Anda di halaman 1dari 2

Judul : Menumbuhkan rasa cinta lingkungan dengan penerapan P5 tema GHB

Oleh : Riza Fadiah Amir, S.Pd

Awal : Sekolah seharusnya menjadi tempat ternyaman bagi siswa maupun guru. Berada di
lingkungan yang bersih dan nyaman akan menumbuhkan minat belajar yang bagus. Sebagai guru
saya ingin siswa saya sadar akan pentingnya menjaga kebersihan. Selain lingkungan akan terlihat
indah mejaga kebersihan juga adalah sebagian dari iman. Kebersihan akan tercipta jika kita sadar
akan sampah. Saya berkinginan siswa saya bisa memberdayakan sampah dengan baik. Selain itu saya
juga berharap siswa seharusnya bisa mendaur ulang sampah sehingga memperpanjang umur
penggunaannya.

Tantangan : Namun, saya banyak menemukan siswa yang tidak peduli dengan sampah-sampah
yang berserakan disekitar mereka. Banyak siswa membuang sampah yang seharusnya masih bisa
digunakan ataupun dialih fungsikan. Walaupun tempat sampah sudah disediakan di berbagai sudut
sekolah,tetapi tetap saja mereka membuangnya kesembarang tempat. Siswa saya merasa bahwa
penanganan sampah bukanlah tanggung jawab mereka. Saya juga menemukan banyak dari siswa
yang menyimpan sampahnya dilaci-laci meja belajar mereka. Selain itu lingkungan sekolah tempat
saya mengajar sangatlah luas,sehingga membuat siswa dengan bebas membuang sampah mereka
dimana saja. Rasa memiliki dan mencintai siswa terhadap lingkungan sangatlah rendah.

Aksi : Dengan adanya penerapan projek penguatan profil pelajar pancasila (p5) dengan
tema Gaya Hidup Berkelanjutan, saya menjadikan topik ini untuk meningkatkan kesadaran siswa
terhadap sampah. Pada tema Gaya Hidup Berkelanjutan ini saya sebagai koordinator. Strategi yang
saya terapkan yaitu belajar sambil bermain serta role play. Sebagai seorang koordinator Gaya Hidup
Berkelanjutan saya mulai dari membentuk kelompok-kelompok kecil di kelas. Kelompok-kelompok
tersebut didampingi guru pendamping. Hal pertama yang saya lakukan yaitu mendampingi siswa
dalam mencari tahu tentang “Apa itu sampah?”. Pada tahap ini kami melakukan diskusi tentang
sampah. Setelah mereka memahami tentang sampah, saya membawa mereka berkeliling lingkungan
sekolah untuk melihat seberapa banyak sampah yang berserakan. Agar kegiatan ini lebih menarik
minat mereka saya juga melakukan permainan sambung kata yang bertema tentang sampah. Pada
pertemuan selanjutnya saya mengajak siswa untuk menonton film si Paus, setelah mereka
menonton film tersebut, mereka saling merefleksikan makna dari film si Paus. Selang beberapa kali
pertemuan berlangsung, saya mengajak siswa untuk memilah memilih sampah berdasarkan
jenisnya. Pada kegiatan ini saya selalu mengizinkan siswa saya untuk bernyanyi, berpantun dan
berteka-teki agar mereka bersemangat mengikuti kegiatan p5 ini. Pada kegiatan role play saya
memfasilitasi siswa saya sabagai detektif sampah dan pahlawan sampah. Pada kegiatan ini masing-
masing kelompok mengolah sampah dari jajanan mereka menjadi sebuah ecobrick yang bisa di
gunakan kembali. Mereka mengumpulkan sampah, memcuci dan menggunting sampah tersebut
sehingga bisa dimasukan kedalam botol yang akan dijadikan sebuah ecobrick. Pada kegiatan ini saya
mendampingi anak dengan bercerita. Saya memberikan pertanyaan pemantik kepada setiap
kelompok. “bagaimana perasaan anada menjadi seorang pahlawan sampah?”. Mereka sangat
berantusias untuk menjawab dan mereka berlomba-lomba menceritakan kegiatan mereka dalam
mengumpulkan sampah.

Perubahan : Setelah penerapan Gaya Hidup Berkelanjutan berjalan selama beberapa bulan,
lingkungan sekolah mulai terbebas dari sampah yang berserakan. Siswa mendaur ulang sampah yang
mereka punya menjadi sebuah ecobrick, bunga dan yang lainnya. Saya dapat melihat kesadaran
siswa meningkat dengan adanya p5 tema Gaya hidup berkelanjutan ini. Pengalaman yang saya
dapatkan dalam penerapan p5 ini yaitu rasa mencintai dan memiliki. Ketika kita merasa bahwa
sekolah ini adalah milik kita, maka kita akan mencintainya. Dengan menjaga sarana prasarana serta
menjaga kebersihan adalah bentuk rasa cinta siswa terhadap sekolahnya.

Melalui kegiatan p5 GHB ini, saya sadar bahwa semua siswa bisa berperan dalam pengolahan
sampah. Kita tidak boleh menilai rendah terhadap karya anak yang terbuat dari sampah, karena
itulah bentuk dari rasa cinta mereka terhadap lingkungan. Yang terakhir yaitu konsisten dalam
sebuah perubahan. Fasilitasi dan dampingi siswa dalam setiap kegiatannya,sehingga mereka merasa
bahwa kita sangat mendukung kegiatan yang mereka lakukan.

Anda mungkin juga menyukai