Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH ISLAM DI MAUMERE

Nama Ata Goan yang mengandung pengertian Umat Islam, sudah


membudaya dikalangan masyarakat Krowe dan Krowin, diperkirakan
sejak abad ke-XVI. Nama Ata Goan mulai tergusur pada tahun 1990
yang tercatat dalam buku SIKKA KROWE I, tulisan Oscar
P.Mandalangi. pembagian wilayah budaya dalam buku Sikka Krowe I
ini, mengandung 3 kelainan sejarah nama wilayah Etnis yaitu Sikka
Krowe, Ata Sikka Muhang, dan Ata Tidung Bajo. Sejak tahun 1990
para penulis dan Peneliti di kabupaten Sikka sudah terseret
menggunakan nama-nama etnis yang mengandung kelainan sejarah ini.
Dan karena nama-nama yang berasal dari sebuah pembelokan fakta
sejarah, maka terjadilah kesimpangsiuran pembagian wilayah budaya,
paling kurang sudah tercatat sebanyak 8 versi pembagian wilayah
budaya di kabupaten Sikka. Masyarakat adat kabupaten Sikka
sepertinya sudah kehilangan jati diri.

Kelainan sejarah nama 3 wilayah etnis tersebut di atas akan dijelaskan


sebagai berikut :

1. Nama Ata Sikka Krowe


Nama Sikka Krowe berasal dari nama dua etnis, yaitu Ata Sikka
dan Ata Krowe, yang memiliki latar belakang sejarah yang sangat
jauh berbeda. Ata Sikka adalah sebuah etnis yang berasal dari
campuran rupa-rupa bangsa (Bdk. Hikayat Kerajaan Sikka
Hal.129-134). Sedangkan Ata Krowe adalah penduduk asli di
Nuhan Ular Tanah Laran (Kabupaten Sikka). Nama Sikka Krowe
merupakan sebuah pembelokan fakta sejarah yang memberangus
keberadaan etnis Krowe sebagai sebuah nama keaslian budaya.
2. Nama Ata Sikka Muhang
Etnis Sikka Muhang disebutkan adalah masyrakat adat dari
Wilayah Heak Hewer Klinga dan Werang. Maka nama Sikka
Muhang merupakan sebuah pembelokan fakta sejarah, yang
hendak memberangus keberadaan Etnis Krowin, yang adalah
nama keaslian wilayah budaya. Ata Sikka adalah sebuah etnis
yang berasal dari rupa-rupa bangsa. Ata Muhan ( Muhang )
adalah salah satu sub etnis dari etnis Lamaholot. Kerajaan
Larantuka
( onder afdeling Flores Timur ). Baik Ata Sikka ,maupun Ata
Muhang tidak mempunyai kaitan sejarah asal-usulnya. Ata
Krowin adalah sebuah etnis keturunan Dua Krowe asal Meken
Detun. Ata Krowin artinya orang yang berasal dari Krowe.
3. Nama Ata Tidung Bajo
Nama Ata Tidung Bajo merupakan penggabungan nama dari dua
suku pendatang yaitu Ata Tidung adalah serapan nama dari orang
yang berasal dari Tidore / Kerajaan Ternate / Maluku, dengan Ata
Bajo adalah serapan nama dari orang yang berasal dari Wajo /
Sulawesi Selatan. Munculnya nama etnis Tidung Bajo pada tahun
1990, merupakan sebuah pemberagusan keberadaan nama etnis
Goan, yang sudah membudaya sejak tahun 1600-an. Nama
Tidung Bajo adalah sebuah pembelokan fakta sejarah.
Pada tahun 2010 ini Dinas Pariwisata Kabupaten Sikka
mempunyai versi pembagian wilayah budaya, yaitu Ata Sikka Krowe,
Ata Muhang-Tana Ai, Ata Lio, Ata Palue, dan Ata Tidng Bajo. Tersirat
Dinas Pariwisata Kabupaten Sikka mengutip versi Oscar namun etnis
Sikka Muhan ( Krowin ) dan etnis Muhang digabung menjadi Etnis
Muhang – Tana Ai. Penamaan etnis Muhan-Tana Ai adalah sebuah
pembelokan fakta sejarah.

Dalam upaya menggali, mengembangkan, dan melestarikan


sejarah dan nilai tradisional, yang nantinya menjadi warisan sejarah dan
budaya bagi generasi berikutnya, kebenaran sejarah dan keaslian nilai
budaya harus dijunjung tinggi.

Sebagai upaya mendukung Dinas Pariwisata dalam usaha


melestarikan wilayah budaya yang kontekstual dan mengandung
keaslian budaya, dengan ini saya menguraikan sebuah topik yang
berjudul NAMA ATA GOAN SEBUAH BUKTI SEJARAH
PENGARUH ISLAM DI KABUPATEN SIKKA. Dengan susunan :
(1) Asal Usul Ata Goan. (2) Asal Usul Ata Bajo. (3) Asal Usul Ata
Tidung.

1) Asal Usul Ata Goan


Nama Ata Goan sebuah nama yang sudah membudaya dalam
masyarakat Kabupaten Sikka, kurang lebih sejak tahun 1600-an.
Pada mulanya hanya mengandung pengertian orang yang berasal
dari Gowa sebuah kerajaan di Sulawesi Selatan, yang menanamkan
pengaruh agama Islam di Nuhan Ular Tana Laran ( Kabupaten
Sikka ). Kemudian seputar tahun 1860-an nama Ata Goan meluas
pengertiannya menjadi umat Islam yang berdatangan dari Gowa,
Wajo, Bugis, Makasar, Bonerate, Buton dan Tidora.
Sejarah daerah NTT, mencatat adanya 3 kerajaan Islam yang
berperan mengembangkan kekuasaan Islam di Indonesia Timur
yaitu Kerajaan Gowa ( Sulawesi Selatan ), kerajaan Bima
(Sumbawa) dan Kerajaan Ternate (Maluku). Flores Barat
dipengaruhi Kerajaan Bima, Flores Tengah, dipengaruhi Kerajaan
Gowa, serta Flores Timur, Alor, dan Pantar, dipengaruhi Kerajaan
Ternate Wilayah Nuhan Ular Tana Loran (Kabupaten Sikka) masuk
dalam pulau Flores Tengah, maka dapat dipastikan Ata Goan
berasal dari Gowa, dan selanjutnya berarti umat Islam. Beberapa
fakta sejarah memperkuat nama Ata Goan sebagai nama etnis
campuran dari umat beragama Islam.
Pertama : Lagu rakyat “ KOKO GANU GOAN SORA”
Di kabupaten Sikka adalah lagu rakyat yang berjudul “ Koko Ganu
Goan Sora ( kokoknya bagi orang Goan bernyanyi ).
Syair-syairnya berbunyi sebagai berikut :
MANU-MANU LAU KANTOR
KOKO GANU GOAN SORA
RATA UTA KAMPUNG BERU
GETOR GANU JAWA DENDANG
yang artinya :
AYAM-AYAM DI KANTOR
KOKOKNYA BAGAI ORANG GOAN BERNYANYI
BERKISAR DI KAMPUNG BERU
KOTEKNYA BAGAI ORANG JAWA BERDENDANG
Syair lagu tersebut mengandung makna simbolik yang memberi
arti kurang lebih sebagai berikut :
a. Ayam-ayam di kantor mengandung arti Laskar Goa yang berada
di markasnya (di kampung Beru).
b. Kokoknya bagai orang Goan bernyanyi, mengandung arti
lantunan suaranya bagai orang Islam bersholat subuh.
c. Berkisar di kampung Beru, mengandung arti Laskar pembantu
yang tinggal di kampung Beru.
d. Koteknya bagai orang Jawa berdendang, mengandung arti para
Laskar pembantu dari Jawa (Larantuka- yang umumnya berasal
dari Solor) selalu berdendang diiringi gambus di malam hari.
Laskar Gowa seputar tahun 1860 telah menyinggahi Nuba
Nanga Wair Otang, sebuah wilayah ulayat dari Hoak Hewer Nele.
Wair Otang menjadi pelabuhan, markas berkarang, dan tempat
upacar menolak bala (SISA SOBA). Kemudian orang Gowa itu
memberi nama Kampung Beru.

2) Pernyataan Bapak Abdul Rasyid Wahab.


Bapak Abdul Rasyid Wahab seorang toko Islam di kampung
Beru, mantan anggota BPH dan Camat Maumere. Ketika
diwawancarai tentang hubungan orang Islam dengan masyarakat
Kabupaten Sikka oleh Paulus Nong Susar ( Penulis buku
Mengarung Samudera Bangsa atau MSB ) seputar tahun 2003
menjelaskan, “ sejak abad 17 pelaut-pelaut dari Gowa ( Sulawesi
Selatan) sudah singgah di Sikka, untuk memperbaiki perahu motor
atau kapal dan juga untuk mengambil air minum. Kemudian ada
yang mulai menetap, sehingga saat ini, orang menyebutkan ATA
GOAN artinya orang yang berasal dari GOWA.

3) Pernyataan Bapak Modestus Nidi


Bapak Modestus Nidi adalah seorang mantan anggota DPRD
II Sikka. Beliau juga menjelaskan kepada Paulus Nong Susar bahwa
Ata Goan artinya Kaum Muslim. “…ketika Don Yuan dan Don
Alesu bersama rombongan tiba di Solor, disana sudah ada pasukan
tentara Goa = Ata Goan, yang artinya kaum Muslim, asal dari
kerajaan Goa.

4) Pernyataan Bapak Paulus Nong Susar


Bapak Paulus Nong Susar adalah anggota Divisi Litbang
Yayasan Flores Sejahtera dan Penulis Buku Mengarung Samudera
Bangsa, sekarang anggota DPRD II Sikka. Beliau merombak total
pembagian wilayah udaya versi Oscar P. Mandalangi. Beliau
menghapus hilangkan nama Ata Sikka Krowe, Sikka Mohang, dan
Tidung Bajo. Ata Sikka Krowe menjadi Ata Sikka-Lela dan Ata
Krowe. Ata Sikka Muhang, menjadi Ata Krowin-Tana Ai dan Ata
Tidung Bajo jadi Ata Goan.
Dengan demikian terlihat jelas bahwa masyarakat Nuhan Ular
Tana Loran (Kabupaten Sikka), hanya mengenal nama Ata Goan
sebagai kelompok etnis yang beragama Islam di kabupaten Sikka
sejak tahun 1600-an. Sedangkan nama etnis Tidung Bajo baru
muncul pada tahun 1990, atas nama perorangan yakni bapak Oscar
P. Mandalangi.
1) Asal Usul Ata Bajo
Dari catatan sejarah daerah NTT dapat kita ketahui bahwa
perkembangan agama Islam di pulau Timor, Sumba, dan Flores
dipelopori oleh Amir Bahren dan Hamzah Bahren dari Bangka.
Di pulau Flores yaitu di pulau Pemana, pulau Babi dan pantai
pulau Flores, peranan suku Bugis, Makasar, Wajo dan Buton
cukup besar. Di daerah tersebut terdapat kampung-kampung
Bugis, Wajo, Makasar dan Buton, yang merupakan kampung-
kampung Islam.
Di kabupaten Sikka di desa Geliting, kecamatan Kewapante
ada nama Kampung BAJO yang berasal dari nama WAJO,
sebuah kerajaan Islam di Sulawesi Selatan yang mengembangkan
agama Islam di Nuhan Ular Tana Loran. Nama kampung Bajo
telah berubah menjadi kampung Geliting pada tahun 1905. Nama
Bajo masih terus dikenang dalam nama Dusun Bajo, di seputar
Pasar Geliting sekarang ini.
Seputar tahun 1860, pala Laskar dari Wajo-Sulawesi
Selatan menyinggahi Nuba Nanga Ban Bihan, wilayah ulayat dari
masyarakat Wolon Dobo, Hoak Hewer Hewokloang, Kerajaan
Kangae. Wilayah Nuba Nanga adalah pelabuhan, markas untuk
berkarang, dan tempat upacara menolak bala. Tempat itu diberi
nama Ban Bihan karena aliran air (banjir) telah merobek-robek
batu karang dipinggir pantai itu. Dari bongkah-bongkah batu
karang itu, keluar mata air, karena itu Ban Bihan disinggahi para
pelaut untuk mengambil air minum.

KAMPUNG WURING saat ini


Kemudian orang-orang Wajo mulai menetap di Ban Bihan,
dan membangun rumah tinggal diseputar Ban Bihan, lalu
tersebutlah Natar Bajo atau kampung Bajo. Pada setiap hari Jumat
terjadi pertemuan jual beli dan tukar menukar barang antara Ata
Krowe dan Ata Bajo. Maka tempat pertemuan jual beli itu disebut
Regang Bajo. Regang bajo ( Pasar Bajo) terus berlangsung dari
tahun 1860 sampai tahun 1905.
Pada tahun 1905 Raja Nai Juje / Raja Kangae ke- 39 (1902-
1925) mulai mengembangkan Pasar Bajo dengan membangun
toko-toko. Toko-toko itu dikontrakkannya kepada orang Cina.
Dengan ini Ata Bajo lalu berpindah ke Wuring, lalu Kampung
Bajo berubah nama menjadi Kampung Geliting dan Regang Bajo
(Pasar Bajo) berubah nama menjadi Pasar Geliting, yang dipakai
sampai dengan sekarang. Nama Geliting diduga kuat berasal dari
nama orang Cina pertama yang datang ke Bajo yaitu GO LIE
TING. Karena ada orang Cina di Geliting, ada yang bernama GO
TI TI, GO A PANG, Go Hon Tjui, dan Baba Ting.
Demikianlah sejarah asal-usul Ata Bajo, yang berasal dari Wajo
(Sulawesi Selatan) dan menetap di Kabupaten Sikka ini sejak
tahun 1860. Ata Bajo adalah salah satu unsur dari Etnis Ata Goan
atau Etnis yang beragama Islam di Kabupaten Sikka.

2) Asal Usul Ata Tidung


Kedatangan Ata Tidung ke Nuhan Ular Tana Loran (
Kabupaten Sikka ) hampir bersamaan dengan kedatangan Ata
Wajo. Ata Tidung adalah orang yang berasal dari Tidore, kerajaan
Ternate di kepulauan Maluku. Sejarah daerah NTT mencatat
bahwa kerajaan Ternate mempunyai peranan cukup besar dalam
pengembangan agama Islam di Flores Timur, Alor dan Pantar.
Karena itu orang Tidore juga termasuk di dalamnya, dan datang
juga ke pasar Bajo untuk tukar menukar barang. Mereka
membawa ikan, garam, kapur untuk dipertukarkan dengan
jagung, kacang hijau dan kacang-kacangan lainnya, buah-buah,
umbi-umbian, kapas, dan lain-lain.
Mereka biasanya datang ke pasar Bajo sejak hari Kamis
pagi yaitu sehari sebelum pasar. Pada hari Kamis pagi buta, Ata
Krowe sudah menunggui orang Tidore yang disebutnya Ata
Tidung. Karena itu hari Kamis ini disebutlah Aban Tidung.
Menjelang terbitnya matahari pada hari Kamis itu, beriring-
iringan “ SOPE TIDUNG” yang datang dari Timur menuju Pasar
Bajo ketika itu Ata Tidung hanya sekedar menyinggahi untuk
berpasar. Di Natar Bajo dikenal nama Aban Tidung dan di
Wuring ada nama Mage Tidung.
Ata Tidung berasal dari Tidore, Kerajaan Ternate-Maluku.
Ata Tidung merupakan salah satu unsur dari etnis Ata Goan,
karena mereka juga beragama Islam.

Dari uraian tersebut di atas, sudah cukup jelas membuktikan


bahwa nama Etnis dari kelompok sosial masyarakat yang beragama
Islam adalah ETNIS GOAN ata ATA GOAN. Sedangkan nama ETNIS
TIDUNG BAJO, hanyalah sebuah pembelokan fakta sejarah, yang
memberangus kebenaran sejarah dan keaslian budaya.

Maumere, 27 September 2023

Mahmud Irsad

Anda mungkin juga menyukai