Anda di halaman 1dari 4

CERITA PRAKTIK BAIK

Topik
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Judul
“Sampahku Tanggung Jawabku Investasi Kita”

Penulis
Rina Oktopiani, M.Pd

Situasi:
Pada semester genap tahun pelajaran 2022/2023 sekolah tempat saya bertugas, SMPN
37 Pekanbaru sudah menerapkan kurikulum merdeka semester kedua. Untuk itu tentunya
kami harus menentukan tema dan topic apa yang akan diambil untuk Proyek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila (P5). Awal nya kami masih bingung harus memilih tema apa,
karena kami pun baru belajar secara mandiri bagaimana menerapkan P5. Ketika saya
memperhatikan lingkungan sekolah, ternyata yang banyak sekali sampah plastic dan
sampah lainnya yang berada tidak pada tempatnya. Padahal di sekolah sudah disediakan
tempat sampah sesuai dengan jenis sampah tersebut. Selain itu, saya juga melihat
potensi dari murid-murid saya yang cukup aktif dan suka sekali bekerja di luar kelas.Saya
dan beberapa teman sejawat juga punya sedikit pengetahuan terkait pengelolaan
sampah. Sebagai tim pengembang kurikulum, wali kelas dan koordinator siang, saya
memberi saran ketika rapat, untuk mengambil tema kewirausahaan dengan pengolahan
sampah. Hal ini pun disetujui oleh semua guru mapel kelas 7.

Tantangan :
Walaupun ini adalah kali keduanya kami melakukan P5, tetapi tetap banyak sekali
tantangan yang kami hadapi, terutama terkait dengan kolaborasi bersama rekan sejawat
yang bukan wali kelas. Berdasarkan refleksi kegiatan sebelumnya, masih ada beberapa
teman guru mapel yang merasa bahwa P5 bukanlah tanggung jawab mereka, melainkan
tanggung jawab wali kelas. Tantangan lainnya adalah bagaimana memantik pemikiran
murid agar memiliki ide-ide kreatif sehingga mampu menghasilkan benda dari sampah
yang nantinya memiliki nilai jual. Tantangan lainnya ialah membangun kerja sama dengan
pihak orang tua murid, agar mereka mendukung sepenuhnya P5 yang dilaksanakan, baik
secara moril maupun secara materiil. Begitu juga tantangan untuk bisa menjaga
komunikasi sebanyak kurang lebih 15 orang guru yang terlibat dalam kegiatan P5 ini.

Aksi :

Kegiatan diawali dengan pertemuan semua guru mata pelajaran yang mengajar di
kelas 7. Pertemuan pertama menetapkan topic atau judul dari P5, menunjuk tim
inti atau tim pengembang modul P5. Saya menjadi salah satu tim inti P5 bersama
dengan 5 rekan guru penggerak lainnya yang ada di sekolah kami. Selanjutnya
saya bersama tim pengembang modul mengadakan pertemuan untuk merancang
modul P5. Saya menyarankan bahwa nantinya jenis produk yang dihasilkan
sesuai dengan jenis sampah, yaitu sampah organic dan sampah anorganik.
Semua anggota tim menyetujui hal tersebut, dan kami sudah menetapkan ada 3
kategori produk, yaitu hasil dari sampah plastic, hasil dari sampah organic, dan
hasil sampah yang dijadikan keterampilan. Setelah modul berhasil dibuat, saya
bersama tim melakukan sosialisasi kepada orang tua murid terkait P5 yang akan
dilakukan. Kemudian masuk pada pertemuan pertama bersama murid di kelas,
diawali dengan saya menyajikan beberapa video yang bisa menginspirasi mereka
terkait dengan sampah. Saya mengajukan pertanyaan pemantik sebelum murid
menonton, agar murid benar-benar serius memperhatikan video dan mendapatkan
informasi yang tepat. Setelah menonton, anak-anak kembali ke kelas untuk
menyajikan hasil diskusinya. Saya meminta setiap kelompok untuk berbagi tugas
sebagai penyaji, moderator, notulen, dan dokumentasi. Pertemuan selanjutnya
saya mendampingi murid untuk melakukan observasi keberadaan sampah di
lingkungan sekitar, melakukan presentasi hasil observasi, menentukan hasil karya
(kursi ecobrick, kompos, dan kerajinan), membuat jadwal mengolah hasil karya,
mengumpulkan sampah, memilah sampah, mengkategorikan sampah, membuat
ecobrick, membuat kompos, membuat keterampilan dari sampah (tas, kotak
tissue, kotak pensil), memperhitungkan modal, menentukan harga beli dan
mengatur teknik pemasaran, melakukan pemasaran dan refleksi.
Selama proses, saya sebagai koordinator piket siang juga melakukan pendekatan
secara personal kepada rekan guru yang sering tidak masuk ketika jam P5. Saya
menjelaskan bahwa jam P5 itu adalah sama dengan jam wajib, karena jam tatap
muka sudah dikurangi 1 jam untuk P5. Saya selalu memantau kehadiran rekan-
rekan, dan mengingatkan lewat WA jika telat masuk ke kelas.
Hasil:

Kegiatan P5 ini menghasilkan produk kursi dari ecobrick, kompos, keterampilan


tangan seperti kotak tissue, tas dan kotak pensil. Untuk kursi dari ecobrick setiap
kelas menghasilkan satu buah sofa. Kemudian salah satu produk sampah yang
belum berhasil adalah kompos. Namun, kegagalan ini mengajarkan kepada murid
untuk tetap berusaha dan belajar dari kesalahan. Kegagalan menjadi
pembelajaran, agar di lain waktu bisa lebih teliti lagi. Untuk kursi ecobrick memang
tidak dipasarkan keluar, tetapi dibeli oleh pihak sekolah untuk ruangan kerja
seperti ruang TU, ruang pustaka dan sanggar literasi. Untuk keterampilan dari
sampah seperti kotak tissue, kotak pensil, tas dari kain perca, semuanya dijual
pada saat pameran hasil karya. Anak-anak mendapatkan apresiasi yang luar
biasa dari pimpinan sekolah, beliau berkata “kalian anak hebat dan teruslah
berkarya”. Bahkan beberapa hasil keterampilan, seperti ikat rambut dari kain
perca dibeli oleh rekan guru yang melihat pameran tersebut. Selain produk,
proses ini juga menanamkan sikap murid yang peduli akan adanya sampah,
mereka sudah menempatkan sampah pada tempat yang sesuai dengan jenisnya.
Murid lebih menghargai jerih payah orang tua dalam bekerja, dan menjadi lebih
kreatif.

Refleksi/Dampak Diri:

Dampak dari kegiatan P5 ini bagi diri saya sendiri adalah semakin bertambahnya
pengetahuan dalam mengelola kelas untuk menghasilkan produk yang bernilai
jual. Selama proses saya menyadari bahwa kelemahan saya adalah kurang tegas
terhadap rekan sejawat. Saya masih sangat segan ketika harus menegur rekan
sejawat yang sering tidak masuk kelas ketika jam P5. Namun, berkat dari motivasi
rekan penggerak lainnya, saya mampu menegakkan disiplin selama
P5.Kemampuan saya dalam berkolaborasi juga berkembang, hal ini karena saya
terus membuka komunikasi dan meminta saran dari guru senior bagaimana cara
bekerja sama yang baik.Hal yang harus saya perbaiki kedepannya adalah
kreativitas yang saya miliki, karena saya sadar kreatifitas yang saya miliki masih
butuh banyak belajar dan memperkaya sumber belajar.
Profil Penulis
Rina Oktopiani, M. Pd, Guru Matematika SMP Negeri 37 Pekanbaru, Guru
Penggerak Angkatan 1 Kota Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai