hidayat. Sikap Hidayat yang tidak

menyetujui adanya penggelembungan uang, membuat Kahar marah. Kemarahan Kahar karena

sudah ditentang oleh Hidayat di atas membawa cerita ke arah klimaks karena setelah kejadian

itu Hidayat dipensiunkan. Alasan utama Kahar memberi pensiun kepada Hidayat sebenarnya

karena Hidayat telah mencampuri urusannya, tetapi alasan ini telah dimanipulasinya. Kahar

mengatakan kepada Kolonel Sudjoko bahwa Hidayat telah bermain politik dengan cara

mencalonkan dirinya menjadi gubernur Jawa Barat. Bahkan, Kahar mengatakan kepada kapten

itu bahwa untuk hal tersebut Hidayat tidak meminta izin dan restu darinya.

Meskipun Hidayat sudah dipensiunkan, Kahar masih berusaha untuk menjatuhkan

Hidayat dengan cara menyebarluaskan foto Hidayat bersama Ita. Hidayat sama sekali tidak

terusik dengan foto itu karena dia memang tidak pernah berbuat apa-apa dengan wanita itu. Oleh

karenanya, Hidayat tidak peduli dengan sepak terjang Kahar karena dia memang tidak berambisi

untuk menjadi gubernur Jawa Barat.


9

Dari klimaks di atas, cerita selanjutnya mengarah ke penyelesaian. Setelah

perseteruan Hidayat dengan Kahar, tidak lama kemudian Kahar meninggal dunia. Kahar

meninggal karena serangan jantung. Berita itu ditanggapi Hidayat dengan cara bergumam

pada dirinya sendiri, seperti tampak pada kutipan berikut.

“Maut membayar segalanya,” kata Hidayat kepada dirinya sendiri. Sementara itu
wajah Kahar hidup di depan matanya, menghilang dan kembali. Begitu banyak
kenangan mengenai diri orang yang meninggal itu terasa oleh Hidayat seperti
baru kemarin. Segala seperti terjadi begitu cepat. Tak ada perasaan lain padanya
selain ingin melupakan hal-hal yang pernah membuatnya tidak enak (hl.301)

Hidayat merasa terpukul ketika kawannya yang bernama Subarkah mengabarkan bahwa Kahar

akan dimakamkan di taman pahlawan dengan upacara kebesaran. Hidayat sangat kecewa. Ia

tetap tidak bisa menerima kenyataan itu, tetapi kenyataan itu harus diterimanya. Kenyataan ini

membuat pikirannya maupun hatinya tidak tenang. Ia menjadi gelisah dan tertekan. Kondisi

inilah yang membuatnya jatuh sakit (hl. 305).

Peristiwa selanjutnya dapat dikatakan sebagai penyelesaian dari rentetan peristiwa yang

terdapat pada novel LP. Meninggalnya Kahar ternyata masih membawa berita lain karena janda

Kahar yang kedua yaitu Devi Widuri bersengketa dengan Perminus. Janda Kahar tersebut

mempunyai simpanan uang sebesar 36 juta dolar A.S. di Bank Simbashi. Hal ini menjadi bahan

pergunjingan Hidayat dan sahabat-sahabatnya, seperti tampak pada kutipan berikut.

“Gila! Gila! Bayangkan, hampir 36 juta dolar AS. Berapa rupiah itu?”
“Apa, apa?” Tanya Hasan
“Bacalah. Uang yang disimpan Kahar dan Devi Widuri menjadi rebutan. “Bagus
kata Hidayat. Hasan mendekatkan kepalanya kepada Pena yang membaca
guntingan koran itu (hl.318).

“Begitu banyak Kahar bisa menyimpan uangnya! Luar biasa!” kata Pena
“Itu baru di satu bank. Belum diketahui berapa dia menyimpan di Hongkong
berapa di Swiss.”
“Berapa kekayaan atasannya lagi kalau Kahar dan Devi Widuri sudah punya
sebegitu banyak,” kata Pena dengan nada bertanya (hl.319).
10

Kutipan di atas menggambarkan bahwa uang yang sudah dikorupsi Kahar melalui Perminus

tidak hanya disimpan di satu bank saja, tetapi di berbagai bank. Simpanan uang itu kemudian

menimbulkan persengketaan yang berbuntut panjang antara Widuri dengan pihak Perminus.

2. Penokohan Novel Ladang Perminus

Penokohan merupakan unsur yang sangat penting dan vital dalam karya fiksi. Dengan

demikian, penokohan ini perlu dibicarakan untuk memancing keinginan pembaca untuk

mengetahui tokoh-tokoh yang terdapat dalam sebuah novel dan untuk mengetahui apa yang akan

terjadi pada diri tokoh-tokoh tersebut.

Berikut akan dibicarakan tokoh-tokoh yang mempunyai peranan untuk memperjelas

pelukisan aspek sosial budaya yang terdapat di dalam novel LP.

a.Tokoh Hidayat

Secara fisik, Hidayat digambarkan pengarang sebagai laki-laki yang berumur 45 tahun. Ia

berbadan tegap dan agak tinggi. Hidayat merupakan pegawai di Perusahaan Minyak Nusantara

(Perminus). Ia tinggal di kompleks perumahan Perminus dan diberi kendaraan dinas berupa

mobil sedan. Setiap hari kerja, dia diantar dan dijemput oleh sopir pribadinya.

Dari segi fisik di atas tergambar bahwa Hidayat masih muda, gagah, dan usianya

merupakan usia produktif. Ia mempunyai kedudukan yang baik di Perminus, terbukti dengan

adanya mobil dinas yang dipakainya serta tempat tinggalnya yang terletak di lingkungan

komplek Perminus

Sebagai pegawai Perminus, Hidayat mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap

nasib bangsanya. Setiap ada kontraktor asing yang memerlukan tenaga, Hidayat selalu
11

menyarankan untuk mengambil tenaga Indonesia untuk dipakai, terutama tenaga yang mendapat

pendidikan dari negeri ini dan bukan hasil pendidikan luar. Menurut Hidayat orang Indonesia

yang belajar di luar, sudah merasa asing dengan negerinya (hl.9).

Hidayat adalah sosok suami yang pandai menyimpan suasana hati yang gelisah. Saat dia

diisukan untuk dirumahkan karena masalah terbongkarnya korupsi di Perminus, ia tidak

menampakkan kegelisahannya di hadapan istrinya. Lebih-lebih ketika isu itu benar adanya. Ia

sebenarnya sangat kecewa dengan tindakan atasannya yang telah merumahkannya.

Kekecewaannya itu muncul karena ia merasa tidak bersalah (hl.25). Ia tidak pernah melakukan

hal-hal yang merugikan perusahaannya. Ia pun tidak pernah tahu siapa yang telah membocorkan

kondisi perusahaannya. Meskipun mempunyai famili seorang wartawan, Hidayat tidak pernah

membicarakan soal perusahaannya kepada familinya.

Pembebastugasan Hidayat dari Perminus tidak membuat dirinya patah semangat.Namun,

ia tetap tegar apalagi istrinya tetap setia dan selalu mendukungnya. Kadang-kadang dalam

kekecewan terhadap para pejabat Perminus yang telah membebastugaskan dirinya, muncul

ingatannya sebelum bekerja di Perminus. Ia pernah ditawari untuk bekerja di perusahaan asing

yang ada di London, tetapi ditolak. Hal ini semata-mata karena dia ingin mengabdikan dirinya

untuk negeri tercinta, Indonesia (hl.31).

Meskipun sangat kecewa dengan para pejabat Perminus, Hidayat tidak melakukan

tindakan apapun yang dapat merugikan perusahaanya maupun pribadinya. Ia justru

memanfaatkan waktu kosongnya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan

keluarganya. Ia memanfaatkan kemampuannya untuk beternak ayam. Selain itu, ia juga mencoba

memberikan jasanya berupa pikiran-pikiran dan nasihat-nasihat kepada orang lain yang

memerlukannya. Beberapa pengusaha asing tertarik terhadap pikiran-pikiran, ide-ide, dan


12

nasihat-nasihatnya yang cemerlang sehingga mereka tidak segan-segan membujuknya untuk

bekerja di perusahaan mereka, tetapi ditolak. Hal ini dilakukan Hidayat karena ia masih terikat

dengan Perminus. Sikapnya ini menunjukkan bahwa ia benar-benar pribadi yang baik. Ia tidak

mau menerima tawaran bekerja dari orang lain sebelum statusnya di Perminus jelas

Pikiran-pikirannya yang cerdas serta sikapnya yang selalu baik mengantarkan Hidayat

untuk kembali bekerja di Perminus. Gilbert, pengusaha asing, yang berusaha keras supaya

Hidayat dapat dipekerjakan kembali pada perusahaan itu. Ia melihat potensi luar biasa yang ada

pada diri Hidayat sehingga ia mengusulkan pada direktur Perminus untuk menariknya kembali.

Potensi Hidayat yang berupa pikiran-pikirannya yang cemerlang telah membuat beberapa

pengusaha asing berhasil dalam usahanya.

Hidayat juga merupakan tipe pekerja yang baik. Hal ini dipelihatkan ketika ia diutus ke

Singapura untuk melakukan perundingan dengan para kontraktor yang ada di sana. Ia betul-betul

memanfaatkan kepercayaan yang sudah diberikan kepadanya. Tidak ada acara main golf atau

main perempuan, seperti yang biasa dilakukan para pejabat umumnya. Oleh karena itu, ia dapat

menuntaskan secara cepat pekerjaannya di Singapura (hl. 68). Sebagai pejabat yang diutus oleh

perusahaannya, ia mempunyai sikap yang sangat hati-hati. Di Singapura ia ditawari oleh para

kontraktor untuk melakukan berbagai bisnis yang menguntungkan, tetapi dtolaknya. Ia tidak

mau berbuat sesuatu tanpa sepengetahuan atasannya meskipun atasannya itu sendiri telah

melakukan berbagai bisnis di negara tersebut (hl 69 dan 71). Ia juga tidak mau mengambil risiko

yang akan mencelakakan dirinya. Pembebastugasan dirinya dari Peminus beberapa waktu

sebelumnya telah membuat dirinya semakin hati-hati dalam berbuat dan bertindak.

Kedudukan Hidayat sebagai pejabat Perminus, tidak membuat dirinya sombong atau

congkak. Dia tetap bersahaja dan tidak berusaha untuk menonjolkan dirinya di antara kawan-
13

kawannya. Hal ini tampak pada saat dia akan dicalonkan oleh kawan-kawannya untuk menjadi

gubernur Jawa Barat, dia menolaknya seperti tampak pada kutipan berikut.

“Tidak,” kata Hidayat. “Tidak mau. Aku tidak mau ditonjolkan-tonjolkan. Aku
tidak mau jadi gubernur pada zaman sekarang. Susah!” (hl.83).

Pengetahuan yang luas, cara berpikir yang cerdas, sikap yang baik, dan jujur telah membuat

kawan-kawannya mempercayai Hidayat untuk menjadi pemimpin yang baik, yaitu menjadi

gubernur Jawa Barat yang diidamkan. Namun, Hidayat saat itu menolaknya dengan alasan tidak

mau menjadi orang yang menonjol, lebih-lebih karena kondisi tidak mendukung.

Meskipun Hidayat termasuk salah satu pejabat di Perminus, dia tidak pernah

memanfaatkan jabatannya untuk memperkaya diri. Dia berusaha untuk tidak menerima

pemberian orang lain, apalagi jika pemberian itu dianggap terlalu berlebihan. Jika pemberian itu

hanya sekadarnya, ia masih mau menerimanya. Ketika di Singapura, misalnya, ia diberi amplop

berisi uang oleh beberapa kontraktor asing dan uang itu diterimanya. Namun, setelah uang itu

diterima, separuhnya diberikan ke Pena, sahabatnya (hl. 141 dan 155). Bahkan, seringkali uang

yang didapat, lebih banyak diberikan kepada orang lain, seperti terlihat pada kutipan berikut.

Untuk menggambarkan watak Hidayat tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik

melalui jalan pikiran tokoh.

“Boleh jadi orang mengira aku kaya. Tapi orang lain tidak akan bisa mengira
bahwa aku memberikan, berani memberikan 60 kalau aku mempunyai 100. Atau
malahan kadang-kadang aku berani memberikan sampai 90 kalau aku mempunyai
100. Aku percaya saja, Tuhan masih ada dan tetap ada. Aku percaya, selama
Tuhan masih ada, aku, insya Allah aku mendapat rizki” (hl.163).

Melalui kutipan di atas terlihat bahwa Hidayat seorang yang dermawan. Ia tidak pernah

memikirkan dirinya sendiri. Rezeki yang didapat, sebagiannya selalu dibagikan kepada orang

lain. Sebagai seorang muslim yang taat, ia percaya bahwa Tuhan akan melimpahkan rezeki yang
14

lebih banyak kepada seseorang yang mau menyedekahkan sebagian penghasilannya kepada

orang lain.

Namun, jika pemberian itu dirasa terlalu berlebihan, ia akan menolaknya secara halus.

Misalnya, saat Michel memberi mobil sedan kepada Hidayat sebagai balas jasa, Hidayat

berusaha untuk menolaknya, tetapi Michel tetap bersikukuh supaya mobil itu diterima oleh

Hidayat. Dengan terpaksa Hidayat menerima mobil itu, tetapi mobil itu kemudian diserahkan ke

Perminus, khususnya kepada Kahar. Kejujuran dan keluguan Hidayat ini yang kadang-kadang di

mata kawan-kawannya dianggap sebagai sikap yang penakut dan bodoh.

Sikap Hidayat yang tidak mau menerima pemberian orang lain, tampak pula ketika dia

menolak pemberian Don, pengusaha asing, yang memberikan dua buah permata kepadanya.

Pemberian Don ini juga sebagai ucapan terima kasih karena berkat nasihat-nasihat Hidayat,

usaha Don menjadi sukses. Penolakan Hidayat terhadap pemberian Don tampak pada kutipan

berikut. Untuk menggambarkan watak Hidayat, pengarang menggunakan teknik dramatik

melalui reaksi tokoh

“Maaf Don.” Hidayat menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ia benar-benar


merasa tidak bisa, tidak mau menerima barang sebagus dan semahal itu. Hatinya
teguh, ia mesti kembalikan segera barang itu sekalipun ia tetap menganggap Don
sebagai teman. Ia mesti menolaknya. Don merasa rikuh, malu, campur keheranan
tak menentu. Ia sama sekali tidak mengira Hidayat akan menolaknya (hl.231).

Penolakan Hidayat atas pemberian Michel berupa mobil dan pemberian Don berupa

permata menandakan bahwa dia bukan orang yang materialistis, bukan orang yang suka

memanfaatkan jabatannya, dan bukan orang yang mudah menerima pemberian orang lain.

Meskipun dia sudah menolong orang lain, Hidayat tidak mau menerima imbalan apapun terlebih

lagi jika pemberian itu dirasanya berlebihan. Pada Don, Hidayat hanya minta supaya dia lebih

banyak lagi menggunakan tenaga Indonesia.


15

Pertolongan Hidayat tidak sebatas diberikan kepada pengusaha-pengusaha asing saja,

tetapi juga kepada sesama orang Indonesia. Pertolongan yang diberikan dapat berbentuk materi

dan nonmateri. Ia pernah menolong Chudori, Toha, dan Mita untuk mendapatkan pekerjaan. Ia

juga pernah menolong beberapa orang lainnya seperti lurah Kadudampit yang diperas oleh

seorang camat, menolong seorang ibu yang anaknya sakit. Pendek kata, Hidayat adalah seorang

yang sangat peduli dengan lingkungan masyarakatnya. Selain itu, kondisi masyarakat sekitarnya

yang hidupnya serba kekurangan juga menjadi bahan pemikirannya.

Hidayat tidak saja peduli dengan lingkungan masyarakatnya saja, tetapi juga lingkungan

alam. Ia sangat sedih dan prihatin ketika terjadi banjir akibat penggundulan hutan dan juga

adanya pencemaran air yang mengubah kondisi alam, merusak kehidupan, dan merusak

organisme hidup (hl.106). Citarum yang dulu dikenalnya memiliki air yang bersih sekarang tidak

lagi. Airnya kotor karena selalu membawa lumpur dan membawa longsoran tanah.

Hidayat adalah pribadi yang sederhana dan mudah bergaul. Oleh karena itu, ia disukai oleh

kawan-kawannya. Dia juga selalu menganjurkan dan menasehati temannya untuk menjadi

pegawai atau pekerja yang baik. Di kantor pun, dia bukan orang yang suka pada protokoler

sehingga tamu-tamunya menyukainya (hl.92). Hidayat adalah tipe pekerja keras. Dia dapat

menyelesaikan segala urusan kantornya dengan cepat dan gesit. Dia pun sanggup memikul

pekerjaan yang sangat berat sekalipun. Hal ini tampak sekali ketika ia dipercaya oleh Kahar utuk

melakukan perundingan dengan kontraktor Belgia yang menangani proyek pembangunan

pelabuhan di Ciligon. Kahar mengharap Hidayat mampu menurunkan harga yang ditawarkan

kontraktor Belgia sebesar 632 juta DM. Untuk hal tersebut, Hidayat bersama timnya

mengerahkan segenap pikiran dan kemampuannya untuk melaksanakan perundingan. Hidayat

berhasil menurunkan harga yang ditawarkan sebesar 632 juta DM menjadi 576 juta DM.
16

Kehormatan sudah dipertaruhkan di meja perundingan dan kemenangan sudah dicapai oleh

Hidayat. Ia bangga dengan kesuksesan yang diperolehnya, tetapi kebanggaan itu berubah

menjadi kemarahan. Ia merasa terpukul, terhina, tercampakkan setelah diketahui apa yang sudah

diperjuangkan ternyata mengalami penggelembungan kembali. Penawaran yang sudah disepakati

sebesar 576 juta DM naik kembali menjadi 617 juta DM. Naiknya angka-angka itu semata-mata

dilakukan Kahar untuk keuntungan pribadinya.Hidayat sangat marah karena usaha yang

dilakukan bersama timnya sama sekali tidak dihargai, seperti tampak pada kutipan berikut.

“Kami sudah bekerja sekeras itu, sekarang hasilnya dibuat begini. Persetan!”
katanya sendirian.“Persetan!” Hidayat menjadi gelisah. Ia merasa dihimpit. Niat
baiknya tak bisa dibendung. Ia merasa dibakar. Ia menunjukkan semangatnya. Ia
meronta.”Aku akan melawan. Aku akan melawan!”gumamnya lagi geram
(hl.275).

Hidayat mempunyai dedikasi yangg cukup tinggi terhadap perusahaannya, tetapi dedikasi

tersebut telah dikoyak-koyak oleh Kahar. Dengan demikian, wajar kalau Hidayat menjadi marah

sekali dengan tindakan Kahar sebagai atasannya. Harga dirinya terasa diinjak-injak.

Kemarahannya tidak terbendung lagi ketika ia berhadapan dengan Kahar, seperti tampak pada

kutipan berikut.

Hidayat datang ke kamar keja Kahar. Ia teguh pada pendiriannya. “Aku mesti
melawan, pikirnya. “Kehormatanku harus melawan. Kali ini aku harus melawan.”
“Kamu tidak pantas bertanya seperti itu,” kata Kahar dengan menatap wajah
Hidayat. “Itu bukan urusanmu.” Lalu ia mendengus. “Tapi bapak sudah menyuruh
saya supaya saya memperjuangkan keinginan Bapak, menurunkan rencana biaya
itu. Sekarang, apa yang terjadi. Kok jadi naik. Terus terang, saya merasa dihina,”
kata Hidayat dengan tidak mau dikalahkan (hl.278).

Kekecewaan yang dirasakan Hidayat telah menumbuhkan keberanian untuk melawan

atasannya. Keberanian ini muncul karena ia merasa benar. Ia tidak rela kalau uang yang sudah

diturunkan itu masuk ke kantong pribadi Kahar. Keberanian Hidayat melawan atasannya.

berakibat fatal pada dirinya. Ia dipensiunkan lebih dini oleh Kahar.


17

Bagi Hidayat, dipensiunkan dirinya bukanlah masalah besar karena dia masih mempunyai

kebenaran. Kebenaran yang diperjuangkan dengan segala kehormatnnya. Ia bahkan merasa

tenang dipensiunkan karena tidak akan melihat lagi permainan kotor yang sering dilakukan oleh

pejabat-pejabat di Perminus.

Gambaran di atas mengindikasikan bahwa Hidayat adalah tokoh yang antikorupsi.

Meskipun diakui olehnya bahwa dirinya tidak sepenuhya bersih dari permainan yang ada di

perusahaan, ia tetap mampu mengendalikan diri supaya tidak terjebak ke dalam hal-hal yang

dapat merugikan masyarakat, bangsa, dan negara. Hidayat tidak rela kalau di tengah-tengah

masyarakatnya yang hidup miskin, ada oknum pejabat melakukan korupsi yang dikatakan

sebagai kejahatan besar. Oleh karenanya, meskipun posisinya sebagai bawahan, ia berani

melakukan perlawanan terhadap atasannya. Baginya kezoliman harus dilawan, apapun risikonya.

Hidayat menganggap korupsi sangat membahayakan seluruh bangsa (hl 289). Dengan mengutip

pendapat pujangga besar Ronggowarsito, Hidayat mengatakan bahwa seuntung-untungnya orang

yang gila, lebih untung orang yang sadar dan waspada (hl.290). Ini menandakan bahwa Hidayat

benar-benar meresapi falsafah hidup yang dikemukakan oleh Ronggowarsito. Di zaman yang

gila ini untuk sebagian orang dikatakan bahwa kalau tidak ikut gila tidak akan mendapatkan apa-

apa. Hidayat sebagai pribadi yang kokoh pendiriannya tidak terseret dan terjebak dalam situasi

yang ada. Ia tetap ingat kepada Tuhannya dan ini yang menjadikan dirinya tetap berjalan di

jalan-Nya.

Memang diakuinya untuk membela sesuatu yang benar dan mempertahankan kebenaran,

sangat berat. Bahkan, bisa jadi orang yang tidak kuat akan menderita seperti yang dialaminya. Ia

terpaksa harus masuk rumah sakit karena dia tidak terlalu kuat untuk menghadapi benturan-

benturan dan juga kenyataan-kenyataan yang ada di depan matanya. Ia tidak kuat melihat sepak
18

terjang atasannya yang begitu rakus melahap kekayaan negara. Pertentangan batin dan kenyataan

yang ada serta merta membuat Hidayat begitu terpukul. Meskipun demikian, dia masih berharap

bahwa kebenaran akan menang dan kebusukan akan tampak atau terbongkar (hl. 310).

Pendiriannya yang kuat dan selalu meletakkan harga diri serta kehormatan di atas segala-

galanya, telah membawa keselamatan pada diri Hidayat. Tidak seperti Kahar yang karena

kerakusannya, meninggal secara mendadak karena serangan jantung. Begitu juga sang direktur

Perminus yang akhirnya dipecat karena terlibat korupsi besar-besaran di perusahaan yang

dipimpinnya.Terbongkarnya kejahatan yang dilakukan oknum atasannya, paling tidak telah

menumbuhkan kepecayaannya, menumbuhkan semangat hidupnya yang sempat terpuruk.

Sikap yang selalu meletakkan harga diri serta kehormatan di atas segala-galanya dapat

juga terlihat ketika seorang pramugari bernama Ita mencoba menggoda Hidayat. Memang

sebagai laki-laki, Hidayat sempat tergoda. Bahkan, Ita sempat menawarkan kegadisannya kepada

Hidayat, tetapi ditolaknya. Oleh karena itu, Hidayat sangat marah besar ketika Toha yang sudah

ditolongnya untuk mendapatkan pekerjaan, tiba-tiba merusak masa depan Mita. Kemarahan ini

kemudian menyebabkan Hidayat menjadi sakit.

Kehidupan pejabat biasanya tidak dapat lepas dari perempuan Banyak pejabat terlibat

skandal dengan perempuan karena memang dalam perjalanan dinas mereka, baik di dalam

negeri maupun luar negeri selalu disodori perempuan penghibur. Hidayat juga mengalami hal

itu. Ketika di Singapura, ia sempat beberapa kali ditawari perempuan, tetapi selalu ditolaknya.

Ini menandai bahwa Hidayat sebagai tipe suami yang baik. Dia tidak pernah mau menggunakan

kesempatan yang ada untuk melakukan perselingkuhan seperti yang dilakukan Kahar.

b. Tokoh Ikhlasari
19

Ikhlasari (Ias) digambarkan sebagai sosok istri yang baik bagi Hidayat. Ias adalah sosok

istri yang soleh, bijaksana, sabar, patuh, tidak mudah cemburu, dan taat beribadah. Ia

digambarkan sebagai wanita yang berperawakan kecil. Sebagai seorang istri, Ias mampu

menciptakan suasana kehidupan rumah tangga dengan baik. Senyum tidak pernah lepas dari

bibirnya. Di mata teman-temannya, Ias merupakan tempat bertanya dan lubuk nasihat dalam

pelbagai kesukaran. Ia dijuluki teman-temannya sebagai sumur yang dalam, penuh ilmu

kehidupan (hl.1).

Sebagai seorang istri, Ias sangat memahami karakter suaminya. Ketika Ias mendapat surat

pembebastugasan suaminya dari Perminus, surat itu tidak segera diberikan kepada suaminya,

tetapi ia mencari waktu yang tepat. Kekecewaan Hidayat atas dirumahknan dirinya juga

merupakan kekecewaan bagi Ias. Namun, kekecewaan Ias itu diusahakan untuk tidak terlihat

suaminya.Ia justru berusaha keras menenangkan suaminya, berusaha membujuk, dan berusaha

untuk tersenyum, seperti tampak pada kutipan berikut.

“Tetapi . . . biarkanlah sajalah dulu, apa maunya,” kata Ias. “Nanti juga ketahuan
siapa yang benar, siapa yang salah. Kita ‘kan tidak ada sangkut pautnya dengan
koran itu. Biarkan saja. Ikuti saja. Anggap saja kita istirahat. Sudah waktunya
pula Akang istirahat. Malahan kalau bisa, kita pergi ke luar kota bakal lebih baik
. Insya Allah Kang, akan beres kembali nanti juga.” Ias menarik wajah tenteram,
senyum. Ya, dia dengan sadar menarik wajah senyum (hl.24)

Mungkin Hidayat akan menjadi orang yang putus asa jika tidak memiliki istri seperti Ias.

Hidayat merasakan bantuan yang sangat besar dari istrinya. Ia dibuat tenang oleh sikap isrinya

yang lebih bijak menghadapi tindakan pihak yang berkuasa yang dirasakan batil (hl. 29).

Ias adalah tipe wanita yang taat menjalankan ajaran-ajaran-Nya. Ia tidak pernah melupakan

kewajiban-kewajibannya untuk salat, mengaji, puasa, dan wiridian. Ia selalu mendoakan

suaminya agar tidak mengalami hambatan-hambatan dalam mencari nafkah. Saat suaminya
20

dipanggil untuk bekerja kembali di Perminus, Ias menunjukkan kegembiraannya dengan cara

bersyukur dan bersembahyang.

Ketika suaminya ditugaskan ke Singapura, Ias tidak mengharapkan oleh-oleh dari

Hidayat. Ia hanya berharap suaminya pulang dengan selamat, seperti tampak pada kutipan

berikut.

“Sudah saja, tak usah beli apa-apa. Bawa saja uangnya kalau ada sisa. ‘Kan lebih
gampang , “kata Ias dengan tersenyum. Benar, ia tidak ingin dibelikan apa-apa. Ia
cuma mendoakan, semoga perjalanan suaminya selamat dan semoga ia kembali
dengan selamat. Bukankah ia sekarang pergi untuk tugas? Dan bukankah sekarang
ia bertugas ke luar negeri untuk pertama kalinya lagi sejak dipekerjakan kembali.
Ia berdoa semoga pekerjaan suaminyasekarang dihargai oleh atasannya. Semoga
suaminya tidak dipertemukan lagi dengan kesulitan seperti hari-hari yang lalu
(hl. 62).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Ias bukan tipe istri yang materialistis. Umumnya istri-istri

pejabat menghendaki dibelikan barang-barang mewah dari luar negeri saat suaminya bertugas di

luar negeri. Namun, tidak demikian halnya dengan Ias Ia tidak meminta sesuatu apapun, kecuali

keselamatan sang suami. Dia tahu bahwa suaminya sedang mengemban tugas dari perusahaanya.

Oleh karenanya, dia selalu berdoa agar tugas yang diberikan Perminus pada suaminya dapat

dilaksanakan dan sekaligus dapat dihargai oleh perusahaannya. Kebersahajaan Ias, yang

demikian itu membuat Hidayat tidak bisa berpaling ke wanita lain.

Saat suaminya jatuh sakit karena sikap dan perbuatan Toha yang telah mengecewakannya,

Ias dengan sabar menasihati suaminya untuk tidak banyak berpikir tentang hal tersebut. Bahkan,

Ias menasihati suaminya supaya jangan terlalu dendam kepada Toha, seperti tampak pada

kutipan berikut.

“Sudahlah, jangan terlalu banyak dipikirkan, “ kata Ias. “Dan tidak baik pula kita
dendam. Mengapa mesti dndam?” Hidayat dengan siapa ia berhadapan: istrinya
yang bergumul dengan Quran dan hadis. Maka ia diam , tidak lagi menunjukkan
kebenciannya kepada Toha. Ia sepeti direm oleh wanita yang dengan sabar
21

memijit tangannya, lalu kakinya, lalu kembali ke jari-jari tangannya. Ia merasa


dibuatnya tenang (hl. 218).

Ketaatan Ias dalam beribadah dan juga kesabarannya sanggup membuat Hidayat mampu

menghilangkan kebencian terhadap Toha. Sebagai seorang istri yang soleh, Ias tidak henti-

hentiya mendoakan suaminya untuk selalu sabar menghadapi berbagai permasalahan dan

cobaan.

Ias digambarkan juga sebagai istri yang patuh terhadap suaminya. Saat Don, pengusaha

asing, memberikan hadiah berupa permata kepada mereka, hadiah itu ditolak. Sebenarnya Ias

sangat menginginkan permata itu, tetapi Hidayat mencegahnya. Karena kepatuhannya, Ias harus

menahan diri, seperti tampak pada kutipan berikut.

Ia pun bisa mengikuti jalan pikiran suaminya: tak bisa menerima barang semahal
itu, sekalipun dri teman akrabnya Bukan dia tidak ingin memiliki perhiasan itu.
Bukan ia tidak merasa digoda. Bukan hatinya tidak tergiur. Tetapi ia merasa mesti
patuh mengikuti kehendak baik suaminya. Tak baik menerima barang itu, pikirnya
(hl. 232).

Ketika Hidayat berselisih dengan Kahar, Ias dengan bijaksana membesarkan hati suaminya.

Ias bahkan mendukung sikap suamiya yang berusaha mempertahankan harga diri dari

keserakahan Kahar. Tidak ada jalan lain bagi Ias untuk menenangkan hati suaminya kecuali

dengan berdoa, sembahyang tahajud, dan wiridan (hl.292).

Sebagai istri yang baik, Ias mempunyai sikap yang tidak mudah cemburu. Saat suaminya

menceritakan bahwa ada seorang yaitu wanita bernama Ita telah jatuh hati padanya, Ias diam

saja, bahkan ia tidak terpancing untuk cemburu atau marah pada suaminya (hl. 298). Bahkan,

ketika Ita menyatakan kalau dirinya pernah mencintai Hidayat, Ias samakali tidak marah atau

dendam pada Ita (hl.322).

c. Tokoh Kahar
22

Kahar digambarkan pengarang sebagai tokoh yang mempunyai sikap serta sifat yang sangat

berbeda dengan Hidayat. Ia mempunyai watak yang tidak mau mengalah, rakus, dan suka

mencari kelemahan orang lain.

Secara fisik Kahar digambarkan memiliki badan yang tinggi besar dan selalu berpakaian

rapi. Ia mempunyai jabatan sebagai wakil direktur pada Perusahaan Minyak Nusantara

(Perminus). Posisinya sebagai wakil direktur yang sekaligus sebagai tangan kanan direktur

memungkinkannya untuk melakukan tindakan yang dikehendakinya. Jabatan telah membawanya

menjadi orang yang kaya dan berkuasa. Dengan jabatan yang dimilikinya, ia dapat melakukan

bisnis apapun dengan siapa pun. Ia sering mondar-mandir ke Singapura dalam rangka bisnis. Di

Singapura Kahar memiliki lima sampai enam perusahaan. Ia tidak saja memiliki perusahaan,

tetapi juga memiliki istri muda yang bernama Devi Widuri (hl. 260). Sebagai pejabat dan orang

penting di Perminus, dia tidak memiliki kemampuan berbahasa Inggris dengan baik (hl.261).

Dengan demikian, untuk melakukan hubungan bisnis dengan kontraktor asing, ia sangat

memerlukan orang lain.

Jabatan sebagai wakil direktur yang dimilikinya telah menumbuhkan sikap rakus pada

dirinya. Kekuasaan telah menjadikan dirinya haus akan harta kekayaan. Banyak manipulasi

yang dilakukannya. Manipulasi yang dilakukan Kahar tampak sekali ketika dia menaikkan

kembali, penawaran yang sudah dilakukan oleh Hidayat. Biaya yang diminta kontraktor asing

untuk membangun pelabuhan di Ciligon sebesar 632 juta DM, tetapi dapat diturunkan menjadi

567 juta DM oleh Hidayat dan timnya. Namun, Kahar menaikkan kembali menjadi 617 juta DM.

Selisih 50 juta DM dari 567juta DM ke 617 juta masuk ke kantong pribadi Kahar. Teguran

Hidayat terhadap selisih yang ada membuat Kahar sangat marah, seperti yang tampak pada

kutipan berikut.
23

“Terus terang, saya merasa dihina,” kata Hidayat dengan tidak mau dikalahkan. Ia
pun menatap mata atasannya itu. Melihat tarikan wajah Hidayat demikian keras,
Kahar merasa dilawan. Ia kepalkan tangannya keras-keras, menahan amarahnya.
Sebelum ini tak pernah ada orang yang menentangnya seperti ini. Ia merasa orang
yang didepannya berbahaya baginya. Kahar sempat kedua belah mata Hidayat
dengan tajam, dengan tarikan muka yang kecut (hl. 278).

Kahar menganggap Hidayat sebagai orang yang berbahaya karena telah mengganggu

privasinya.Privasinya sebagai atasan telah dicabik-cabik oleh Hidayat. Ia merasa sangat

terganggu dengan sikap Hidayat yang telah berani ikut campur dengan urusan pribadiya.

Terutama urusan yang berkaitan dengan penggelembungan atau manipulasi uang yang

dilakukannya. Oleh karena itu, ia berupaya keras mencari jalan agar Hidayat dapat keluar dari

Perminus. Di sini terlihat bahwa Kahar telah menyalahgunakan jabatan dan kekuasaannya untuk

melakukan tindakan yang tidak terpuji. Ia sudah melakukan korupsi dan dia juga menindak siapa

pun yang berani menghalangi langkahnya untuk memperkaya diri. Dia berani menindak bahkan

menzolimi Hidayat yang berusaha untuk mengingatkan dirinya.

Kesempatan Kahar untuk mengeluarkan Hidayat dari Perminus diperolehnya saat dia

mengetahui bahwa Hidayat mencalonkan diri menjadi gubernur Jawa Barat. Dengan dalih bahwa

Hidayat tidak meminta izin padanya maka ia menyuruh Hidayat untuk segera mundur dari

Perminus, seperti tampak pada kutipan berikut.

Kahar merasa kekuasaannya ada padanya. Dan berita yang terbaca di koran
mengenai diri Hidayat itu menjadi picu-ledak baginya untuk mengadakan tindakan.
Ia merasa agak terancam. Ia segera memanggil Kolonel Sujoko dan dengan singkat
ia ceritakan, bahwa Hidayat telah main poitik dengan mencalonkan diri untuk
diangkat menjadi gubernur Jawa Barat tanpa seizinnya. Begitu pula kepada
Subarkah, diceritakan bahwa Hidayat telah dianjurkan untuk meminta pensiun.
Ketika Subakah dipanggilnya, Kahar bicara, “Saya sudah tidak bisa lagi
memakainya. Ia sudah menunjukkan sikapnya terhadap saya. Ia kelihatan sekali
menentang kebijakan saya. Karena itu saya menganjurkan supaya mita berhenti
saja dari Perminus. Ia bisa meminta pensiun lebih cepat. Apa lagi, sekarang ia
mulai main-main politik (hl.284)
24

Kekuasaan telah membuat Kahar berlaku sewenang-wenang terhadap Hidayat. Kekuasaan telah

menggelapkan matanya. Sebagai pejabat penting, ia tidak mau privasinya dimasuki apalagi

diganggu oleh orang lain. Kalau toh ada yang berani memasuki privasinya, seperti halnya

Hidayat maka risikonya harus berani disingkirkan atau dipensiunkan lebih dini oleh pejabat yang

berkuasa saat itu.

Penyalahgunaan kekuasaan yang telah dilakukan Kahar akhirnya terkuak setelah ia

meninggal. Sepeninggalnya, uang simpanan yang dimilikinya sebanyak 36 juta dolar AS

menjadi rebutan antara Devi Widuri, istri keduanya, dengan pihak Perminus. Simpanan Kahar

sebanyak itu menjadi bahan pertanyaan karena bagaimana mungkin pegawai negeri seperti

Kahar mempunyai uang senanyak itu kalau tidak korupsi. Bahkan, simpanan Kahar ternyata

tidak di satu bank saja, tetapi juga di beberapa bank di luar negeri seperti Hongkong dan Swiss.

Meninggalnya Kahar yang kemudian dimakamkan di taman makam pahlawan, untuk

sebagian masyarakat sangat menyakitkan dan mengecewakan. Bagaimana tidak, seorang yang

telah melahap sekian banyak harta kekayaan milik negara dimakamkan di tempat terhormat yaitu

tempat yang harusnya hanya diberikan kepada orang-orang yang telah berjasa bagi negara ini.

Melalui tokoh Hidayat yang mewakili sikap dan perasan masyarakat, hal tersebut dapat terlihat

pada kutipan berikut.

Hidayat merasakan desakan hatinya. Maka ia berkata lagi, “Kupikir sekarang,


bolehlah aku, kalau tidak mewakili rakyat, mewakili sebagian mereka, berkata
begini: “Aku kecewa mendengar orang itu dikuburkan di taman pahlawan (hl.311)

“Kalau pahlawan sudah dicampuradukkan dengan koruptor, akan apa jadinya


dengan kita? Aku jadi bingung, sungguh bingung. Atau, apakah abad kita ini yang
menentukan hal demikian?Apa nilai-nilai hidup sudah demikian
dijungkirbalikkan?” (hl.311)

Dari kutipan di atas tampak bahwa ada dua kekecewaan yang dirasakan masyarakat terhadap

Kahar yaitu pertama dia seorang koruptor kelas kakap, kedua, dia dimakamkan di taman
25

pahlawan. Koruptor yang dimakamkan di taman pahlawan merupakan pukulan sekaligus

tamparan tidak saja bagi Hidayat, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini disebabkan

masyarakat tidak tahu lagi mana yang pantas disebut pahlawan dan mana yang tidak. Batasan

antara pahlawan dan koruptor di negeri ini semakin tidak jelas. Budaya timur yang ada pada

bangsa ini seperti budaya malu, sopan santun sudah pudar. Budaya tersebut tidak ada lagi,

bahkan sikap yang muncul adalah sikap yang memalukan karena negri ini lebih dikenal sebagai

negara yang terkorup di dunia.

d. Tokoh Direktur

Tidak seperti tokoh-tokoh lain yang dihadirkan secara konkret, tokoh direktur ini hanya

muncul lewat perbincangan antartokoh. Dengan kata lain, tokoh ini kehadirannya, dihadirkan

oleh tokoh lain.

Melalui perbincangan antartokoh dapat diketahui bahwa tokoh direktur digambarkan

sebagai sosok yang mempunyai kekuasaan. Jabatan sebagai direktur Perminus kadang-kadang

membuat dirinya pongah. Ketika pemerintah menegur pertanggungjawaban keuangan Perminus

kepadanya, ia tidak menghiraukannya (hl. 7). Bahkan, dia tidak pernah mengadakan reaksi

terhadap hal-hal seperti itu.

Kekuasaan dan kekuatan yang dimilikinya sebagai direktur utama Perminus seringkali

menyamai kedudukan petinggi negara sehingga sikapnya pun seringkali tidak berbeda dengan

pejabat negara, seperti yang tampak pada kutipan berikut.

Ia yakin, Dirut yang sekarang kuat kedudukannya. Malahan begitu kuatnya


sehingga orang-orang di pemerintahan banyak yang bergunjing tentangnya.
Pemerintahan dalam pemerintahan, begitulah gunjingan orang (hl.9)
26

Melalui pandangan tokoh Hidayat di atas dapat terlihat bahwa kedudukan sang direktur sangat

kuat. Kekuatannya ini digunakan untuk tidak memedulikan kritik-kritik yang ditujukan kepada

dirinya. Kritik-kritik ditanggapi dengan sikap diam. Bahkan, dia pernah berujar bahwa hasil

kerjanya yang nantinya bisa menjadi bantahan terhadap segala omong kosong dan kritik-kritik

negatif yang ditujukan pada dirinya (hl.14).

Sebagai direktur utama Perminus, ia juga menjalankan bisnis dengan para kontraktor asing.

Di Singapura, seperti halnya Kahar, dia mempunyai beberapa perusahaan. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar pejabat Perminus bergelimang dengan kekayaan. Kekuasaan telah

membuat sebagian pejabat Perminus lupa diri. Mereka pada akhirnya suka menonjolkan

kekayaan yang mereka miliki. Bahkan, ketika sang direktur menikahkan anaknya, pesta

dilakukan dengan sangat mencolok, seperti yang tergambar lewat kutipan berikut.

Tapi bagaimana tidak akan jadi tempat orang beriri hati kalau pesta perkawinan di
rumah Dirut macam begitu. Kayak pesta Puteri Monaco. ‘Kan itu sangat
mencolok. Sudah bukan mewah lagi sebutannya. Entah apa pula. Semua
penduduk Jakarta membicarakan pesta perkawinan itu. Luar biasa! Heboh deh,
heboh (hl.33)

Di tengah-tengah masyarakat yang setelah kemerdekaan masih bergelimang dan bergelut dengan

kemiskinan, sang Direktur justru memamerkan kekayaannya. Pesta perkawinanan anaknya

dilakukan dengan sangat mewah menyamai perkawinan anak raja minyak dari Monaco. Sikap

direktur yang demikian ini jelas mengundang reaksi banyak pihak. Berita-berita miring seputar

sikap arogan sang direktur mulai terdengar di mana-mana. Siapa pun tidak bisa menolak

keinginannya, seperti yang tampak pada kutipan berikut.

“O, ya, o ya. Ini pembangunan. Mestinya Pak Gubernur juga sudah setuju. Dan
siapa yang bisa menolak keinginan Bapak Dirut kita, ‘kan?” Ia yakin, dirut
sahabatnya itu, adalah tetap orang yang berkuasa, yang sangat besar kekuasaannya
(hl.148).
27

Melalui percakapan antara Hidayat dengan Mr. Tong, salah satu kontraktor asing yang

berdomisili di Singapura, tergambar jelas bagaimana kekuasaan yang dimiliki oleh sang direktur.

Sang direktur dapat berbuat apa saja sesuai dengan yang dikehendaki. Sebagai direktur

Perminus, banyak orang yang berkepentingan dengan dirinya karena Perminus ternyata tidak

hanya berurusan dengan minyak, tetapi hal-hal di luar minyak pun ditangani. Pembelian tanah,

pembangunan berbagai gedung seperti perumahan, perkantoran, hotel, dan juga pembuatan

pelabuhan merupakan hal-hal di luar minyak yang ditangani Perminus. Berbagai macam proyek

inilah yang membuat para pejabat Perminus menjadi kaya karena muncul berbagai macam

bentuk manipulasi yang berkaitan dengan proyek-proyek tersebut. Banyak keuntungan yang

diperoleh para pejabat Perminus, khususnya sang direktur, dengan proyek-proyek tadi. Sang

direktur semakin lahap dan semakin rakus, apalagi banyak kontraktor asing yang ingin bekerja

sama dengannya. Kerakusan sang direktur tergambar jelas melalui perbincangan antartokoh

berikut ini.

“Boleh jadi Dirutku itu seperti Mattei. Tapi yang pasti, pikirannya seperti Cardenas.
Itu aku tahu. Cuma. . . aku tidak suka dengan sepak terjang pribadinya. Ke. . .”
“Kerakusannya?” kata Pena sambil menoleh dan menatap Hidayat. “Katakanlah
kerakusannya. Orang bilang begitu, serakah. Aku juga tidak suka. Keserakahan itu
menumpukkan dendam pada orang lain (hl.164).

Dalam hal ini Dirut kita lain daripada yang lain. Ia berani kerja sama dengan
perusahaan-perusahaan kecil. Itu hebat. Dan ia berhasil. Cuma . . . Ya itu, soal ke
. . . ,”kata Hidayat sambil menarik kakinya. “Kerakusannya,” sambung Pena cepat,
mengulang. “Ya kerakusannya yang bisa menenggelamkan dirinya, bisa juga
menenggelamkan seluruh perusahaan,” kata Hidayat (hl. 165)

Kenyataan bahwa kerakusan akan menenggelamkan sang direktur akhirnya terbukti ketika

Perusahaan Minyak Nusantara benar-benar mengalami kebangkrutan. Banyak hutang yang telah

dilakukan Perminus. Akibat kepailitan yang dialami Perminus, sang direktur akhirnya diturunkan

dari jabatannya.
28

3. Latar Novel Ladang Perminus

Dalam analisis fiksi, latar juga merupakan unsur yang memegang peranan penting dalam

menentukan nilai estetik. Menurut Abrams (dalam Nurgiantoro, 1995:216) latar atau setting yang

disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Dengan pelukisan

latar, cerita akan terasa lebih hidup, lebih segar, atau memberikan lukisan yang lebih jelas

mengenai peristiwa-peristiwa, perwatakan tokoh-tokoh, serta aspek sosial budaya yang

melatarbelakangi lahirnya sebuah cerita.

Pembicaraan latar dalam penelitian ini meliputi: tempat terjadinya peristiwa, waktu

terjadinya peristiwa, dan latar sosial..

3.1 Latar Tempat

Latar novel LP dalam lingkup yang luas terjadi di Indonesia dan Singapura. Di Indonesia

cerita bermain di Jakarta dan Bandung. Namun, sebagian besar cerita terjadi di Jakarta karena

fokus cerita di seputar Perusahaan Minyak Nusantara yang memang terletak di Jakarta. Latar

Bandung digunakan pengarang sekadar lebih menghidupkan cerita., terutama untuk memberi

gambaran yang kontradiksi antara kondisi di Jakarta dan Bandung. Tempat lain yang lebih kecil

yaitu rumah Hidayat. Banyak cerita berlatar di rumah Hidayat karena ia sebagai tokoh utama

yang sekaligus sebagai tokoh yang kontroversial dalam novel LP.

Novel LP sebagian besar berlatar di Perusahaan Minyak Nusantara (Perminus) yang terletak

di Jakarta karena pengarang ingin menggambarkan korupsi besar-besaran yang terjadi di

perusahaan tersebut. Penggambaran latar tempat diawali dengan perginya tokoh Hidayat dari
29

tempat tinggalnya di lingkungan perumahan Perusahaan Minyak Nusantara (Perminus) menuju

tempat kerja di kantor Perminus dengan menggunakan mobil sedan.

Peristiwa selanjutnya terjadi di kantor Perminus. Di Peminus terjadi perbincangan yang

ramai antarpegawai karena perusahaan ini dikabarkan telah merugikan negara sebesar

1.554.590,28 US Dolar. Berita tentang kerugian negara yang disebabkan oleh perusahaan

tersebut kemudian menimbulkan saling kecurigaan di antara pegawai Perminus. Kecurigaan itu

muncul karena diisukan bahwa ada orang dalam yang telah membocorkan kondisi perusahaan

tersebut. Orang dalam yang diisukan telah membocorkan kondisi Perminus, salah satunya adalah

Hidayat. Hidayat akhirnya dirumahkan. Namun, karena tidak terbukti bersalah, Hidayat kembali

dipanggil untuk bekerja di Perminus.

Perminus, yang merupakan perusahaan minyak, ternyata tidak saja mengurus minyak,

tetapi juga mengurus hal-hal di luar minyak. Kegiatan di luar minyak yang dilakukan Perminus,

misalnya pembelian tanah, pembangunan gedung-gedung, dan pembangunan proyek-proyek

lainnya. Hal inilah yang menyebabkan kesibukan di kantor Perminus semakin bertambah, seperti

tampak pada kutipan berikut.

Kesibukan di kantor Perusahaan Nusantara tampak sekali bertambah. Semua tahu,


kian bertambah banyak uang yang keluar masuk di Perminus. Dan ini berarti juga
bertambah banyak keuntungan yang didapat sekelompok orang. Persoalan tanah
merupakan pembicaraan di mana-mana. Karena inilah yang menjadi masalah
pertama dalam mendirikan bermacam-macam proyek. Di kamar kerja Subarkah,
orang berkumpul seperti di pasar saja layaknya.Begitu pula, di kamar kerja Herman,
di kamar kerja Djaelani, dan di kamar kerja Soedjoko. Juga kamar kerja Hidayat
(hl. 193).

Penanganan berbagai proyek di luar Perminus telah memunculkan berbagai bentuk

permainan, seperti manipulasi dan kolusi. Permainan-permainan seperti inilah yang kemudian

menyebabkan kerugian yang begitu besar bagi negara. Pejabat Perminus, seperti direktur dan

wakilnya telah melakukan kecurangan-kecurangan dengan berbagai proyek yang mereka tangani.
30

Korupsi secara besar-besaran telah terjadi di perusahaan minyak milik negara. Perminus

merupakan surga bagi sebagian pejabat karena merupakan ladang untuk memeroleh kekayaan.

Para pejabat tidak saja memiliki perusahaan-perusahaan pribadi, tetapi juga mempunyai

simpanan uang di berbagai bank di luar negeri.

Jika Perminus untuk sebagian pejabat merupakan surga, tidak demikian halnya dengan

Hidayat. Ia sangat hati-hati bekerja di perusahaan itu, bahkan ia hindarkan hadiah-hadiah, seperti

yang tampak pada kutipan berikut.

Aku tahu, dalam bahasa Jerman kuno juga, kata ‘pemberian, itu bisa berarti racun.
Ini memang berbahaya. Aku tahu. Tapi kerja di lembaga seperti Perminus yang
mengeduk ‘emas hitam’, memang berbahaya. Salah-salah kita terperangkap. Salah
-salah kita tidak akan menjadi manusia lagi. Salah-salah kita akan menjadi setan,
menjadi genderuwo. Itu lazim (hl.162)

Selain Indonesia, pengarang juga menggunakan latar Singapura. Latar Singapura

ditampilkan terutama untuk memberikan gambaran tentang aktivitas para pejabat Perminus

dalam melakukan berbagai bisnis dengan para kontraktor negara tersebut. Banyak kemudahan

dan fasilitas yang diberikan oleh kontraktor negri tersebut kepada para pejabat Perminus. Hal ini

dilakukan mereka agar mereka juga mendapatkan order dari Perminus yang tentunya akan

memberikan banyak keuntungan. Banyak hadiah bernilai tinggi yang sengaja mereka berikan

kepada para pejabat Perminus yang tentunya mempunyai maksud-maksud tertentu. Hadiah-

hadiah yang mahal dari para kontraktor asing mungkin akan sangat menyenangkan bagi sebagian

pejabat Perminus, tetapi tidak demikian halnya dengan Hidayat. Bagi Hidayat pemberian atau

hadiah dapat merupakan racun. Oleh karena itu, ia sangat hati-hati bekerja di Perminus.

Latar Bandung juga digunakan pengarang untuk latar novel LP, terutama untuk

menggambarkan situasi daerah tersebut yang mulai rusak. Kerusakannya disebabkan oleh

tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab. Adanya penggundulan hutan dan pencemaran
31

air ternyata telah mengubah kondisi alam, merusak kehidupan, merusak organisme daerah

tersebut (hl.187). Bahkan, Sungai Citarum yang tedapat di daerah tersebut pun airnya suadah

kotor karena selalu membawa lumpur yang berasal dari tanah yang longsor (hl.188).

Bandung, merupakan salah satu daerah dari sekian daerah yang ada di Indonesia, yang

digambarkan pengarang mengalami kerusakan akibat tangan-tangan jahil maupun tidak

bertanggung jawabnya penguasa pemegang HPH. Banyak pejabat pemegang HPH yang jusrtu

dengan sewenang-wenang menebangi hutan untuk mencari keuntungan.

Kota Bandung juga digunakan pengarang sebagai tempat asal Hidayat. Dari kota inilah

Hidayat mendapat dukungan dari kawan-kawannya untuk menjadi gubernur Jawa Barat.

Pencalonannya menjadi gubernur Jawa Barat yang menjadi pemicu sekaligus menjadi alasan

bagi Kahar untuk menonaktifkan Hidayat dari Perminus

Latar tempat yang lebih kecil yang terdapat di dalam novel LP adalah rumah. Rumah

yang paling banyak digunakan untuk beraktivitas adalah rumah Hidayat. Ia tinggal di perumahan

Perminus, tetapi kondisi rumah dan barang-barang yang dimiliki tidak digambarkan secara jelas

oleh pengarang. Hal ini sengaja dilakukan pengarang untuk menggambarkan kondisi tokoh

Hidayat yang jujur. Jadi, meskipun ia bekerja di tempat yang dapat menghasilkan uang banyak,

ia tidak memiliki harta yang melimpah. Rumah Hidayat banyak muncul saat ia dirumahkan, saat

ia menerima tamu-tamu asing yang meminta nasihat nasihatnya, dan saat dia sakit.

Selain rumah Hidayat ditampilkan juga rumah Suwarso, pegawai Perminus, yang keadaan

sangat berbeda jauh dengan Hidayat. Rumah Suwarso sangat mewah, terbukti dengan isi rumah

atau perabotan rumah yang serba mahal, seperti terlihat pada kutipan berikut.

Segala barang yang ada di dalam, semua serba pilihan. Dengan sekejab siapa pun
dapat menaksir, bahwa penghuni rumah ini pasti orang kaya, dan bahwa lebih jauh
ke dalam kita akan dibuat lebih takjub oleh barang-barang yang tampak dan lebih
32

lagi barang-barang yang “bersembunyi dalam pelbagai macam lemari. Tak syak
penghuni rumah itu mandi dalam kemewahan. Dari mulai mebel sampai hiasan-
hiasan dinding, semua bagus, licin, dan mahal. Kaca hias dari Roma. Lampu-lampu
kristal dari Praha. Tak ketinggalan empat batang gading gajah yang entah didapat
dari mana (hl. 183).

Dari kutipan di atas tampak bahwa rumah yang dimiliki Suwarso sangat mewah. Bahkan,

ia tidak hanya memiliki satu rumah saja, tetapi tiga puluh lima rumah dan juga seratus ekor

kuda. Rumahnya yang sebanyak itu disewakan dengan harga rata-rata 2000 dolar per rumah

untuk setiap bulannya. Hal ini menandai bahwa Suwarso sebagai pegawai Perminus mempunyai

harta yang sangat melimpah. Kalau tidak melakukan kecurangan, atau korupsi, Suwarso tidak

akan hidup semewah itu. Jika Suwarso dapat hidup dengan segala kemewahan, lalu bagaimana

dengan sang direktur dan wakilnya? Ternyata mereka berdua juga melakukan hal yang sama

seperti Suwarso. Lebih-lebih lagi kekuasaan ada di tangan mereka sehingga mereka dengan

leluasa melakukan berbagai macam manipulasi. Memang kondisi rumah sang direktur dan

wakilnya sama sekali tidak digambarkan. Namun, dari wujud rumah yang dimiliki Suwarso,

dapat diperkirakan bahwa kondisi rumah kedua orang tersebut pasti berada di atasnya.

3.2 Latar Waktu

Pengarang dalam novel LP tidak menjelaskan secara tersurat kapan atau tepatnya tahun

berapa peristiwa dalam novel LP terjadi. Ada angka tahun yang disebutkan pengarang yaitu

tahun 1967 saat surat kabar Nusa Raya memberitakan adanya penyelewengan yang terjadi di

perusahaan minyak terbesar di Indonesia yaitu Perminus, seperti tampak pada kutipan berikut.

… US $ 1.554.590.28 merupakan kerugian-kerugian valuta asing yang telah


diderita oleh Negara, akibat cara-cara bekerja dan penyelewengan yang terjadi
dalam Perminus yang diketemukan pada tahun 1967 oleh sebuah tim pemeriksa dari
Jakarta, yang melakukan pemeriksaan terhadap ekspor minyak mentah oleh
Perminus dulu Unit I di Pangkalan Susu (hl.2)
33

Meskipun pengarang tidak secara eksplisit menyebut kapan peristiwa di dalam novel LP,

peristiwa-peristiwa yang ada dapat dipastikan terjadi pada tahun 70-an. Dikatakan demikian,

karena peristiwa yang sama pernah terjadi di Indonesia. Pertamina, perusahaan minyak terbesar

milik pemerintah, mengalami keterpurukan akibat korupsi besar-besaran yang terjadi di tahun

70-an. Meninggalnya Kahar, wakil direktur Perminus,

karena serangan jantung dan juga diberhentikannya sang Direktur dari perusahaan tersebut

menandai bahwa peristiwa-peristiwa itu terjadi sekitar tahun 70-an.

Latar waktu lain yang lebih sempit yang digunakan pengarang adalah waktu pagi, siang,

sore, dan malam. Waktu pagi adalah waktu untuk menggambarkan dimulainya aktivitas yang

dilakukan para pegawai untuk pergi ke kantor yang dilanjutkan dengan aktivitas di dalam kantor.

Aktivitas di kantor Perminus meskipun tidak tergambar secara jelas dimulai pukul 0.8.00 dan

berakhir pukul 14.00. Aktivitas yang tampak dan tergambar pada novel LP, seperti terlihat pada

kutipan berikut.

Sampai siang, tamu-tamu terus mengalir ke kamar kerja Hidayat. Dan mereka
diterima HIdayat dengan kegesitan yang tidak menurun. Rapat tidak jadi
dilangsungkan. Alasanya karena Pak Kahar, tangan kanan Dirut, yang harus
memimpin rapat itu, tidak masuk (hl. 8)

Tepat pukul sembilan pagi Hidayat dan pembantu-pembantunya sudah berkumpul


di gedung Petroleum Club, siap untuk berunding, meneliti segala perencanaan
pembangunan pelabuhan itu (hl.265).

Melalui kutipan di atas tampak bahwa kesibukan terlihat pada perusahaan minyak. Lebih-

lebih saat perusahaan itu diisukan dilanda kepailitan akibat korupsi. Kesibukan juga tampak saat

perusahaan tersebut ternyata tidak mengurusi soal minyak saja, tetapi juga hal-hal di luar minyak

seperti pembelian tanah, pembangunan gedung, dan lain-lain.

Waktu siang adalah waktu yang dipakai untuk menunjukkan berakhirnya aktivitas yang

berlangsung di kantor Perminus. Sore hari sampai malam hari, umumnya untuk menggambarkan
34

aktivitas Hidayat di rumah, terutama aktivitasnya sebagai kepala keluarga. Aktivitas yang

dilakukan Hidayat bermacam-macam, misalnya, menerima tamu, menerima kawan-kawannya,

atau melakukan aktivitas lainnya.

3.3 Latar Sosial

Latar sosial yang tergambar di dalam novel LP adalah masyarakat kelas menengah atas. Hal

ini ditandai dengan pegawai yang bekerja di Perminus menggunakan kendaraan mobil dan

memakai dasi untuk melakukan aktivitas di perusahaan tersebut, seperti yang tampak pada

kutipan berikut.

Sedan putih meninggalkan halaman rumah di kompleks perumahan Perusahaan


Minyak Nusantara (Perminus). Seorang laki-laki berbadan tegap, agak tinggi,
mengenakan dasi kecoklat-coklatan, duduk di belakang. Hidayat, begitulah nama
tokoh yang berumur empat puluh lima tahun ini … (hl.1)

Latar novel LP adalah Perusahaan Minyak Nusantara. Dengan demikian, kehidupan yang

banyak disorot dalam novel LP adalah kehidupan masyarakat menengah yang bekerja di

perusahaan tersebut. Umumnya kondisi sosial para pegawai perusahaan tersebut sangat berbeda

jauh dengan kondisi sosial masyarakat pada umummnya. Mereka hidup dengan kemewahan yang

berlimpah. Kemewahan yang berlimpah, ternyata didapat para pejabat Perminus dari hasil

korupsi atau penyelewengan yang mereka lakukan.

Penyelewengan yang dilakukan para pejabat Perminus akhinya terbongkar, seperti yang

tampak pada kutipan berikut.

Orang bilang, memang sudah waktunya korupsi di Perminus dibongkar. Sudah


keterlaluan!” Ia kemudian diam beberapa saat Tetapi lalu ia bicara lagi menjelek-
jelekkan para pemimpin di perusahaan minyak itu, sekalipun ia sendiri sebenarnya
tidak tahu pasti. Ia cuma dengar-dengar dari kiri kanan mengenai hal itu. Tetapi
begitulah kabar yang menjalar di seluruh kota: korupsi di Perusahaan Minyak
Nusantara (hl.34).
35

Meskipun sudah terungkap korupsi yang dilakukan para pejabat, Perminus tetap berjalan

selama bertahun-tahun. Bahkan, Perminus tidak hanya mengurusi minyak saja, tetapi hal-hal di

luar minyak juga ditangani, seperti terlihat ada kutipan berikut.

Kesibukan di kantor Perusahaan Minyak Nusantara tampak sekali bertambah.


Semua tahu, kian bertambah banyak uang yang keluar-masuk di Perminus. Dan ini
berarti juga bertambah banyak keuntungan yang didapat sekelompok orang.
Persoalan tanah merupakan pembicaraan di mana-mana. Karena itulah yang
menjadi masalah pertama dalam mendirikan bermacam-macam bangunan,
melaksanakan bermacam-macam proyek (hl 193)

Kegiatan Perminus yang bermacam-macam semakin menambah penyelewengan yang

terjadi diperusahaan tersebut. Manipulasi terhadap berbagai tender yang ditangani Perminus

menyebabkan semakin bertimbunnya kekayaan sekelompok pejabat Perminus. Berbagai

perusahaan dan berbagai simpanan mereka miliki, baik di dalam negeri maupun luar negri.

Wakil Direktur, Kahar, misalnya mempunyai simpanan sebanyak 36 juta dolar di Bank

Simbashi. Simpanan ini tidak diketahui publik karena tersimpan secara rapi dan tersembunyi di

bank luar negeri. Simpanan itu baru diketahui masyarakat setelah Kahar meninggal karena

sepeninggalnya, simpanan itu menjadi bahan perebutan antara anak-anak dari istri pertama Kahar

dengan Devi Widuri .

Jika seorang pegawai Perminus seperti Suwarso, dapat memiliki puluhan rumah untuk

disewakan dan juga ratusan ekor kuda (hl.183—184), tentu tidak terbayangkan kekayaan yang

dimiliki oleh Direktur Perminus dan wakilnya. Apalagi sang Direktur dikatakan mempunyai

kekuasaan yang sangat besar, ibaratnya seperti pemerintahan dalam pemerintahan. Namun,

kekuasaan dan jabatan yang dimilikinya telah disalahgunakan.

Di dalam novel LP ditampilkan juga kehidupan para pejabat Perminus dalam kaitannya

dengan para kontraktor asing. Hubungan para pejabat Perminus dengan kontraktor asing
36

mengakibatkan para pejabat sering melakukan perjalanan ke luar negeri. Bagi pejabat Perminus

perjalanan ke luar negeri merupakan hal yang biasa, terlebih lagi karena mereka mempunyai

beberapa perusahaan di luar negeri. Negara yang disebut sebagai tempat untuk melalukan bisnis

para pejabat Perminus di dalam novel LP adalah Singapura.

Singapura selain digambarkan sebagai kota binis ditampilkan juga oleh pengarang untuk

memperlihatkan kehidupan para pejabat Perminus yang sangat dimanja oleh para kontraktor

asing. Para pejabat Perminus dijamu dan dilayani dengan sangat baik. Para kontraktor asing

saling berlomba memberi hadiah dengan tujuan supaya mereka mendapat job dari Perminus,

seperti yang terlihat lewat kutipan berikut.

“Tahu kamu apa yang menyebabkan kita panen di sini?” Tanya Hidayat sambil
tersenyum. “Tentu saja aku tahu. Karena kamu orang dari Perminus. Karena kamu
dari pihak yang menguntungkn mereka,” jawab Pena sambil menatap
temannya.”Nah begitulah. Karena aku ada di pihak yang memberikan keuntungan
mereka. Seandainya aku tidak berada di pihak yang menguntungkan mereka,
mereka tidak akan memberikan pelayanan seperti ini kepadaku. Begitu di dunia
bisnis. Di dunia minyak. Hormat kepadaku karena Perminus memberikan
keuntungan yang riil kepada mereka. Karena aku bekerja dan dekat dengan
pimpinan Perminus. Kalau tidak begitu, mereka tidak akan hormat kepadaku
(hl. 161)

Sudah menjadi tradisi di dunia bisnis, apalagi yang bersangkut paut dengan dunia minyak

jika akan mendapat keuntungan yang besar, umpan yang diberikan kepada rekan bisnis juga

harus besar. Tokoh Hidayat dalam novel LP adalah tokoh yang dekat dengan pimpinan

Perminus. Oleh karena itu, ketika dia berkunjung ke Singapura hanya sekadar untuk jalan-jalan,

ia diberi hadiah yang mahal- mahal oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan dengan

Perminus.

Tidak hanya hadiah yang mereka berikan. Mereka juga memberikan servis bagi para

pejabat Perminus dengan wanita-wanita penghibur. Dengan kata lain, Singapura ibarat surga
37

bagi para pejabat Perminus. Mereka sangat dimanjakan, seperti halnya yang dialami tokoh

Hidayat.

Kehidupan para pejabat Perminus yang terlalu berfoya-foya banyak mengundang reaksi

bagi banyak pihak. Kehidupan mereka sudah menimbulkan kecemburuan sosial. Oleh karenanya,

salah satu koran yang beredar di Jakarta yaitu Nusa Raya tidak henti-hentinya menyoroti

perilaku pejabat Perminus yang korup. Pada akhirnya Dirut Minyak Nusantara diberhentikan

dan diganti oleh orang lain yang juga berasal dari lingkungan perusahaan minyak yang sama (hl.

326). Dirut Perminus diberhentikan karena ia telah menjadikan Perminus seperti perusahaan

pribadinya. Perminus nyaris mengalami kebangkrutan akibat ulahnya (hl. 326).

Anda mungkin juga menyukai