Anda di halaman 1dari 3

RANGKUMAN

MATERI PILIHAN KATA (DIKSI)

Nurgiyantoro dalam Pengkajian Susastra menyebutkan bahwa diksi adalah bagian dari
stile(style atau gaya bahasa), yakni proses pengungkapan sesuatu yang akan dikemukakan pengarang
dalam karya fiksinya (2013: 369).
Gorys Keraf dalam Diksi dan Gaya Bahasa (1984: 24) menuturkan bahwa diksi dapat
disimpulkan menjadi tiga simpulan utama, (1) mencakup pengertian kata-kata mana yang
dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, (2) kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan (3) pilihan kata yang tepat
dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosakata atau perbendaharaan suatu kata.

Berikut kutipan yang bisa menjadi contoh diksi dari beberapa novel.
Dus, aroma bunga ditransfer ke medium lain.
Tapi pekerjaan tidak berhenti sampai di sini.
Setelah alkohol berparfum disaring dengan hati-
hati dengan ayakan dawai agar sesedikit mungkin
mengandung sisa minyak, Druot menuang alcohol
berparfum itu ke sebuah kepala tambat kecil, lalu disuling
perlahan di atas api kecil. Yang tersisa adalah sejumlah
kecil cairan berwarna pucat yang sangat dikenal Grenouil
Tetapi belum pernah dicium dalam kualitas dan kemumian
seperti ini, baik di laboratorium Baldini ataupun Runel.
Inisari pati terbaik dari minyak bunga. Polesan aromanya
dipekatkan seratus kali menjadi sebotol kecil essenceabsolue.
Esensi ini tak lagi membawa aroma manis.
Baunyanyaris menyengat, tajam, dan sengit.
(Perfume-Patrick Suskind)

Kau merenung sejenak. Rupanya Dr. Peebles menyangka kau orang lain. Tapi
perjalanan menembus waktu pasti seru. Yang jelas, pasti lebih seru daripada melihat pot-pot
kuno sepanjang hari. Dan karena kau akan kembali pada saat yang sama dengan
keberangkatanmu, kau tetap punya waktu untuk mencari Denny dan kembali ke orangtuamu
sebelum mereka curiga. Di pihak lain, Denny bisa membuat masalah, sekalipun dalam waktu
amat singkat. Dan kau lah yang bakal disalahkan kalau sampai terjadi apa-apa. Kau harus
mengambil keputusan.
(Goosebumps- “Ding Dong! Matilah Kau!”)

Sorot mata Kugy, sorot mata Keenan, dan gaya antena yangseolah-olah merupakan bahasa
sandi antara mereka berdua.Dalam hatinya, Ojos yakin ia tak pernah salah. Radarnya tak
pernah salah.
(Perahu Kertas -Dee)

Aku ingin mencintaimu dengan sederhanaDengan isyarat yang tak sempat diucap oleh kayu
kepada api Yang menjadikannya abu
(“Aku Ingin”-Sapardi Djoko Damono)

Cuplikan beberapa kutipan novel dan puisi di atas menggambarkan dinamisasi diksi yang
semakin beragam. Dari mulai narasi penggambaran pembuatan parfum secara tradisional,
dekonstruksi sudut pandang (orang kedua), penggunaan kata “radar” yang bukan demi
kepentingan alat elektronik pada umumnya, hingga deskripsi kesederhanaan yang bahkan
bisa jadi tak pernah terpkirkan oleh kita. Di tangan seorang pengarang/penulis dan seseorang
yang menisbatkan diri sebagai penulis, satu kata mestinya mampu diungkapkan secara lebih
“nyastra” dibanding orang biasa. Misalnya, kata kasur. Kita mungkin bisa
menyinonimkannya dengan ranjang, tempat tidur, springbed , dll. Padahal, kata itu bisa kita
eksplorasi lebih jauh,seperti tempat kurebahkan segala lelah dan gundah.

Selanjutnya, ada beberapa tips sederhana guna memperkaya khazanah diksi, di antaranya
adalah sebagai berikut.
1. Perbanyak bacaan, baik fiksi maupun nonfiksi. Bacaan fiksi seperti novel, cerpen,
novelet, roman, sedangkan nonfiksi bisa dimulai dari kamus, tesaurus,dan Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), selebihnya bisa diperluas dengan bahan bacaan
dalam jurnal ilmiah, koran, dan sebagainya. Kalau mau modal sedikit, silakan bisa
lengkapi koleksi buku panduan menulis dengan "mengonsumsi" Kamus Sinonim
milik Junaiyah H. Matanggui.
2. Dobrak kebiasaan. Biasanya satu kata positif untuk makna positif. Coba
dekonstruksikan kata-kata umum yang biasa kita dengar dan ucapkan sehari-hari.
Misalnya:tangis dan luka adalah kelezatan di tiap malam.
3. Jangan cuma dengarkan lagu, coba lebih sering baca lirik lagu karena tak jarang makna lagu akan
jauh lebih intens ketika dibaca tanpa irama musik.
4. Selain bahasa indonesia, pelajari juga bahasa asing dan daerah. Contoh: deja vu itu
kita paham maknanya, di KBBI belum ada, di kamus oxford artinya pakai english
tentu. Namun, kita tahu makna deja vu. Bahasa kitab juga bisa dieksplorasi, seperti
niscaya, hampir-hampir, dan lain-lain.
5. Manfaatkan latar belakang pendidikan. Misal yang sekolah di SMK, bisa eksplorasi
cerita lewat diksi yang hanya dimiliki di SMK, demikian yang di SMA, konsep IPA
dan IPS bisa jadi bahan untuk eksplorasi diksi. IPA dengan aktivitas lab dan hal
rasional yang punya rumus, sedangkan IPS dengan penelitian sosial yang cenderung
penuh konflik dan resolusi konflik.
6. Sesekali ikut pelatihan atau seminar kepenulisan, biasanya info-info kata terbaru juga
dibahas di pelatihan-pelatihan seperti ini.
7. Berterus terang alias jujur saat berdiksi. Jangan sampai karena mau terlihat indah dan
luar biasa, kita jadi mengorak-arik diksi yang justru terkesan maksa dan malah
efeknya tidak terasa ke pembaca. Terkadang pakai bahasa kita sehari-hari bisa
jadi diksi yang lebih rupawan dan mengena ke pembaca daripada harus beromantisasi
dengan diksi yang sebenarnya pun enggak biasa kita ungkapkan di dunia nyata nan
fana.

Anda mungkin juga menyukai