TINJAUAN PUSTAKA
A. Tes
1. Pengertian Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang
sudah ditentukan (Arikunto, 2004: 53). Tes berasal dari bahasa Prancis
yaitu testum, berarti piring yang digunakan untuk memilih logam mulia
dari benda-benda lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya (Arifin,
2011: 117).
2. Macam-macam Tes
Arifin (2011: 117) menyatakan, dilihat dari jumlah peserta didik,
tes dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tes kelompok dan tes perorangan
(individu). Sedangkan dilihat dari kajian psikologi, tes dibagi menjadi
empat jenis yaitu tes intelegensia umum, tes kemampuan khusus, tes
prestasi belajar, dan tes kepribadian.
Putra (2012: 207) menyatakan terdapat beberapa jenis tes,
diantaranya tes standar, tes buatan guru dan tes objektif. Penjelasan
mengenai jenis tes tersebut dapat diantaranya sebagai berikut.
a. Tes standar merupakan tes yang disusun oleh suatu tim ahli, memenuhi
persyaratan tes yang baik, dapat digunakan untuk waktu yang relatif
lama dan dapat diterapkan pada beberapa objek mencakup wilayah
luas. Jenis tes standar diantaranya tes prestasi (achievement test), tes
diagnostik (diagnostic test), tes kecerdasan (intelligence test), dan tes
bakat (aptitude test). Berikut penjelasan mengenai jenis-jenis tes
tersebut.
1) Tes prestasi bertujuan untuk mengukur prestasi individu atau
kelompok dari berbagai mata pelajaran yang telah dipelajari atau
keahlian yang telah dikuasai peserta didik (Putra, 2012: 211).
9
10
c. Relevan
Instrumen yang digunakan harus sesuai dengan kompetensi
inti, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan. Jika dalam
konteks penilaian hasil belajar, maka instrumen harus sesuai dengan
domain hasil belajar, seperti domain kognitif, domain afektif, dan
domain psikomotor (Arifin, 2009: 70).
d. Representatif
Representatif artinya materi instrumen harus benar-benar
mewakili seluruh materi yang disampaikan, hal ini dapat dilakukan
bila penyusunan instrumen menggunakan silabus sebagai acuan
pemilihan materi tes. Guru juga harus memperhatikan proses seleksi
materi, mana materi yang bersifat aplikatif dan mana yang tidak, mana
yang penting dan mana yang tidak (Arifin, 2009: 70).
e. Praktis
Instrumen yang praktis artinya mudah digunakan. Jika
instrumen itu sudah memenuhi syarat tetapi sukar digunakan, berarti
tidak praktis. Kepraktisan ini bukan hanya dilihat dari teknik
penyusunan instrumen, tetapi juga bagi orang lain yang ingin
menggunakan instrumen tersebut (Arikunto, 2013: 77).
f. Deskriminatif
Instumen harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat
menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun. Semakin
baik suatu instrumen, maka semakin mampu instrumen tersebut
menunjukkan perbedaan secara teliti. Untuk mengetahui apakah suatu
instrumen cukup deskriminatif atau tidak, biasanya dilakukan uji daya
pembeda instrumen tersebut (Arifin, 2009: 70).
g. Spesifik
Suatu instrumen disusun dan digunakan khusus untuk objek
yang dievaluasi. Jika evaluasi tersebut menggunakan tes, maka
jawaban tes jangan menimbulkan ambivalensi atau spekulasi (Arifin,
2009: 70).
13
h. Proporsional
Suatu instrumen dikatakan proporsional jika memiliki
persebaran yang seimbang antara soal yang sulit, sedang dan mudah
(Arifin, 2009: 70).
a. Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat
pengukur hasil belajar siswa. Karakter yang baik tersebut yaitu lebih
fleksibel dalam implementasi evaluasi untuk mengukur tercapai tidaknya
tujuan belajar mengajar.
b. Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan inisiatif dapat mencakup
seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru dikelas item tes
pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para
siswa yang akan dievaluasi.
c. Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual atau
kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
Selain kelebihan, terdapat pula kelemahan tes pilihan ganda,
diantaranya:
a. Konstruksi item tes pilihan lebih sulit serta membutuhkan waktu yang
lebih lama dibanding dengan penyusunan item tes bentuk lainnya
(misalnya uraian, benar-salah atau menjodohkan)
b. Item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam
mengorganisasi materi hasil pembelajaran
c. Item tes pilihan ganda memberi peluang siswa untuk menerka jawaban
prosedur, dan Tahap 4. Rapat dan evaluasi dari tes untuk penggunaan
operasional.
Tahapan pengembangan tersebut lebih detail dijelaskan oleh Putra
(2012: 123-127) bahwa langkah-langkah penting yang dapat dilakukan
sebagai berikut.
a. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena
setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk
tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau seleksi.
b. Memperhatikan kompetensi yang ada pada silabus, merupakan acuan
atau target utama yang harus dipenuhi, harus diukur melalui setiap
kompetensi dasar yang ada.
c. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman
penskorannya.
B. Representasi Visual
Presentasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
penyajian, sedangkan visual dapat diartikan sebagai melihat. Representasi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sesuatu atau keadaan yang dapat
mewakili, atau menyajikan kembali. Sehingga, representasi visual dapat
diartikan sebagai penyajian kembali objek yang dapat dilihat. Sesuatu yang
dapat dilihat tersebut dapat meliputi teks, gambar, warna, ilustrasi, desain
grafis, grafik, tabel, dan sebagainya (Setiawan, 2014).
Representasi visual tidak hanya menghasilkan tingkat retensi yang lebih
baik pada materi pelajaran yang hanya menggunakan teks namun akan
meningkatkan hasil pemahaman terhadap materi pelajaran dibandingkan
representasi lisan sederhana. Karena siswa memahami fenomena alam yang
lebih baik ketika mempelajari teks dikombinasikan dengan gambar dibanding
dengan ketika mempelajari teks saja (Anagnostopoulou dkk., 2012: 1).
Representasi visual dalam pembelajaran dapat dituangkan dalam bentuk
media. Arsyad (2009: 29) menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis
penggunaan media yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, yaitu media
17
7. Unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah
dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah
pengolahan informasi.
8. Caption (keterangan gambar) harus disiapkan terutama untuk menambah
informasi yang sulit dilukiskan secara visual seperti lumpur misalnya,
memberi nama orang, tempat, atau objek, menghubungkan kejadian atau
aksi dalam lukisan dengan visual sebelum atau sesudahnya, dan
menyatakan apa yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan, pikirkan
atau katakan.
9. Warna harus digunakan secara realistik.
10. Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian
dan membedakan komponen-komponen.
a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakan
c. Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakan
d. Melihat persamaan dan perbedaan
Menganalisis
e. Mengidentifikasi dan menangani
argumen
penyimpangan
f. Melihat struktur dari suatu
argumen
g. Membuat ringkasan
a. Mengapa?
b. Apa pokok pikiran utama?
Memberikan c. Apa maksud…?
1 penjelasan d. Apakah contoh dari?
sederhana e. Apakah yang bukan contoh dari?
f. Apa perbedaan dari perlakuan ini?
a. Mempertimbangkan keahlian
b. Mempertimbangkan kemenarikan
konflik
c. Mempertimbangkan kesesuaian
sumber
Mempertimbangkan d. Mempertimbangkan reputasi
apakah sumber dapat e. Mempertimbangkan penggunaan
dipercaya atau tidak prosedur yang tepat
Membangun
f. Mempertimbangkan resiko untuk
2. keterampilan
reputasi
dasar
g. Kemampuan untuk memberikan
alas an
h. Kebiasaan berhati-hati
Mengobservasi dan a. Melibatkan sedikit dugaan
mempertimbangkan b. Menggunakan waktu yang singkat
laporan observasi antara observasi dan laporan
c. Melaporkan hasil observasi
Merekam hasil observasi
23
grafis (dan, sebaliknya, dari grafis menjadi teks) untuk mencapai pemahaman
yang lebih tinggi.
Hayes dan Readence (dalam Wandersee, 2005: 130) telah menunjukkan
gambar dalam teks meningkatkan pemahaman pembelajaran mendalam, serta
teks tergantung pada gambar untuk pemahaman penuh dan mengintegrasikan
pemahaman antara konsep kongkret dan abstrak.
Standar Pendidikan Sains Nasional (National Research Council) di
Amerika Serikat mendukung pandangan penilaian baru, yaitu bahwa penilaian
dan pembelajaran adalah dua sisi mata uang yang sama. Wandersee
sependapat dengan pernyataan tersebut, bahwa pengujian biologi berbasis
gambar selaras dengan pernyataan Standar tersebut dan karena pengujian
biologi berbasis visual memperluas jangkauan kinerja evaluasi sehingga siswa
memiliki kesempatan yang memadai untuk menunjukkan prestasi mereka,
karena visual meningkatkan pemahaman siswa secara mendalam. Hal ini juga
sejalan baik dengan prinsip Science for All Americans bahwa menuntut ilmu
bukti dalam ilmu pengetahuan, penilaian besar ditempatkan pada instrumen
dan teknik pengamatan, dan mengajar (dan pengujian) harus konsisten dengan
sifat ilmiah. Berdasarkan karakteristik tersebut, jelas bahwa gambar dapat
menginformasikan dan memfasilitasi desain item uji (soal) dan konstruksi
biologi berbasis visual.
Teori dual coding adalah prinsip yang menyatakan bahwa teks diproses
dan dikodekan dalam sistem lisan (dari korteks serebral) sedangkan gambar
atau grafis yang diproses baik dalam gambar dan sistem verbal. Teori dual
coding dipandang sebagai cara untuk menjelaskan mengapa memori untuk
gambar mungkin lebih baik daripada teks (Wandersee, 2005: 132).
Penelitian tersebut telah menunjukkan bahwa gambar berisi informasi
yang tidak terkandung dalam teks, informasi yang ditampilkan dalam gambar
lebih mudah untuk diingat karena dikodekan dalam kedua sistem memori,
bukan hanya teks, dan bahwa konsep verbal dan visual memberikan hubungan
dapat memperkuat ingatan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa soal-soal berbasis
visual dapat digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa yang lebih
28
tinggi. Penerapan visual dalam soal-soal pilihan ganda dapat menjadikan soal
mampu untuk mendorong dan mengukur sejauh mana kemampuan berpikir
kritis siswa.