Anda di halaman 1dari 47

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

VOCATIONAL HIGH SCHOOL OF


INDUSTRI KREATIF

KELAS XI

BEKASI

2023
BAB I
Al-Qur’an dan Hadis/ Kajian Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Hadis tentang Berpikir
Kritis

Q.S. Ali 'Imran /3:190 menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian
malam dan siang, mengandung tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Orang-orang yang berakal
dalam ayat yang ke-191 adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah Swt. dalam
segala keadaan.

Tidak ada satu pun ciptaan Allah Swt. yang sia-sia, semuanya mengandung makna, manfaat,
dan pelajaran berharga bagi orang yang mau merenungkannya. Orang yang cerdas menurut
Rasulullah saw. adalah orang yang berpikir jauh ke depan, sampai pada kehidupan di akhirat
kemudian mengisi hidupnya sebagai bekal kehidupan kedua itu.

A. Makna Q.S. Ali-Imran/3:190-191 serta Hadis tentang Berfikir Kritis

Menurut Mertes, berpikir kritis adalah “sebuah proses yang sadar dan sengaja yang
digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah
sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.

Berpikir kritis memungkinan untuk memanfaatkan potensi diri dalam melihat masalah,
memecahkan masalah, menciptakan, dan menyadiri diri.

Salah satu mukjizat al-Quran adalah banyaknya ayat yang memuat informasi terkait dengan
penciptaan alam dan menantang para pembacanya untuk merenungkan informasi Ilahi
tersebut. Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali
'Imran/3:190-191 berikut ini.

١٩٠ ﴿ ‫ِإَّن ِفي َخ ْلِق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو اْخ ِتاَل ِف الَّلْيِل َو الَّنَهاِر آَل َياٍت ُأِلوِلي اَأْلْلَباِب‬
(inna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi waikhtilaafi allayli waalnnahaari laaayaatin
li-ulii al-albaabi)

‫اَّلِذ يَن َيْذ ُك ُروَن َهَّللا ِقَياًم ا َو ُقُعوًدا َو َع َلٰى ُج ُنوِبِهْم َو َيَتَفَّك ُروَن ِفي َخ ْلِق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َر َّبَنا َم ا‬
١٩١ ﴿ ‫َخ َلْقَت َٰه َذ ا َباِط اًل ُسْب َح اَنَك َفِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬

(alladziina yadzkuruuna allaaha qiyaaman waqu'uudan wa'alaa junuubihim


wayatafakkaruuna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi rabbanaa maa khalaqta
haadzaa baathilan subhaanaka faqinaa 'adzaaba alnnaari)

Artinya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah Swt.) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-
orang yang senantiasa mengingat Allah Swt. dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring,
dan memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari siksa
api neraka”.
2. Penerapan Tajwid
Surat Ali-Imran/3:190-191
Lafal Hukum Tajwid
‫ِإَّن‬ Ghunnah karena ada nun ditasydid
‫ِفي‬ Mad thobi'i karena ada kasroh diikuti ya' suku

‫َخ ْلِق الَّسَم اَو اِت‬ Idghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu salah
satu huruf syamsyiyah yaitu huruf sin, dan mad thobi'i karena da
fathah diikuti alif

‫َو اَأْلْر ِض‬ Idhar qomariyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu alif

‫َو اْخ ِتاَل ِف‬ Mad thobi'i karena ada fayhah diikuti alif

‫الَّلْيِل‬ Idghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu lam

‫َو الَّنَهاِر‬ Idghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu nun dan
mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
‫آَل َياٍت ُأِلوِلي‬ Idghom bila ghunnah karena ada tanwin bertemu lam

‫اَأْلْلَباِب‬ Idhar qomariyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu alif, dan
mad arid lis sukun karena sebelum waqaf ada mad thobi'i
‫اَّلِذ يَن‬ Idghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu lam
‫َيْذ ُك ُروَن‬ Mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun

‫َهَّللا‬ Tafhim karena ada lam jalalain didahului fathah


‫ِقَياًم ا‬ Mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
‫ِقَياًم ا َو ُقُعوًدا‬ Idghom bighunnah karena ada tanwin bertemu wawu tidak dalam
satu kalimah
‫َو ُقُعوًدا‬ Mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun
‫َو ُقُعوًدا َو َع َلٰى‬ Idghom bighunnah karena ada tanwin bertemu wawu tidak dalam
satu kalimah

‫ُج ُنوِبِه ْم‬ Mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu suku
‫ُج ُنوِبِه ْم َو َيَتَفَّك ُروَن‬ Idhar syafawi karena ada mim mati bertemu dengan salah satu huruf
idhar syafawi yaitu huruf wawu
‫َيَتَفَّك ُروَن‬ Mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun
‫ِفي‬ Mad thobi'i karena ada kasroh diikuti ya' sukun

‫الَّسَم اَو اِت‬ Idghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu salah
satu huruf syamsyiyah yaitu huruf sin, dan mad thobi'i karena ada
fathah diikuti alif
‫َو اَأْلْر ِض‬ Idhar qomariyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu alif
‫َر َّبَنا‬ Mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
‫َم ا‬ Mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
‫َخ َلْقَت‬ Qolqolah sughro karena ada salah satu huruf qolqolah bertanda baca
sukun atau asli mati
‫َٰه َذ ا‬ Mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
‫َباِط اًل‬ Mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
‫َباِط اًل ُسْبَح اَنَك‬ Ihfa' karena ada tanwin bertemu salah satu huruf ihfa' yaitu huruf
sin
‫ُسْبَح اَنَك‬ Mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
‫َفِقَنا‬ Mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif

‫َع َذ اَب‬ Mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif


‫الَّنار‬ Idghom syamsyiyah karena ada alif lam (lam ta'rif) bertemu nun,
dan mad arid lis sukun karena sebelum waqof ada mad thobi'i

3. Kosakata Baru:

‫َو اَأْلْر ِض‬ ‫ِفي َخ ْلِق الَّسَم اَو اِت‬ ‫ِإَّن‬


Dan bumi Dalam penciptaan langit Sesungguhnya

‫آَل َياٍت‬ ‫َو الَّنَهاِر‬ ‫َو اْخ ِتاَل ِف الَّلْيِل‬


Benar-benar merupakan Dan pergantian/ pertukaran
Dan siang
tanda (kebesaran Allah) malam
‫األلبب‬ ‫ألولي‬ ‫لءايت‬
sungguh terdapat tanda-
berakal bagi orang-orang yang
tanda
‫هللا‬ ‫يذكرون‬ ‫الذين‬
Allah mengingat yaituorang-orang yang

‫َو َع َلٰى ُج ُنوِبِهْم‬ ‫وقعودا‬ ‫قيما‬


dan berbaring atau duduk sambilberdiri
‫واألرض‬ ‫ِفي َخ ْلِق الَّسَم اَو اِت‬ ‫ويتفكرون‬
dan bumi dalam penciptaan langit memikirkan/ merenungkan
‫َٰه َذ ا‬ ‫َم ا َخ َلْقَت‬ ‫َر َّبَنا‬
(semua) ini Tidak Engkau ciptakan Ya Tuhan Kami
‫فقنا‬ ‫ُسْبَح اَنَك‬ ‫َباِط ًل‬
maka lindungilah kami Maha Suci Engkau Sia-sia/ tanpa makna
- ‫النار‬ ‫عذاب‬
- neraka siksa

B. Tafsir/Penjelasan Ayat

Pada ayat 191 Allah Swt. menjelaskan ciri khas orang yang berakal, yaitu apabila
memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh tanda-tanda
kebesaran Allah Swt. di alam ini. Ia selalu ingat Allah Swt. dalam segala keadaan, baik waktu
berdiri, duduk, maupun berbaring. Setiap waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-
keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaan-Nya.

Banyak ayat yang menginspirasi dan memotivasi manusia untuk meneliti alam raya ini, di
antaranya adalah Q.S. al-A’raf/7:54, yang menyebutkan bahwa penciptaan langit itu (dalam
enam masa). Para ilmuwan yang terinspirasi untuk membuktikan dalam penelitian-penelitian
mereka.

Salah satunya adalah Dr. Ahmad Marconi, dalam bukunya Bagaimana Alam Semesta
Diciptakan, Pendekatan al-Quran dan Sains Modern (tahun 2003), Secara ringkas, penjelasan
“enam masa” dari Dr. Marconi adalah sebagai berikut:

1. Masa Pertama, sejak peristiwa Dentuman Besar (Big Bang) sampai terpisahnya Gaya
Gravitasi dari Gaya Tunggal (Superforce).
2. Masa Kedua, masa terbentuknya inflasi jagad raya, namun belum jelas bentuknya, dan
disebut sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos).
3. Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini.
4. Masa Keempat, elektron-elektron mulai terbentuk.
5. Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya materi dan radiasi,
dan jagad raya terus mengembang.
6. Masa Keenam, jagad raya terus mengembang, hingga terbentuknya planet-planet.

Berpikir kritis dalam beberapa ayat tersebut adalah memikirkan dan melakukan tadabbur
semua ciptaan Allah Swt. Dengan demikian, kita sadar betapa Allah Swt. adalah Tuhan
Pencipta Yang Maha Agung, Maha Pengasih lagi Penyayang, dan mengantarkan kita menjadi
hamba-hamba yang bersyukur. Hamba yang bersyukur selalu beribadah (ritual dan sosial)
dengan ikhlas.

Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul turunnya Surah Ali - Imran ayat 190-191 yaitu diawali oleh kedatangan orang
– orang Quraisy ke kaum Yahudi. Kemudian mereka para kaum Quraisy bertanya mengenai
bukti – bukti kebenaran yang dibawa nabi Musa dan bukti – bukti kebenaran yang dibawa
nabi Isa. Kaum Yahudi pun menjawab bahwa tangan dan tongkat nabi Musa mampu
bersinar putih, sedangkan nabi Isa mampu menyembuhkan mata buta, penyakit sopak, serta
mampu menghidupkan orang yang sudah mati.
Kemudian orang – orang Quraisy mendatangi Rasulullah S.A.W seraya berkata “ Mintalah
dari Tuhanmu agar bukit Safa itu menjadi emas untuk kami “ lantas Rasulullah berdoa dan
turunlah surah Ali – Imran ayat 190 – 191, mengajak mereka memikirkan langit dan bumi
tentang kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan,
dan matahari serta peredarannya, laut, gununggunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-
binatang, dan sebagainya.

C. Keterkaitan antara Berpikir Kritis dengan Ciri Orang Berakal (Ulil Albab) sesuai
Pesan Q.S. Ali-Imran/3: 190-191

Mustaji mendefinisikan bahwa berpikir kristis adalah “berpikir secara beralasan dan reflektif
dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan”. Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi adalah orang yang pikirannya jauh ke
masa depan di akhirat. Maksudnya, jika kita sudah mengetahui bahwa kebaikan dan
keburukan akan menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita harus ada
pertimbangan akal sehat. Pelajari baik-baik sabda Rasulullah saw. berikut ini.

: ‫ َقاَل‬، - ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ عن الَّنبّي‬، - ‫ رضي هللا عنه‬- ‫عن أبي يعلى شداد بن أوس‬
.‫ والَع اِج ُز َم ْن أْتَبَع َنْفَس ُه َهواَها َو َتمَّنى َع َلى ِهللا‬، ‫ َو َع ِمَل ِلَم ا بعَد الَم وِت‬، ‫الَك ِّيُس َم ْن َداَن َنْفَس ُه‬
‫[رواه الترمذي‬
Artinya :

Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Orang yang
cerdas ialah orang yang mampu mengintrospeksi dirinya dan suka beramal untuk
kehidupannya setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti
hawa nafsunya dan berharap kepada Allah Swt. dengan harapan kosong”. (HR. At-Tirmizi
dan beliau berkata: Hadis Hasan).

Dalam hadis ini Rasulullah saw. menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas adalah
orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga
kehidupan abadi yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini. Tentu saja, hal itu sangat
dipengaruhi oleh keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat.

Rasulullah saw. bersabda:


: ‫َقاَل‬ ‫َو َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهللا َع ْنُه َأَّن َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫ أو‬،‫ َأْو َم َر ضًا ُم فِس دًا‬،‫ َأو ِغ َنًى ُم طِغ يًا‬،‫ َهل َتْنَتِظ ُروَن ِإَّال َفْقرًا ُم ْنِس يًا‬،‫َباِد ُروا ِباَألْع َم اِل َس ْبعًا‬
‫ َأْو الَّس اَع َة َو الَّس اَع ُة َأْد َهى وَأَم ُّر ؟‬،‫ َفَش ُّر َغاِئٍب ُيْنَتَظُر‬، ‫ ََأْو الَّد َّجاَل‬،‫ َأو َم وتًا ُم ْج ِهزًا‬،‫َهَر مًا ُم َفِّندًا‬
‫ َح ِد ْيٌث َح َس ٌن‬: ‫ َر َو اُه الُّتْر ُمِذ ي َو َقاَل‬.
Artinya:

Dan dari Abu Hurairah ra. yang berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:“Bersegeralah
kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara yaitu: Apa yang kalian tunggu selain
kemiskinan yang melalaikan, atau kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang merusak
tubuh, atau tua yang melemahkan, atau kematian yang cepat, atau Dajjal, maka ia adalah
seburuk buruknya makhluk yang dinantikan, ataukah kiamat, padahal hari kiamat itu adalah
saat yang terbesar bencananya serta yang terpahit dideritanya?” (HR. At-Tirmizi dan beliau
berkata: Hadis hasan).

Dalam hadis di atas, Rasulullah saw. mengingatkan kita supaya bersegera dan tidak
menunda-nunda untuk beramal salih. Rasulullah saw. menyebut tujuh macam peristiwa yang
buruk untuk menyadarkan kita semua.

1. Pertama, kemiskinan yang membuat kita menjadi lalai kepada Allah Swt. karena sibuk
mencari penghidupan (harta).
2. Kedua, kekayaan yang membuat kita menjadi sombong karena menganggap semua kekayaan
itu karena kehebatan kita.
3. Ketiga, sakit yang dapat membuat ketampanan dan kecantikan kita pudar, atau bahkan cacat.
4. Keempat, masa tua yang membuat kita menjadi lemah atau tak berdaya.
5. Kelima, kematian yang cepat karena usia/umur yang dimilikinya tidak memberi manfaat.
6. Keenam, datangnya dajjal yang dikatakan sebagai makhluk terburuk karena menjadi fitnah
bagi manusia.
7. Ketujuh, hari kiamat, bencana terdahsyat bagi orang yang mengalaminya.

Jadi, berpikir kritis dalam pandangan Rasulullah saw. dalam dua hadis di atas adalah
mengumpulkan bekal amal salih sebanyak-banyaknya untuk kehidupan pasca kematian
(akhirat),

D. Manfaat Berpikir Kritis


Adapun manfaat berfikir kritis di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt.
2. Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia.
3. Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah Swt. dalam mengembangkan
IPTEK.
4. Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian).
5. Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan fenomena alam.
6. Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang
berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta.
7. Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan.
8. Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.
9. Semakin bersemangat dalam mengumpulkkan bekal untuk kehidupan di akhirat
dengan meningkatkan amal saleh dan menekan/meninggalkan kemaksiatan.

E. Menerapkan Perilaku Mulia

Berikut ini adalah sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan
berpikir kritis berdasarkan ayat al-Qur'an dan hadis di atas yaitu sebagai berikut.
1. Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal sehat.
2. Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah alam semesta bagi manusia.
3. Melakukan kajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Qur±n secara lebih mendalam bersama para
pakar di bidang masing-masing.
4. Menjadikan ayat-ayat al-Quran sebagai inspirasi dalam melakukan penelitian-penelitian
ilmiah untuk mengungkap misteri penciptaan alam.
5. Menjadikan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) sebagai inspirasi dalam mengembangkan
IPTEK.
6. Mengoptimalkan pemanfaatan alam dengan ramah untuk kepentingan umat manusia.
7. Membaca dan menganalisis gejala alam untuk mengantisipasi terjadinya bahaya.
8. Senantiasa berpikir jauh ke depan dan makin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.
9. Senantiasa berupaya meningkatkan amal salih dan menjauhi kemaksiatan sebagai tindak
lanjut dari keyakinanannya tentang adanya kehidupan kedua di akhirat dan sebagai
perwujudan dari rasa syukur kepada Allah Swt. atas semua anugerah-Nya.
10. Terus memotivasi diri dan berpikir kritis dalam merespon semua gejala dan fenomena alam
yang terjadi.

BAB II

Al-Qur’an dan Hadis/ Kajian Q.S. Ar-Rahman/55: 33 dan Hadis tentang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi

1. Kajian Al-Qur'an: Surah Ar-Rahman (55:33)

Surah Ar-Rahman merupakan surah ke-55 dalam Al-Qur'an. Ayat 33 dari surah ini berbunyi:

" Hai jamaah jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (menjelajahi) penjuru langit dan
bumi, maka terjahilah kamu! Tidak ada penjelasan bagi kamu tentang kekuatan (menembus)
itu kecuali dengan kekuatan yang sangat besar."

Ayat ini mengandung peringatan dan ajakan kepada jin dan manusia untuk merenungkan
tentang keagungan ciptaan Allah. Meskipun manusia telah mencapai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang luar biasa, namun kekuatan dan pengetahuan manusia tetap
terbatas jika dibandingkan dengan kebesaran Allah. Ayat ini menunjukkan bahwa hanya
dengan kekuatan yang sangat besar, manusia mungkin bisa mencapai pemahaman tentang
ciptaan-Nya yang sangat luas dan kompleks.

Ayat ini juga mengingatkan manusia agar selalu merendahkan diri dan tidak terlalu sombong
dengan pengetahuan dan keberhasilan yang telah dicapai. Semua itu adalah anugerah dari
Allah, dan manusia perlu selalu mengakui dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan-
Nya.

2. Hadis tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Dalam Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi dianggap sebagai sarana untuk memahami
kebesaran Allah dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Berikut adalah salah satu hadis
yang menyoroti pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi:

Dari Anas bin Malik, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi
setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah)

Hadis ini menegaskan bahwa mencari ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, baik
laki-laki maupun perempuan. Ilmu pengetahuan di dalam Islam mencakup berbagai bidang,
termasuk ilmu agama, ilmu pengetahuan alam, kedokteran, teknologi, dan lain sebagainya.
Islam mendorong umatnya untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk kesejahteraan umat manusia dan keberlangsungan peradaban.

Hadis ini juga menunjukkan bahwa mencari ilmu bukan hanya tugas akademis atau para
cendekiawan, tetapi menjadi tanggung jawab setiap Muslim. Dengan demikian, umat Islam
dihimbau untuk selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan kompetensi mereka, serta
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kebaikan dan kemajuan umat manusia.

Dalam menjalankan kewajiban untuk mencari ilmu, penting juga untuk berpikiran terbuka,
berpikir kritis, dan menggali ilmu dari berbagai sumber yang terpercaya. Dengan cara ini,
umat Islam dapat menjadi kontributor yang berarti dalam pembangunan peradaban dan
kebaikan bagi umat manusia.

BAB III

Akidah/Cabang Iman: Memenuhi Janji, Mensyukuri Nikmat, Memelihara Lisan dan


Menutup Aib Orang Lain.

‫اِإل ْيَم اُن ِبْض ٌع َو ِس ُّتوَن ُش عَبًة والَحَياُء ُش عَبًة ِم َن اِإل ْيَم اِن‬
Artinya: iman itu memiliki 63 cabang, sedangkan malu menjadi bagian dari cabang
iman. (HR. al-Bukhari)

Hadist ini menjelaskan bahwa iman itu memiliki 63 cabang (bagian). Di antara cabang iman
yang dibahas sesuai materi ajar ada 4, yakni:

1. Memenuhi Janji
2. Mensyukuri nikmat
3. Memelihara lisan, dan
4. Menutupi aib orang lain.

Namun rangkuman kali ini hanya akan membahas tentang 2 cabang iman, yaitu memenuhi
janji dan mensyukuri nikmat

1. Memenuhi Janji
a. Pengertian

Padanan kata janji dalam bahasa arab adalah ‫‘( عقد‬aqad). Melalui kata ini, mucul kata yang
sering kita dengar, yakni akad, akidah, atau akad nikah. Menurut bahasa, akad berarti
perjanjian atau ikatan yang kuat. Jadi memenuhi janji merupakan kewajiban dan menjadi
tanda orang itu beriman atau tidak.

Janji itu harus ditepati dan dipenuhi, karena nanti akan diminta pertanggungjawaban.
Sebagaimana firman Allah SWT.

…. ‫َو َاْو ُفْو ا ِباْلَع ْهِۖد ِاَّن اْلَع ْهَد َك اَن َم ْسُٔـْو اًل‬
Artinya: … dan penuhilah janji, karena itu pasti diminta pertanggungjawabannya. (QS. al-
Isra (17): 34)

Perhatikan juga isi kandungan Q.S al-Maidah ayat 1 dan Q.S an-Nisa ayat 32. Memenuhi
janji menjadi faktor penting keberhasilan dan kesuksesan seseorang. Begitu juga sebaliknya,
Coba amatin di sekeliling kalian, orang yang selalu menepati janjinya, akan dipercaya semua
orang, selalu dicari keberadaannya, karena jiwa amanahnya sudah membekas di hati banyak
orang. Itu sebabnya, jika ditinjau dari sudut pandang islam, memenuhi janji harus
diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Jika tidak! maka seseorang itu sudah terlibat dalam
dosa.

Menurut bahasa, akad berarti perjanjian atau ikatan yang kuat. Jadi memenuhi janji
merupakan kewajiban dan menjadi tanda orang itu beriman atau tidak.

b. Pembagian Janji
1) Janji kepada Allah SWT.
Manusia telah membuat perjanjian kepada Allah SWT semenjak di alam ruh/Rahim untuk
mengimani Allah sebagai Rabb-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT:

‫َو ِاْذ َاَخ َذ َر ُّبَك ِم ْۢن َبِنْٓي ٰا َد َم ِم ْن ُظُهْو ِر ِهْم ُذ ِّر َّيَتُهْم َو َاْش َهَد ُهْم َع ٰٓلى َاْنُفِس ِهْۚم َاَلْس ُت ِبَر ِّبُك ْۗم َقاُلْو ا َبٰل ۛى‬
‫َش ِهْد َناۛ َاْن َتُقْو ُلْو ا َيْو َم اْلِقٰي َم ِة ِاَّنا ُكَّنا َع ْن ٰه َذ ا ٰغ ِفِلْيَۙن‬

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak
cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan
kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak
mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini” (Q.S al-A’raf (7): 172)

Ayat ini menjelaskan bahwa setiap manusia, saat berada di alam ruh/rahin sudah
menyampaikan janji setia untuk bertauhid dan menjalani hidup didasari fitrah. Misalnya saat
kita melakukan kebaikan (amal shaleh), hati menjadi tenteram. Sebaliknya, jika berbuat dosa,
maka akan ada keresahan dalam hati. Itulah fitrah yang seharusnya memandu langkah
manusia dalam kehidupan sehari-hari.

2) Janji kepada sesama manusia


Janji kepada manusia adalah janji-janji yang sudah dibuat dan disepakati baik sebagai pribadi
maupun dengan lembaga atau pihak lain. Melalui janji-janji inilah reputasi dan nama baik
dipertaruhkan. Namun, Islam menggariskan bahwa tidak semua janji itu ditunaikan. Misalnya
adalah janji yang bertentangan dengan syariah islam. Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap syarat (ikatan janji) yang tidak sesuai dengan Kitbullah, menjadi batil, meskipun
seratur macam syarat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Contoh janji yang ditunaikan antar sesama manusia, seperti pernikahan, perdagangan,
perniagaan, dsb yang sesuai dengan syariat.

c. Balasan Memenuhi Janji


Berikut ini manfaat memenuhi janji, antara lain:
1. Mendapatkan predikat sebagai muttaqin dan menjadi sebab tergapainya sifat muttaqin (Q.S
Ali Imran (3): 76)
2. Menjadi sebab datangnya keberhasilan, keamanan dan ketentraman, serta jauh adanya konflik
dan perselisihan.
3. Menghindari pertumpahan darah, dan terjaga dari mengambil hak orang lain, baik dari pihak
muslim atau non muslim (Q.S al-Anfal (8): 72)
4. Dapat menghapus kesalahan, dan menjadi sebab dimasukkan ke dalam surga (Q.S al-Baqarah
(2): 40 dan Q.S al-Maidah (5): 12)

2. Mensyukuri Nikmat
Syukur menurut bahasa berarti membuka dan menampakkan. Lawan dari syukur adalah
kufur, yang artinya menutup dan menyembunyikan. Perhatikan Q.S Ibrahim (14): 7, yang
berbunyi:

‫َو ِاْذ َتَاَّذ َن َر ُّبُك ْم َلِٕىْن َشَك ْر ُتْم َاَلِز ْيَد َّنُك ْم َو َلِٕىْن َكَفْر ُتْم ِاَّن َع َذ اِبْي َلَش ِد ْيٌد‬
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”.
Syukur merupakan bentuk keridhaan atau pengakuan terhadap rahmat Allah SWT dengan
setulus hati, yang diwujudkan melalui ucapan, sikap, dan perilaku. Sementara makna nikmat,
menurut bahasa adalah pemberian, anugerah, kebaikan dan kesenangan yang diberikan
manusia, baik berupa rezeki, harta, keluarga maupun segala kesenangan yang lain.

Perwujudan Syukur. Syukur harus dilakukan dengan 3 hal, yakni: melalui lisan, hati, dan
anggota badan. Misalnya dengan lisan yang selalu mengucapkan syukur, misalnya banyak-
banyak mengucapkan hamdalah, dan kalimat-kalimat pujian lainnya.
Setelah itu, semua nikmat tersebut diwujudkan dan difungsikan oleh anggota tubuhnya dalam
ketaatan hanya kepada Allah SWT. Imam al-Ghazali membagi syukur itu menjadi 3 bagian,
yaitu: ilmu, hal (keadaan), dan amal (perbuatan).
Melalui ilmunya, seseorang menyadari bahwa segala nikmat yang diterima itu semata-mata
berasal dari Allah SWT. Selanjutnya amal perbuatannya sesuai dan sejalan dengan fungsi
nikmat tersebut diberikan. Jadi, pribadi yang bersyukur itu, ditandai dengan menyatunya hati,
lisan dan perbuatan.

c. Keuntungan menjadi orang bersyukur

1. Jauh lebih produktif, saat menghadapi problem, waktunya tidak dihabiskan untuk mengeluh

2. Lebih bahagia dan optimis, selalu siap mencari solusi karena semua yang ia hadapi selalu
diambil hikmah dan pelajarannya
3. Manfaatnya ke diri sendiri, Selalu merasa rahmat-Nya tidak pernah terputus dan selalu
dilimpahkan.

Allah berfirman dalam Q.S Luqman ayat 12:


‫َو َلَقْد ٰا َتْيَنا ُلْقٰم َن اْلِح ْك َم َة َاِن اْشُك ْر ِهّٰلِلۗ َو َم ْن َّيْشُك ْر َفِاَّنَم ا َيْشُك ُر ِلَنْفِس ٖۚه َو َم ْن َكَفَر َفِاَّن َهّٰللا َغ ِنٌّي َحِم ْيٌد‬
Artinya: Dan sungguh, Kami benar-benar telah memberikan hikmah kepada Luqman, yaitu,
“Bersyukurlah kepada Allah! Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk
dirinya sendiri. Siapa yang kufur (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Mahakaya lagi
Maha Terpuji.
3. Memelihara Lisan:
Al-Qur'an - Surah Al-Isra (17:53)

‫َو ُقل ِّلِع َباِد ى َيُقوُلوْا اَّلِتى ِهَى َأۡح َس ۚ‌ُن ِإَّن ٱلَّشۡي َطٰـَن َينَز ُغ َبۡي َنُهۡمۚ‌ ِإَّن ٱلَّشۡي َطٰـَن َك اَن ِلِإۡل نَسٰـ ِن َع ُد ًّ۬و ا‬
‫ً۬ن‬
‫ُّم ِبي ا‬

"Dan berbicaralah kepada hamba-hamba-Ku dengan baik. Sesungguhnya setan selalu


menimbulkan permusuhan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata
bagi manusia."

Hadis - Riwayat Bukhari

‫َم ن َيْض َم ْن ِلي َم ا َبْيَن َلْح َيْيِه َو َم ا َبْيَن ِر ْج َلْيِه َأْض َم ْن َلُه اْلَج َّنَة‬
Dalam hadis ini, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬menekankan pentingnya memelihara lisan dan
menjaga ucapannya agar tidak menyakiti orang lain. Menjaga lisan merupakan cabang iman
yang mengajarkan untuk berbicara dengan kata-kata yang baik dan sopan, serta tidak
menyebarkan gosip atau ucapan yang menyakitkan.
4. Menutup Aib Orang Lain:
Al-Qur'an - Surah Al-Hujurat (49:11)

‫َيٰٓـَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا اَل َيۡس َخ ۡر َقوٌ۬م ِّم ن َقۡو ٍم َع َس ٰٓى َأن َيُك وُنوْا َخ ۡي ً۬ر ا ِّم ۡن ُہۡم َو اَل ِنَس ٓاٌ۬ء ِّم ن ِّنَس ٓاٍء‬
‫ٰـِب ِبۡئ َس ٱٱِلۡس ُم ٱۡل ُفُسوُق َبۡع َد‬ ‌ۖ ‫َع َس ٰٓى َأن َيُك َّن َخ ۡي ً۬ر ا ِّم ۡن ُہ ۖ‌َّن َو اَل َتۡل ِم ُز ٓو ْا َأنُفَس ُك ۡم َو اَل َتَناَبُز وْا ِبٱَأۡلۡل َق‬
‫ٱِإۡل يَم ٰـ ۚ‌ِن َو َم ن َّلۡم َيُتۡب َفُأْو َلٰٓـِٕٮَك ُهُم ٱلَّظٰـ ِلُم وَن‬
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain (dengan
ejekan) boleh jadi yang mereka (yang dihina itu) lebih baik dari mereka (yang menghina);
dan jangan pula wanita (merendahkan) wanita lain, boleh jadi yang wanita (yang dicerca itu)
lebih baik dari wanita (yang mencela); dan janganlah kamu saling menggunjingkan dan
janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman; dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim."

Hadis - Riwayat Muslim

‫ َع ِن الَّنِبِّي صلى هللا عليه وسلم َقاَل " ِد يُن اْلَم ْر ِء ِد يُن َخ ِليِلِه َفْلَيْنُظْر َأَح ُد ُك ْم‬،‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة‬
." ‫َم ْن ُيَخاِلُل‬
Dalam hadis ini, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬mengingatkan umatnya untuk tidak mencela atau
mengejek orang lain. Menutup aib orang lain adalah cabang iman yang mengajarkan untuk
menghormati privasi dan kehormatan sesama manusia. Tidak menyebarkan aib atau berbicara
buruk tentang orang lain adalah tindakan yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Semoga materi ini bermanfaat dalam memahami cabang iman yang meliputi memenuhi janji,
mensyukuri nikmat, memelihara lisan, dan menutup aib orang lain, serta mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.

BAB IV

Akhlak/Menghindari Akhlak Mazmumah: Perkelahian Antarpelajar, Mengonsumsi


Minuman Keras dan Narkoba.

Akhlak/Menghindari Akhlak Mazmumah yang meliputi perkelahian antarpelajar,


mengonsumsi minuman keras, dan narkoba didasarkan pada ajaran Al-Qur'an dan Hadis Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬. Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur'an dan hadis terkait:
1. Menghindari Perkelahian Antarpelajar:

Al-Qur'an - Surah Al-Hujurat (49:11)

‫َيٰٓـَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا اَل َيۡس َخ ۡر َقوٌ۬م ِّم ن َقۡو ٍم َع َس ٰٓى َأن َيُك وُنوْا َخ ۡي ً۬ر ا ِّم ۡن ُہۡم َو اَل ِنَس ٓاٌ۬ء ِّم ن ِّنَس ٓاٍء‬
‫ٰـِب ِبۡئ َس ٱٱِلۡس ُم ٱۡل ُفُسوُق َبۡع َد‬ ‌ۖ ‫َع َس ٰٓى َأن َيُك َّن َخ ۡي ً۬ر ا ِّم ۡن ُہ ۖ‌َّن َو اَل َتۡل ِم ُز ٓو ْا َأنُفَس ُك ۡم َو اَل َتَناَبُز وْا ِبٱَأۡلۡل َق‬
‫ٱِإۡل يَم ٰـ ۚ‌ِن َو َم ن َّلۡم َيُتۡب َفُأْو َلٰٓـِٕٮَك ُهُم ٱلَّظٰـ ِلُم وَن‬
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain (dengan
ejekan) boleh jadi yang mereka (yang dihina itu) lebih baik dari mereka (yang menghina);
dan jangan pula wanita (merendahkan) wanita lain, boleh jadi yang wanita (yang dicerca itu)
lebih baik dari wanita (yang mencela); dan janganlah kamu saling menggunjingkan dan
janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman; dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim."
Ayat ini mengajarkan tentang pentingnya menghormati sesama manusia dan menghindari
perkelahian atau saling menghina. Sebagai umat Muslim, kita harus saling menghormati,
menghargai, dan menghindari konflik yang tidak perlu. Kita diajarkan untuk berbicara
dengan kata-kata yang baik dan tidak saling merendahkan satu sama lain.
2. Menghindari Minuman Keras:

Al-Qur'an - Surah Al-Baqarah (2:219)

‫َيۡس َٔـُلوَنَك َع ِن ٱۡل َخۡم ِر َو ٱۡل َم ۡي ِس ۖ‌ِر ُقۡل ِفيِهَم ٓا ِإۡث ٌ۬م َك ِبيٌ۬ر َو َم َنٰـِفُع ِللَّناِس َو ِإۡث ُم ُهَم ٓا َأۡك َبُر ِم ن َّنۡف ِع ِهَم ۗ‌ا‬
‫َو َيۡس َٔـُلوَنَك َم اَذ ا ُينِفُقوَن ُقِل ٱۡل َع ۡف ۗ‌َو َك َذ ٲِلَك ُيَبِّيُن ٱُهَّلل َلُك ُم ٱَأۡلَيٰـِت َلَع َّلُك ۡم َتَتَفَّك ُروَن‬
" Mereka bertanya kepadamu tentang khamar (minuman keras) dan judi. Katakanlah: "Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya
lebih besar dari manfaatnya." Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: "Nafkahlah yang berlebihan dari keperluan." Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir."
Ayat ini menegaskan larangan mengonsumsi minuman keras, karena dalamnya terdapat dosa
yang besar yang lebih besar dari manfaatnya. Islam mengajarkan pentingnya menjaga akhlak
dan kesehatan tubuh, sehingga menghindari minuman keras merupakan bagian dari akhlak
yang baik.
3. Menghindari Narkoba:
Tidak ada ayat khusus dalam Al-Qur'an yang menyebutkan tentang narkoba secara spesifik.
Namun, prinsip-prinsip Al-Qur'an tentang menjaga kesehatan, kesucian jiwa, dan melindungi
diri dari bahaya bisa diaplikasikan dalam menghindari narkoba.

Hadis - Riwayat Ibnu Majah

: ‫َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َع ْم ِرو ْبِن الَع اِص رضي هللا عنهما َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا صلى هللا عليه وسلم َقاَل‬
‫ َو َم ْن َك اَن ُيْؤ ِم ُن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآلِخ ِر َفاَل‬،‫"َم ْن َك اَن ُيْؤ ِم ُن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآلِخ ِر َفاَل ُيْؤ ِذ ي َج اَر ُه‬
‫ َو َم ْن َك اَن ُيْؤ ِم ُن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآلِخ ِر َفاَل َيُقوْل َخْيًرا َأْو َيْس ُكْت‬،‫ُيْؤ ِذ ي َض ْيَفُه‬
Dalam hadis ini, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬mengajarkan tentang pentingnya menjaga hak-hak
orang lain, termasuk menghindari perbuatan yang dapat membahayakan diri sendiri dan
orang lain. Mengonsumsi narkoba adalah tindakan yang membahayakan tubuh, jiwa, dan
masyarakat, sehingga harus dihindari sebagai bagian dari akhlak yang baik.
Menghindari perkelahian, minuman keras, dan narkoba adalah bagian dari akhlak yang baik
dalam Islam. Dalam menjalankan akhlak yang baik, kita harus selalu merujuk pada ajaran Al-
Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
BAB V

Fikih/Ketentuan Khutbah, Tabligh, dan Dakwah

A. KHUTBAH

Khotbah berasal dari kata khataba, yakhtubu, khutbatan yang berarti ceramah atau pidato.
Khotbah Jum'at ialah bentuk ceramah yang berisi nasehat dan wasiat keagamaan yang
disampaikan kepada jamaah yang diikat oleh syarat dan rukun. Khutbah jumat punya syarat
dan rukun yang tidak boleh ditinggalkan, sebab terkait erat dengan sah atau tidaknya sebuah
ibadah mahdhah. Orang yang menyampaikan khotbah disebut dengan khotib.

Khotib Jum'at.
Khotib harus memenuhi ketentuan agar menjadikan khotbahnya
syah. Adapun ketentuan menjadi khotib adalah :
a. Islam, baligh, berakal sehat.
b. Mengetahui syarat, rukun dan sunat khotbah.
c. Suci dari hadats dan najis.
d. Suaranya jelas dan dapat difahami jamaah.
e. Tidak tercela dalam masyarakat.

Syarat Khotbah
a Syarat khotbah yaitu suatu hal yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan khotbah
jum'at. Adapun syarat dua khotbah yaitu :
b Dimulai sesudah masuk waktu dhuhur.
c Khotib hendaknya berdiri jika mampu.
d Khotib hendaklah duduk sebentar antara khotbah satu dan khotbah kedua. Rasulullah
saw, bersabda :

)‫َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيْخ ُطُب َقاِئًم ا َو َيْج ِلُس َبْيَن ُخ ْطَبَتْيِن (رواه مسلم‬ ‫َك اَن‬

Artinya : " Adalah Rasulullah saw, berkhotbah dengan berdiri dan beliau duduk
antara dua khotbah". (HR. Muslim)

a. Suara khotib harus dapat didengar jamaah.


b. Khotib harus suci dari hadats dan najis.
c. Khotib harus menutup aurotnya.
d. Tertib.

Rukun Khotbah
Rukun khotbah ialah suatu hal yang harus dikerjakan ketika melaksanakan khotbah jum'at.
Adapun rukun dua khotbah adalah sebagai berikut :
a Membaca puji-pujian (hamdalah).
b Membaca syahadatain.
c Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw.
d Berwasiat tentang taqwa.
e Membaca ayat Al-Qur'an dalam salah satu khotbah.
f Mendoakan kaum muslimin pada khotbah kedua.

Sunat Khotbah
Sunat khotbah yaitu suatu hal yang sebaiknya dilaksanakan dalam khotbah jum'at.
Adapun sunat khotbah adalah :
a Khotbah disampaikan diatas tempat yang lebih tinggi.
b Khotib menyampaikan khotbah dengan kalimat yang jelas, sistematis dan tidak terlalu
panjang. Rasulullah saw, bersabda :

َ ‫َك‬
)‫ان َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيِط ْيُل الَّص َالَة َو َيْقُصُر اْلُخ ْطَبَة (رواه النساء‬
Artinya: "Rasulullah saw; memanjangkan sholatnya dan memendekkan khotbah-nya".
(HR.Nasa'i)
c Khotib hendaklah menghadap kearah jama'ah.
d Khotib hendaklah memberi salam pada awal khotbah.
e Khotib duduk sebentar sesudah memberi salam.
f Khotib membaca surat Al-Ikhlas ketika duduk antara dua khotbah.
g Khotib menertibkan tiga rukun khotbah yaitu, puji-pujian, sholawat Nabi saw, dan wasiat
taqwa’.
h Jama'ah hendaklah memperhatikan khotbah. Rasulullah saw, bersabda :

)‫ِإَذ ا ُقْلَت ِلَص اِح ِبَك َيْو َم اْلُج ُم َعِت َأْنِص ْت َو ْاِإلَم اُم َيْخ ُطُب َفَقْد َلَغْو ِت (رواه البخارى و مسلم‬
Artinya : " Jika kamu berkata pada temanmu: diam, di hari jum'at ketika imam sedang
khotbah, maka jum'at kamu sia-sia". (HR. Bukhori dan Muslim )

Praktik Berkhotbah
Dalam praktek berkhotbah hendaklah diperhatikan syarat dan rukun khotbah. Kemudian
perhatikan urutan-urutan sebagai berikut :
Khotbah pertama.
 Khotib berdiri memberi salam.
 Khotib duduk mendengar adzan.
 Khotib berdiri kemudian membaca hamdalah seperti :

‫َأْلَح ْم ُدِ ِهلل اَّلِذ ى َأْنَعَم َنا ِبْاِإل ْيَم اِن َو ْاِإل ْس َالِم‬
 Membaca dua kalimat syahadat seperti :

‫َأ ْشَهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال َهللا َو َأْش َهُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َر ُس ْو ُل ِهللا‬
 Membaca sholawat Nabi saw ; seperti contoh :

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َنِبِّيَنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى َاِلِه َو َص ْح ِبِه َأْج َم ِع ْيَن‬
 Memberi wasiat tentang taqwa : ‫ِإَّتُق َهللا‬
 Pada waktu memberi wasiat hendaklah dengan mengutip ayat Al-Qur'an.
 Penutup khotbah pertama dengan membaca :

‫َأُقْو ُل َقْو ِلى َهَذ ا َو اْس َتْغ ِفُر ُهللا ِلى َو َلُك ْم‬
 Khotbah kedua.
 Setelah selesai khotbah pertama, khotib duduk sebentar, kemudian berdiri lagi lalu membaca
hamdalah, syahadatain, shalawat kepada Nabi Muhammad saw, wasiat taqwa lalu mendoakan
kaum muslimin.

‫َألَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت َو اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َْأَألْح َياِء ِم ْنُهْم َو ْاَألْمَو اِت‬
 Ä Kemudian di tutup dengan bacaan : ‫ِع َباَد ِهللا‬

‫ْأ‬
‫ِإَّن َهللا َي ُم ُر ِباْلَعْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َو ِإْيَتاِئ ِذ ى ْالُقْر َبى َو َيْنَهى َع ِن اْلَفْح َشاِء َو اْلُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ِي‬
‫ َفاْذ ُك ُر وا َهللا اْلَعِظ ْيِم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو اْش ُك ُرْو ُه َع َلى ِنَعِمِه َيِز ْد ُك ْم َو اْسَئُلْو ُه ِم ْن‬, ‫َيِع ُظُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَذ َّك ُرْو َن‬
‫َفْض ِلِه ُيْع ِط ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َاْك َبُر‬
Fungsi Khotbah
Fungsi khotbah jum'at antara lain: Untuk mengingatkan kaum muslimin agar meningkatkan
iman dan taqwa, meningkatkan amal sholeh, memperbaiki akhlaq, dorongan menuntut
ilmu, mempererat ukhuwah islamiyah dan lain-lainnya.

B. TABLIGH

Tabligh berasal dari kata ballagha, yuballighu tablighon yang berarti menyampaikan.
Menurut istilah tabligh adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia
untuk dijadikan pedoman agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat. Di dalam tabligh,
yang menjadi inti masalah adalah bagaimana agar sebuah informasi tentang agama Islam bisa
sampai kepada objek dakwah. Tapi tidak ada tuntutan lebih jauh untuk mendalami suatu
masalah itu
Tabligh adalah da’wah Islamiyah dalam bentuk khusus (lisan dan tulisan) untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. Pelaksananya dinamakan muballigh/
muballighat. nAllah berfirman :

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah[1222], mereka takut


kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan
cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan”. (Al-Ahzab : 39)

B. Dakwah
Kata da’wah merupakan masdar (kata dasar) dari kata kerja da’aa yad’uu yang berarti seruan,
panggilan, ajakan. Menurut istilah dakwah ialah setiap kegiatan yang bersifat menyeru,
mengajak dan memanggil orang atau kelompok orang untuk beriman kepada Allah swt,
sesuai dengan ajaran aqidah (keyakinan), syari’ah (hukum) dan akhlak Islam.
Rasulullah saw; bersabda :

)‫َعْن َعْبِد ِهللا اْبِن َع ْمٍر َو َاَّن الَِنبَّي ِص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َبِّلُغْو ا َع ِّنى َو َلْو َأَيًة (رواه البخارى‬
Artinya : ”Dari Abdullah ibn Amr sesungguhnya Nabi saw bersabda”: ”Sampaikanlah
olehmu apa yang kalian peroleh dari aku walaupun hanya satu ayat". (HR. Bukhori )

Rasulullah saw melakukan da’wah menurut prinsip yang telah digariskan Allah swt dalam
Al-Qur’an sebagai berikut :

Artinya :” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.( An-Nahl : 125)

Adapun metode berdakwah menurut Q.S. An-Nahl : 125 adalah dengan cara :

Ø Bilhikmah (kebijaksanaan) artinya dengan cara yang jelas dan tegas sehingga dapat
membedakan antara yang haq dan yang bathil. Penyampaian dakwah ini terlebih dahulu harus
mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar terhadap orang atau kelompok yang
menjadi sasarannya.

Ø Mauidhah hasanah artinya berdakwah dengan nasehat yang baik maksudnya


dengan menyenangkan hati, tidak menyakitkan dan tidak memaksakan tetapi dengan cara
persuasif yaitu memberikan kesempatan kepada orang untuk berfikir dan menentukan sendiri.

Ø Mujadalah (diskusi) ialah berdakwah dengan saling tukar fikiran dan informasi. Cara ini
biasanya dilakukan kepada orang yang mempunyai kemampuan berfikir logis dan kritis.
Berdakwah atau menyeru orang (kelompok orang) agar meyakini ajaran Islam dan
mengamalkan ajarannya merupakan tugas suci kita semua sebagaimana perintah nabi
Muhammad saw, dalam kandungan hadits di atas. Dakwah bisa dilakukan dengan lisan,
tulisan dan perbuatan sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw pada masa
hidupnya.
Setiap muslim hendaklah menyadari bahwa berdakwah adalah merupakan suatu kewajiban,
sedang berhasil atau tidaknya Allahlah yang menentukan (Lihat Q.S. At-Taubah : 56).

RANGKUMAN
Dari hal-hal yang telah diuraikan terdahulu, dapat kita analisa bahwa khothbah, tabligh dan
dakwah hampir sama, namun ada perbedaan diantara ketiganya. Yang paling tinggi dan
paling luas cakupannya adalah dakwah. Di dalam dakwah ada beberapa jenjang aktifitas.
Salah satunya adalah tabligh. Jadi tabligh itu bagian dari dakwah, tetapi dakwah bukan hanya
semata-mata tabligh. Tabligh sendiri berarti menyampaikan. Di dalam tabligh, yang menjadi
inti masalah adalah bagaimana agar sebuah informasi tentang agama Islam bisa sampai
kepada objek dakwah.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

KHUTHBAH TABLIGH DAKWAH


1. Dilaksanakan pada 1. Dapat dilakukan kapan 1. Dapat dilakukan kapan
waktu-waktu tertentu. saja saja.
2. Ada syarat dan rukun. 2. Tidak ada syarat dan 2. Tidak ada syarat dan
3. Ada mimbar khusus rukun rukun
untuk melaksanakannya. 3. Ada yang meggunakan 3. Tidak perlu ada mimbar
4. Waktunya terbatas mimbar dan ada yang khusus dalam
5. Dilakukan oleh tidak, tergantung tempat pelaksanannya
seorang yang memiliki pelaksanaannya 4. Tidak dibatasi waktu
kemampuan berorasi dan 4. Ada yang tidak terbatas 5. Boleh dilakukan siapa
memiliki pengetahuan dan ada yang dibatasi saja, karena setiap muslim
yang cukup waktunya wajib, mempelari,
6. Orang yang 5. Bisa dilakukan oleh mengamalkan dan
melaksanakan disebut siapa saja yang memiliki mendakwahkan Islam.
khatib. kemampuan berorasi dan 6. Orang yang melaksana-
7. Dilakukan secara pengetahuan agama kannya disebut dengan
khusus dan memiliki tata 6. Orang yang da’i.
cara tertentu. melaksanakan disebut 7. Dapat dilakukan tanpa
mubaligh/mubalighot melalui acara formal
7. Dapat dilakukan melalui karena dapat dilakukan
berbagai cara seperti kapan dan dimana saja.
seminar atau menggunakan
tehnologi
1.

KAMUS ISTILAH KATA-KATA PENTING


1. khothbah = ceramah
2. Tabligh = menyampaikan
3. Dakwah = menyeru
4. Hikmah = kebijaksanaan
5. Mujadalah = diskusi, debat
6. Mauidhah hasanah = nasehat yang baik
BAB VI

Peradaban Islam/ Peran dan Keteladanan Tokoh Ulama di Indonesia


Peradaban
Islam merupakan fase penting dalam sejarah dunia, di mana ajaran Islam memainkan peran
besar dalam menggerakkan peradaban dan kebudayaan manusia. Di Indonesia, tokoh-tokoh
ulama juga memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk peradaban Islam di
negara ini. Berikut adalah materi tentang Peradaban Islam dan peran serta keteladanan tokoh
ulama di Indonesia:

1. Peradaban Islam:
Peradaban Islam merupakan periode gemilang dalam sejarah dunia yang ditandai dengan
penyebaran dan penguasaan Islam dari Timur Tengah ke seluruh dunia, termasuk wilayah
Asia, Afrika, dan Eropa. Peradaban Islam memberikan kontribusi besar dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni, arsitektur, perdagangan, serta membawa toleransi dan kemajuan bagi
masyarakat di wilayah-wilayah yang Islam masuki.
Dalam peradaban Islam, terdapat banyak pusat keilmuan dan intelektual yang berkembang
pesat, seperti Baghdad, Cordoba, Kairo, dan Timbuktu. Umat Islam di masa itu sangat
menghargai ilmu pengetahuan dan seni, dan menyambut orang dari berbagai latar belakang
budaya dan agama untuk berkontribusi dalam pembangunan peradaban.

2. Peran dan Keteladanan Tokoh Ulama di Indonesia:


Di Indonesia, sejak Islam masuk ke wilayah ini pada abad ke-7 hingga awal abad ke-16, para
ulama berperan penting dalam menyebarkan ajaran Islam, membangun institusi pendidikan
dan keagamaan, serta memberikan panduan spiritual dan moral bagi masyarakat.
Beberapa tokoh ulama di Indonesia yang memiliki peran dan keteladanan yang inspiratif
antara lain:
 Sunan Kalijaga: Sunan Kalijaga adalah salah satu wali songo yang dikenal sebagai
penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Beliau tidak hanya mengajarkan ajaran agama
Islam, tetapi juga menggabungkan nilai-nilai lokal dalam dakwahnya sehingga lebih
mudah diterima oleh masyarakat Jawa.
 Syekh Yusuf Makassar: Syekh Yusuf adalah ulama dari Makassar yang menghadapi
penjajahan Belanda. Ia menunjukkan ketabahan dan kegigihan dalam
memperjuangkan kemerdekaan, serta berperan dalam memelihara dan menyebarkan
agama Islam di wilayah timur Indonesia.
 KH Hasyim Asy'ari: Pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di
Indonesia. Beliau mengajarkan Islam yang moderat dan toleran serta
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
 KH Ahmad Dahlan: Pendiri Muhammadiyah, organisasi Islam modern yang berfokus
pada pendidikan dan kemajuan umat. Beliau memainkan peran penting dalam gerakan
modernisasi Islam di Indonesia.
Para tokoh ulama ini telah memberikan contoh keteladanan dalam menjalankan ajaran Islam
dengan sikap yang moderat, toleran, dan inklusif, serta berkontribusi dalam pembangunan
peradaban dan perjuangan bangsa Indonesia.
Melalui dakwah, pendidikan, dan karya-karya mereka, tokoh-tokoh ulama di Indonesia telah
memberikan warisan berharga bagi peradaban Islam di negeri ini. Mereka telah menjadi
inspirasi dan panutan bagi generasi selanjutnya dalam menjalankan ajaran Islam dengan
bijaksana, adil, dan penuh kasih sayang.

BAB VII

Al-Qur’an dan Hadis/ Kajian Q.S. Yunus/10: 40-41 dan Hadis tentang
Toleransi dalam Kehidupan

Salah satu agenda besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah menjaga persatuan
dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tantangan untuk mewujudkan
kesatuan dan persatuan bangsa tersebut salah satunya adalah masalah kerukunan umat
beragama dan kerukunan bangsa. Kerukunan intern beragama, kerukunan antarumat
beragama, dan kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah.

Kerukunan itu bukan barang gratis. Ada penggalan sejarah kelam di mana kerukunan
pernah terkoyak di negeri ini. Bukan hanya harta benda yang hilang atau terbakar, tetapi
banyak nyawa manusia tak bersalah juga ikut menjadi korban. Kita sebagai masyarakat harus
berperan serta secara aktif dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara. Kita juga harus
menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, berpartisipasi dalam menjaga
kerukunan, di mana saja kita berada dan kapan saja waktunya.
Artinya: “Dari Anas ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Demi (Allah) yang jiwaku
di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia mencintai tetangganya
sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari Muslim)
Melalui hadis di atas, Rasulullah saw. mengajak kepada umat Islam untuk saling menghargai,
saling menghormati, dan saling mencintai di antara sesama.

Pentingnya Perilaku Toleransi

Toleransi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dalam berkata-kata maupun dalam
bertingkah laku. Dalam hal ini, toleransi berarti menghormati dan belajar dari orang lain,
menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan di antara kita sehingga tercapai kesamaan
sikap. Toleransi juga merupakan awal dari sikap menerima bahwa perbedaan bukanlah suatu
hal yang salah, justru perbedaan harus dihargai dan dimengerti sebagai kekayaan. Misalnya,
perbedaan ras, suku, agama, adat istiadat, cara pandang, perilaku, pendapat.

Dengan perbedaan tersebut, diharapkan manusia bisa mempunyai sikap toleransi terhadap
segala perbedaan yang ada, dan berusaha hidup rukun, baik individu dan individu, individu
dan kelompok masyarakat, serta kelompok masyarakat dan kelompok masyarakat yang
lainnya.

Terkait pentingnya toleransi, Allah Swt. menegaskan dalam firman-Nya sebagai berikut :

“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (al-Qur’ān), dan di
antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih
mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Yūnus/10: 40)

“Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, Bagiku


pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku
kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.
Yūnus/10: 41)
Penerapan Hukum Tajwid
Arti Kata

Dalam Q.S. Yūnus/10: 40 Allah Swt. menjelaskan bahwa setelah Nabi Muhammad saw.
berdakwah, ada orang yang beriman kepada al-Qur’ān dan mengikutinya serta memperoleh
manfaat dari risalah yang disampaikan, tapi ada juga yang tidak beriman dan mereka mati
dalam kekafiran.

Pada Q.S. Yūnus/10: 41 Allah Swt. memberikan penegasan kepada rasul-Nya, bahwa jika
mereka mendustakanmu, katakanlah bahwa bagiku pekerjaanku, dan bagi kalian pekerjaan
kalian, kalian berlepas diri dari apa yang aku kerjakan dan aku berlepas diri terhadap apa
yang kalian kerjakan. Allah Swt. Mahaadil dan tidak pernah ẓalim, bahkan Dia memberi
kepada setiap manusia sesuai dengan apa yang diterimanya.

Dari penjelasan ayat tersebut dapat disimpulkan hal-hal berikut :

a. Umat manusia yang hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad saw. terbagi menjadi 2
golongan, ada umat yang beriman terhadap kebenaran kerasulan dan kitab suci yang
disampaikannya dan ada pula golongan orang yang mendustakan kerasulan Nabi Muhammad
saw. dan tidak beriman kepada al- Qur’ān.

b. Allah Swt. Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang-orang beriman yang selama hidup
di dunia senantiasa bertaqwa kepada-Nya, begitu juga orang kafir yang tidak beriman
kepada-Nya.

c. Orang beriman harus tegas dan berpendirian teguh atas keyakinannya. Ia tegar meskipun
hidup di tengah-tengah orang yang berbeda keyakinan dengan dirinya. Ayat di atas juga
menjelaskan perlunya menghargai perbedaan dan toleransi. Cara menghargai perbedaan dan
toleransi antara lain tidak mengganggu aktivitas keagamaan orang lain. Rasulullah saw.
bersabda:

Artinya: Dari Ibn Umar ra. Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik sahabat di
sisi Allah adalah yang paling baik di antara mereka terhadap sesama saudaranya. Dan sebaik-
baik tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik di antara mereka terhadap tetangganya.”
(HR. Attirmizy)

Menerapkan Perilaku Mulia Mari kita renungkan dan amati suasana kehidupan bangsa
Indonesia. Kondisi bangsa Indonesia yang berbhinneka ini harus kita pertahankan demi
ketenteraman dan kedamaian penduduknya. Salah satu cara mempertahankan kebhinnekaan
ini adalah dengan toleransi atau saling
menghargai.

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antarsuku, ras, golongan dan
agama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling
bermusuhan satu sama lain.

Berikut perilaku-perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan ajaran Islam.

1. Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan. Kita tidak boleh memaksakan kehendak
kepada orang lain agar mereka mengikuti keyakinan kita. Orang yang berkeyakinan lain pun
tidak boleh memaksakan keyakinan kepada kita. Dengan memperlihatkan perilaku berakhlak
mulia, insya Allah orang lain akan tertarik. Rasulullah saw. selalu memperlihatkan akhlak
mulia kepada siapa pun termasuk musuh-musuhnya, banyak orang kafir yang tertarik kepada
akhlak Rasulullah saw. lalu masuk Islam karena kemuliaannya.
2. Saling menghargai adanya perbedaan pendapat. Manusia diciptakan dengan membawa
perbedaan. Kita mencoba menghargai perbedaan tersebut.
3. Belajar empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lalu bantulah orang yang
membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan disebabkan hilangnya rasa empati. Ketika mau
mengganggu orang lain, harus sadar bahwa mengganggu itu akan menyakitkan, bagaimana
kalau itu terjadi pada diri kita.
Masih banyak lagi contoh perilaku toleransi yang harus kita miliki. Dengan toleransi, yaitu
sikap saling menghargai dan saling menghormati, akan terbina kehidupan yang rukun, tertib,
dan damai.
BAB VIII

Al-Qur’an/Kajian Q.S. Al-Maidah/5: 32 dan Hadis tentang Memelihara


Kehidupan Manusia

‫ِم ْن َأْج ِل َٰذ ِلَك َك َتْبَنا َع َلٰى َبِني ِإْس َر اِئيَل َأَّنُه َم ْن َقَتَل َنْفًسا ِبَغْيِر َنْفٍس َأْو َفَس اٍد ِفي اَأْلْر ِض َفَك َأَّنَم ا‬
‫َقَتَل الَّناَس َجِم يًعا َو َم ْن َأْح َياَها َفَك َأَّنَم ا َأْح َيا الَّناَس َجِم يًعاۚ َو َلَقْد َج اَء ْتُهْم ُرُس ُلَنا ِباْلَبِّيَناِت ُثَّم ِإَّن‬
‫َك ِثيًرا ِم ْنُهْم َبْع َد َٰذ ِلَك ِفي اَأْلْر ِض َلُم ْس ِر ُفوَن‬

Artinya:
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-
olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas,
kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam
berbuat kerusakan dimuka bumi.

Tafsir Surat Al Maidah Ayat 32

Tafsir Surat Al Maidah ayat 32 ini disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil
Quran, Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar ringkas dan mudah dipahami.

Kami memaparkannya menjadi beberapa poin dimulai dari redaksi ayat dan artinya.
Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.

1. Besarnya Dosa Pembunuhan

Poin pertama dari Surat Al Maidah ayat 32, Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan
besarnya dosa pembunuhan.

‫ِم ْن َأْج ِل َٰذ ِلَك َك َتْبَنا َع َلٰى َبِني ِإْس َر اِئيَل َأَّنُه َم ْن َقَتَل َنْفًسا ِبَغْيِر َنْفٍس َأْو َفَس اٍد ِفي اَأْلْر ِض َفَك َأَّنَم ا‬
‫َقَتَل الَّناَس َجِم يًع ا‬

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya.
Sebelum ayat 32 ini, Allah mengisahkan putra Adam (Qabil) membunuh saudaranya (Habil).
Yakni pada ayat 27 hingga ayat 31.

Ibnu Katsir menjelaskan tafsir ayat ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Karena anak
Adam pernah membunuh saudaranya secara aniaya dan permusuhan, maka Kami tetapkan
(suatu hukum) bagi Bani Israil. Yakni Kami syariatkan, bahwa barangsiapa yang membunuh
seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya.”

Ayat ini menunjukkan besarnya dosa membunuh tanpa sebab yang dibenarkan. Yakni
membunuh satu orang seakan-akan ia membunuh seluruh manusia.

Hukum ini tidak hanya berlaku bagi Bani Israel. Ia terus berlaku bagi kita. Karenanya ketika
Abu Hurairah hendak menolong Utsman dengan menyerang para pengepungnya, Utsman
melarangnya.

“Hai Abu Hurairah, apakah kamu senang bila kamu membunuh seluruh manusia, sedangkan
aku termasuk dari mereka?”

“Tidak,” jawab Abu Hurairah.

“Karena sesungguhnya bila kamu membunuh seorang laki-laki, maka seolah-olah kamu telah
membunuh manusia seluruhnya. Maka pergilah kamu seijinku seraya membawa pahala,
bukan dosa.”

Said bin Jubair menafsirkan, “Barangsiapa menghalalkan darah seorang muslim, maka
seakan-akan dia menghalalkan darah manusia seluruhnya.”

“Yakni dalam hal dosanya,” kata Hasan Al Basri.

2. Besarnya Pahala Menjaga Nyawa

Poin kedua dari Surat Al Maidah ayat 32, Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan besarnya
pahala menjaga nyawa manusia.

‫َو َم ْن َأْح َياَها َفَك َأَّنَم ا َأْح َيا الَّناَس َجِم يًعا‬

Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya.

Ibnu Abbas menjelaskan, maksud memelihara kehidupan adalah tidak membunuh jiwa yang
diharamkan oleh Allah membunuhnya. Sedangkan Mujahid mengatakan, memelihara
kehidupan jiwa seorang manusia artinya menahan diri tidak membunuhnya.
“Barangsiapa memelihara kehidupan seseorang, melarang pembunuhan terhadapnya dan
tidak melakukan pembunuhan,” kata Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir.
“Seakan-akan ia telah memelihara kehidupan seluruh manusia, dengan menciptakan
keamanan dan ketentraman bagi mereka. Serta menghilangkan kegelisahan, ketakutan dan
kekhawatiran.”

3. Rasul Membawa Keterangan yang Jelas

‫َو َلَقْد َج اَء ْتُهْم ُرُس ُلَنا ِباْلَبِّيَناِت‬


Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas,

Setelah Allah menerangkan besarnya dosa membunuh dan besarnya pahala memelihara
nyawa, Dia menegaskan bahwa telah datang rasul-rasulNya dengan membawa bayyinah.
Yakni keterangan yang jelas.

Ibnu Katsir menjelaskan, bayyinah adalah hujjah-hujjah, bukti-bukti dan keterangan yang
jelas lagi gamblang.

4. Banyak Orang Melampaui Batas

‫ُثَّم ِإَّن َك ِثيًرا ِم ْنُهْم َبْع َد َٰذ ِلَك ِفي اَأْلْر ِض َلُم ْس ِر ُفوَن‬

kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam
berbuat kerusakan dimuka bumi.

Poin ini adalah kecaman dan hinaan kepada Bani Israil karena mereka melakukan berbagai
pelanggaran setelah mereka mengetahui keharamannya. Demikian pula orang-orang Yahudi
di masa Rasulullah seperti Bani Qainuqa’, Bani Quraizhah dan Bani Nadhir.

Sungguh Allah telah mengutus para Rasul dengan membawa keterangan yang nyata.
Termasuk menjelaskan hukum-hukum terkait pembunuhan ini. Namun banyak di antara Bani
Israil yang berlaku melampaui batas dalam melakukan pembunuhan dan tindak kejahatan.

Ayat ini sekaligus mengisyaratkan bahwa apa yang dilakukan oleh Bani Israil di masa dulu,
juga dilakukan orang-orang Yahudi di masa Rasulullah hingga hari ini. Banyak di antara
mereka yang suka melampaui batas, membunuh dan melakukan tindak kejahatan. Palestina
menjadi bukti korban kejahatan mereka.

Kandungan Surat Al Maidah ayat 32


Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Maidah ayat 32:

1. Membunuh adalah dosa besar. Membunuh satu orang tanpa alasan yang
dibenarkan, dosanya seakan-akan membunuh manusia seluruhnya.
2. Memelihara nyawa manusia adalah pahala besar. Memelihara satu nyawa seakan-
akan memelihara kehidupan manusia seluruhnya.
3. Ayat ini menunjukkan, Islam mengajarkan untuk menjaga kehidupan dan
menjauhi tindak kekerasan.
4. Allah telah mengutus para Rasul dengan membawa keterangan yang nyata,
termasuk mengajarkan untuk menjaga kehidupan dan memperingatkan agar
menjauhi tindak kejahatan.
5. Banyak di antara Bani Israil yang melampaui batas, meskipun mereka telah
mengetahui apa yang dilarang oleh Allah.
6. Ayat ini juga berisi hinaan dan kecaman atas Bani Israel yang suka melampaui
batas dan sering membunuh tanpa sebab yang dibenarkan.
BAB IX

Akidah/Cabang Iman: Menjaga Kehormatan, Ikhlas, Malu dan Zuhud.

Akidah/Cabang Iman yang mencakup menjaga kehormatan, ikhlas, malu, dan zuhud dalam
Islam adalah sebagai berikut:
1. Menjaga Kehormatan:

Al-Qur'an - Surah An-Nur (24:30-31)

‫ُقل ِّلْلُم ْؤ ِمِنيَن َيُغ ُّض وا ِم ْن َأْبَص اِر ِهْم َو َيْح َفُظوا ُفُروَج ُهْم ۚ َٰذ ِلَك َأْز َك ٰى َلُهْم ۗ ِإَّن الَّلـَه َخ ِبيٌر ِبَم ا‬
‫َيْص َنُعوَن َو ُقل ِّلْلُم ْؤ ِم َناِت َيْغ ُضْض َن ِم ْن َأْبَص اِر ِهَّن َو َيْح َفْظَن ُفُروَج ُهَّن‬
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya," dan (katakanlah) kepada orang perempuan yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya,"
Ayat ini menunjukkan pentingnya menjaga kehormatan dan mengendalikan pandangan bagi
seorang Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini merupakan bagian dari akidah
dan iman dalam Islam yang menuntut pemeliharaan kesucian dalam berinteraksi dengan
orang lain.

2. Ikhlas:

Al-Qur'an - Surah Az-Zumar (39:11-14)

‫ُقْل ِإِّني ُأِم ْر ُت َأْن َأُك وَن َأَّو َل َم ْن َأْس َلَم ۖ َو اَل َتُك وَنَّن ِم َن اْلُم ْش ِر ِكيَن ُقْل ِإِّني َأَخاُف ِإْن َع َص ْيُت‬
‫َر ِّبي َع َذ اَب َيْو ٍم َع ِظ يٍم ُقِل الَّلـَه َأْع ُبُد ُم ْخ ِلًص ا َّلُه ِد يِني‬
"Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintah untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan
ketaatan dalam agama." Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut jika aku mendurhakai
Tuhanku akan azab pada hari yang besar."
Ayat ini menegaskan pentingnya memiliki ikhlas dalam beribadah dan mempersembahkan
seluruh amal ibadah hanya untuk Allah semata. Ikhlas adalah landasan utama dalam akidah
dan keyakinan seorang Muslim.
3. Malu (Hayaa'):

Hadis - Riwayat Bukhari dan Muslim

‫الَحَياُء ُش ْع َبٌة ِم َن اِإل يَم اِن‬


"Rasa malu (hayaa') adalah bagian dari iman."
Dalam hadis ini, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬menjelaskan bahwa rasa malu adalah salah satu
bagian dari iman. Rasa malu dalam Islam mencakup menghindari perilaku yang tidak pantas,
menjaga tutur kata, berpakaian sopan, dan menghormati diri sendiri serta orang lain.
4. Zuhud:

Al-Qur'an - Surah Al-Baqarah (2:197)

‫اْلَح ُّج َأْش ُهٌر َّم ْع ُلوَم اٌت ۚ َفَم ن َفَر َض ِفيِهَّن اْلَح َّج َفاَل َر َفَث َو اَل ُفُسوَق َو اَل ِج َداَل ِفي اْلَح ِّج ۗ َو َم ا‬
‫َتْفَع ُلوا ِم ْن َخْيٍر َيْع َلْم ُه الَّلـُهۗ َو َتَز َّو ُد وا َفِإَّن َخْيَر الَّز اِد الَّتْقَو ٰى ۚ َو اَّتُقوِن َيا ُأوِلي اَأْلْلَباِب‬
"Berhaji adalah pada beberapa bulan yang telah ditentukan. Barangsiapa yang menetapkan
niatnya untuk berhaji di dalamnya, maka janganlah berkata-kata kotor, janganlah berbuat
fasik, dan janganlah berbantah-bantahan di dalam haji. Apa yang kamu perbuat dari
kebajikan, niscaya Allah mengetahuinya. Dan bawalah bekal (untuk berhaji), sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa. Karena itu, bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang
mempunyai akal."

Ayat ini menyatakan bahwa haji adalah ibadah yang dilakukan dalam kesederhanaan (zuhud)
tanpa adanya kekacauan, pertengkaran, atau perilaku buruk. Selain itu, Allah mengetahui
segala amal kebajikan yang diperbuat oleh hamba-Nya. Jadi, zuhud dalam beribadah juga
merupakan bagian dari akidah dan iman seorang Muslim.
Penting untuk mengamalkan dan memahami nilai-nilai akidah dan cabang iman ini dalam
kehidupan sehari-hari untuk menjadi Muslim yang baik dan bertakwa kepada Allah.
BAB X

Akhlak/Adab Menggunakan Media Sosial.

Secara bahasa, adab ialah menunjukkan suatu kebiasaan, etiket, pola perilaku yang
ditiru dari orang orang yang dianggap sebagai model.

Sementara secara istilah definisi adab adalah kebiasaan dan aturan tingkah laku praktis yang
mempunyai muatan nilai baik dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Sedangkan pengertian media sosial menurut Hendra A. Setyawan (2017) ialah media berbasis
Internet yang memungkinkan pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain
dan mempresentasikan dirinya dengan khalayak luas maupun terbatas yang dapat mendorong
persepsi interaksi dengan orang lain.

Media sosial juga dapat didefinisikan sebagai konten online yang dibuat dengan teknologi
penerbitan yang sangat mudah diakses dan terukur.

Jenis media sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat di antaranya Facebook,
Instagram, Twitter, Telegram, dan WhatsApp.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa maksud dari adab menggunakan media
sosial adalah suatu sikap dan perilaku yang harus dikedepankan ketika berinteraksi dengan
orang lain ketika menggunakan media sosial.

Dasar Naqli Adab Menggunakan Media Sosial


Meskipun pada zaman Nabi Muhammad Saw. belum ada media sosial, tetapi rambu-rambu
dalam berinteraksinya diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadis.

Salah satu dalil naqli tentang menggunakan media sosial terdapat dalam Q.S. Al-Hujurat/49:
6 berikut ini:

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاْن َج ۤا َء ُك ْم َفاِس ٌۢق ِبَنَبٍا َفَتَبَّيُنْٓو ا َاْن ُتِص ْيُبْو ا َقْو ًم ۢا ِبَج َهاَلٍة َفُتْص ِبُح ْو ا َع ٰل ى َم ا‬
‫َفَعْلُتْم ٰن ِدِم ْيَن‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa
berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum
karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu."
Hadis Nabi Muhammad Saw.

juga memberikan arahan dalam menggunakan media sosial, berikut bunyinya:


‫َع ْن َأِبي اْلَخ ْيَر َأَّنُه َسِمَع َعْبَد ِهللا ْبَن َع ْمِر و ْبِن اْلَعاِص َيُقْو ُل ِإَّن َر ُج اًل َس َأَل َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى‬
)‫ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأُّي اْلُم ْس ِلِم ْيَن َخ ْيٌر َقاَل َم ْن َسِلَم اْلُم ْس ِلُم ْو َن ِم ْن ِلَس اِنِه َو َيِدِه (رواه مسلم‬
Artinya: Dari Abu al-Khair bahwa dia mendengar ‘Abdullah bin Amr bin al-Ash keduanya
berkata, “Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw, “Muslim yang
bagaimana yang paling baik?” Beliau menjawab: “Yaitu seorang muslim yang orang lain
merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya.” (H.R. Muslim)

Adab Bermedia Sosial


Dalam menggunakan media sosial perlu adab bagi penggunanya.
Berikut ini sejumlah abad bermedia sosial:
 Niat yang baik
 Memilih teman yang baik
 Meneliti fakta atau kebenaran informasi yang diterima
 Menyampaikan informasi tanpa rekayasa atau manipulasi
 Mengajak kepada kebaikan
 Menyampaikan informasi atau memberikan komentar sebaiknya dengan cara yang baik
 Menghindari bahasa yang menyinggung atau menyakiti atau menghina orang lain
 Bersikap bijak
 Dapat mengambil hikmah (kebaikan)

1. Dalam berinteraksi di media sosial, saling menghormati dan menghargai antaranggota grup atau
netizen. Gunakan bahasa yang santun dan tidak menyinggung perasaan anggota dalam media
sosial.
2. Menghindari update status atau meng-upload berita berburuk
sangka (su’udzan), mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus), dan menggunjing orang lain
(ghibah).
3. Gunakan media sosial yang sehat dengan mengupload status atau informasi di grup yang
bermanfaat bagi anggota.
Hindarkan isi status atau komentar yang menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan
antargolongan). Selain itu jangan ada muatan radikalisme, intoleransi, kekerasan, dan terorisme.
4. Apabila dalam interaksi di media sosial ada perbedaan pendapat, anggota grup harus saling
menghormati. Utamakan persatuan, jangan sampai perbedaan pendapat di grup berdampak pada
hubungan secara langsung maupun tidak langsung.
5. Tidak memproduksi dan menyebarkan berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hatespeech)
di media sosial.

Hikmah Adab Bermedia Sosial


1. Terhindar dari berita hoax.
2. Mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
3. Orang lain merasa nyaman ketika melakukan silaturahmi di media sosial.
4. Terjalin hubungan yang harmonis dengan sesama.
5. Terhindar dari tindakan yang diskriminatif utamanya menyangkut unsur SARA.
BAB XI

Beriman, Bertaqwa, kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia,
Bernalar Kritis, Bergotong royong, dan Kreatif.
 Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa:

Beriman adalah fondasi dalam agama Islam. Ini berarti percaya sepenuhnya kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Allah, serta mengakui risalah Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya.
Beriman juga mencakup kepatuhan kepada perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-
Nya. Dalam Islam, beriman bukan hanya tentang keyakinan, tetapi juga mengandung
komitmen untuk menghidupkan ajaran agama dalam setiap aspek kehidupan.

Bertaqwa adalah tindakan atau perbuatan sebagai konsekuensi dari beriman. Bertaqwa berarti
selalu menghindari dosa, menjalankan perintah Allah, dan senantiasa berusaha mendekatkan
diri kepada-Nya dalam segala hal. Bertaqwa merupakan wujud kecintaan kepada Allah dan
usaha untuk selalu berada di jalan yang benar.

Al-Qur'an - Surah Al-Baqarah (2:21-22)

‫ ٱَّلِذ ى َجَعَل َلُك ُم‬٢١ ‫َيٰٓـَأُّيَها ٱلَّناُس ٱۡع ُبُد وْا َر َّبُك ُم ٱَّلِذ ى َخ َلَقُك ۡم َو ٱَّلِذ يَن ِم ن َقۡب ِلُك ۡم َلَع َّلُك ۡم َتَّتُقوَن‬
‫ٱَأۡلۡر َض ِفَٰر ٗش ا َو ٱلَّس َم ٓاَء ِبَنٓاٗء َّو َأنَز َل ِم َن ٱلَّس َم ٓاِء َم ٓاٗء َفَأۡخ َر َج ِبِهۦ ِم َن ٱلَّثَم َٰر ِت ِر ۡز ٗق ا َّلُك ۖۡم َفاَل َتۡج َع ُلوْا‬
٢٢ ‫ِهَّلِل َأنَد اٗد ا َو َأنُتۡم َتۡع َلُم وَن‬

"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan air itu segala macam buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui."

2. Berakhlak Mulia:

Berakhlak mulia berarti memiliki perilaku yang baik, sopan, dan patut diteladani. Dalam
Islam, berakhlak mulia adalah bagian penting dari beribadah kepada Allah. Contoh dari
akhlak mulia dalam Islam adalah jujur, adil, sabar, dermawan, pemaaf, dan sopan santun.
Akhlak mulia mencerminkan kemuliaan karakter seseorang dan menjadi faktor penting dalam
membentuk hubungan yang harmonis dengan sesama manusia dan lingkungan sekitar.

Al-Qur'an - Surah Al-Qalam (68:4)

‫َو ِإَّنَك َلَع َلٰى ُخ ُلٖق َع ِظ يٖم‬


"Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung."
3. Bernalar Kritis:

Bernalar kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara rasional, menganalisis informasi
dengan objektif, dan mengambil keputusan berdasarkan pemikiran yang cermat. Dalam
Islam, bernalar kritis sangat penting untuk memahami ajaran agama secara mendalam dan
menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir kritis juga membantu
menghindari kesalahan pemahaman dan prasangka yang tidak berdasar.

Al-Qur'an - Surah Al-Baqarah (2:44)

‫َأَتْأُم ُروَن الَّناَس ِباْلِبِّر َو َتنَس ْو َن َأنُفَس ُك ْم َو َأنُتْم َتْتُلوَن اْلِكَتاَب ۚ َأَفاَل َتْع ِقُلوَن‬
"Apakah kamu menyuruh (manusia) berbuat kebajikan dan melupakan dirimu, padahal kamu
membaca Al-Kitab? Maka tidakkah kamu berakal?"

4. Bergotong Royong:

Bergotong royong adalah semangat kerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan
tugas atau mengatasi masalah bersama-sama. Bergotong royong adalah nilai yang sangat
dihargai dalam Islam dan banyak dianjurkan dalam Al-Qur'an. Dalam bergotong royong,
setiap individu berkontribusi untuk kebaikan bersama dan menghargai peran serta sumbangan
orang lain.

Al-Qur'an - Surah Al-Maidah (5:2)

‫َو َتَع اَو ُنوا َع َلى اْلِبِّر َو الَّتْقَو ٰى ۖ َو اَل َتَع اَو ُنوا َع َلى اِإْل ْثِم َو اْلُع ْد َو اِن ۚ َو اَّتُقوا َهَّللاۖ ِإَّن َهَّللا َش ِد يُد اْلِع َقاِب‬
"Bantulah satu sama lain dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah; sungguh,
Allah sangat keras hukuman-Nya."

5. Kreatif:

Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir dan bertindak dengan cara yang inovatif,
menghasilkan gagasan baru, dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat. Dalam Islam,
kreativitas didorong dan dihargai sebagai sarana untuk memajukan diri, masyarakat, dan
memberikan manfaat bagi umat manusia.

Kombinasi dari beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, bernalar kritis, bergotong royong, dan
kreatif merupakan landasan yang kuat untuk membentuk individu yang baik, bermanfaat bagi
orang lain, dan mendapatkan keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa. Kombinasi ini
mencerminkan keselarasan antara iman dan amal, spiritualitas dan etika, serta individualitas
dan kebersamaan dalam membangun masyarakat yang harmonis dan sejahtera.

Al-Qur'an - Surah Al-Baqarah (2:164)


‫ِإَّن ِفي َخ ْلِق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو اْخ ِتاَل ِف الَّلْيِل َو الَّنَهاِر َو اْلُفْلِك اَّلِتي َتْج ِر ي ِفي اْلَبْح ِر ِبَم ا‬
‫َينَفُع الَّناَس َو َم ا َأنَز َل ُهَّللا ِم َن الَّس َم اِء ِم ن َّم اٍء َفَأْح َيا ِبِه اَأْلْر َض َبْع َد َم ْو ِتَها َو َبَّث ِفيَها ِم ن ُك ِّل َد اَّبٍة‬
‫َو َتْص ِر يِف الِّر َياِح َو الَّس َح اِب اْلُمَس َّخ ِر َبْيَن الَّس َم اِء َو اَأْلْر ِض آَل َياٍت ِّلَقْو ٍم َيْع ِقُلوَن‬
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di lautan membawa apa yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati, dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi, sungguh, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berakal."

Hadis - Riwayat Bukhari

‫َنَو ى‬ ‫ِإَّنَم ا اَأْلْع َم اُل ِبالِّنَّياِت َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْم ِر ٍئ َم ا‬


"Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang
akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan."

Dalam hadis di atas, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬menyampaikan pentingnya niat dalam setiap
tindakan. Kreativitas dalam berbuat baik juga dipengaruhi oleh niat yang tulus untuk
menciptakan kebaikan dan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
BAB XII

Peradaban Islam/ Peradaban Islam pada Masa Modern

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA MODERN

Sekilas tentang Dunia Islam pada Masa Modern Masa pembaharuan (modern) bagi dunia
Islam adalah masa yang dimulai dan tahun 1800 M sampai sekarang. Masa pembaharuan
ditandai dengan adanya kesadaran umat Islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya
dorongan untuk memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada masa pembaharuan ini, telah muncul tokoh tokoh
pembaharu dan pemikir Islam di berbagai negara Islam. Pada awal masa pembaharuan,
kondisi dunia Islam, secara politis berada dibawah penetrasi kolonialisme. Baru pada
pertengahan abad ke-20 M, dunia Islam bangkit memerdekakan negaranya dan penjajahan
bangsa Barat (Eropa).

Di antara negara-negara Islam atau negara-negara berpenduduk mayoritas umat Islam, yang
memerdekakan dirinya dari penjajahan, seperti :
o Indonesia, memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
o Pakistan pada tanggal 15 Agustus 1947.
o Mesir secara formal memperoleh kemerdekaan dari Inggris tahun 1922 M. Namun,
bangsa Mesir baru merasa benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952, yakni
setelah Jamal Abdul Nasir menjadi penguasa, karena dapat menggulingkan Raja
Faruq yang dalam masa pemerintahannya pengaruh Inggris sangat besar.
o Irak merdeka secara formal dari penjajah Inggris tahun 1932 M, tetapi sebenarnya
baru benar-benar merdeka tahun 1958 M.
o Syria dan Libanon, merdeka dari penjajah Prancis tahun 1946 M.
o Beberapa negara di Afrika merdeka dari penjajah Prancis, seperti Lybia tahun 1951
M, Sudan dan Maroko tahun 1956 M, dan Aijazair tahun 1962 M.
o Di Asia Tenggara, negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam, yang merdeka
dari penjajah Inggris adalah Malaysia tahun 1957 M dan Brunei Darussalam tahun
1984 M.
o Di Asia Tengah, negara-negara yang merdeka dari Uni Soviet tahun 1992 M adalah
Uzbekistan, Kirghistan, Kazakhtan, Tajikistan, dan Azerbaijan sedangkan Bosnia
merdeka dari penjajah Yogoslavia juga tahun 1992 M. Setelah negara-negara yang
berpenduduk mayoritas umat Islam tersebut memperoleh kemerdekaan, maka umat
Islam bersama-sama dengan pemerintah negaranya melakukan usaha-usaha
pembangunan dalam berbagai bidang, demi terwujudnya masyarakat bangsa yang adil
dan makmur di bawah naungan rida Allah SWT.
B. Perkembangan Ajaran Islam pada Masa modern

Menjelang dan pada awal-awal masa pembaharuan yaitu sebelum dan sesudah tahun 1800
M, umat Islam di berbagai negara, telah menyimpang dari ajaran Islam yang bersumber
kepada Al-Qur’an dan Hadis. Penyimpangan itu terdapat dalam hal :

o Ajaran Islam tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan. Hal ini
ditandai dengan banyaknya umat Islam yang selain menyembah Allah SWT juga
memuja makam yang dianggap keramat dan meminta tolong dalam urusan gaib
kepada dukun-dukun dan orang-orang yang dianggap sakti. Selain itu, ada juga
kelompok umat Islam yang meng kultuskan dan beranggapan bahwa sultan adalah
orang suci yang segala perintahnya harus ditaati.
o Adanya kelompok umat Islam, yang selama hidup di dunia ini, hanya
mementingkan urusan akhirat dan meninggalkan dunia. Mereka beranggapan
hahwa memiliki harta benda yang banyak, kedudukan yang tinggi dan ilmu
pengetahuan tentang dunia adalah tidak perlu, karena hidup di dunia ini hanya
sebentar dan sementara, sedangkan hidup di akhirat bersifat kekal dan abadi.
Selain itu, banyak umat Islam yang menganut paham fatalisme, yaitu paham yang
mengharuskan berserah diri kepada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup
manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib.

Penvimpangan-penyimpangan umat Islam terhadap ajaran agamanya seperti tersebut,


mendorong lahirnya para tokoh pembaharu, yang berusaha menyadarkan urnat Islam
agar kembali kepada ajaran Islam yang benar, yang bersumber kepada Al-Quran dan
As-Sunnah (Hadis). Tokoh-tokoh pembaharu yang dimaksud antara lain:
 Muhammad bin Abdul Wahhab lahir di Nejd (Arab Saudi) pada tahun 1115 H
(1703 M) dan wafat di Daryah tahun 1201 H (1787 M). Muhammad bin Abdul
Wahhab adalah seorang ulama besar yang produktif, karena buku-buku
karangannya tentang Islam, mencapai puluhan judul. Di antara buku bukunya
berjudul “Kitab At-Tauhid” yang isinya antara lain tentang pemberantasan
syirik, khurafat, takhayul, dan bid’ah yang terdapat di kalangan umat Islam
dan mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang murni. Para
pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, menamakan kelompoknya dengan
“A1-Muwahhidun” atau “Al-Muslimun”, yang artinya kelompok yang
berusaha mengesakan Allah SWT semurni-murninya. Gerakan pemurnian
ajaran Islam yang dilakukan oleh para pengikut Muhammad bin Abdul
Wahhah ini, dinamakan juga gerakan “Wahabi”.
 Rifa’ah Badawi Rafi’ At-Tahtawi, atau At-Tahtawi, lahir di Tahta pada tahun
1801 M dan meninggal di Mesir. Pemikirannya yang berkaitan dengan ajaran
Islam, antara lain, beliau menyerukan agar umat Islam dalam hidup di dunia
ini tidak hanya mementingkan urusan akhirat, tetapi juga harus mementingkan
urusan dunia, agar umat Islam tidak dijajah oleh hangsa lain.
 Jamahiddin Al-Afghani, lahir di Asadabad tahun 1838 M dan wafat di Istanbul
rahun 1897 M. Di antara pemhaharuan pemikiran yang dimunculkan beliau
adalah :
o Agar kejayaan umat Islam dapat diraih kembali dan mampu
menghadapi dunia modern, umat Islam harus kembali kepada ajaran
agamanya yang murni dan harus memahami Islam dengan rasio dan
kebebasan.
o Jamaluddin menginginkan agar kaum wanira juga meraih kemajuan
dan bekerja sama dengan pria untuk mewujudkan masyarakat Islam
yang dinamis dan maju.
o Kepemimpinan otokrasi hendaknya diubah menjadi demokrasi
Menurut pendapatnya Islam menghendaki pemerintahan republik yang
di dalamnya terdapat kebebasan mengemukakan pendapat dan
kewajiban negara untuk tunduk kepada undang undang.
o Ajarannya tentang Pan-Islamisme yakni persatuan dan kerjasama
seluruh umat Islam harus diwujudkan. Karena persatuan dan kerja
sama seluruh umat Islam sangat penting dan di atas segalanya.

Selain tokoh-tokoh pembaharuan tersebut, masih banyak lagi tokoh-tokoh pembaharuan


lainnya, seperti Muhammad Abduh di Mesir (1849-1905 M), Muhammad Rasyid Ridla
(1865-1935 M), Sayid Ahmad Khan di India (1817- 1898 M), dan Muhammad Iqbal di
Pakistan (1876-1938 M). Pada masa pembaharuan jumlah penduduk beragama Islam
berkembang terus ke seluruh pelosok dunia.

Penduduk Muslim terbanyak terdapat di Benua Asia dan Afrika. Mengacu kepada data
penduduk tahun 1991 M, negara-negara yang penduduk Muslimnya lebih dan 90 % adalah
Mauritania, Sahara Barat, Maroko, Aijazair, Tunisia, Libia, Mesir, Somalia, Turki, Irak,
Yordania, Arab Saudi, Yaman, Oman, Qatar, Bahrain, Iran, Afghanistan, dan Pakistan.
Sedangkan negara-negara yang jum!ah umat Islamnya mencapai 50—90 % adalah Tanzania
(Afrika), Turkemenistan, Uzbekistan, Kirghistan, Tajikistan (Rusia), Bangladesh, Malaysia,
Singapura, Indonesia, Brunei, dan Kepulauan Mindanou di Filipina.

Negara-negara yang umat Islamnya 10—50 % antara lain seperti Guinea (Afrika), Albania,
Suriah, India, Gina, dan Myanmar. Untuk mengikat negara-negara Islam di seluruh dunia,
pada bulan Zulhijjah tahun 1381 H (Mei 1962), telah didirikan Rabithah Al-Alam Al-Islami
(Muslim world League atau Liga Dunia Islam) sebuah organisasi Islam internasional non-
pemerintah yang tidak berpihak kepada suatu partai atau golongan dan mewakili umat Islam
sedunia. Liga Dunia Islam ini berkantor pusat di Mekah (Saudi Arabia), sedangkan kantor
perwakilannya tersebar di seluruh dunia, seperti Indonesia, Amerika, Kanada, Denmark,
Malaysia, dan Prancis. Di Benua Eropa dalam Conference of Islamic Cultural Centre and
Organization of Europe (Konferensi Pusat Kebudayaan dan Organisasi Islam Eropa) di
London pada bulan Mei 1973, dengan diprakarsai oleh Sekretariat Islam di Jeddah telah
didirikan Dewan Islam Eropa, yang bertujuan untuk mengorganisir dan memajukan usaha-
usaha dakwah islamiah.

C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Modern

Pada masa pembaharuan, perkembangan ilmu pengetahuan mengalami kemajuan. Hal ini
dapat dilihat di berbagai negara, seperti Turki, India, dan Mesir. Sultan Muhammad II (1785-
1839 M) dan kesultanan Turki Usmani, melakukan berbagai usaha agar umat Islam di
negaranya dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Usaha-usaha tersebut seperti :
 Melakukan modernisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, dengan memasukkan
kurikulum pengetahuan umum kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam
(madrasah).
 Mendirikan Lembaga Pendidikan “Mektebi Ma’arif’, untuk mencetak tenaga-tenaga
ahli di bidang administrasi, juga membangun lembaga “Mektebi Ulumi Edebiyet,”
untuk menyediakan tenaga-tenaga ahli di bidang penterjemah.
 Mendirikan perguruan-perguruan tinggi di bidang kedokteran, militer, dan teknologi.
Setelah kesultanan Turki dihapuskan pada tanggal 1 November 1923 M, dan Turki
diproklamirkan sebagai negara berbentuk Republik dengan Presiden pertamanya
Mustafa Kemal At-Turk, pendiri Turki Modern (1881-1938M), maka kemajuan Turki
di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terus meningkat. Di India ketika masih
dijajah Inggris, telah bermunculan para cendekiawan Muslim berpikiran modern,
yang melakukan usaha-usaha agar umat Islam mampu menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi, sehingga dapat melepaskan diri dari belenggu penjajah. Para
cendekiawan Muslim dimaksud, seperti Syah Waliyullah (1703-1762 M), Sayid
Ahmad Khan (1817-1898 M), Sayid Amir Ali (1849-1928), Muhammad Iqbal (1873-
1938 M), Muhammad Ali Jinnah (1876-1948 M), dan Abdul Kalam Azad (1888-1956
M).

Di antara cendekiawan Muslim tersebut, yang besar jasanya terhadap umat Islam di India
adalah Sayid Ahmad Khan.

Setelah India dan Pakistan merdeka dari Inggris pada tahun 1947 M, umat Islam terbagi
dua, ada yang masuk ke Republik Islam Pakistan dan ada juga yang tetap di India ± 40
juta jiwa. Umat Islam di kedua negara tersebut terus berusaha meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, agar kualitas hidup mereka meningkat ke arah yang lebih
maju. Pada masa pembaharuan, terutama setelah ekspansi Napoleon ke Mesir (1798 M),
umat Islam Mesir, khususnya para penguasa dan kaum cendekiawannya menyadari akan
keterbelakangan mereka dalam urusan dunia jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa
Eropa.

Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai usaha agar menguasai berbagai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah dimiliki oleh bangsa-bangsa Eropa. Muhammad
Ali, penguasa Mesir tahun 1805-1849 M, mengirim para mahasiswa untuk mempelajari
ilmu pengetahuan dan teknologi ke Prancis. Setelah kembali ke Mesir, mereka mengajar
di berbagai perguruan tinggi, terutama di Universitas A1-Azhar. Karena yang belajar di
Universitas A1-Azhar ini bukan hanya para mahasiswa Islam dan Mesir, tetapi para
mahasiswa dan berbagai negara dan wilayah Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diajarkan di Universitas Al-Azhar ini pun dengan cepat menyebar ke seluruh dunia Islam.
Selain Universitas Al-Azhar, di Mesir telah didirikan universitas-universitas, yang di
dalamnya terdapat berbagai fakultas seperti: Kedokteran, Farmasi, Teknik, Pertanian,
Perdagangan, Hukum, dan Sastra. Universitas-universitas dimaksud adalah Universitas
Iskandariyah di kota Iskandariyah, Universitas Ainusyams (1950 M) di kota Kairo,
Universitas Hilwan, Universitas Assiut (1957 M), Universitas Suez (1976 M), dan
Universitas Amerika yang bernama “The American University in Cairo (AUC)”, yang
didirikan bagi orang Mesir dengan tenaga pengajar dari Amerika.

Biografi Sayid Ahmad Khan


Sayid Ahmad Khan lahir di Delhi (India), pada tanggal 17 Oktober 1817 M dan wafat
juga di Delhi tahun 1898 M. Masa mudanya dipergunakan untuk mempelajari berbagai
macam ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan tentang Islam, bahasa Persia, bahasa
Arab, Matematika, Mekanika, Sejarah dan berbagai cabang ilmu pengetahuan lainnya.
Atas jasa-jasanya kepada lnggris pada tahun 1869 M beliau diberi kesempatan untuk
berkunjung ke Inggris.

Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk mengadakan penelitian tentang sistem pendidikan


dan pengajaran serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Inggris. Jasa-jasa
Sayid Ahmad Khan antara lain :
o Sumbangan pemikirannya yang modern, yang menyatakan bahwa umat Islam
terbelakang, bodoh, miskin, dan dijajah, karena mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan
dan teknologi modern yang dimiliki oleh bangsa-bangsa Eropa.
o Untuk merealisasikan idenya tersebut Sayid Ahmad Khan mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan dan ilmu pengetahuan, seperti Sekolah Inggris di Mudarabad tahun 1861 M,
lembaga penterjemah ilmu pengetahuan modern ke dalam bahasa Urdu yang disebut
dengan nama lembaga “The Scientific Society” atau “Translation Society” dan
mendirikan sekolah Muhammaden Anglo Oriental College (MAOC) pada tahun 1878 M,
yang kemudian berkembang menjadi “Muslim University Of Aligar”. Untuk keseragaman
pendidikan bagi umat Islam India, Sayid Ahmad Khan pada tahun 1886 M membentuk
Muhammedan Educational Conference. Sumbangan pemikiran Sayid Ahmad Khan yang
bersifat politis, beliau menyatakan bahwa umat Islam tidak mungkin bersatu dengan umat
Hindu dalam satu negara, karenanya umat Islam India harus mempunyai negara sendiri
terpisah dari umat Hindu.

D. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa modern Kebudayaan umat Islam pada
masa pembaharuan berkembang ke arah yang lebih maju. Hal ini dapat dipelajari di
berbagai negara Islam atau negara yang berpenduduk mayoritas umat Islam, seperti Saudi
Arabia, Mesir, Irak, Iran, Kuwait, Pakistan, Malaysia, Brunei, dan Indonesia.

1. Arsitektur

Arsitektur ada yang berfungsi melayani keagamaan, seperti masjid, makam, madrasah
dan ada pula yang berfungsi melayani kepentingan sekuler, seperti istana, benteng, pasar,
karavan serai (sejenis hotel), jalan-jalan raya, rel-rel kereta api, dan banyak lagi lainnya.
Setelah ditemukannya ladang minyak pada tahun 1933, Saudi Arabia tidak lagi sebagai
negara miskin tetapi termasuk salah satu negara kaya. Dengan kekayaannya yang
melimpah, Saudi Arabia banyak membangun jalan raya antarkota, jalan kereta api antara
Kota Riyad dengan Kota Pelabuhan Ad-Dammam di pantai Teluk Persia. Juga
membangun Maskapai Penerbangan Internasional (Saudi Arabia Air Lines) di Jeddah,
Zahran, dan Riyad. Di bidang perhotelan telah dibangun hotel-hotel mewah bertaraf
internasional, antara lain terdapat di sekitar Masjidil Haram Mekah dan Masjid Nabawi
Madinah.

Masjidil Haram artinya masjid yang dihormati atau dimuliakan. Masjid ini berbentuk
empat persegi terletak di tengah-tengah kota Mekah, serta merupakan masjid tertua di
dunia. Di tengah-tengah masjid itu terdapat Ka’bah, yang juga disebut Baitullah (Rumah
Allah) dan Baitul Atiq (Rumah Kemerdekaan), yang telah ditetapkan oleh Allah SWT
sebagai kiblat umat Islam di seluruh dunia dalam mengerjakan salat. Selain itu, terdapat
pula Hajar Aswad (batu hitam yang terletak di dinding Kakbah), makam Ibrahim, Hijr
Ismail, dan sumur Zamzam yang letaknya tidak jauh dan Kakbah.

Keadaan Masjidil Haram pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, dengan
keadaan Masjidil Haram sekarang ini jauh berbeda. Pada masa Nabi SAW masih hidup,
keadaan Masjidil Haram tidak begitu luas dan bersifat sederhana. Sekarang ini, keadaan
Masjidil Haram sangat luas dan merupakan bangunan yang begitu megah dan indah.
Masjidil Haram sekarang ini berlantai empat yang untuk naik dan lantai dasar ke lantai di
atasnya sudah disediakan eskalator.

Masjid Nabawi adalah sebuah masjid yang megah dan indah juga sangat luas. Kalau pada
masa Nabi Muhammad SAW luas Masjid Nabawi ± 2.500 m2 kini luasnya menjadi ±
165.000 m2 (luas seluruh kota Madinah pada masa Rasulullah SAW). Hal ini
mengakibatkan makam Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar r.a., dan Umar bin Khatthab
r.a. yang dulu berada di luar masjid sekarang berada di dalam masjid. Demikian juga
tempat pemakaman umum (maqbarah) baqi yang dulu berada di pinggir kota Madinah,
sekarang ini berada di samping atau di pinggir halaman masjid.

Masjid Nabawi bertambah indah dan megah dengan adanya sepuluh buah menara yang
menjulang tinggi, 95 buah pintu masjid yang lebar dan indah. juga kubah masjid yang
dapat terbuka dan tertutup.

Selain itu, pada atap Masjid Nabawi bagian belakang yaitu di atas pintu Al-Majidi dari
sebe!ah barat memanjang ke timur, telah dibangun tingkat dua yang dimanfaatkan untuk
perkantoran, perpustakaan. gudang, peralatan dan selebihnya digunakan sebagai tempat
salat, apabila jamaah di lantai bawah terlalu padat. Perlu pula diketahui bahwa seluruh
ruangan dari lantai bawah (dasar) Masjid Nabawi sekarang ini memakai pendingin
ruangan (AC).

Arsitektur yang berfungsi untuk melayani kepentingan agama dan kepentingan sekuler,
selain terdapat di Saudi Arabia, juga terdapat di negara lain, terutama di negara
berpenduduk mayoritas Islam. Misalnya di Turki sekarang ini memiliki tidak kurang dari
62.000 masjid dan pembangunan masjid mencapai 1.500 buah per tahun. Selain itu, telah
dibangun lebih dari 2.000 unit sekolah Al-Qur’an.

Di Iran ketika Dinasti Qatar berkuasa (pada tahun 1794-1925) telah dibangun kota
Teheran sebagai ibukota Iran (dibangun pada abad ke-18 M). Perkembangan kota ini
sangat pesat, terutama pada masa kekuasaan Dinasti Pahlevi (1925-1979). Sekarang ini
Teheran merupakan salah satu kota terbesar di Asia. Bangunan arsitektur peninggalan
Dinasti Qatar antara lain :

Þ Istana Niavarand, tempat kediaman Syah Muhammad Reza Pahlevi dan keluarganya.
Þ Pekuburan Behesyti Zahra’ (bahasa Persia yang artinya Taman Zahra, putri Rasulullah
SAW).
Pekuburan ini tempat dimakamkannya puluhan ribu syuhada (pahlawan) Revolusi Islam.
Di pekuburan ini juga dimakamkan pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Khomaeni
(wafat 1989 M). Pada masa pembaharuan di Irak, selain terdapat arsitektur yang berfungsi
melayani keagamaan, seperti masjid, madrasah, dan makam, juga terdapat arsitektur yang
berfungsi melayani kepentingan sekuler misalnya bangunan-bangunan industri, jalan
kereta api yang menghubungkan Basrah dan Bagdad. jalan-jalan yang beraspal antarkota,
dua bandara internasional di Basrah dan Bagdad, serta dua pelabuhan internasional di
Basra dan Um Al-Qasar.

2. Sastra Pada masa pembaharuan telah bermunculan para sastrawan yang

karya-karya sastranya bersifat islami di berbagai negara, misalnya : Þ Seorang


sastrawan dan pemikir besar, menjelang abad ke-20 telah lahir di Pakistan (1877-1938)
yang bernama Muhammad Iqbal. Beliau telah mengungkapkan filsafatnya dalam bentuk
puisi dengan menggunakan bahasa Urdu dan Persi. Dan karya puisinya, yang penting
adalah Asrari Khudi, di samping karya filsafatnya yang berjudul “The Reconstruction of
Religious Thoughs in Islam” (kedua buku ini sudah diterjemahkan dan diterbitkan dalam
Bahasa Indonesia).

Beliau juga telah menulis beberapa prosanya dalam Bahasa Inggris dan Arab.

 Mustafa Luffi Al-Manfaluti (1876-1926) seorang sastrawan dan ulama Al-Azhar (Mesir)
termasuk pengarang cerita pendek bergaya semi klasik dan semi modern.
 Dr. Muhammad Husain Haekal (1888-1956) pengarang Mesir terkenal, yang telah
menulis Hayatu Muhammad (Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW, telah terbit dalam
terjemahan Bahasa Indonesia) adalah juga seorang sastrawan dan dianggap perintis karya
sastra modern setelah novelnya yang berjudul Zainab terbit tahun 1914. Beliau juga
banyak menulis kritik sastra dan cerita pendek.
 Jamil Siqdi Az-Zahawi (1863-1936) di Irak terkenal sebagai perintis sajak modern dan
seorang penyair tua yang bernada keras dan dikenal sebagai pembela hak-hak wanita
bersama-sama dengan Ma’ruf Ar-Rasafi (1877-1945). Þ Abdus Salam Al-Ujaili (lahir
1918) adalah seorang sastrawan di Suriah yang juga seorang dokter medis, aktif dalam
penulisan novel dan cerita pendek. Þ Peranan perempuan dalam perkembangan sastra
modern ternyata tidak banyak. Dari yang sedikit itu, misalnya Binti Syati’ yang
sebenarnya bernama Aisyah Abdurrahman. Beliau meraih gelar doktor dalam sastra
klasik, terkenal sebagai sastrawati, wartawati dan editor harian Al-Ahram Mesir.

Selain itu, beliau banyak menekuni Al-Qur’an, lalu menulis tafsir Al-Qur’an dari segi
sastra. Sastrawati lainnya seperti Fatwa Tawqan dan Nazek Al-Malaikah (Palestina) serta
Layla Ba’albaki (Lebanon).

3. Kaligrafi Kata kaligrafi berasal dan Bahasa Yunani :

kaligrafia atau kaligraphos. Kallos berarti indah dan grapho berarti tulisan. Jadi, kaligrafi
berarti tulisan (aksara) indah yang mempunyai nilai estetis. Dalam Bahasa Arab kaligrafi
disebut khatt, yang dalam pengertian sehari-hari berarti tulisan indah yang memiliki nila
estetis. Kaligrafi (khatt) merupakan satu-satunya seni Islam, yang murni dihasilkan oleh
orang Islam, berbeda dengan seni Islam lainnya seperti seni lukis dan ragam hias yang
terpengaruh unsur non-Islam.

Kaligrafi terdiri dari bermacam-macam gaya antara lain enam macam gaya yang disebut
Al-Aqlam As-Sittah (The Six Hands/Styles). Seni kaligrafI berkembang sangat cepat ke
seluruh pelosok dunia, khususnya ke negara-negara yang penduduknya mayoritas umat
Islam seperti Indonesia. Seni kaligrafi dipakai sebagai hiasan di masjid-masjid, penyekat
ruang, hiasan dinding rumah, kotak penyimpanan perhiasan, alat-alat rumah tangga dan
lain-lain. Media yang digunakannya pun beragam yakni dan kertas, kain, kulit, kaca,
emas, perak, tembaga, kayu, dan keramik. Perhatian umat Islam Indonesia terhadap seni
kaligrafi cukup bagus. Hal in ditandai antara lain :

 Diadakannya pameran lukisan kaligrafi bertaraf nasional, yakni pada acara MTQ
Nasional XI di Semarang (1979), pada Muktamar Pertama Media Massa Islam sedunia di
Jakarta (1980), pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh (1981), dan pada pameran
kaligrafi Islam di Balai Budaya Jakarta dalam rangka menyambut tahun baru Hijriah 1405
(1984).
 Diselenggarakannya Musabaqah Khatt Indah Al-Quran (MKQ) dalam setiap MTQ. MKQ
ini mulai diselenggarakan pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh (1981) dan MTQ
Nasional XIII di Padang (1983).

Anda mungkin juga menyukai