Anda di halaman 1dari 12

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI

MAKALAH

di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah materi SMP/SMA

dosen pengampu

moh.miftahul choiri, M.pd.I

Di susun oleh:

Mujiarto :220101247

Haidar naufal :220101316

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO

2023
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik. Karya tulis ilmiah
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di [unugiri]. Penulis
menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun
penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi perbaikan karya tulis ilmiah ini di kemudian hari. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada [bapak moh.miftahul choiri m.pd.i] yang telah memberikan bimbingan
dan arahan yang sangat berharga selama penulisan karya tulis ilmiah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada [nama orang tua] dan [nama teman-teman] yang telah
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bojonegoro November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar .....................................................................................................................ii

Daftar isi................................................................................................................................iii

I. Pendahuluan

Latar belakang........................................................................................................................4

Tujuan penulisan....................................................................................................................4

II. Kompetensi profesional guru PAI

Definisi kompetensi profesional guru PAI............................................................................5

Konsep Profesional Guru Pendidikan Agama Islam.............................................................7

Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru PAI....................................................................9

III. penutup

Kesimpulan............................................................................................................................11

VII. Daftar Pustaka................................................................................................................12

3
PENDAHULUAN

Latar belakang

Pendidikan agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus
dipelajari oleh peserta didik di Indonesia. PAI memiliki peran penting dalam membentuk
karakter dan akhlak mulia peserta didik.

Guru PAI merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran PAI. Guru PAI yang profesional akan mampu melaksanakan tugasnya dengan
baik dan menghasilkan peserta didik yang memiliki karakter dan akhlak mulia.

Kompetensi profesional guru PAI merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki
oleh guru PAI agar dapat melaksanakan tugasnya dengan berhasil. Kompetensi profesional
guru PAI meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.

tujuan

Menjelaskan pengertian kompetensi profesional guru PAI.

Menjelaskan komponen-komponen kompetensi profesional guru PAI.

Menjelaskan pentingnya kompetensi profesional guru PAI.

Menjelaskan kendala-kendala pengembangan kompetensi profesional guru PAI.

4
BABII

PEMBAHASAN

A. Kompetensi profesional guru PAI


Definisi kompetensi profesional guru PAI

Pengertian Kompetensi ProfesionalGuru


Istilah kompetensi diartikan sebagai perpaduan antarapengetahuan, ketrampilan, sikap dan
nilai-nilai yang diwujudkan dalampola berpikir dan bertindak atau sebagai seperangkat
tindakan cerdas danpenuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat
untukdianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuaidengan
pekerjaan tertentu.Kompetensi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
adalah(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu
Kompetensi menunjuk kepada kemampuan melaksanakan sesuatuyang diperoleh melalui
pembelajaran dan latihan.
Kompetensi ini adabeberapa rumusan atau pengertian yang perlu dicermati yaitu
kompetensi( competence), menurut Hall dan Jones sebagaimana dikutip oleh MasnurMuslich,
yaitu pernyataan yang menggambarkan penampilan suatukemampuan tertentu secara bulat
yang merupakan perpaduan antarapengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan
diukur. Sedangkan menurut Peter Salim,
kompetensi juga berarti “
qualityof condition of being legally quikified, eligible, or admissible,
yaknikualitas atau keadaan memenuhi syarat atau yang dapat diterima menurut1
ketentuan hukum.”
Richards menyebutkan bahwa istilah kompetensimengacu pada perilaku yang dapat diamati,
yang diperlukan untukmenuntaskan kegiatan sehari-hari. Sedangkan Spencer dan Spencer
dalamHamzah B. Uno mengatakan bahwa kompetensi merupakan karakteristikyang
menonjol bagi seseorang dan menjadi cara-cara berperilaku danberfikir dalam segala situasi,
dan berlangsung dalam periode waktu yang lama.Menurut Uzer Usman bahwa kompetensi
guru merupakan suatu kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-
kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.8Kompetensi juga dapat diartikan sebagai
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan.9 Menurut
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa, kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.10 Dalam PP No
74 Tahun 2008 tentang Guru, pasal 3 ayat (1) menyebutkanbahwa:
Kompetensisebagaimanadimaksuddalalampasal 2 merupakanseperangkatpengetahuan,
ketrampilandanperilaku yang harusdimiliki, dihayati, dikuasaidandiaktualisasikanoleh guru
dalammelaksanakantugaskeprofesionalan.11 Sedangkan dalam PP No: 74 Tahun 2008
1
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), hlm. 63.

5
tentang Guru, pasal 3 ayat (7) menyatakan bahwa: Kompetensi profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan guru dalam menguasai bidang ilmu
pengetahuan, tekonologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya, yang sekurang-
kurangnya meliputi penguasaan: a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan
standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan / atau kelompok mata pelajaran
yang akan diampu; dan b. konsep dan metode disiplin keilmuan, tekonologi,atau seni yang
relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan,
mata pelajaran/atau pelosok mata pelajaran yang akan diampu 2
2. Guru Pendidikan Agama Islam
a. Makna Guru Pendidikan Agama Islam Dalam UU No: 16 Tahun 2007 pasal I ayat (7)
menyatakan: Guru pendidikan agama adalahpendidik professional
dengantugasutamamendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
memberiteladandanmengevaluasipesertadidik.15 Sedangkandalampasal I ayat (8) disebutkan:
Pembina pendidikan agama adalahseseorang yang memilikikompetensibidang agama yang
ditugaskanoleh yang berwenanguntukmendidikdanataumengajarpendidikan agama
padasekolah.16 Dalam pengertian yang sederhana guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan
formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/musala, di rumah dan sebagainya.17 Dalam
konteks pendidikan Islam, pendidik sering disebut dengan istilah murabbi, mu‟allim,
mu‟addib. Ketiga tema tersebut mempunyai tempat penggunaan sendiri. Di samping itu
istilah pendidikan kadangkala disebut melalui gelarnya, seperti istlah al-ustāż, dan asy-
syaikh.18 DalamUundang-undangRepublik Indonesia no 20 Tahun 2003
tentangSistemPendidikanNasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 6
dinyatakan“Bahwapendidikanadalahtenagakependidikan yang berkualifikasisebagai guru,
dosen, konselor, pamongbelajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dansebutan lain
yang sesuaidengankekhususanya, sertaberpartisipasidalammenyelenggarakanpendidikan”.
Selanjutnya, pendidik secara khusus dinyatakan pada Bab XI pasal 39 dinyatakan dalam butir
(2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Undang-undang tersebut di atas, menegaskan kepada publik tentang tiga
hal, yaitu : 1) Pendidik haruslah profesional melaksanakan tugasnya, 2) Tugas pendidik pada
satuan pendidikan dasar dan menengah adalah mengajar, mendidik, membimbing, merlatih
dan menilai peserta didik. 3) Tugas pada satuan pendidikan tinggi, selain di atas,
ditambahkan lagi dengan melakukan pengabdian pada masyarakat. 4) Pendidik yang bertugas
pada satuan pendidikan dasar dan menengah dinamai guru, sedangkan yang di satuan
pendidikan tinggi dinamai dosen.19 Sedangkan definisi dari pendidikan agama Islam yaitu
usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran
Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan berbuat berdasarkan
nilai-nilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Jadi yang di
maksud Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) adalahtenaga pendidik yang
mentrasformasikan ilmu dan pengetahuannya kepada anak didik, dengan tujuan mereka
menjadi pribadi-pribadi yang memiliki prilaku yang baik atas dasar nilai-nilai ajaran Islam.
Guru pendidikan Agama Islam (GPAI) pada sekolah umum merupakan figur atau tokoh
utama disekolah yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk
meningkatkan kualitas peserta didik dalam bidang pendidikan agama Islam yang meliputi
tujuh unsur pokok, yaitu :keimanan ,ibadah, al-Qur’an, akhlak, syari’ah, mu’amalah dan
tarikh, sehingga mereka (peserta didik) meyakini,memahami, menghayati dan mengamalkan
2
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Hlm.152.

6
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari baik berbagai pribadi, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

B. Konsep Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki seperangkat kompetensi (pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku) yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya.Jika kompetensi guru tersebut dikaitkan dengan
Pendidikan Agama Islam yakni pendidikan yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, terutama dalam mencapai ketentraman batin dan kesehatan mental pada
umumnya. Agama Islam merupakan bimbingan hidup yang paling baik, pencegah perbuatan
salah dan munkar yang paling ampuh, pengendali moral yang tiada taranya. Maka
kompetensi guru agama Islam adalah kewenangan untuk menentukan Pendidikan Agama
Islam yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat guru itu mengajar. Dalam
Peraturan Menteri Agama RI No:16 Tahun 2010 tentang pengelolaan pendidikan agama pada
sekolah. Pada pasal 16 ayat (1) disebutkan bahwa: Guru pendidikan agama harus memiliki
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, profesional dan kepemimpinan.
DalamPeraturanMenteri Agama RI No:16tahun 2010 tentangpengelolaanpendidikan agama
padasekolah. Padapasal 16 ayat (5) disebutkanbahwa:

Kompetensiprofesionalsebagaimanadimaksudpadaayat
meliputi:
a. penguasaanmateri, struktur,
konsepdanpolapikirkeilmuanmatapelajaranpendidikan
agama
b.
penguasaanstandarkompetensidasarmatapelajaranpendidikan
agama
c.
pengembanganmateripembelajaranmatapelajaranpendidikan (1)
agama secarakreatif
d.
pengembanganprofesionalitassecaraberkelanjutandenganmel
ak
ukantindakanlevlektif, dan
e.
pemanfaatantekonologiinformasidankomunikasiuntukberko
mun
ikasidanmengembangkandiri
Menurut Muhibbin Syah, guru profesional dituntut memiliki 3keanekaragaman kecakapan
(comppentencies) yang bersifat psikologis, yang meliputi:

3
Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta:
Ruhama,1995), hlm. 95

7
1) Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta) 2) Kompetensi afektif (kecakapan ranah
rasa) 3) Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa).Menurut E Mulyasa, ruang lingkup
kompetensi professional adalah sebagai berikut:

1. Mengerti dan dapat menerapkan landasankependidikan baik filosofi, psikologis,


sosiologis, dan sebagainya.
2. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

3. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang


menjadi tanggung jawabnya.
4. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi.
5. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media
dan sumber belajar yang relevan.
6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pembelajaran.
7. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
8. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
Menurut Depdikbud (1980), ada sepuluh kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru profesional, yakni:
a) Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dalam
keilmuannya.
b) Pengelolaan program belajar-mengajar.
c) Pengelolaan kelas.
d) Penggunaan media dan sumber pembelajaran.
e) Penguasaan landasan-landasan kependidikan.
f) Pengelolaan interaksi belajar-mengajar.
g) Penilaian prestasi siswa.
h) Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan

i) Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah.


j) Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian
pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.46
Dalam penampilan aktual dalam proses belajar mengajar, minimal
memiliki empat kemampuan yakni kemampuan:
1) Merencanakan proses belajar mengajar
2) Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar
3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar
4) Menguasai bahan pelajaran.
Keempat kemampuan di atas merupakan kemampuan yang
sepenuhnya harus dikuasai oleh guru profesional. Untuk mempertegas dan
memperjelas keempat kemampuan tersebut berikut ini dibahas satu
persatu

8
Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru PAI

Kompetensi Guru Agama

Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer dinyatakan bahwa, “kompeten artinya


cakap (dalam menentukan/merumuskan sesuatu), sedangkan kompetensi artinya wewenang
untuk memutuskan sesuatu. Adapun kompetensi guru agama dimaksudkan wewenang guru
agama dalam memutuskan sesuatu sebagai upaya membantu siswa menuju kepada
kedewasaan.
Roestiyah N.K menjelaskan bahwa, “kompetensi diartikan sebagai suatu tugas yang
memadai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh
jabatan seseorang. Dalam pengertian ini kompetensi lebih dititik beratkan pada tugas guru
dalam mengajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi guru agama adalah kecakapan guru agama dalam melaksanakan tugasnya dalam
pengertian pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan
guruagama4.
Mengenai kompetensi guru agama, merujuk pendapat Dr. H. Hadari Nawawi yang
mengatakan bahwa, “kompetensi guru itu antara lain adalah mengenai kompetensi pribadi,
kompetensi profesi dan kompetensi kemasyarakatan. Kompetensi itu berkenaan dengan
kemampuan dasar teknis adukatif dan administrative. Adapun kompetensi guru agama adalah
sebagai berikut:
a. Penguasaan Bahan Pelajaran
Penguasaan bahan pelajaran ini merupakan suatu keharusan bagi guru agama dan
merupakan salah satu kompetensi guru agama. Dalam buku metodologi pengajaran agama
Islam dinyatakan bahwa“Diantara kompetensi yang harus dimiliki oleh guru itu adalah
penguasaan bidang studi yang diajarkankannya”. Dalam hal ini Hadari Nawawi merinci
lebih luas bahwa, “penguasaan bahan tersebut meliputi: a. menguasai bidang studi masing-
masing sesuai dengan kurikulum, b. menguasai bahan penunjang bidang studi masing-
masing. Dengan kompetensi guru agama tersebut diatas, berarti guru agama harus benarbenar
mempunyai bekal material dalam arti harus menguasai bahan yang akan diajarkan
kepada siswa dalam proses belajar mengajar.
b.Mampu Mengelola Program Belajar Mengajar Dalam rangka untuk mencapai tujuan
instruksional yang dikehendaki, maka guru agama harus mempunyai kompetensi dalam
mengelola proses belajar mengajar. Tanpa kompetensi seperti ini penulis lebih cenderung
mengatakan guru agama tersebut mengalami kesulitan dalam membantu siswa untuk
mencapai tujuan instruksionalnya. Oleh karenanya guru agama harus cerdas dan mempunyai
fleksibilitas dalam mengelola program belajar mengajar dengan melihat siswa sebagai subyek
anak didik, baik secara psikologis maupun intelektual. Unsur-unsur mengelola proses belajar
mengajar adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan tujuan instruksional 2) Mengenal dan dapat
mempergunakan metode belajar 3) Mampu memilih, menyusun dan menggunakan prosedur
instruksional yang relevandengan materi dan murid 4) Mampu melaksanakan proses belajar

4
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan, (Jakarta:
CV. Haji Massangung, 1989), cet. Ke-3, h. 124

9
mengajar yang dinamis 5) Mengenal dan memahami kemampuan anak didik
6) Mampu merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.
Di sisi lain guru agama harus mempunyai kompetensi dalam mengelola kelas.
Mengelola kelas meliputi “Mengatur tatar uang kelas untuk pengajaran, menciptakan iklim
belajar yang serasi”.21 Kompetensi guru agama dalam mengelola kelas menunjukan adanya
interaksi antara guru agama dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam kelas, yang
memandang siswa adalah manusia yang harus dihormati oleh guru agama. Menurut Waskiti
Tjipto Sasmito peranan guru agama dalam kelas adalah: “Peranan guru agama (dalam kelas)
baik di sekolah maupun di Madrasah adalah sama, yaitu; “mengembangka tingkah
laku(pengetahuan, tingkah laku dan sikap) beragama. Implikasi dari
pendirian ini adalah bahwa guru agama harus memberikan focus kepada pengajaran yang
mementingkan performans. Setiap kali memasuki kelas, guru agama harus jelas performans
khusus apa yang ingin dicapai dari pengajarannya”. 5d.Mampu menggunakan Media/Sumber
Penggunaan media/sumber dalam proses belajar mengajar snagat penting oleh karena itu
menentukan dalam usaha pencapaian tujuan pengajaran yaitu tujuan instruksional (secara
sempit) badan tujuan kurikuler (secara luas). WS. Winkel mengatakan, “media pengajaran
tatkala diartikan secara luas adalah setiap orang, materi atau peristiwa yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap”.
Selanjutnya beliau melanjutkan pengertian media pengajaran dengan mengikuti
pandangan E. De. Corte sebagai berikut: “suatu sarana non personal (bukan manusia) yang
digunakan untuk disediakan oleh tenaga pengajar, yang memegang peranan dalam proses
belajar mengajar, untuk mencapai tujuan instruksional”. Berbicara mengenai media/sumber,
Hadari Nawawi merincinya sebagai berikut:
1) Mampu mengenal, memilih dan menggunakan media 2) Mampu dan bersedia membuat
alat-alat bantu pelajaran sederhana contoh: globe dibuat menjadi peta 3) Mampu
menggunakan laboratorium dalam proses belajar mengajar 4) Memiliki kemampuan
pengembangan laboratorium 5) Mampu mendorong penggunaan perpustakaan dalam
proses belajar mengajar. e.Mampu mengelola Instruksi Belajar Mengajar
Kompetensi guru agama dalam mengelola interaksi belajar mengajar ini juga sangat
penting dalam pencapaian tujuan instruksional khusus dan tujuan instruksional umum.
Hal ini juga dalam rangka pencapaian tujuan kurikuler bidang studi pendidikan agama
Islam. Kompetensi ini penting dimiliki oleh seorang guru agama oleh karena itu guru
agama harus mampu mengelola dan menggunakan interaksi belajar untuk perkembangan
fisik dan psikis yang sehat bagi anak-anak.26 f.Memiliki Kemampuan Penilaian Prestasi
Belajar Siswa secara Obyektif dan Mempergunakan Hasilnya untuk Kepentingan Proses
Pendidikan Anak-anak. Kompetensi di atas memberikan indikasi bahwa guru agama
harus betul-betul mampu menggunakan alat-alat penilaian agar dapat mengetahui dan
menentukan apakah suatu hasil belajar yang diinginkan benar-benar telah tercapai dan
sampai dimana hasil belajar yang diinginkan itu telah tercapai. H.C. Witherington, dkk,
mengatakan sebagai berikut: tes pelajaran atau yang lazim juga disebut tes pendidikan
dipergunakan untuk menilai hasil-hasil yang dicapai seorang anak dalam mempelajari
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Pelajaran yang efektif menghendaki
dipergunakannya alat-alat untuk menentukan apakah suatu hasil belajar yang diinginkan
tadi telah tercapai. g.Mampu Memahami Fungsi dan Program Layanan Bimbingan dan
5
Departemen Agama: Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Pusat enelitian dan
Pengembangan Pendidikan Agama, Laporan Loka Karya Pengembangan Pendidikan Agama: Penataran
Tenaga Teknis Departemen Agama, (1976/1977), h. 4

10
Penyuluhan di Sekolah Dengan kompetensi ini guru agama diharapkan mampu
memberikan bimbingan pada siswanya dengan menaruh perhatian terhadap
perkembangan fisik dan psikis yang sehat dikalangan siswanya. Perlu ditegaskan disini
bahwa guru agama, didalam melaksanakan program layanan bimbingan dan penyuluhan
tersebut hendaknya melihat dan sesuai dengan kondisi sekolah. Guru harus memiliki
kecakapan dalam memberikan bimbingan. Sesungguhnya mengajar merupakan suatu
bentuk bimbingan yang dapat dilaksanakan oleh guru disamping bimbingan yang banyak
terpusat pada kemampuan intelektual, guru perlu memiliki pengetahuan yang
memungkinkan ia menetapkan tingkatan-tingkatan perkembangan setiap anak didiknya,
baik perkembangan dibidang emosi, di bidang minat dan kecakapan khusus maupun
dalam prestasi-prestasi skalatik, fisik dan social. Dengan dapatnya ia menetapkan taraf-
taraf perkembangan orang dalam berbagai bidang itu, dapat ia membangun sebuah
rencana atas dasar pengetahuan itu sehingga murid-murid benar-benar mengalami
pendidikan yang menyeluruh dan integral

PENUTUP
kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan agama
Islam tidak hanya sekedar memberikan kognitif (kecerdasan) anak didik dengan
menekankan kepada penguasaan materi belaka. Tetapi lebih dari itu bagaimana
memberikan pendekatan pada afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) anak
didik. Sehingga dalam diri anak didik akan tumbuh sebuah kepribadian yang utuh sesuai
dengan ajaran Islam dan meningkatkan ketaqwaan dan keimanannya kepada Allah Swt.
Untuk itu maka kompetensi dan peranan guru agama sangat penting dalam pembelajaran
Pendidikan agama Islam, sehingga diharapkan dapat mengembangkan potensi-potensi
peserta didik tidak hanya pada kemampuan kognitif, tetapi lebih penting adalah
menumbuhkembangkan afektif dan keterampilan peserta didik, sehingga tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang seutuhnya baik rohani dan jasmaninya, dapat hidup
dan berkembang secara wajar dan normal serta bertaqwa kepada Allah SWT.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif,


1980),
cet. Ke-4 Bayraktar Bayrakli, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Jakarta: Inisiasi
Press, 2004)
Departemen Agama: Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Pusat enelitian dan
Pengembangan Pendidikan Agama, Laporan Loka Karya Pengembangan Pendidikan
Agama: Penataran Tenaga Teknis Departemen Agama, (1976/1977)
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga
Pendidikan,
Cet. Ke-3, (Jakarta CV Haji Massagung, 1989)
H. M. Arifin, Filasafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), cet. Ke-1
----------------, Hubungan Timbal Balik di dalam Pendidikan Agama,di
LingkunganSekolah
dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975)
H. M. Suparta, MA, Dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Amissco,
2005), Cet. Ke-2 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetesi,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009) Peter Salim dan Yeni Salim. Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer, (Jakarta: Modern
English, 1991) Proyek Pembinaa Perguruan tinggi Agama/IAIN Jakarta Direktorat
Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Metodolodi Pengajaran Agama Islam,
(Jakarta: 1981/1982)
Roestiyah N.K., Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), cet.
Ke-3
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi,
Kompetensi dan Kesejahteraan, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007)
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT Gramedia, 1989), cet. Ke-2
Wina Sunjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-1
Winarno Surachmat, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, tth)
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-2, (Jakarta Bumi Aksara dengan Dirjen
Binbaga Depag, 1992).

12

Anda mungkin juga menyukai