Anda di halaman 1dari 14

**DIABETES MELITUS**

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Hiperglikemi dan Hipoglikemi dapat terjadi akibat penggunaan obat2 tertentu. Terlampir ya
tabelnya di whats app. Penggunaan obat2 tsb perlu diperhatikan bila pasien dengan kondisi DM.

Perbedaan DM tipe I dan tipe II ada di image terlampir. Kriteria penegakan diagnosis dan target
nilai normal yg diharapkan juga terlampir.

Algoritma terapi DM dapat dilihat di modul. Pilihan obatnya:


1. Insulin
2. Antidiabetes Oral

Pemilihan obat sesuai kondisi pasien. Untuk mekanisme kerja dari masing2 jenis Antidiabetes
Oral ada di modul, namun kakak lampirkan yang lebih detail supaya makin paham ya.

Cara penggunaan Antidiabetes juga bervariasi. Terlampir bahan konseling utk obat antidiabetes.
Disitu banyak informasi penting yang perlu teman2 ketahui. Kakak rangkum sedikit mengenai
cara penggunaan obatnya ya:

**1. Sulfonilurea : minum 30 menit sebelum makan**


**2. Meglitinid : minum segera hingga 30 menit sebelum setiap kali makan**
**3. Biguanid : minum bersama makanan**
**4. Tiazolidindion : minum bersama makanan**
**5. Inhibitor alfa glukosidase : minum bersama sendok pertama setiap makan**

Kalau
1. *rapid acting* itu digunakan jika pasien butuh penurunan gkukosa secara cepat karna onset
kerjanya cepat..
2. *short acting* digunakan utk mncukuli insulin stlah makan selama 30-60'
3. *intermediate* digunakan utk mnckupi insulin slma stgah hari/spjg malam
4. *long acting* untuk memcukupi insulin seharian..

**JENIS-JENIS INSULIN**

Ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang terutama berbeda dalam hal mula kerja
(onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4
kelompok, yaitu:
1. Insulin masa kerja singkat (Short-acting/Insulin), disebut juga insulin reguler. *Digunakan
untuk mencukupi insulin setelah makan selama 30-60 menit.*
2. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting). *Digunakan untuk mencukupi insulin selama
setengah hari/sepanjang malam*
3. Insulin masa kerja sedang dengan mulai kerja cepat (rapid acting insulin). *Digunakan jika
pasien membutuhkan glukosa secara cepat*
4. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin). *Digunakan untuk mencukupi insulin
seharian*

Cara penggunaan Antidiabetes bervariasi. Terlampir bahan konseling utk obat antidiabetes.
Disitu banyak informasi penting yang perlu teman2 ketahui. Kakak rangkum sedikit mengenai
cara penggunaan obatnya ya:
Sulfonilurea : minum 30 menit sebelum makan
Meglitinid : minum segera hingga 30 menit sebelum setiap kali makan
Biguanid : minum bersama makanan
Tiazolidindion : minum bersama makanan
Inhibitor alfa glukosidase : minum bersama suapan pertama setiap makan
METFORMIN
👍 dislipidemia
👍 obesitas
👍 kesuburan wanita (mengobati PCOS)
❌ gagal ginjal
SULFONILUREA
❌ hipoglikemi
❌ obesitas (gol ini dpt meningkatkan berat badan)
TIAZOLIDINDION
👍 gagal ginjal
❌ fraktur, osteoporosis
❌ gangguan jantung
Keterangan
👍: direkomendasikan untuk pasien
❌: dikontraindikasikan untuk pasien

*Bagaimana memilih pengobatan utk pasien asma?*

Karena manifestasi klinis asma bervariasi, ada yang ringan, sedang dan berat, maka
pengobatannya harus disesuaikan dengan berat ringannya asma. Asma ringan mungkin cukup
diobati pada saat serangan, tidak perlu terapi jangka panjang, sedangkan asma yang sedang
sampai berat perlu dikontrol dengan pengobatan jangka panjang untuk mencegah serangan
berikutnya.

Jadi, berdasarkan penggunaannya, pengobatan asma ada dua macam, yaitu


1. pengobatan saat serangan/kambuh (obat pelega) dan
2. pengobatan jangka panjang (obat pencegah atau pengontrol serangan).

Obat pengontrol harus dipakai setiap hari untuk mencegah kekambuhan, dan biasanya diperlukan
oleh pasien asma yang berat dimana kekambuhan terjadi hampir setiap hari.

Obat pelega saluran nafas biasanya memiliki aksi yang cepat untuk melonggarkan saluran nafas.
Contohnya adalah salbutamol, terbutalin, ipratropium bromide dan teofilin/aminofillin.
Salbutamol merupakan golongan obat beta agonis yang aksinya cepat, dan banyak dijumpai
dalam berbagai bentuk sediaan. Ada yang berbentuk tablet, sirup, atau inhalasi. Untuk mengatasi
serangan asma, obat ini merupakan pilihan pertama.

Obat-obat pengontrol yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang meliputi inhalasi
steroid, b2 agonis aksi panjang, sodium kromoglikat atau kromolin, nedokromil, modifier
leukotrien, dan golongan metilksantin. Obat-obat untuk penggunaan jangka panjang sebaiknya
menggunakan bentuk inhalasi, karena efek samping sistemiknya lebih kecil daripada jika
diberikan dalam bentuk oral/obat minum. Contoh obat yang digunakan untuk terapi jangka
panjang adalah inhalasi kombinasi budesonide dan formoterol Obat ini relatif aman dipakai
jangka panjang untuk mengontrol asma yang berat. Obat lain yang diindikasikan untuk
pencegahan asma adalah ketotifen (suatu anti alergi), teofilin lepas lambat, dan sodium
kromoglikat/nedokromil. Namun obat-obat yang terakhir ini adalah pilihan kedua jika pilihan
pertama tidak ada atau tidak berefek.

Nah sediaan obat asma kan ada yg inhalasi, sirup, tablet.

Bagaimana cara memilihnya?


Kalau serangan asma akut, otomatis harus cepat ditangani jd dipilih yg inhalasi karena efeknya
yg cepat dan efek samping yg minim juga.

Kalau sediaan oral, digunakan sebagai obat pengontrol atau pencegah saja.

**OBAT ANTIOBESITAS**

**1. Orlistat** (gol. gastrointestinal lipase inhibitor)


👍 gangguan ginjal
👍 terapi jangka panjang

**2. Lorcaserin** (gol. agonis reseptor serotonin 2C)


❌ gangguan ginjal
❌ gangguan hati

**3. Phentermine, Phendimetrazine, dan Dietilpropion** (gol. noradrenergik)


👍 terapi jangka pendek
❌ gangguan ginjal
❌ hipertensi
❌ gangguan kardiovaskular
❌ terapi jangka panjang

**4. Amfetamin**
🚫dapat menyebabkan ketergantungan dan efek stimulan. dilarang utk digunakan sebagai
penurun berat badan, walau kenyataannya efektif menurunkan berat badan.
ASMA
Bagaimana memilih pengobatan untuk pasien asma?
Karena manifestasi klinis asma bervariasi, ada yang ringan, sedang dan berat, maka
pengobatannya harus disesuaikan dengan berat ringannya asma. Asma ringan mungkin cukup
diobati pada saat serangan, tidak perlu terapi jangka panjang, sedangkan asma yang sedang
sampai berat perlu dikontrol dengan pengobatan jangka panjang untuk mencegah serangan
berikutnya.
Jadi, berdasarkan penggunaannya, pengobatan asma ada dua macam, yaitu
1. Pengobatan saat serangan/kambuh (obat pelega)
Obat pelega saluran nafas biasanya memiliki aksi yang cepat untuk melonggarkan saluran nafas.
Contohnya adalah salbutamol, terbutalin, ipratropium bromide, kortikosteroid IV dan
teofilin/aminofillin. Salbutamol merupakan golongan obat beta agonis yang aksinya cepat, dan
banyak dijumpai dalam berbagai bentuk sediaan. Untuk mengatasi serangan asma, obat ini
merupakan pilihan pertama.
2. Pengobatan jangka panjang (obat pencegah atau pengontrol serangan)
Obat pengontrol harus dipakai setiap hari untuk mencegah kekambuhan, dan biasanya diperlukan
oleh pasien asma yang berat dimana kekambuhan terjadi hampir setiap hari.
Obat-obat pengontrol yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang meliputi inhalasi
steroid, b2 agonis aksi panjang, sodium kromoglikat atau kromolin, nedokromil, modifier
leukotrien, dan golongan metilksantin. Obat-obat untuk penggunaan jangka panjang sebaiknya
menggunakan bentuk inhalasi, karena efek samping sistemiknya lebih kecil daripada jika
diberikan dalam bentuk oral/obat minum. Contoh obat yang digunakan untuk terapi jangka
panjang adalah inhalasi kombinasi budesonide dan formoterol Obat ini relatif aman dipakai
jangka panjang untuk mengontrol asma yang berat. Obat lain yang diindikasikan untuk
pencegahan asma adalah ketotifen (suatu anti alergi), teofilin lepas lambat, dan sodium
kromoglikat/nedokromil. Namun obat-obat yang terakhir ini adalah pilihan kedua jika pilihan
pertama tidak ada atau tidak berefek.
Bagaimana cara memilih bentuk sediaan pengobatan asma?
Kalau serangan asma akut → dipilih efek kerja sistemik → injeksi dan oral
Kalau terapi jangka panjang atau sebagai controller → dipilih efek lokal → inhalasi

ANEMIA
Kondisi klinis yang memerlukan transfusi PRC:
Anemia Akut:
1) haemorrhage saat pembedahan: Hb≤8 g/dL atau adanya gejala;
2) haemorrhage trauma: syok hemoragik, penghantaran oksigen inadekuat;
3) haemorrhage non-bedah/non-trauma: Hb<7 g/dL atau adanya gejala;
4) penyakit kritis: Hb<7 g/dL atau adanya gejala;
5) sepsis awal dengan oksigen inadekuat: Hb<9 g/dL;
6) sepsis syok, sepsis lama: Hb<7 g/dL;
7) sindrom koroner akut dengan iskemia: Hb 8-9 g/dL

PPOK
Stadium III (PPOK berat):
VEP1/KVP < 70%
30% VEP1 < 50% prediksi
Gejala sesak lebih berat, penurunan aktifitas, lelah, serangan eksaserbasi semakin sering dan
berdampak pada kualitas hidup pasien
Obat-obatan yang digunakan dalam tatalaksana PPOK:
1. bronkodilator;
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan
dengan klasifikasi derajat berat penyakit. (pemilihan bronkodilator terlampir); gejala PPOK
berat; adanya keterbatasan dalam aktivitas.
anti inflamasi;
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi
menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison.
Antibiotika
lini 1: amoksilin, makrolida
lini 2: amoksisilin/klavulanat, sefalosporin, kuinolon, makrolida
Perawatan di Rumah Sakit :
dapat dipilih
Amoksilin dan klavulanat
Sefalosporin generasi II & III injeksi
Kuinolon per oral
ditambah dengan yang anti pseudomonas
Aminoglikose per injeksi
Kuinolon per injeksi
Sefalosporin generasi IV per injeksi
Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein.
Mukolitik
Antitusif

PNEUMONIA
Pneumonia merupakan suatu peradangan pada paru yang dapat disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, maupun parasit. Klasifikasi berdasarkan tempat
asalnya ditemukannya patogen penyebab pneumonia, dikenal Community-acquired pneumonia
(CAP) dan Hospital-Acquired Pneumonia (HAP).
CAP → terjadi akibat infeksi di komunitas atau di luar rumah sakit.
HAP → terjadi > 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit, baik di ruang rawat umum
ataupun di ICU tetapi tidak sedang menggunakan ventilator.

Terapi CAP:
TIDAK ADA riwayat pemakaian antibiotik dalam 3 bulan terakhir:
Empirik = Rawat Jalan (Makrolida, Doksisiklin)
ADA riwayat pemakaian antibiotic dalam 3 bulan terakhir:
Empirik = Rawat Jalan dan Rawat Inap (Fluorokuinolon, beta laktam)
Infeksi bakteri Streptococcus pneumonia
Lini 1 : Penisilin G, Amoksisilin
Lini 2: Makrolida, Sefalosporin
Terapi HAP:
Empirik Potensial Streptococcus pneumonia
Lini 1: betalaktam + antibetalaktamase (amoksisilin + klavulanat)
Lini 2: Sefalosporin G3 non pseudomonal (seftriakson dan Sefotaksim)
Lini 3: Kuinolon (levofloksasin dan moksifloksasin)

RHEUMATOID ARTHRITIS (RA)


Peradangan kronis dan biasanya merupakan gangguan inflamasi progresif dengan etiologi yang
belum diketahui yang ditandai dengan keterlibatan sendi simetris polyarticular dan manifestasi
sistemik
Manifestasi Klinik
Nyari sendi dan kaku lebih dari 6 minggu , lemas, letih, demam ringan, hilang nafsu makan,
nyeri otot dan lemas pada siang hari mungkin juga terjadi, perubahan bentuk sendi umumnya
terjadi.
Tatalaksana
First line: Non biologi DMARD seperti metotreksat (MTX), hydroxyquinolone, Sulfasalazine,
Leflunomide
Second line: (RA poor respone terhadap non biologi DMARD) : Kombinasi non biologic
DMARD atau Anti TNF (Infliximab, Etanercept, Adalimumab, dll.)

OSTEOARTHRITIS (OA)
Merupakan penyakit sendi degeneratif yang progresif dimana rawan kartilago yang melindungi
ujung tulang mulai rusak, disertai perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkhondral yang
menimbulkan rasa sakit dan hilangnya kemampuan gerak.
Manifestasi Klinik
rasa nyeri yg dalam, ngilu, sakit kalau digerakkan
kaku pada sendi yang terkena. sembuh bila digerakkan, kambuh dengan diistirahatkan (fenomena
gelling). biasanya < 30 menit lamanya. Sering dipengaruhi oleh cuaca
gerakan sendi yang terbatas. Dapat mengakibatkan keterbatasan aktivitas sehari-hari.
ketidak stabilan pada sendi penyangga beban
Tatalaksana
First line: PCT
Second line: NSAID
Third line: Selective COX-2 inhibitor (celecoxib)

Interaksi obat:
potensiasi itu lbih lihat efek yang awalnya tidak ada, kemudian di beri senyawa lain efeknya jd
berlipat (jdi 0+2 jadi = 5)

adisi itu efeknya tambah samakin besar sesuai efeknya 2+2 = 4

sinergis efeknya lebih besar 2+2 = 8

antagonis malah menurunkan 2+2 = 1

Pemilihan Metode Pembuatan Tablet


Ada 3 metode pembuatan tablet: cetak langsung, granulasi basah, granulasi kering.
Nah untuk pemilihannya, kita harus tau karakteristik dari zat aktif nya :)
Cetak Langsung
Jika zat aktif memiliki sifat:
daya alir / kompresibilitas baik
tidak tahan panas (termolabil)
tidak tahan air (higroskopis)
Granulasi Basah
Jika zat aktif memiliki sifat:
daya alir / kompresibilitas buruk
tahan panas
tahan air (tidak higroskopis)
Granulasi Kering
Jika zat aktif memiliki sifat:
daya alir / kompresibilitas buruk
tidak tahan panas (termolabil)
tidak tahan air (higroskopis)

TIPS:
Kita harus tau infeksi tsb berasal dari bakteri/virus/parasit karena obatnya jelas beda.
Kita sesuaikan pengobatan berdasarkan efektivitas obat. Misal antibiotik spesifik gram positif
digunakan untuk mengatasi bakteri gram positif, begitu pula sebaliknya.
Kita harus highlight antibiotik yang digunakan utk penyakit atau bakteri tsb. Minimal kita tahu
first line nya untuk setiap penyakit, bisa cek di Modul ya.
Perhatikan juga pasiennya (anak/dewasa/hamil/menyusui) karena pengobatan infeksi mayoritas
berbeda2 setiap kondisi pasien.
Perhatikan antibiotik yang aman untuk ibu hamil dan menyusui. Perhatikan juga antibiotik yang
kontraindikasi untuk anak beserta efek samping yg ditimbulkan.
Pelajari penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerja nya.

EPILEPSI
Epilepsi merupakan penyakit yang ditandai dengan kejadian kejang yang berulang dan
reversibel. Serangan kejang yang merupakan gejala atau manifestasi klinik utama epilepsi
disebabkan oleh berbagai hal, yang dapat menimbulkan kelainan fungsional (motorik, sensorik,
otonom atau psikis).

Secara umum, penanganan awal untuk status gawat darurat:


Obat emergensi seperti diazepam melalui rektal atau midazolam IM.
Jika tidak membaik, dibawa ke RS dan biasanya diberikan lorazepam atau fenitoin

Sementara kalau epilepsi yg bukan gawat darurat, obatnya berdasarkan jenis epilepsi (ada di
image terlampir). Nah berikut ini penjelasan dari tiap jenisnya:
1. Primarily generalised tonic clonic (grand mal)
Tipe ini merupakan bentuk kejang yang paling banyak terjadi. Fase awal dari terjadinya kejang
biasanya berupa kehilangan kesadaran disusul dengan gejala motorik secara bilateral, dapat
berupa ekstensi tonik beberapa menit disusul gerakan klonik yang sinkron dari otot- otot yang
berkontraksi, menyebabkan pasien tiba-tiba terjatuh dan terbaring kaku sekitar 10-30 detik.
Beberapa pasien mengalami pertanda atau aura sebelum kejang. Kebanyakan mengalami
kehilangan kesadaran tanpa tanda apapun. Dapat juga terjadi sianosis, keluar air liur,
inkontinensi urin dan atau menggigit lidah. Segera sesudah kejang berhenti pasien tertidur.
Kejang ini biasanya terjadi sekitar 2-3 menit.
2. Absence (petit mal)
Kejang ini ditandai dengan hilangnya kesadaran yang berlangsung sangat singkat sekitar 3-30
detik. Jenis yang jarang dijumpai dan umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal
remaja.
3. Myoclonic
Kejang tipe ini ditandai oleh kontraksi otot-otot tubuh secara cepat, bilateral, dan terkadang
hanya terjadi pada bagian otot-otot tertentu. Biasa terjadi pada pagi hari setelah bangun tidur,
pasien mengalami hentakan yang terjadi secara tiba-tiba.
4. Tonic
Pada kejang tonik, otot berkontraksi dan gangguan kesadaran terjadi sekitar 10 detik
5. Atonic
jarang terjadi. Pasien dapat tiba-tiba mengalami kehilangan kekuatan otot yang mengakibatkan
pasien terjatuh, namun dapat segera pulih kembali. Terkadang terjadi pada salah satu bagian
tubuh, misalnya mengendurnya rahang dan kepala yang terkulai.
6. Partial
Kejang ini terjadi pada salah satu atau lebih lokasi yang spesifik pada otak.

NOTE
asam valproat dan karbamazepin dapat menyebabkan spina bifida dan hypospadia
barbiturat dan fenitoin dapat menyebabkan malformasi jantung.
ibu hamil yang menderita epilepsi, sebaiknya menggunakan monoterapi. Lamotrigine dan
fenobarbital dapat digunakan karena dapat ditoleransi dan terbukti memiliki efek malformasi
paling minim diantara obat epilepsi lainnya.

INTERAKSI OBAT

Interaksi obat dengan obat dibedakan berdasarkan mekanisme nya, yaitu


Farmasetik
Farmakodinamik
Farmakokinetik

Interaksi Farmasetik
Interaksi ini disebut jg inkompatibilitas, bersifat langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi,
misalnya terjadinya presipitasi, perubahan warna, tidak terdeteksi (invisible), yang selanjutnya
menyebabkan obat menjadi tidak aktif. Contoh: interaksi fenitoin dengan larutan dextrosa 5%
terjadi presipitasi; amfoterisin B dengan larutan NaCl fisiologik terjadi presipitasi.
Solusi: ganti pelarut atau formulasi

Interaksi Farmakodinamik
Interaksi ini terjadi antara obat yang memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping
yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara
obat- obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi
dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi.
Solusi: ganti obat atau penyesuaian dosis

Interaksi Farmakokinetik
Interaksi ini terjadi ketika suatu obat mempengaruhi ADME (absorbsi, distribusi, metabolisme
dan ekskresi) obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia
untuk menghasilkan efek farmakologisnya.
Solusi:
jika interaksi terjadi pada fase Absorbsi -> diberikan jeda waktu antara pemberian kedua obat yg
berinteraksi
jika interaksi terjadi pada fase Distribusi, Metabolisme, dan Eliminasi -> obat perlu diganti.
STERILISASI
Pemilihan metode sterilisasi sangat tergantung pada sifat sediaan dan zat aktif.
Sterilisasi Akhir dapat dilakukan dengan memilih beberapa metode berikut:
Panas Basah (Autoklaf, 120 derajat 15 menit)
zat tahan panas
mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini (contoh: ampul, infus)
Panas kering (Oven, 180 derajat 2-3 jam)
zat tahan panas
Penyaringan (under LAF menggunakan membran filter)
zat tidak tahan panas
sediaan dapat menembus membran filter, yaitu liquid/cairan
Gas (etilen oksida,formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, kloropikrin dll)
memakan waktu lama
zat tidak tahan panas
mahal, biasanya untuk sterilisasi ruangan atau alat2 tertentu saja
Radiasi (UV atau Gamma)
Sinar UV biasanya untuk sterilisasi ruangan.
Sinar gamma lebih kuat daya tembusnya dibandingkan dengan sinar UV, sehingga cocok
digunakan untuk mensterilkan bahan plastik sekali pakai, antibiotik, hormon, dan jarum suntik.
Teknik Aseptis yaitu proses pembuatan dari awal hingga akhir dilakukan di bawah LAF, atau
biasa disebut:
Teknik Aseptis di bawah LAF
zat tidak tahan panas
sediaan tidak dapat menembus membran filter, seperti krim, salep

UJI Stabilitas sediaan


In use stability test: Membuka menutup wadah berkali-kali dilakukan dengan uji stabilitas
On going test: dilakukan untuk melihat stabilitas sediaan saat sudah di pasaran
Accelerated stability test (dipercepat): dilakukan untuk mengetahui Expire date dan utk
memenuhi registrasi obat
Long term stability test: untuk mengetahui expired date yang real, sehingga jika ternyata lebih
panjang EDnya bisa diajukan extend ED ke BPOM.

PENGGUNAAN INSTRUMEN
KLT → mendeteksi senyawa
Kromatografi gas → menetapkan kadar zat aktif yang dapat diderivatisasi menjadi gas
Spektroskopi serapan atom → mendeteksi logam
Spektrofotometri UV/Vis → menetapkan kadar zat aktif yang memilki kromofor (ikatan rangkap
terkonjugasi).
Spektrofotometri IR → mengidentifikasi gugus fungsi
KCKT/HPLC → mengetahui kadar sediaan yang memiliki zat aktif 1 atau lebih
Elektroforesis → analisis asam amino dan protein
PARAMETER VALIDASI METODA ANALISA
Ketepatan (akurasi): menyatakan berapa dekat angka terbaca pada alat ukur dengan nilai
sebenarnya sesuai besaran yang diukur tersebut. Alat ukur dengan ketepatan yang tinggi
menunjukkan angka terbaca yang sangat dekat dengan nilai sebenarnya sesuai besaran yang
diukur.

Ketelitian (presisi): menyatakan berapa dekat nilai bacaan alat ukur jika digunakan untuk
mengukur suatu besaran berkali-kali. Alat ukur dengan ketelitian tinggi apabila digunakan untuk
mengukur benda yang sama akan memberikan hasil pengukuran yang sangat berdekatan antara
pengukuran satu dengan lainnya. Alat ukur dengan ketelitian yang tinggi belum tentu
mempunyai ketepatan yang tinggi pula, hal tersebut dapat disebabkan oleh kesalahan sistematik
pada alat ukur tersebut.

Kepekaan (sensitivitas): menyatakan perbandingan keluaran terhadap perubahan pada besaran


yang diukur. Suatu alat yang peka akan memberikan tanggapan atau respon yang besar jika
besaran yang diukur berubah sedikit sekali pun.

Spesifisitas: menyatakan bahwa alat ukur tsb spesifik untuk suatu senyawa tertentu.

Daya pisah (resolusi): menyatakan perubahan terkecil dari sebuah besaran yang diukur, sejauh
mana alat ukur dapat menanggapi perubahan terkecil tersebut.

Kesalahan: perbedaan simpangan atau nilai pada alat ukur terhadap nilai besaran sebenarnya.

TIPS!
Cara menentukan parameter yang diuji berdasarkan Keyword pada soal:
Persen recovery → akurasi
Koefisien korelasi → linearitas
Koefisien variasi → presisi
Hanya dapat mengukur zat tertentu → selektivitas

SUHU PENYIMPANAN OBAT


Suhu penyimpanan obat disesuaikan dengan sifat dari obat tsb (baik zat aktif maupun
eksipiennya).
Beku adalah suhu freezer yaitu -20 s/d 10 derajat celcius.
Contoh obat: vaksin polio oral, salep, ovula.
Dingin adalah suhu tidak lebih dari 8 derajat celcius. Lemari pendingin (kulkas) memiliki suhu
antara 2 - 8 derajat celcius.
Contoh obat: vaksin selain polio oral, insulin, produk darah.
Sejuk adalah suhu antara 8 s/d 15 derajat celcius. Kecuali dinyatakan lain harus disimpan pada
suhu sejuk dapat disimpan dilemari pendingin.
Contoh obat: suppositoria.
Suhu Kamar adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang diatur antara
15 s/d 30 derajat celcius.
Contoh obat: mayoritas obat sediaan solid disimpan pada suhu kamar. Bisakodil suppositoria
disimpan pada suhu kamar (15-25 derajat celcius).
Formulasi Pembuatan Sediaan Solid
Komposisi tablet
1. Zat aktif obat
2. Pengikat (binder)
Berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk saat granulasi dan kempa, menambah daya
kohesi yang telah ada pada bahan pengisi
Contoh: turunan selulosa, avicel, Na-CMC, HPMC, gelatin, gom arab, tragakan, pektin, amilum,
PEG, Na-alginat, povidon, kopolidon
3. Pengisi (filler)
Berfungsi menambah bobot agar dapat dikempa menjadi tablet
Contoh: turunan selulosa, avicel-PH (101, 102, 103), MCC, amilum, sukrosa, dekstrosa, manitol,
kalium karbonat
4. Penghancur (disintegrant)
Meningkatkan daya disolusi tablet
Contoh: croscarmellulosa, crospovidon, amprotab, primojel, ac-disol, asam alginat
5. Pelincir
● Lubrikan
Berfungsi mengurangi gesekan antara isi tablet dengan dinding ruang cetak. Jika kekurangan
maka akan menyebabkan sisi permukaan tablet tergores tak teratur dan kerja mesin tablet akan
lebih berat
Contoh: Magnesium stearat, asam stearat (jika zat aktif inkompatibilitas dengan logam maka
dapat dipilih asam stearat)
● Anti adherent
Berfungsi mencegah melekatkan sebagian massa tablet pada permukaan mencetak tablet (punch)
Contoh: talk, jagung c. Glidan - Berfungsi memperbaiki sifat aliran granul.
● Glidan
Terdapat di antara partikel granul sehingga dapat memperkecil gesekan sesama partikel granul.
Glidan dapat memperkecil partikel granul bergabung membentuk partikel yang lebih besar
Contoh: aerosil, talk, pati jagung
6. Bahan lainnya
Pewarna, pemanis, pewangi, dan lainnya

Formulasi Pembuatan Sediaan Semi Solid dan Likuid


Eksipien yang Digunakan:
Basis Semisolid
1. Hidrokarbon
Bersifat inert, turunan minyak bumi, sulit tercuci oleh air, dan tidak ter-absorpsi oleh kulit.
Contoh: parafin, vaselin kuning, vaselin putih
2. Basis serap
Bersifat hidrofil, menyerap kelebihan air pada kulit.
Contoh: lanolin, lanolin anhidrat
3. Basis larut air
Bersifat larut dalam air, dapat dicuci, tidak mengiritasi.
Contoh: PEG
Emulgator
1. Air dalam minyak (W/O) : lanolin, span (sorbitan ester)
2. Minyak dalam air (O/W) : tween (polisorbat), metilselulosa, akasia, tragakan
Gelling agent
Hidrokoloid yang memberikan konsistensi tiksotropik pada gel.
Contoh: Tragakan, turunan selulosa, alginat, pektin, gelatin, povidon
Wetting agent
Sebagai zat pendispersi pada sediaan suspensi.
Contoh: Gliserin, propilenglikol, PEG
Surfaktan
Menurunkan tegangan permukaan.
1. Non ionik: ester polietilen
2. Kationik: benzalkonium klorida
3. Anionik: Na dodesil sulfat
Antioksidan
Mencegah oksidasi.
Contoh: BHA, BHT, propil galat, tokoferol
Pengawet
Mencegah kerusakan obat akibat bakteri atau jamur.
Contoh: benzalkonium klorida, amonium kuartener, formaldehid (utk topikal), asam sorbit, asam
benzoat, paraben, alkohol
Softener
Membuat sediaan lebih lembut.
Contoh: parafin cair

SULIT MENGHAFAL EKSIPIEN?


Sebenarnya tiap eksipien bisa saja memiliki kemampuan lebih dari 1, tergantung seberapa besar
persentase nya dalam formulasi. Namun ini tidak perlu teman-teman hafalkan semuanya. Kalau
mau baca-baca boleh aja sih, silahkan buka HOPE (Handbook of Pharmaceutical Excipients). Di
buku ini lengkap sekali keterangan terkait penggunaan eksipien.

TIPS #1
Cek komposisi lain yang digunakan dalam formulasi tsb. Tidak mungkin dalam suatu formulasi,
ada eksipien yang digunakan dengan tujuan yang sama.
Misal: suatu tablet formulasi nya omeprazole (zat aktif), eksipiennya amilum, PEG, amprotab,
dan talcum. Disini jelas fungsi PEG berarti sebagai pengikat.
TIPS #2
1. Jika jumlahnya besar atau lebih besar dari eksipien lainnnya, biasanya itu adalah pengisi.
2. Jika disebutkan di akhir formulasi, biasanya itu adalah glidan/anti adherent/lubrikan

TIPS #3
WAJIB melihat bentuk sediaannya. Apakah tablet? Emulsi? Suspensi? Gel? dsb. Karena tidak
mungkin kan wetting agent digunakan untuk formulasi tablet :) jadi diperhatikan lagi soal dan
pilihan jawabannya yaa.
DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (DOWA)
OWA : Obat Wajib Apotek merupakan obat keras yg dapat diberikan oleh apoteker dalam
jumlah terbatas.
Daftar OWA terbagi menjadi 3.
Umumnya, untuk antibiotik yg masuk OWA adalah antibiotik topikal.
Beberapa analgetik juga dapat diberikan dalam jumlah terbatas.
Berikut kakak buat rangkuman dari DOWA 1-3 yang sering keluar/sering digunakan ya:

DOWA 1
● Oral kontrasepsi -> max 1 siklus, dengan syarat siklus pertama harus dgn resep dokter
● Metoklopramid -> max 20 tab
● Salbutamol -> max 20 tab
● Asam Mefenamat -> max 20 tablet / 1 botol
DOWA 2
● Omeprazol -> max 7 tab
DOWA 3
● Allopurinol -> max 10 tab
● Na diklofenak -> max 10 tab
● Cetirizine -> max 10 tab
● Ranitidin -> max 10 tab
● Gentamisin -> max 1 tube

Anda mungkin juga menyukai