Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH HIGIENE INDUSTRI FAKTOR KIMIA

GAS CO, SOx, NOx, H2S, HC

Dosen Pengampu:
Dr. Lusi Ismayenti, S.T., M.Kes

Disusun oleh:
Jajag Toti Bintang Pamungkas
V8122044
A

PROGRAM STUDI D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan............................................................................................................1

1.4 Manfaat..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Karbon Monoksida (CO)...............................................................................3

2.1.1 Dampak Paparan Karbon Monoksida Terhadap Kesehatan...................4

2.1.2 Gejala Klinis Akibat Paparan Karbon Monoksida..................................5

2.2 Oksida Sulfur (SOx).......................................................................................6

2.2.1 Dampak Sulfur Dioksida Terhadap Kesehatan.......................................8

2.3 Nitrogen Oksida (NOx)................................................................................10

2.3.2 Pengaruh NOx Terhadap Manusia........................................................12

2.3.3 Pengaruh NO Terhadap Hewan............................................................12

2.3.4 Pengaruh NOX Terhadap Tanaman......................................................13

2.4 Hidrogen Sulfida (H2S)...............................................................................14

2.4.1 Karateristik H2S....................................................................................15

2.4.2 Cara Terbentuknya Gas Hidrogen Sulfida............................................15

2.4.3 Sifat dan karakteristik gas H2S.............................................................15

2.4.4 Rumus Kimia Hidrogen Sulfida............................................................16

2.4.5 Hidrogen Sulfida dan Kehidupan..........................................................16

2.5 Hidro Karbon (HC)......................................................................................16

BAB III PENUTUP...............................................................................................18

ii
3.1 Kesimpulan..................................................................................................18

3.2 Saran.............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Udara yang kita hirup setiap hari merupakan gas yang tidak
kelihatan, tidak berasa, tidak berbau dan udara ini hampir tidak pernah
didapatkan bersih di alam. Udara selalu dicemari dengan berbagai tingkat
pencemaran baik pencemaran secara ilmiah seperti gunung api,
pembusukan pada tumbuhtumbuhan dan lain sebagainya, maupun
pencemaran akibat aktifitas manusia untuk menunjang kehidupan seperti
pembuangan sampah, gas-gas buangan pada industri, transportasi dan
sebagainya.
Pencemaran udara dapat diartikan sebagai kehadiran di atmosfer
dari satu zat atau lebih zat pencemar baik padat, cair maupun gas, dalam
kuantitas, karakteristik dan lamanya dapat membahayakan manusia,
tanaman, binatang atau benda-benda milik, atau dimana secara tidak
langsung mengganggu kenyamanan hidup dan benda-benda milik.
Bahan pencemar udara ini dapat tersebar secara cepat dalam
jumlah yang besar ke udara, atau berkumpul dalam berbagai konsentrasi di
suatu tempat, tergantung keadaan geografi dan keadaan klimatologi
setempat. Komponen-komponen bahan pencemar utama yang
menimbulkan pencemaran udara adalah Karbon Monoksida (CO), Oksida
Nitrogen (NOX), Hidro Karbon (HC), Oksida Sulfur (SOX), dan Hidrogen
Sulfida (H2S).
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang gas-gas
pencemar udara yang menimbulkan pencemaran di lingkungan sekitar.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah apa itu gas-gas pencemar di udara ?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai
gas-gas pencemar di udara.

1
I.4 Manfaat
1. Bagi Praktikan
Makalah ini menjadi bahan pembelajaran dan dapat menambah
pengetahuan terkait dengan gas-gas pencemar di udara.
2. Bagi Program Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Makalah ini dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk
pembelajaran prodi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja tentang gas-
gas pencemar di udara.

2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Karbon Monoksida (CO)

Gambar 2.1 Karbon Monoksida (CO)


Gambar 2.1 merupakan gambaran dari senyawa karbon monoksida.
Karbon monoksida atau yang bisa disebut sebagai gas CO ini memiliki
sifat tidak berbau, tidak berwarna, mudah terbakar, sangat berbahaya tetapi
tidak mengiritasi, dan tidak berasa, sehingga sulit dideteksi oleh indera
manusia. Dengan sifat-sifat yang telah disebutkan maka gas karbon
monoksida diketahui sebagai “silent killer” (Rivanda, 2015).
Karbon monoksida (CO) bisa terbentuk secara alami dan bisa
terbentuk secara buatan, kegiatan manusia merupakan sumber utama
pembentuknya. Karbon monoksida (CO) yang berasal dari alam adalah gas
CO yang berasal dari lautan, pegunungan, kebakaran hutan, badai listrik
dan oksidasi metal di lapisan atmosfir (Anggraeni, 2009). Sumber gas CO
yang berasal dari aktivitas manusia pada umumnya bersumber dari tidak
sempurnanya proses pembakaran, seperti proses pembakaran yang terjadi
pada kendaraan bermotor, pembakaran briket untuk penghangat ruangan,
pembakaran kayu pada proses memasak, pembakaran batu bara, hasil
pembakaran mesin industri, asap rokok atau pembakaran lainnya yang
menghasilkan gas.
Pengukuran konsentrasi dari gas CO dapat diukur dengan
menggunakan sistem satuan ppm atau parts per million. Dimana nilai dari
1 ppm setara dengan nilai 1,145 mg/m3. PPM juga di definisikan sebagai
massa dari komponen dalam larutan yang dibagi total massa dari larutan
lalu dikalikan dengan nilai satu juta (106). Berdasarkan Keputusan Badan

3
Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor
KEP-107/Kabapedal/11/1997, rentang semua Gas (PM10, CO, SO2, NO2
dan O2) yang terdapat pada Indeks Standar Pencemar Udara dengan
ketentuan yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Rentang Indeks Standar Pencemar Udara

II.1.1 Dampak Paparan Karbon Monoksida Terhadap Kesehatan


Karbon monoksida (CO) adalah salah satu jenis senyawa
yang memiliki efek sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh
manusia melalui indra penciuman. Gas CO yang sudah masuk ke
dalam tubuh manusia bisa mengikat sel darah merah 200 hingga 250
kali lebih kuat dibandingkan dengan oksigen, sehingga
menggantikan peran oksigen. Apabila karbon monoksida terhirup
oleh manusia, maka karbon monoksida (CO) akan mengikat
Hemoglobin (HB) dan membentuk sebuah senyawa kimia Karboksi
Hemoglobin (COHb).

Gambar 2. 2 Reaksi Kimia Senyawa HbO dengan COHb

4
Gambar 2.2 menggambarkan reaksi kimia dari senyawa HbO
dengan COHb. Keracunan gas CO bisa berdampak menurunnya kapasitas
dari transportasi oksigen dalam darah oleh Hemoglobin (HB) serta
pemakaian oksigen pada tingkat seluler. Gas CO dapat berdampak pada
bermacam organ di dalam tubuh, secara spesifik pada organ yang
membutuhkan asupan oksigen dalam jumlah yang besar seperti pada otak
dan jantung.
II.1.2 Gejala Klinis Akibat Paparan Karbon Monoksida
Akibat dari paparan karbon monoksida dapat berdampak
ringan, sedang bahkan mematikan. Adapun gejala yang ditunjukan
meliputi pusing, mual, dan kehilangan konsentrasi. Efek yang paling
parah adalah kematian. Dalam kasus keracunan, banyak korban yang
tidak menyadari bahwa kadar gas karbon monoksida telah mencapai
tingkat yang berbahaya, dan merasakan kelelahan dan rasa sakit
yang umum dan gejala keracunan lainnya. Gejala-gejala klinis dari
saturasi darah akibat dari paparan gas karbon monoksida dapat
dilihat pada Tabel.
Tabel 2.2 Gejala-gejala klinis oleh karbon monoksida

5
II.2 Oksida Sulfur (SOx)
Sulfur dioksida berasal dari dua sumber yakni sumber alamiah dan
buatan. Sumber-sumber SO2 alamiah adalah gunung-gunung berapi,
pembusukan bahan organik oleh mikroba dan reduksi sulfat secara
biologis. Sumber-sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar
minyak, gas dan batubara yang mengandung sulfur tinggi (Slamet, 2009).
Berdasarkan sifat kimia, sulfur dioksida adalah gas yang tidak
dapat terbakar, berbau tajam, dan tidak berwarna. Konsentrasi untuk
deteksi indera perasa adalah 0.3-1 ppm di udara dan ambang bau adalah
0.5 ppm. Gas ini merangsang pedas (pudgent) dan bersifat iritan (Sarudji,
2010). Sulfur dioksida (SO2) di udara mempunyai pengaruh langsung
terhadap manusia terutama karena sifat iritasi dari gas itu sendiri. Lebih
dari 95 % dari SO2 dengan kadar tinggi yang dihirup melalui pernafasan
akan diserap oleh bagian atas saluran pernafasan. Karena sifatnya yang
dapat mengganggu pernafasan, SO2 ini dapat membuat penderita
bronchitis, emphisemia dan penderita penyakit saluran pernafasan lain –
lain menjadi lebih parah keadaannya (Depkes, 1994). Hal ini karena SOx
yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung,
tenggorokan, dan saluran nafas yang lain sampai ke paru-paru. Iritasi pada
saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat,
bahkan dapat terhenti, sehingga tidak dapat membersihkan saluran
pernafasan, hal ini dapat meningkatkan produksi lendir dan penyempitan
saluran pernafasan. Akibatnya terjadi kesulitan bernafas, sehingga benda
asing termasuk bakteri/ mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari
saluran pernafasan dan hal ini memudahkan terjadinya infeksi saluran
pernafasan (Mukono, 2002).
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari
batubara dengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket
batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan minyak tanah
seperti untuk pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran dan
pemanasan (Sukandarrummi 1995). Pemakaian batubara dalam kegiatan
industri sangat banyak. Pada pembakaran dan pemecahan (cracking)

6
batubara, selain dihasilkan gas buangan (SOx, CO, NOx), juga
menghasilkan abu terbang ( fly ash) dan abu dasar (buttom ash)
(Anonimous, 2011).
SO2 adalah pencemar dari sumber industri yang berperan sebagai
prekursor asam sulfat (H2SO4), komponen partikel aerosol yang
mempengaruhi deposisi asam, iklim global, dan lapisan ozon global.
Sumber utama dari SO2 adalah pembangkit listrik tenaga batu bara,
pembakaran bahan bakar fosil, dan gunung berapi (Jacobson, 2002). Dari
hasil kegiatan pemantauan kualitas udara ambien oleh BPLH Kota
Bandung kurun waktu 2001-2003 menunjukkan bahwa nilai SO2 dari
sumber industri mempunyai nilai yang tertinggi yaitu sebesar 90,32
μg/m3, disusul transportasi sebesar 43,74 μg/m3 dan dari pemukiman
sebesar 37,51 μg/m3 (Dirgawati, 2008).
Dari perhitungan penulis dengan sistem IPPS (Industrial Pollution
Projection System) mengkombinasikan data dari aktivitas industri (seperti
produksi danjumlah pekerja) dan data emisi untuk menghitung intensitas
pencemar, yaitu emisi per satuan aktivitas industri. Serta disebabkan tidak
terdapat informasi lain seperti keluaran industri, kapasitas produksi, bahan
baku, dan jenis bahan bakar yang digunakan, maka variabel penentu yang
dapat dikaitkan dengan jumlah emisi adalah jenis industri dan jumlah
pekerja. Untuk menghubungkan kedua variabel ini dengan jumlah emisi,
metode IPPS yang dikembangkan oleh World Bank (1995) dalam Suhadi
(2009) akan digunakan.
Dalam kajian ini, digunakan koefisien emisi IPPS batas bawah
untuk setiap pencemar per 1000 pekerja per tahun untuk setiap jenis
industri (misalnya, koefisien emisi SO2 per 1000 pekerja industri
penyamakan kulit adalah 15 kilogram/tahun). Beban emisi akhir dari satu
industri diperoleh dengan mengalikan rasio antara beban emisi awal dan
total emisi awal dengan total emisi sebenarnya untuk sumber area industri.
Pada Gambar 2-1 menunjukkan hasil perhitungan emisi udara dari industri
pada 2005 di Jawa Tengah.

7
Pada Gambar 2.2 menunjukkan emisi SO2 yang tinggi dari sektor
industri sebesar 32% dibandingkan dengan emisi yang lainnya di Jawa
Tengah pada 2005. Sebagian besar pencemaran udara oleh gas belerang
oksida (SOX) berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, terutama
batubara. Ada dua macam gas belerang oksida (SOX), yaitu SO2 dan SO3.
Dalam hal ini pembakaran akan menghasilkan gas SO2 yang lebih banyak
daripada gas SO3.

Gambar 2.2 Emisi dari industri pada 2005 di Jawa Tengah


Pembakaran bahan bakar merupakan sumber utama pencemar SOx,
misalnya pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya.
Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti
pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan
sebagainya. Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang
menghasilkan SOx. Hal ini disebabkan adanya elemen penting alami
dalam bentuk garam sulfida misalnya tembaga (CUFeS2 dan CU2S), Zink
(ZnS), Merkuri (HgS) dan Timbal (PbS). Kebanyakan senyawa logam
sulfida dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida
menjadi oksida yang mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan
kontaminan yang tidak dikehendaki di dalam logam dan biasanya lebih
mudah untuk menghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada
penghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena itu SO2 secara
rutin diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan
sebagian akan terdapat di udara.

8
II.2.1 Dampak Sulfur Dioksida Terhadap Kesehatan
Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas tak berwarna yang
menimbulkan rasa jika konsentrasinya 0,3 ppm dan menghasilkan
bau yang kuat pada tingkat konsentrasi yang lebih besar dari 0,5
ppm. SO2 adalah gas yang dapat diserap oleh selaput lendir hidung
dan saluran pernafasan. Gas SO 2 dan H2SO4 (aq) dengan konsentrasi
tinggi dapat merusak paru-paru. Paparan jangka panjang dari SO 2 (g)
dari pembakaran batubara dapat mengganggu fungsi paru-paru atau
menimbulkan penyakit pernapasan lainnya (Jacobson, 2002).
Pengaruh lain dari pencemar SO2 terhadap manusia adalah iritasi
sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi
tenggorokan terjadi jika kadar SO2 5 ppm atau lebih, bahkan pada
beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm.
SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama
terhadap orang tua dan penderita penyakit kronis pada sistem
pernafasan kardiovaskular (Depkes, 2007).
SO2 adalah gas yang bersifat iritasi kuat bagi kulit dan
selaput lendir pada konsentrasi 6-12 ppm. Dalam kadar rendah SO2
dapat menimbulkan spasme temporer otot-otot polos pada
bronchioli. Bila kadar SO2 rendah, akan tetapi terpapar dalam kadar
yang berulangkali, dapat menimbulkan iritasi selaput lendir (Slamet,
J. S., 1994. Tentang hal ini, secara lengkap dapat dilihat pada Tabel
3-1 (sumber: Environmental Chemistry, 1995 dalam Buku DKI,
2000).
Sulfur Dioksida (SO2) adalah unsur penting di atmosfer di
daerah tercemar. Gas ini dipancarkan ke troposfer sebagai akibat dari
fenomena antropogenik dan alami. Gunung berapi merupakan
sumber alami yang penting dari gas SO2 di atmosfer. Sumber utama
SO2 dari antropogenik meliputi konsum-si BBM, peleburan bijih
sulfida logam untuk mendapatkan logam murni dan pembakaran
batubara. SO2 ketika dibebaskan ke atmosfer bereaksi cepat dengan
OH untuk membentuk HSO3 yang kemudian bereaksi dengan O2

9
untuk membentuk SO3, kemudian larut dalam awan dan aerosol,
dimana ia bereaksi dengan H2O. Sebagai hasil dari proses-proses
tersebut, SO2 dikonversi menjadi H2SO4, sehingga menyebabkan
hujan asam.

Tabel 2.3 Efek SO2 Terhadap Kesehatan

II.3 Nitrogen Oksida (NOx)


Nitrogen oksida (NOx) adalah salah satu jenis bahan pencemar
udara, disamping bahan pencemar udara lain seperti debu, NH 3, Pb, CO,
SO2, hidrokarbon, H2S, dan lain-lain, yang secara sendiri atau bersamaan
memiliki potensi membahayakan kesehatan lingkungan dan Masyarakat.
Di dalam atmosfir, NOx merupakan suatu kelompok gas yang terutama
terdiri dari dua komponen utama yaitu gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen
dioksida (NO2), serta oksida-oksida nitrogen lainnya yang sangat kecil
jumlahnya. NO merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau,
sebaliknya NO2 berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Secara
umum proses pembentukan gas NOx ini mengikuti persamaan reaksi :

Pada suhu kamar, pembentukan NO yang dihasilkan dari reaksi


antara gas oksigen dan gas nitrogen akan berlangsung sangat lambat.
Berbeda dengan hal ini, pada temperatus diatas 1200°C, gas oksigen dan
gas nitrogen akan bereaksi sangat cepat untuk menghasilkan nitrit oksida.

10
Konsentrasi NO x di udara pada daerah perkotaan biasanya mencapai 0,5
ppm, atau 10-100 kali lebih tinggi daripada udara di daerah pedesaan.
Pencemaran NOx di udara mempunyai dampak terhadap lingkungan, baik
langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung dari pencemaran
udara ini adalah terjadinya hujan asam yang dapat menyebabkan berbagai
kerugian dan kerusakan, baik pada tanaman, bangunan dan lain-lain.
Disamping itu, polusi NOx ini dapat berdampak terhadap kesehatan
manusia, seperti bronkitis dan asma (Prayudi, 2003).
Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada di udara, nitrogen
dioksida (NO2) merupakan gas yang paling beracun. Karena larutan NO 2
dalam air yang lebih rendah dibandingkan dengan SO 2, maka NO2 akan
dapat menembus ke dalam saluran pernafasan lebih dalam. Bagian dari
saluran yang pertama kali dipengaruhi adalah membran mukosa dan
jaringan paru. Organ lain yang dapat dicapai oleh NO 2 dari paru adalah
melalui aliran darah. Karena data epidemilogi tentang resiko pengaruh
NO2 terhadap kesehatan manusia sampai saat ini belum lengkap, maka
evaluasinya banyak didasarkan pada hasil studi eksprimental. Berdasarkan
studi menggunakan binatang percobaan, pengaruh yang membahayakan
seperti misalnya meningkatnya kepekaan terhadap radang saluran
pernafasan, dapat terjadi setelah mendapat pajanan sebesar 100 μg/m3 .
Percobaan pada manusia menyatakan bahwa kadar NO 2 sebsar 250 μg/m3
dan 500 μg/m3 dapat mengganggu fungsi saluran pernafasan pada
penderita asma dan orang sehat (Tri Tugaswati, 1995).
Emisi nitrogen oxides (NOx) terbentuk dari oksidasi molekul
nitrogen yang ada pada proses pembakaran dan bahan bakar, terdiri dari
95% NO dan 5% NO2. Pembentukan NOx ini disebabakan oleh tiga
kondisi yaitu :
1. Mekanisme Thermal NOx
NOx terbentuk dikarenakan nitogen yang beroksidasi dengan
oksigen pada suhu tinggi di dalam ruang bakar, sekitar >1800oK.

11
2. Mekanisme Prompt NOx
NOx terbentuk dikarenakan molekul nitrogen bereaksi dengan
hidrokarbon radikal membentuk hydrogen sianida dan atom nitrogen.

Atom nitrogen bereaksi dengan molekul yang mengandung


hidrocxyl sehingga membentuk NO dan H.

3. Fuel NOx
Nitrogen yang terkandung dalam bahan bakar dikonversikan
menjadi hydrogen sianida dan bereaksi dengan NHx sehingga terbentuk
NOx. Proses ini tergantung padakandungan yang ada pada bahan bakar.

Penurunan kadar nitrogen dalam bahan bakar akan secara


otomatis mengurangi pembentukan emisi NOx. Karena tidak mudah
untuk mengurangi begitu saja nilai nitrogen dalam bahan bakar,
karenanya alternatif lain adalah penggunaan bahan bakar metanol yang
bebas nitrogen (Septifan, 2010).
II.3.2 Pengaruh NOx Terhadap Manusia
Kedua bentuk Nitrogen Okside, yaitu NO dan NO 2 sangat
berbahaya terhadap manusia. Penelitian aktifitas mortalitas kedua
komponen tersebut menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih
beracun daripada NO. Selama, ini belum pernah dilaporkan
terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Pada
konsentrasi yang normal ditemukan diatmosfer, NO tidak
mengakibatkan iritasi dan tidak berbahaya, tetapi pada konsentrasi
udare ambient yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi
NO2 yang lebih beracun.
NO2 adalah gas yang toxis bagi manusia, efek yang terjadi
tergantung pada dosis serta lamanya pemaparan yang diterima
seseorang. Dari penelitian yang dilakukan Habber’s dituliskan dalam
rumus :
CxT=K
dimana ; C = Konsentrasi dan Nitrogen Diokside

12
T = Waktu pemaparan
K = Konstanta
II.3.3 Pengaruh NO Terhadap Hewan
Hewan percobaan yang diberi NO dengan dosis yang sangat
tinggi akan memperlihatkan gejala paralisi sistem syaraf dan
konvulsi. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa tikus yang diberi
NO sampai jumlah 2500 ppm akan hilang kesadarannya setelah 6-7
menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar akan sembuh kembali
setelah 46 menit. Tetapi jika pemberian NO pada konsentrasi
tersebut dilakukan selama 12 menit, pengaruhnya tidak akan dapat
dihilangkan kembali, dan semua tikus yang diuji akan mati.
Pemaparan pendek pada tikus dengan konsentrasi 0,5 ppm nitrogen
diokside selama 4 jam atau 1 ppm selama 1 jam cukup untuk
menghasilkan perubahan jaringan dalam paru-paru (Thomas et
al..1967). Percobaan lain pada kelinci yang terpapar 4 jam sehari
dalam 6 hari dengan konsentrasi 0,25 ppm nitrogen diokside
menghasilkan perubahan struktural di dalam collagen paru-paru yang
telah dibuktikan dengan mikroakopi elektron (Mueller and
Hichcock,l969), perubahan ini masih terlihat 1 hari setelah akhir
pemaparan.
Pemaparan pada kera-kera selama 2 jam pada 10 - 50 ppm
nitrogen diokside menghasilkan luka primer dalam alveoli (Henry et,
al., 1969) tingkat kerusakan berhubungan dengan konsentrasi
nitrogen diokside. Paru-paru kera inimemperlihatkan vesicular
ekstrim melebar/mengempis pada alveoli limphocyte infiltration.
Pemaparan kronis dari konsentrasi nitrogen diokside akan
menghasilkan edema paru-paru. Emphysema seperti luka juga
didapatkan didalam paru-paru anjing yang terpapar selama 6 bulan
dengan konsentrasi 25 ppm nitrogen diokside (Riddick et al., 1968).
Dan penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa pemberian
konsentrasi nitrogen diokside lebih dari 100 ppm bersifat lethal
terhadap kebanyakan hewan, dan 90 % kematian tersebut disebabkan

13
oleh gejela edema pulmonari. Konsentrasi yang lebih besar dari 800
% ppm atau lebih rnengakibatkan kematian 100 % pada hewan
percobaan dalam waktu 29 menit atau kurang.
II.3.4 Pengaruh NOX Terhadap Tanaman
Adanya NOX di atmosfer akan mengakibatkan kerusakan
tanaman, tetapi sukar ditentukan apakah kerusakan tersebut
diakibatkan langsung oleh NOX atau karena polutan sekunder yang
diperoleh dalam siklus fotolitik NO2. Beberapa polutan sekunder
diketahui bersifat sangat merusak tanam-tanaman. Percobaan dengan
fumigasi tanam-tanaman dengan NO2 menunjukkan terjadinya bintik
bintik pada daun jika digunakan konsentrasi 1,0 ppm, sedangkan
dengan konsentrasi yang lebih tinggi (3,5ppm atau lebih) terjadinya
nekrosis atau kerusakan tenunan daun (Stoker and Seager, 1972).
II.4 Hidrogen Sulfida (H2S)
Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang tidak berwarna, beracun,
mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari
aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan
tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di rawa, dan saluran
pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari
aktivitas gunung berapi dan gas alam. Hidrogen sulfida juga dikenal
dengan nama sulfana, sulfur hidrida, gas asam (sour gas), sulfurated
hydrogen, asam hidrosulfurik, dan gas limbah (sewer gas). IUPAC
menerima penamaan "hidrogen sulfida" dan "sulfana"; kata terakhir
digunakan lebih eksklusif ketika menamakan campuran yang lebih
kompleks (Nadliriyah, 2014).
Ion sulfid, S2-, dikenal dalam bentuk padatan tetapi tidak di dalam
larutan aqueous (oksida). Konstanta disosiasi kedua dari hidrogen sulfida
sering dinyatakan sekitar 10-13, tetapi sekarang disadari bahwa angka ini
merupakan error yang disebabkan oleh oksidasi sulfur dalam larutan
alkalin. Estimasi terakhir terbaik untuk pKa adalah 19±2. Gas Hydrogen
Sulfide (H2S) sangat beracun dan mematikan, pekerja pada pemboran
minyak dan gas bumi mempunyai resiko besar atas keluarnya gas H 2S

14
Pengetahuan Umum tentang (H2S) Hidrogen Sulfida (H2S) Adalah gas
yang sangat beracun dan dapat melumpuhkan system pernapasan serta
dapat dapat mematikan dalam beberapa menit. dalam jumlah sedikitpun
gas H2S sangat berbahaya untuk kesehatan.
Hidrogen Sulfida terbentuk dari proses penguraian bahan-bahan
organis oleh bakteri.Maka dari itu H2S terdapat dalam minyak dan gas
bumi, selokan, air yang tergenang. Misalnya rawa-rawa dan juga terbentuk
pada proses-proses industri maupun proses biologi lain.
II.4.1 Karateristik H2S
1. Sangat beracun dan mematikan
2. Tidak Berwarna
3. Lebih Berat Dari udara sehingga cendrung berkumpul dan diam
pada daerah yang rendah
4. Dapat terbakar dengan nyala api berwarna biru dan hasil
pembakarannya gas sulfur Dioksida (SO2) yang juga merupakan
gas beracun
5. Sangat Korosif mengakibatkan berkarat pada logam tertentu
6. Pada konsentrasi yang rendah berbau seperti telur busuk dan
dapat
melumpuhkan indera penciuman manusia.
II.4.2 Cara Terbentuknya Gas Hidrogen Sulfida
Gas H2S terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik
oleh bakteri. Oleh karena itu gas ini dapat ditemukan di dalam
operasi pengeboran minyak atau gas dan panas bumi, lokasi
pembuangan limbah industri, peternakan atau pada lokasi
pembuangan sampah.
II.4.3 Sifat dan karakteristik gas H2S
Gas H2S mempunyai sifat dan karakteristik antara lain :
1. Tidak berwarna tetapi mempunyai bau khas seperti telur busuk
pada konsentrasi rendah sehingga sering disebut sebagai gas telur
busuk.
2. Merupakan jenis gas beracun.

15
3. Dapat terbakar dan meledak pada konsentrasi LEL (Lower
Explosive Limit) 4,3% (43000 PPM) sampai UEL (Upper
Explosive Limite) 46% (460000 PPM) dengan nyala api berwarna
biru pada temperature 500 °F (260 °C ). Berat jenis gas H2S lebih
berat dari udara sehingga gas H2S akan cenderung terkumpul di
tempat / daerah yang rendah. Berat jenis gas H2S sekitar 20 %
lebih berat dari udara dengan perbandingan berat jenis H2S :1,2
atm dan berat jenis udara : 1 atm. H2S dapat larut (bercampur)
dengan air (daya larut dalam air 437 ml/100 ml air pada 0 °C; 186
ml/100 ml air pada 40 °C). H2S bersifat korosif sehingga dapat
mengakibatkan karat pada peralatan logam.
II.4.4 Rumus Kimia Hidrogen Sulfida
Hidrogen sulfida merupakan hidrida kovalen yang secara
kimiawi terkait dengan air (H2O) karena oksigen dan sulfur berada
dalam golongan yang sama di tabel periodik.
Hidrogen sulfida merupakan asam lemah, terpisah dalam
larutan aqueous (mengandung air) menjadi kation hidrogen H+ dan
anion hidrosulfid.
Ka = 1,3×10-7 mol/L ; pKa = 6,89.
II.4.5 Hidrogen Sulfida dan Kehidupan
Hidrogen sulfida merupakan gas alami yang sering dijumpai
manusia. Di alam bebas, gas dengan rumus kimia H 2S ini dihasilkan
oleh tumpukan sampah dan gunung berapi. Tak hanya berbau busuk,
gas tersebut juga berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan jika
dihirup dalam jumlah tertentu.
Bagi manusia, gas ini juga tak asing didengar telinga. Di
dalam tubuh, hidrogen sulfida secara alami dihasilkan oleh bakteri
penghuni usus besar manusia. Gas tersebut adalah hasil samping
pembusukan makanan yang dicerna. Seperti gas lain yang dihasilkan
tubuh, ketakseimbangan produksi H2S menimbulkan berbagai
penyakit.

16
Dahulu, manusia enggan menelisik jauh makna dibalik
kentut. Namun, kini agaknya orang perlu berpikir ulang atas sikap
yang demikian. Sebagaimana hasil penelitian yang akan dipaparkan,
gas tersebut ternyata bermanfaat bagi kesehatan.
II.5 Hidro Karbon (HC)
Sumber dari emisi hidrokarbon (HC) adalah bahan bakar yang
belum terbakar tetapi sudah keluar bersamasama gas buang ke atmosfer,
karena bahan bakar yang dipakai pada motor bensin terbuat dari
hidrokarbon. Selain itu, disebabkan oleh pembakaran yang kurang
sempurna karena kekurangan oksigen, sehingga ada sebagian bahan bakar
yang belum terbakar dan keluar masih dalam bentuk hidrokarbon, atau
juga terjadi karena penguapan dari tangki bahan bakar dan bak oli.
Apabila campuran kurus, maka konsentrasi HC menjadi naik. Hal
ini disebabkan kurangnya pasokan bahan bakar sehingga menyebabkan
rambatan bunga api menjadi lambat dan bahan bakar akan segera keluar
sebelum terbakar dengan sempurna, dan juga pada kondisi campuran kaya
konsentrasi HC akan naik akibat dari adanya bahan bakar yang belum
bereaksi dengan udara yang dikarenakan pasokan udara tidak cukup untuk
bereaksi menjadi sempurna, sehingga ada sebagian hidrokarbon yang
keluar pada saat proses pembuangan.
Selain itu, menurut Swisscontact (p.7) emisi gas buang
hidrokarbon timbul oleh sebab-sebab di bawah ini:
a. Dinding ruang bakar yang bertemperatur rendah dan mengakibatkan
HC di sekitar dinding tidak terbakar dan keluar bersama gas buang.
b. Pembakaran yang tidak merata (ever misfire).
c. Adanya overlap intake valve, sehingga HC berfungsi sebagai gas
pembilas/pembersih.
Hidrokarbon mempunyai sifat sebagai senyawa yang terdiri dari
ikatan karbon (C) dan hidrogen saja (H), bebau, mudah menguap, bereaksi
lebih lanjut dengan NOx membentuk senyawa fotokimia (ozon)
(Swisscontact, p.5).

17
”Hidrokarbon dapat menyebabkan terjadinya iritasi mata, batuk-
batuk, mengantuk, bercak-bercak pada kulit, perubahan kode genetik serta
dapat menyebabkan asma” (Swisscontact, p.63).

18
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan di atas, pencemar
udara yang beracun dan mempunyai efek yang membahayakan atau
merugikan terhadap lingkungan baik terhadap manusia, hewan maupun
terhadap tanaman. Gas-gas tersebut antara lain adalah CO, SOx, NOx,
H2S, HC. Sumber utama dari zat pencemar adalah pembakaran. Aktifitas
kendaraan/transportasi memberikan prosentase yang cukup besar untuk
pencemaran di udara. Efek yang dapat ditimbulkan umumnya mengenai
organ pernafasan yaitu paruparu, dan efek yang diterima seseorang atau
hewan maupun tumbuhan tergantung pada dosis dan lamanya pemaparan.
III.2 Saran
Dalam rangka mengatasi dampak pencemaran udara yang
disebabkan oleh gas-gas beracun seperti CO, SOx, NOx, H2S, dan HC
yang berasal dari aktivitas pembakaran, khususnya kendaraan bermotor,
langkah-langkah berikut dapat diambil. Pertama, perlu diperketat regulasi
emisi gas buang kendaraan dengan menetapkan standar emisi yang lebih
ketat serta meningkatkan pengawasan dan penegakan aturan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Stern, Boubel, Turner, Pox, 1984, Fundamental Of Air Pollution,
Academic Press., Inc.
Cahyono, W.E. (2011) “Kajian tingkat pencemaran sulfur dioksida dari industri di
beberapa daerah di indonesia,” 12(4), hal. 132–137.
Howard.S. Peavy, Donald R. Rowe, G. Tchobanoglous, Environmental
Engineering, Macgrow-Hill Book Company.
Cahyono, W.E. (2011) “Kajian tingkat pencemaran sulfur dioksida dari industri di
beberapa daerah di indonesia,” 12(4), hal. 132–137.
Juli Soemirat Slamet, 1994, Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University
Press. Srikandi Fardiaz, Polusi Air dan Udara, Kanisius Press.
Louis J. Casarett and John Doull (ed), Toxicology The Basic Science of Poisons,
Macmillan Publishing CO, Inc.
Pakpahan, J., Hasan, W. dan Chahaya, I. (2013) “ANALISA KADAR H2S
(HIDROGEN SULFIDA) DAN KELUHAN KESEHATAN SALURAN
PERNAPASAN SERTA KELUHAN IRITASI MATA PADA
MASYARAKAT DI KAWASAN PT. ALLEGRINDO NUSANTARA
DESA URUNG PANEI KECAMATAN PURBA KABUPATEN
SIMALUNGUN TAHUN 2013,” hal. 1–9.
Rambing, V. V et al. (2022) “95 Literature Review: Gambaran Risiko Kesehatan
pada Masyarakat akibat Paparan Gas Karbon Monoksida (CO),” 11(4),
hal. 95–101.
Sax(ed), 1974, Industrial Pollution, Van Nostrand Reinhold Coy

20

Anda mungkin juga menyukai