Laporan Compaction
Laporan Compaction
I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan
ASTM D 698 "Standard Test Methods forLaboratory Compaction Characteristics of
Soil UsingStandard
ASTM D 1557 "Standard Test Methods forLaboratory Compaction Characteristics
of Soil UsingModified Effort"
AASHTO T 99 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 2.5-kg (5.5-lb)
Rammer and a 305-mm (12-in) Drop"
SNI 03-2832-1992 "Metode pengujian untuk mendapatkan kepadatan tanah
maksimum dengan kadar air optimum"
AASHTO T 180 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 4.54-kg (10-lb)
Rammer and 457-mm (18-in) Drop"
COMPACTION 1
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
b. Bahan
Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak minimal 5 kantong @ 2kg (lebih
baik digunakan 6 kantong)
Gambar 5.1 Peralatan praktikum compaction: a) Mould (lengkap); b) Hammer; c) Pelat besi/penggaris;
d) Jangka sorong
COMPACTION 2
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
(5.1)
dengan:
CE = Compactive Effort (lb/ft2)
W = berat hammer (lb)
H = tinggi jatuh (inch)
L = jumlah layer
B = jumlah pukulan per-layer
V = volume tanah (ft3)
COMPACTION 3
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Perbedaan mengenai dua metode tersebut dirangkum pada tabel di bawah ini:
Table 5.1. Perbedaan Modified Proctor dan Standard Proctor pada uji pemadatan
AASHTO T99 AASHTO T180
Test Identification
ASTM D 698 ASTM D 1557
Diameter Mould (inch) 4" 6" 4" 6"
Berat Hammer (lb) 5.5 5.5 10 10
Tinggi Jatuh Hammer (inch) 12 12 18 18
Jumlah Layer 3 3 5 5
Jumlah Pukulan Per-Layer 25 56 25 56
C.E (lb/ft2) 12.375 12.375 56.25 56.25
Ukuran Butir Maksimum yg
No. 4 (3/4") No. 4 (3/4") No. 4 (3/4") No. 4 (3/4")
Lolos
Kepadatan tanah bergantung pada kadar airnya. Untuk membuat suatu
hubungan tersebut dibuat beberapa sampel tanah minimal empat contoh dengan kadar
air yang berbeda-beda, dengan perbedaan kurang lebih 4% antara setiap sampel.
Dari percobaan tersebut kemudian dibuat grafik yang menggambarkan
hubungan antara kepadatan dan kadar air, sehingga dari grafik tersebut diperoleh γdry
maksimum pada kadar air optimumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
suatu tanah yang dipadatkan dengan kadar air tanah lebih dari Wopt akan diperoleh
nilai kepadatan yang lebih kecil dari γdry maksimum.
Gambar 5.2. Perbedaan grafik pemadatan Modified Proctor dan Standard Proctor
COMPACTION 4
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
(5.2)
(5.3)
(5.4)
dengan :
W = kadar air
wwater = berat air (gram)
wdry = berat tanah kering (gram)
wwet = berat tanah basah (gram)
(5.5)
dengan :
Vadd = volume air yang akan ditambahkan
WX = kadar air yang akan dibuat
W0 = kadar air awal
w = berat sampel tanah (gram)
COMPACTION 5
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
(5.6)
(5.7)
dengan :
γwet = berat isi tanah dalam keadaan basah (gr/cm3)
wwet = berat tanah basah (gr)
V = volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)
γdry = berat isi tanah dalam keadaan kering (gr/cm3)
wdry = berat tanah kering(gr)
W = kadar air (%)
(5.8)
dengan:
GS = nilai specific gravity
γW = berat jenis air (gr/cm3)
W = kadar air (%)
Sr = derajat kejenuhan
COMPACTION 6
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
di mana :
C.E. = Compactive Effort (lb/ft2)
W = berat hammer (lb)
H = tinggi jatuh (inch), pada percobaan ini adalah 12 inch
L = jumlah layer, pada percobaan ini adalah 3 lapisan
B = jumlah pukulan per-layer, pada percobaan ini adalah 25 kali
V = volume tanah (ft3)
II. PRAKTIKUM
a. Persiapan Praktikum
1. Siapkan 6 kantong sampel tanah masing-masing 2 kg, lolos saringan No. 4 ASTM.
2. Campur seluruh sampel dalam kantong dengan rata dalam satu wadah, nilai kadar air
awal dalam hal ini dianggap sama.
3. Ambil sebagian sampel yang dianggap mewakili nilai kadar air seluruhnya, dan cari
nilai kadar air sampel tersebut.
4. Kembalikan sampel tanah ke kantongnya masing-masing.
5. Hitung kadar air pada keesokan harinya, lalu tambahkan air pada masing-masing
kantong agar mencapai kadar air yang berbeda-beda.
6. Masukkan sampel tanah ke dalam kantong plastik dan diamkan selama 18-24 jam
(diperam) agar kadar airnya merata.
COMPACTION 7
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
b. Jalannya Praktikum
1. Memeriksa Siapkan mould, collar, dan base plate.
2. Timbang mould dan ukur dimensinya untuk mengetahui volume tanah hasil
pemadatan.
3. Masukkan sampel tanah ke dalam mould, perkirakan jumlahnya sedemikian rupa
sehingga setelah dipadatkan tingginya mencapai 1/3 tinggi mould (karena total
lapisan pemadatan sebanyak 3 lapis).
4. Tumbuk 25 kali pada setiap lapisan secara merata dengan hammer seberat 5.5 lb dan
tinggi jatuh 12 inch (Standard Proctor ASTM).
5. Pada lapisan ketiga, pasang collar dan tambahkan tanah hingga melebihi batas mould.
6. Setelah pemadatan lapis ketiga selesai, buka collar dan ratakan kelebihan tanah pada
mould dengan pelat pemotong.
7. Timbang berat tanah beserta mould.
8. Keluarkan sampel tanah dari mould dengan bantuan extruder.
9. Ambil sebagian dari bagian atas, tengah, bawah dari sampel tanah tersebut untuk
diperiksa kadar airnya, dengan demikian akan diperoleh kadar air rata-rata dari
sampel tanah setelah dipadatkan.
COMPACTION 8
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Dalam rumus ini, nilai penambahan volume menggunakan nilai 100 dan bukan 1,
karena perhitungan menggunakan kadar air dalam bentuk persen. Nilai perhitungan
penambahan volume air secara keseluruhan:
Sampel Volume Air yang Ditambahkan
31% 443.12 ml
34 % 499.07 ml
37 % 555.02 ml
40 % 610.97 ml
43% 666.92 ml
46 % 722.86 ml
Mould ke 1 2 3
Diameter (mm) 101 101.15 101.3 101.25 100.9 101 101.35 101 101.5
Tinggi (mm) 116.15 116.45 116.9 116.9 116.75 116.7 116.1 115.8 115.65
COMPACTION 9
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Dimensi mould:
Mould
D mould (cm) H mould (cm) Berat mould (gr) Volume (cm3)
ke
Sampel 31%
COMPACTION 10
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Density Determination
= = 1.53 gr/cm3
Kerapatan kering:
= = 1.178 gr/cm3
Kesalahan Relatif
Kesalahan relatif = | |
Contoh Sampel 31 %
Kesalahan relatif =| |
| |
COMPACTION 11
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Kadar Air Didapat (%) 29.86 28.20 30.99 37.18 36.50 42.57
Kadar Air Rencana (%) 31 34 37 40 43 46
Kesalahan Relatif (%) 3.68 17.06 16.24 7.05 15.12 7.46
COMPACTION 12
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
1.28
1.26
1.24
1.22
1.2
1.18
1.16
25 30 35 40 45
Water Content (%)
COMPACTION 13
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
1.5
1.4
𝛾_𝑑𝑟𝑦
1.3
Ydry
1.2 ZAV
1.1
1
25 30 35 40 45
Water Content (%)
1 feet = 0,3048 m
1m = 3,281 feet
Vol = 936.53 cm3 = 936,53 x 10-6 m3 = 0,03307 ft3
= 12470.49 lb/ft2
Mould 1 2 3
CE (lb/ft2) 12470.49 12463.03 12513.78
COMPACTION 14
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
IV. ANALISIS
Analisis Percobaan
COMPACTION 15
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Untuk lapisan pertama, tinggi tanah yang diinginkan adalah 1/3 dari tinggi
mold. Setelah tanah dimasukkan dan ditumbuk, tinggi tanah diukur menggunakan
pelat besi untuk mengecek apakah sudah mencapai ketinggian yang diinginkan.
Setelah pemasukkan tanah pertama, praktikan tidak langsung menumbuk sebanyak 25
kali untuk mengantisipasi kelebihan tumbukan jika tinggi tanah masih kurang.
Apabila tinggi tanah berlebih, tanah dikorek dengan menggunakan sendok hingga
mencapai ketinggian yang diinginkan. Pada tiap penumbukkan, tanah akan tergeser
sendirinya ke pinggir mould, oleh karena itu praktikan memindahkan tanah pada
pinggir mould ke tengah-tengah mould dengan sendok maupun tangan kosong.
Proses yang sama dilakukan untuk ketinggian tanah 2/3 dari mold dan setinggi
permukaan mold.
Setelah tinggi tanah sudah setinggi permukaan mold, permukaan tanah
diratakan menggunakan pelat baja pemotong hingga permukannya sama rata dengan
permukaan mold. Setelah itu barulah mold dilepaskan dan ditimbang beratnya. Lalu
tanah di dalam mold dikeluarkan menggunakan hydraulic extruder. Setelah tanah
dikeluarkan, tanah dipecah menjadi 3 lapisan dan bagian tengah dari setiap lapisan
tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam can (berat can dan berat can+tanah
ditimbang dan dicatat). Setelah itu, can beserta tanah dimasukkan ke dalam oven
selama kurang lebih 24 jam. Setelah 24 jam, can beserta tanah dikeluarkan dan
ditimbang beratnya kembali. Ketiga bagian tanah dianggap memiliki kadar air yang
sama sehingga untuk menghitung kadar airnya hanya diperlukan satu can. Hasil dari
penghitungan kadar air tersebut akan digunakan untuk menghitung nilai berat isi
kering.
COMPACTION 16
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Analisis Hasil
Sampel tanah yang digunakan adalah sampel tanah yang telah lolos saringan
4. Sebelum dapat dilakukan percobaan, tanah dikeringkan dengan menggunakan
oven. Hal ini berbeda dengan standar. Seharusnya tanah yang digunakan adalah tanah
hasil kering udara. Tindakan tersebut dilakukan karena pertimbangan waktu yang
terbatas. Kadar air awal tanah yang di dapat adalah 7.24%. Menggunakan rumus
kadar air, didapat jumlah air yang harus ditambahkan pada saat melakukan persiapan
percobaan untuk setiap kadar air yang diinginkan yaitu
Vadd =
Besar volume air yang ditambahkan untuk mendapatkan tanah dengan kadar
air yang diinginkan terlihat dari tabel di atas. Namun setelah dilakukan pemadatan
dan dihitung lagi menggunakan rumus kadar air, nilai kadar air yang didapat sebesar
29.86%, 28.2%, 30.99%, 37.18%, 36.50%, dan 42.57%.
Setelah mendapatkan nilai kadar air setelah pemadatan, pada percobaan ini
juga didapatkan nilai kerapatan kering pada masing-masing kadar air yang berbeda.
Untuk mengetahui nilai kerapatan kering, digunakan rumus berikut
COMPACTION 17
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Sehingga didapatkan nilai kerapatan kering dari tanah sebesar 1.178 gr/cm3,
1.264 gr/cm3, 1.288 gr/cm3, 1.327 gr/cm3, 1.329 gr/cm3, dan 1.298 gr/cm3. Dari
data-data yang sudah dihitung tersebut, dapat terlihat bahwa kadar air setelah
pemadatan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh hilangnya air yang berada
pada rongga antar partikel tanah akibat proses pemadatan. Dimana saat proses
pemadatan tersebut ada kemungkinan besar bahwa air pada tanah di dalam mould
mengalami proses penguapan ke udara. Hal lain yang dapat menyebabkan kadar air
berkurang adalah terjadinya penguapan air ke udara saat penyimpanan tanah dalam 6
kantong plastik dimana di dalam kantok plastik tersebut masih terdapat rongga-
rongga udara.
1.28
1.26 R² = 0.3591
1.24
1.22
1.2
1.18
1.16
25 30 35 40 45
Water Content (%)
Nilai kerapatan kering optimum yang didapatkan adalah sekitar 1.329 gr/cm3,
dan kadar air optimum yang didapat adalah 36.5%. Air dapat mempengaruhi sifat
kohesif butiran tanah, dimana semakin banyak kadar air yang ada di dalam tanah,
tanah akan semakin kohesif (lebih melekat). Tanah yang kering butiran tanahnya
tidak mengikat satu sama lain, sehingga nilai kohesifnya menjadi kecil dan
mengurangi kepadatan. Dari teori ini, kita dapat menyimpulkan bahwa seharusnya
jika kadar air dalam tanah diperbesar maka proses compaction akan menghasilkan
COMPACTION 18
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
nilai Ydry yang semakin besar sampai dengan kadar air optimumnya. Namun ada
penyimpangan yang tejadi pada kadar air 29.86% dimana pada kadar air tersebut nilai
Ydry nya lebih kecil dibandingkan Ydry pada kadar air 28.2%. Dari penyimpangan ini,
dapat disimpulkan bahwa praktikan melakukan kesalahan saat compaction . Misalnya
saja, praktikan melakukan compaction tidak secara tegak lurus permukaan tanah
(membentuk sudut). Compaction juga dilakukan secara tidak merata serta adanya
kesalahan saat memotong permukaan tanah yang berlebih dengan plat pemotong
dimana saat dilakukan pemotongan praktikan secara tidak langsung melakukan
penekanan terhadap tanah. Dimensi dari mould yang berbeda-beda juga dapat
mempengaruhi nilai Ydry yang didapat, dimana semakin besar luas permukaan mould
maka nilai Ydry yang didapatkan setelah compaction akan semakin kecil.
1.3
Ydry
1.2
R² = 0.3591 ZAV
1.1
1
25 30 35 40 45
Water Content (%)
Nilai ZAV pada percobaan ini memotong grafik hubungan antara γdry dengan
kadar air sampel. Nilai ZAV di atas di dapatkan dengan menggunakan rumus
γ
ZAV =
( )
Nilai ZAV yang memotong γdry tersebut juga dapat terlihat pada tabel serta
grafik ZAV vs water content.
COMPACTION 19
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
COMPACTION 20
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Analisi Kesalahan
Kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan ini dan dapat mempengaruhi
hasil yaitu :
Tidak ratanya proses pencampuran tanah dan air yang dilakukan dengan
pengadukan dengan tangan serta penyimpanan di dalam kantong plastik
selama 24 jam. Sehingga dapat menyebabkan perbedaan asumsi kadar air
dengan kadar air yang sesungguhnya.
Penumbukan yang tidak merata di seluruh bagian (ada bagian yang
terlewat) serta kesalahan praktikan dalam penumbukkan yaitu beban
tidak dijatuhkan secara tegak lurus dengan permukaan tanah.
Proses pemadatan tidak sesuai dengan yang direncanakan, yaitu tanah
yang dipadatkan menjadi terlalu padat. Sehingga nilai ZAV memotong
nilai kerapatan kering pada kadar air sampel tertinggi.
Kesalahan memperkirakan jumlah tanah yang dimasukkan untuk
mendapatkan ketinggian layer tertentu.
Kesalahan literatur saat mengukur dimensi dengan jangka sorong, dan
pembulatan saat pengolahan data.
V. KESIMPULAN
1. Nilai kerapatan kering terbesar didapat pada kondisi kadar air optimum yaitu
sebesar 40.73% dan memiliki kerapatan kering sebesar 1.271 gr/cm3.
2. Pemadatan tanah selalu dilakukan pada proses pembangunan pondasi suatu
bangunan, jalan raya, dan struktur teknik sipil lainnya. Pemadatan dilakukan
dengan memperhatikan spesifikasi tanah yang ada di lokasi dan kondisi
lingkungan sekitar, dimana proses pemadatan menyesuaikan dengan faktor-faktor
diatas tersebut. Karena tanah yang kurang rapat memiliki ketahanan yang lebih
rendah.
COMPACTION 21
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
VI. LAMPIRAN
Menimbang Mould
Hydraulic extruder
COMPACTION 22