Anda di halaman 1dari 8

HUKUM CUKA YANG DIPROSES MELALUI CARA YANG

HARAM

A. Why (Latar belakang)

Para ulama yang mengharamkan proses pengubahan khamar


menjadi cuka berbeda pendapat apakah cuka hasil proses itu menjadi
suci (halal) ataukah tetap najis? Sebagian mereka berpendapat bahwa
hukumnya tetap najis dan tidak halal dikonsumsi, karena sebuah
atsar yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab ra bahwa beliau
pernah berkata, "Jangan kalian makan cuka yang terbuat dari khamar
kecuali perubahan terjadi secara alami". (Atsar diriwayatkan oleh
Al- Baihaqi).

Sebagian lagi berpendapat bahwa memang hukum prosesnya


haram, namun hasil yang diproses telah berubah wujud menjadi cuka
bukan lagi khamar, dan cuka hukumnya halal (suci). Wallahu a'lam,
pendapat yang tetap menganggap najis cuka yang diproses dengan
cara haram, dari tinjauan sadduzzari'ah lebih kuat (Sadduzzari'ah
yaitu: melarang sesuatu hal yang hukumnya boleh, tetapi ada
kemungkinan hal tersebut dapat mengantarkan kepada hal yang
haram) dan pantas diterapkan Umar dalam kebijakannya sebagai
khalifah, agar tindakan haram memproses khamar menjadi cuka
tidak dilakukan orang untuk meraup keuntungan duniawi. Maka
sebagai pengambil keputusan dalam sebuah negara patut untuk
mengikuti pendapat ini. Adapun dari tinjauan dan pendapat yang
menghalalkan cuka yang diproses dari khamar lebih kuat, karena
memang khamar telah berubah menjadi cuka, dan cuka hukumnya
halal, yang diharamkan hanyalah prosesnya dan bukan cukanya.

B. What (Penjelasan)

1
Cuka yang diproses dengan cara yang haram dalam Islam
adalah cuka yang berasal dari khomr (segala sesuatu yang
memabukkan), lalu diolah dengan tangan manusia menjadi cuka,
maka tidaklah halal.1 Hadits yang mendukung hal ini,

« ‫ َع ْن َأْيَت اٍم َو ِر ُث وا َخ ْم ًرا َق اَل‬- ‫لم‬4‫ه وس‬4‫لى هللا علي‬4‫ ص‬- ‫َع ْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك َأَّن َأَب ا َطْلَح َة َس أَل الَّنِبَّي‬
‫ َقاَل َأَفاَل َأْج َع ُلَها َخ ال َقاَل « اَل‬.» ‫ُأْهِرُقَها‬

Dari Anas bin Malik, bahwasanya Abu Tholhah pernah bertanya


pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai anak yatim yang
diwarisi khomr. Lantas beliau katakan, "Musnahkan khomr
tersebut." Lalu Abu Tholhah bertanya, "Bolehkah aku mengolahnya
menjadi cuka?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Tidak
boleh." (HR. Abu Daud no. 3675. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih)

Dalam hal ini Ibnul Qayyim menjelaskan ini adalah


penjelasan yang amat jelas bahwa khamr jika diolah menjadi cuka
(dengan tangan manusia), maka itu tidak dibolehkan (haram
hukumnya). Jika hal itu dibolehkan, maka tentu harta anak yatim
yang lebih pantas untuk diperlakukan seperti itu karena harta mereka
sudah sepantasnya dijaga, dikembangkan dan diperhatikan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga melarang


membuang-buang harta (memboroskan harta). Jika diperintahkan
untuk dimusnahkan berarti yang dimaksud adalah membuang-buang
harta. Maka sudah dimaklumi bahwa mengolah khomr menjadi cuka
tidaklah membuat khomr tersebut jadi suci.

Para ulama telah sepakat bahwa bilamana khamar berubah


menjadi cuak dengan sendirinya tanpa ada campur tangan manusia,
cuka tersebut hukumnya menjadi halal (suci).

1
Dr. Erwandi Tarmizi, MA. Harta Haram Muamalat Kontempore. hal 265
2
An-Nawawi berkata, "para ulama sepakat bahwa apabila
khamar berubah dengan sendirinya menjadi cuka hukumnya halal.
Akan tetapi para ulama berbeda pendapat bila perubahan tersebut
karena ada campur tangan manusia, bagaimana hasil yang diproses ?

Pendapat pertama : Dalam mazhab Hanafi proses tersebut


dibolehkan dan hasil yang telah menjadi wujud lain setelah diproses
hukumnya suci,boleh dikonsumsi. Mereka berdalil dengan sabda
Nabi Muhammad saw, saat beliau meminta lauk campuran roti
kepada salah seorang dari istrinya,makan istrinya menjawab,"Yang
ada hanyalah cuka".2 Beliau bersabda, ‫ِنعَم االم َاواالدام الخل‬

"Lauk (campuran makan roti) yang paling enak adalah cuka, lauk
(campuran makan roti) yang plaing enak adalah cuka".(HR.Muslim)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sangat memuji cuka,


padahal cuka terbuat dari khamar. Dan beliau tidak merinci bahwa
cuka yang beliau maksud adalah cuka yang berubah dari khamar
secara alami atau bukan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa boleh hukumnya memproses khamar untuk menjadi zat lain
yang halal. Tanggapan: Dalil ini tidak kuat, karena mungkin saja
yang dimaksud Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah cuka yang
berubah wujud secara alami, karena Allah telah mewajibkan untuk
menjauhi khamar, maka proses perubahan khamar yang dilakukan
dengan sengaja berarti mendekati khamar yang merupakan sebuah
pelanggaran terhadap larangan Allah.

Pendapat kedua: Dalam mazhab Syafi'i, Hanbali dan sebuah


pendapat dalam mazhab Maliki bahwa memproses khamar menjadi
zat lain, hukumnya haram.3 Hadis yang mendukung pendapat diatas

Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik


bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam ditanya tentang bolehkah
2
Dr. Shaleh Al Musallam, Tathir an najasat, hal 78

3
Al Mausuah Al Fiqhiyyah Al Quwaitiyyah, Jilid V, hal 29
3
khamar diproses menjadi cuka ? Maka beliau menjawab," tidak".
(HR. Muslim).

Dalam hadis lain, Abu Thalhah bertanya kepada Nabi Saw


tentang khamar anak yatim yang merupakan warisan orang tuanya
yang telah meninggal. Maka Nabi Saw bersabda,"Tumpahkan
khamar itu!

Jenis cuka dan penjelasan tentang halal dan haramnya bagi muslim.

1. Cuka Putih atau Cuka Suling

Cuka putih atau cuka suling adalah salah satu jenis cuka yang
paling umum ditemui dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia.
Cuka ini kerap dipakai dalam masakan. Jenis cuka ini termasuk
produk halal bagi muslim, sebab proses pembuatannya tidak berasal
dari khamr. Cuka putih memiliki kandungan terdiri dari air dan 10%
asam asetat.

2. Cuka Balsamic

Cuka Balsamic merupakan jenis cuka hasil fermentasi jus


buah anggur yang diubah menjadi minuman keras. Cuka memiliki
warna cokelat gelap.Pembuatan cuka balsamic biasanya dicampur
dengan wine vinegar. Rasanya dikenal manis asam dan biasanya
dipakai untuk melengkapi salad.Karena proses pembuatannya
tercampur dengan bahan alkohol, cuka balsamic bisa menjadi tidak
halal bagi muslim.

3. Cuka Apel (Apple Vinegar)

Cuka apel merupakan cairan yang melalui proses fermentasi


menggunakan sari buah apel dan ragi. Proses fermentasi ini pun
membuat cuka apel memiliki kandungan bakteri probiotik yang
dapat membantu memelihara kesehatan saluran pencernaan. Proses

4
fermentasi yang dibuat menggunakan bahan-bahan alami ini pun
membuat cuka apel aman dikonsumsi muslim.

4. Cider Vinegar

Cider Vinegar menjadi salah satu jenis cuka yang tidak boleh
dikonsumsi oleh muslim. Meskipun Cider Vinegar merupakan cuka
yang terbuat dari jus buah, seperti anggur, apel, pir, dan lain
sebagainya.Pasalnya, bahan-bahan tersebut terlebih dahulu
difermentasi sampai menghasilkan asam dan menghasilkan
minuman keras yang disebut cider. Sehingga cider yang memiliki
efek khamr ini pun menjadi alasan mengapa jenis cuka ini tidak
halal.

‫ُك لوا من طيبات ما رزقناكم‬

"Makanlah dari makanan yang baik baik yang telah kami


berikan kepadamu"(Qs.Al-Baqarah:57)

5. Cuka Beras

Sesuai namanya, cuka beras dibuat dari fermentasi beras.


Prosesnya dilakukan dengan cara mencampurkan beras putih dengan
fermentasi starter (bahan tambahan yang digunakan pada tahap awal
fermentasi). Kemudian akan terjadi proses alami sampai
menghasilkan cuka.Namun, mayoritas cuka beras dibuat
menggunakan rice wine atau arak beras yang mengandung alkohol
sehingga jenis cuka ini pun menjadi haram bagi muslim. Sampai saat
ini belum ditemui produk cuka beras yang sudah mendapat
sertifikasi halal MUI.

C. How to (Solusi permasalahan)

Proses pengolahan cuka yang melibatkan bahan haram,


seperti khamr (arak), menjadi cuka yang halal dalam Islam dikenal
sebagai istihalah. Istihalah merupakan konsep transformasi dari sifat

5
asli suatu bahan menjadi sesuatu yang lain, disertai dengan lepasnya
sifat asli tersebut. Contoh proses istihalah adalah perubahan khamar
atau arak yang berubah menjadi cuka. Cuka yang dihasilkan melalui
proses ini, menurut mayoritas ulama, dinyatakan suci.4

Dalam konteks ekosistem industri halal, pendekatan kluster


dapat memberikan solusi terhadap masalah pemasaran, promosi, dan
distribusi produk halal, termasuk cuka, yang diproses melalui cara
yang halal. Dalam Islam, penggunaan alkohol, termasuk dalam
pembuatan makanan, minuman, obat, dan kosmetika, merupakan
permasalahan yang harus dihindari. Oleh karena itu, proses istihalah
menjadi penting untuk mengubah bahan haram menjadi halal.5

Dengan demikian, untuk memastikan bahwa cuka diproses


melalui cara yang halal, penting untuk memahami konsep istihalah
dan memastikan bahwa proses produksi cuka memenuhi syarat-
syarat ke halalan dalam Islam.

D. Conslution (Kesimpulan)

Berdasarkan hasil pencarian, cuka dihukumi halal


sebagaimana asalnya, kecuali jika cuka tersebut berasal dari khomr
(segala sesuatu yang memabukkan) dan diolah dengan tangan
manusia menjadi cuka, maka tidaklah halal Dalam Mazhab Hanafi,
perubahan khamar menjadi cuka dianggap halal jika terjadi
perubahan rasa dari pahit menjadi masam, sehingga rasanya sudah
tidak pahit lagi. Namun, terdapat pandangan yang menganggap
haram menggunakan cuka wain yang diproses dan dicampur dengan
bahan-bahan luar. Oleh karena itu, kesimpulan tentang cuka diproses
melalui cara yang haram tergantung pada pandangan mazhab dan
proses pembuatannya.

4
Basim Al Qaroti’, An Nawazil fith thaharah, hal 402

5
Syarh Shahih Muslim, Jilid XIII, hal 152
6
Fiqih klasik mengenal apa yang disebut dengan istihalah,
yaitu perubahan hukum suatu hal ke hal lainnya. 6 Dalam kitab
standar mazhab Hanafi, Radd al-Mukhtar alá al-Durr al-Mukhtar,
disebutkan contoh ekstrem dari aplikasi istihalah: bahwa menurut
Ibn Abidin, kalau babi tenggelam di laut, dan setelah itu tubuhnya
hancur, kemudian berubah menjadi garam, maka garamnya itu halal.
Jika najis sudah menjadi abu, maka tidak dikatakan najis lagi. Garam
yang sudah berubah tidak dikatakan najis lagi walaupun sebelumnya
berasal dari keledai, babi, atau selainnya yang najis. Begitu pula
dianggap suci jika najis jatuh ke sumur dan berubah jadi tanah.

Khamr itu jelas dihukumi haram. Namun, kalau khamr


didiamkan saja selama beberapa waktu, kemudian berubah menjadi
cuka, maka berubah pula status hukumnya karena zatnya sudah
berubah. Anggur itu halal, namun ketika perasan anggur diolah
menjadi khamr, maka hukumnya haram. Begitu pula ketika terjadi
perubahan berikutnya, di mana khamr telah menjadi cuka, Mazhab
Hanafi menggunakan teori istihalah ini secara mutlak, sedangkan
mazhab Syafi'i lebih berhati-hati. Menurut penjelasan kitab Syarh
Muhadzdzab-nya Imam Nawawi, kalau perubahan zat itu melalui
proses alami, tanpa melibatkan unsur manusia dan bahan kimiawi
lainnya, maka teori istihalah bisa diterapkan. Akan tetapi, kalau
perubahan zat itu terjadi karena unsur rekayasa kimiawi dan
teknologi pangan, maka teori istihalah tidak berlaku.

Sebagai contoh: kalau perubahan khamr ke cuka melalui


proses alami, maka mazhab Hanafi dan Syafi'i sepakat istihalah bisa
diterapkan. Namun, kalau khamr menjadi cuka melalui proses
rekayasa, dengan ditambahkan cairan atau melalui proses kimiawi
lainnya, maka cuka tersebut tetap haram.

6
Fiqih Jumhur Jilid 1, Cetakan pertama tahun 2010
7
DAFTAR PUSTAKA

Al Mausuah Al Fiqhiyyah Al Quwaitiyyah, Jilid V, hal 29

Basim Al Qaroti’, An Nawazil fith thaharah, hal 402

Dr. Erwandi Tarmizi, MA. Harta Haram Muamalat Kontemporer. hal 265

Dr. Shaleh Al Musallam, Tathir an najasat, hal 78

Fiqih Jumhur Jilid 1, Cetakan pertama tahun 2010

Kasysyaf, Al Qinna, Jilid 1 hal 197

Syarh Shahih Muslim, Jilid XIII, hal 152

NAMA : YANA ZILZIAH

NIM : 2214020142

KELAS : PBA- D

MATKUL : EDU ENTERPRENEURSHIP

JURUSAN : PENDIDIKAN BAHASA ARAB

DOSEN : YONI MARLIUS M.Ed

Anda mungkin juga menyukai