Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JURNAL REVIEW

Filsafat Pendidikan

DOSEN PENGAMPU :

DODI FELIKS PANDIMUN AMBARITA S.pd,M.Hum

DISUSUN OLEH :

NAMA : JOEL N.S HUTABARAT


KELAS : REGULER C 2023
NIM : 3233131042

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
2023
KATA PENGANTAR

Asalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat karunia-nya sehingga saya dapat menyelesaikan masalah tugas" critical
jurnal review" dengan meringkas isi jurnal dan menilai isi jurnal dengan baik
meskipun di dalamnya masih banyak kekurangan.
Diharapkan hasil dari critical jurnal review ini dapat menjadi acuan Dalam
pertimbangan penyelesaian Salah satu tugas kkni yang telah diberikan dosen
pengampu dalam mata kuliah filsafat pendidikan, saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu saya berharap adanya kritik atau saran demi
perbaikan di hari yang akan datang mengingat tidak ada yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampuh mata kuliah
yang telah memberikan bimbingan yang penuh dalam penyelesaian tugas ini,
sehingga hasil dari kritikan ini dapat dipahami bagi pembaca. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyajian makalah ini.

Hormat Saya

JOEL N.S HUTABARAT


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................i
DAFTAR ISI.................................................................ii
I PENDAHULUAN 1
A. Rasionalisme Pentingnya CJR 1
B. Tujuan Penulisan CJR 1
C. Manfaat CJR 1
D. Identitas Jurnal 2
II. RINGKASAN ISI JURNAL 3
III. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN 4
A. Kelemahan dan kelebihan jurnal 4
B.Kemutaakhiran jurnal 5
IV. IMPLIKASI. 6
A. Teori 6
B Program pembangunan di Indonesia 6
C Analisis mahasiswa 7
V. KESIMPULAN 7
DAFTAR PUSTAKA 9-10
I. PENDAHULUAN

A. Rasionallisme Pentingnya CJR

Critical jurnal review sangat penting buat kalangan pendidikan terutama


buat mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik suatu
jurnal maka mahasiswa/i ataupun si pengkritik dapat membandingkan
dua jurnal dengan tema yang sama dapat melihat mana jurnal yang
Perlu diperbaiki dan mana jurnal yang sudah baik untuk digunakan
berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis jurnal
tersebut setelah dapat mengkritik jurnal maka diharapkan mahasiswa/i
dapat membuat suatu jurnal karena sudah mengetahui bagaimana
kriteria jurnal yang baik dan benar untuk digunakan dan sudah mengerti
Bagaimana cara menulis atau langkah-langkah apa saja yang diperlukan
dalam penulisan jurnal tersebut.
B. Tujuan Penulisan Critical Jurnal Review

Critical jurnal review ini dibuat bertujuan untuk belajar melalui


pemenuhan tugas mata kuliah filsafat pendidikan jurusan pendidikan
masyarakat Universitas Negeri Medan untuk membuat critical jurnal
review dalam (CJR) sehingga dapat menambah pengetahuan untuk
melihat atau membandingkan dua atau beberapa jurnal yang baik dan
yang benar setelah dapat membandingkan maka akan dapat membuat
suatu jurnal karena sudah dapat membandingkan mana jurnal yang
sudah baik dan mana jurnal yang masih Perlu diperbaiki dan juga karena
sudah mengerti langkah-langkah dari pembuatan suatu jurnal.

C. Manfaat Critical Jurnal Review

Manfaat penulisan critical jurnal review, yaitu:


1. Dapat membandingkan dua atau lebih jurnal yang direview
2. Dapat meningkatkan analisis kita terhadap suatu jurnal
3. Supaya kita dapat mengetahui teknik-teknik penulisan CJR yang
benar
4. Dapat menulis Bagaimana jurnal yang baik dan benar
5. Menambah pengetahuan kita tentang isi-isi Dari jurnal

1
D. Identitas Jurnal yang direview

1. Jurnal utama
Judul : Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam kehidupan
Nyata / Djohar, istiningsih
Judul Asli: -
Pengarang : Djohar Istiningsih
Edisi Cetakan : Cet. 1 Ed. 1
Penerbitan : Yogyakarta : Suluh Media, 2017
Deskripsi Fisik : xxiv, 90 him. : ilus. ; 25 cm
ISBN : 978-602-8610-45-2
Subjek : Filsafat-Pendidikan
Catatan : Bibliografi: hlm. 87-
89 Bahasa : Indonesia
Bentuk karya : Bukan fiksi
Target Pembaca: Umum

2. Jurnal pembanding
Judul : Filsafat Pendidikan / oleh H. B. Hamdani Ali
Judul Asli :-
Pengarang : Hamdani, Ali H. B
Edisi Cetakan : Cet. 3
Penerbitan : Yogyakarta : Kota Kembang,
1993 Deskripsi Fisik : iv, 233 hlm. ; 20 cm
ISBN : -
Catatan : Bibliografi : hlm. 231-233
Bahasa : Indonesia
Bentuk Karya : Bukan fiksi
Target Pembaca : Remaja

2
II. RINGKASAN ISI JURNAL

Globalisasi yang dipengaruhi oleh kepentingan pasar menyebabkan


pendidikan Tidak sepenuhnya dipandang sebagai upaya mencerdaskan
bangsa dan proses kemerdekaan manusia tetapi mulai bergeser menuju
pendidikan sebagai komoditas (saksono, 2010. 76). Pengaruh globalisasi
yang sedang dan akan berlangsung akan berpengaruh terus-menerus
sampai waktu yang tidak ditentukan dan ini semakin sulit untuk diatasi.
Melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa-masa
yang akan datang rasanya sangat berat, sehingga bangsa Indonesia harus
secara serius menangani masalah ini.
Globalisasi telah mengakibatkan pergeseran tujuan pendidikan nasional
dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi yang tidak lagi hanya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, Tetapi lebih berfokus untuk
menghasilkan lulusan yang menguasai menguasai scenatia. Dengan
penguasaan scientia dinilai mengarahkan peserta didik kepada hasil yang
bersifat pragmatis dan materialis, karena kurang membekali peserta
didiknya dengan semangat kebangsaan, semangat keadilan sosial, serta
sifat-sifat kemanusiaan dan moral Luhur sebagai warga negara (saskono,
2010: 76).. bangsa Indonesia saat ini dihadapkan pada krisis karakter
yang cukup memperhatikan titik demoralisasi mulai merambah di dunia
pendidikan seperti ketidakjujuran, ketidakmampuan mengendalikan diri,
kurangnya tanggung jawab sosial, hilangnya sikap ramah tamah diri,
kurangnya tanggung jawab sosial, hilangnya sikap ramah tamah dan
sopan santun (sutiono dalam jurnal Cakrawala pendidikan, 2010: 42).
Untuk menangkal model pendidikan semacam itu maka konsep
pendidikan Ki Hajar Dewantara ditawarkan sebagai solusi terhadap
distorsi distorsi pelaksanaan pendidikan di Indonesia dewasa ini. Ki Hajar
Dewantara mengatakan hendaknya usaha kemajuan ditempuh melalui
petunjuk "trikon", yaitu continue dengan alam masyarakat Indonesia
sendiri konvergen dengan alam luar dan akhirnya bersatu dengan alam
universal dalam persatuan yang konsentris yaitu bersatu namun tetap
mempunyai kepribadian sendiri (Dewantara, 1994: 371).
Pesta lozzi robel dan Maria Montessori adalah tokoh-tokoh pendidik
yang berpengaruh pada Ki Hajar dalam menggunakan kebudayaan di
dalam
3
kurikulum pendidikan titik mulai dari TK (Taman kanak-kanak/taman
Indria) sampai sekolah menengah unsur-unsur kebudayaan lokal
dimasukkan dalam kurikulum untuk melatih panca indera jasmani
kecerdasan dan utamanya adalah kehalusan budi pekerti. Pelajar yang
diberikan di taman Indra mulai dari Dolanan Anak, mendongeng, hingga
Sariswara yaitu menggabungkan antara lagu, cerita dan sastra. Nilai-nilai
budaya ini dimaksudkan untuk mendidik rasa, pikiran dan budi pekerti .
anak-anak yang sudah agak besar misalnya di Sekolah Menengah
Pertama (Taman dewasa) dan Sekolah Menengah Atas Sekolah
Menengah Madya diberikan pelajaran oleh gendhing.
Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa oleh gendhing dan seni tari
adalah untuk memperkuat dan memperdalam rasa kebangsaan
(Dewantara, 2011:344). Tari Bedoyo dan tari serimpi diberikan kepada
anak didik karena merupakan kesenian yang amat indah yang
mengandung rasa kebatinan, rasa kesucian dan rasa keindahan.
III. K LEMAHAN DAN KELEBIHAN

A. Kelemahan dan kelebihan Jurnal

Ditinjau dari filsafat pendidikan esensialisme terutama yang


didukung oleh idealisme modern bahwa dibalik dunia fenomenal
ini ada jiwa yang tak terbatas, yaitu Tuhan, yang merupakan
pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir
berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan titik manusia bila mau
menguji dan menyelidiki ide-ide serta gagasan-gayasannya maka
manusia akan dapat mencapai kebenaran yang sumbernya adalah
Tuhan sendiri (Barnadip 1982: 39).
Dapat dilihat dari proporsi pembahasan buku itu sendiri jurnal
filsafat pendidikan karya Ki Haji Dewantara lebih lengkap
dibandingkan jurnal Karya H. B. Hamadani, Ali. Menurut pendapat
kami hal itu disebabkan karena terbitan jurnal H. B. Hamdani, Ali.
Lebih dulu terbit dibanding karya Kyai Haji Dewantara.
Kelemahannya tersebut terdapat pada pembahasan yang cukup
singkat di mana H. B. Hamdani, Ali hanya menuliskan inti dari isi
jurnal itu sendiri, sedangkan Ki Haji Dewantara menulis secara
signifikan/ menyangkut semua inti pembahasannya.

4
Untuk isi dari pembahasan dari kedua jurnal tersebut cukup sama.
Hanya saja pembahasan dari jurnal H. B Hamdani, Ali lebih singkat
padat dan jelas.
Untuk keunggulannya sendiri, Dari jurnal karya Hamadi, Aji isi
jurnal tersebut sudah cukup bagus karena sudah hampir
mencakup dari pembahasan hanya saja pembahasannya terlalu
singkat, jadi mungkin untuk pemula bagi pembaca jurnal kurang
bisa untuk dipahami.
Sementara pada jurnal Ki Hajar Dewantara ia terdapat tiga
sumbangan filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara bagi
pendidikan Indonesia yaitu penerapan Trilogi kepemimpinan
dalam pendidikan, 3 pusat pendidikan dan sistem paguron.
Konvergen dan konsentris. 3 sumbangan filsafat pendidikan Ki
Hadjar Dewantara bagi pendidikan Indonesia adalah penerapan
Trilogi kepemimpinan dalam pendidikan, 3 pusat pendidikan dan
sistem titik konvergen dan konsentris. Hal itu membuat nilai
tersendiri bagi pembaca yang baru bergabung untuk
mengidentifikasi jurnal.

B. Kemutaakhiran jurnal

Ditinjau dari filsafat pendidikan esensialisme terutama yang didukung


oleh idealisme modern bahwa dibalik dunia fenomenal ini ada jiwa
yang tak terbatas, yaitu Tuhan yang merupakan pencipta adanya
Cosmos manusia sebagai makhluk yang berpikir berarti dalam
lingkungan kekuasaan Tuhan titik manusia bila mau menguji dan
menyelidiki ide-ide serta gagasan-gagasannya maka manusia akan
dapat mencapai kebenaran yang sumbernya adalah Tuhan sendiri
(Bernadib 1982:39).
Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan
dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-
kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi
masalah-masalah yang bersifat menaikkan atau mengancam adanya
manusia itu sendiri berhubung dengan itu progresivisme kurang
menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter baik yang
timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang ( Barnadib
1989: 28).

5
IV. IMPLIKASI
A. Teori

Konsep teori Ki Hajar Dewantara pada sistem Among mengatakan


bahwa sistem Among yang berjiwa kekeluargaan bersediakan dua dasar,
yaitu: pertama, kodrat alam sebagai syarat kemajuan dengan secepat-
cepatnya dan sebaik-baiknya titik kedua kemerdekaan sebagai syarat
menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak agar
dapat memiliki pribadi yang kuat dan dapat berpikir serta bertindak
merdeka.
Pada bagian lain dikatakan bahwa kodrat alam merupakan batas
perkembangan potensi kodrati anak didik dalam proses perkembangan
kepribadiannya titik perkembangan yang sesuai dengan kodrat alam
akan berjalan lancar dan wajar karena pada hakikatnya Manusia adalah
makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam. Manusia atau anak
tidak bisa lepas dari kehendaknya, tetapi akan bahagia jika dapat
menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan titik
kemajuan tersebut seperti bertumbuhnya tiap-tiap benih suatu pohon
yang kemudian berkembang menjadi besar dan akhirnya hidup dengan
keyakinan bahwa dharmanya akan dibawa hidup terus dengan
tumbuhannya lagi benih-benih yang dibesarkan.
B. Program pembangunan di Indonesia

Berdasarkan pengamatan secara langsung dalam kehidupan


masyarakat saat ini sebenarnya banyak menjumpai pendidikan
pada Pesantren Modern yang berkembang di kota-kota besar
maupun di desa-desa di Indonesia. Penulis ingin menunjukkan
bahwa konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang dikenal
dengan sistem paguron benar-benar diterapkan dalam dunia
pendidikan di luar Taman Siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh
Tyesno Sudarto, seorang tokoh TNI.
“ kendali ajaran militer itu keras, toh tidak ada unsur pemaksaan
titik Selain itu, Saya melihat sistem pandepokan yang diajarkan Ki
Hajar Dewantara ada juga dalam militer. Sebab, banyak prajurit
tinggal di asrama. Antara pimpinan dan anak buah tinggal dalam

6
satu lingkungan, sehingga pimpinan, Among, atau guru bisa
mengikuti perkembangan dan proses pendidikan anak. Saya sudah
lama mengagumi beliau, terutama ajaran-ajarannya. Ternyata,
konsep ing ngarsa sung tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan
tutwuri Handayani sangat klop dalam dunia militer( Sudarto,
2008:78)
C. Analisis Mahasiswa

Kurikulum harus dipahami sebagai bekal yang menentukan arah


serta tujuan pendidikan titik pendidikan secara alami mengalami
perubahan karena ilmu pengetahuan berubah secara serta zaman
yang juga berkembang perubahan kurikulum dalam aliran
pendidikan progresifme adalah hal yang wajar dengan alasan yang
telah disebutkan di atas titik mekanisme perubahan kurikulum
dari masa ke masa harus dipahami sebagai penyempurnaan
kurikulum ke arah yang lebih baik Agar generasi yang dihasilkan
bukanlah generasi yang usang.
Kurikulum dalam pandangan progresivisme meskipun dapat
berubah secara dinamis namun tidak dilihat sebagai suatu proyek
pemerintah yang dapat diubah tanpa ada alasan titik fungsi
perubahan kurikulum sejauh itu menekankan pada perkembangan
anak sebagai subjek Didik Maka hal itu adalah hal yang wajar. Sifat
fleksibel dalam pengembangan kurikulum harus bisa
dipertanggungjawabkan titik intinya perubahan itu mengarah
pada keadaan yang lebih baik bukan malah sebaliknya.

V. KESIMPULAN

Penelitian mengenai Kurikulum 2013 dalam perspektif filsafat


pendidikan progresivisme yang peneliti lakukan memiliki
kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, kurikulum pendidikan di Indonesia semakin lama
semakin berkembang mengalami penyempurnaan titik kurikulum
2013 merupakan salah satu kurikulum yang menitikberatkan pada
pendidikan karakter. Hakikat dalam kurikulum

7
2013 adalah meningkatkan basis perubahan pada sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Tiga kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan harus dinilai secara keseluruhan
tidak dengan terpisah titik tujuannya agar menghasilkan generasi
yang kreatif dan inovatif sehingga kemiskinan, kebodohan, dan
kelatarbelakangan peradaban dapat diminimalisir.
Kedua, setiap kurikulum pasti memiliki landasan filsafat yang
fungsinya untuk menentukan kualitas, arah dan tujuan pendidikan
titik kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filsafat
elektrik inkorporatif. Korporatif memiliki makna yang mengambil
unsur-unsur yang baik dari aliran-aliran filsafat asing untuk di
integrasikan dengan sistem pendidikan nasional titik landasan
filsafat yang tersurat dalam kurikulum 2013 adalah elektrik in
korporatif yang menggali berbagai unsur positif dan dari filsafat
pendidikan perenialisme esensialisme, eksperimentalisme
progressivisme dan rekonstruksi sifisme. Unsur program resivisme
dalam kurikulum 2013 memiliki warna yang dominan. Alasan
utamanya kurikulum 2013 Sangat menitikberatkan pada peserta
didik sebagai subjek pendidikan titik guru bertindak sebagai
fasilitator, serta menghendaki bahwa mata pelajaran harus
terintegrasi dalam satu unit.
Ketiga, progresivisme Sebagai salah satu aliran dari filsafat
pendidikan yang menekankan pada proses memiliki pandangan
bahwa kurikulum 2013 secara teoritis lebih menekankan pada
anak atau siswa sebagai subjek Didik. Kurikulum 2013
menginginkan agar anak atau subjektif tidak menjadi generasi
usang yang tidak paham dengan perkembangan zaman titik
progres pendidikan yang diinginkan dalam kurikulum 2013
merupakan program yang sifatnya kreatif

8
DAFTAR PUSTAKA
Akinperlu, JA., 1981, An Introduction to philosophy of Education, Mecmillian
Publishers, London.
Bernadi, Imam, 1976, sistem-sistem filsafat pendidikan yayasan penerbitan FIP-
IKIP. Yogyakarta.
, 2002 filsafat pendidikan, Adicita Karya Nusa,Yogyakarta.
Berubah hair, J. S 1978 modern filosofis of Education, MC Draw Hill publishing
company Tokyo.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia undang-undang republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
Depdiknas, Jakarta.
Dewey, Jhon, 1962, Child and the Curriculum, cetakan keenam the university of
Chincago, Choncago.
, 1963, experience and education, Mac
Milan publishing, United StatesAmerica.
, 1964,Democracy and education,
cetakan keempat. The Macmillan company New York.
Departemen Pendidikan Nasional 2002, pusat kurikulum badan penelitian dan
pengembangan, Jakarta.
Kutek, Gerald Lee, 1985, Philosophical alternation in Education, the university
of Chicago, Chicago.
Jackson, Philip W, 1992, Conception of curriculum and Curriculum and
Curriculum Specialist, dalam Handbok of research on Curriculum: A Project of
the american education research Association, much Milan publishing company
New York.
Kaelan, 2005 metode penelitian kualitatif bidang filsafat, paradigma
Yogyakarta.
Kedaulatan rakyat, 2013 kurikulum 2013, 25 Januari 2013.
Kedaulatan rakyat, 2013, kurikulum 2013, 27 Desember 2013.

9
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013 draft implementasi kurikulum
2013, Jakarta.
Notonagoro, 1973, pidato penganugerahan gelar doktor honoris causa I am
Ilmu Filsafat, Gajah Mada University press , Yogyakarta.
Omstand, Alan si titik and Levine,Daniel U, 1985, An introduction to the found
thetion of Education, Hongkong Miflin company Boston.
Republik Indonesia, 2003 undang-undang no 20/2003 tentang sistem
pendidikan nasional, Jakarta.
Republik Indonesia. 2013 Dokumen Kurikulum 2013 Permendikbud Nomor
67,68 dan 69 Tahun 2013, Jakarta.
Republik Indonesia, 2013, Peraturan materi pendidikan dan kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013, Jakarta.
Republik Indonesia, 2013 Salinan Permendikbud No 54 tahun 2013 tentang SKL
Jakarta.
Republik Indonesia, 2013, Salinan Permendikbud No 54 tahun 2013 tentang
standar proses ,Jakarta.
Republik Indonesia, 2013, Salinan Permendikbud note 54 tahun 2013 tentang
standar Nilai, Jakarta.
Rohman, Arif, 2013, Memahami ilmu pendidikan, Aswaja prestisindo
Yogyakarta.
Schilpp, Paul Arthur (editor) , 1951, The Filosofi of John the way, to door
publishing Company, New York.

Anda mungkin juga menyukai