Anda di halaman 1dari 39

POTENSI PERMASALAHAN HUKUM PADA

PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA


Disampaikan pada acara SEMINAR NASIONAL
“Peran dan Kesiapan IFPI dalam transformasi Strategi Pembinaan SDM
dan Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah"

Roni Dwi Susanto


Widyaiswara Ahli Utama Kementerian PPN/BAPPENAS
Dewan Pengawas IFPI
Kepala LKPP Periode 2019-2021

Semarang , 30 November 2023


1
POINT PEMBAHASAN
01 Pengantar
Potensi Permasalahan PADA TAHAPAN
02 PERENCANAAN PENGADAAN
03 KESIMPULAN DAN PENUTUP

2
PENGANTAR
▪ Kebijakan, Prinsip dan Etika PBJ
▪ Tata Cara dan Tahapan PBJP

1
Berdasarkan Perpres 12 Tahun 2021
a. meningkatkan kualitas perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa
b. melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang lebih
transparan, terbuka, dan kompetitif
c. memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya
manusia Pengadaan Barang/Jasa
Kebijakan d. mengembangkan E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa
Pengadaan e. menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta
transaksi elektronik
Barang/Jasa f. mendorong penggunaan barang/jasa dalam negeri dan
Standar Nasional Indonesia (SNI)
g. memberikan kesempatan kepada Usaha Mikro, Usaha
Kecil, dan Usaha Menengah
h. mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif
i. melaksanakan Pengadaan Berkelanjutan

Think Different, Be Different 4


KEBIJAKAN P3DN PADA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Pengadaan Barang/Jasa bertujuan untuk meningkatkan


Tujuan Pengadaan Barang/Jasa Pasal 4
penggunaan produk dalam negeri
Dalam menyusun spesifikasi teknis/KAK menggunakan
Spesifikasi Teknis/KAK Pasal 19
produk dalam negeri, sepanjang tersedia dan terpenuhi
Penggunaan Produk Dalam Kewajiban penggunaan produk dalam negeri, jika terdapat
Pasal 66
Negeri penawaran dengan TKDN + BMP paling rendah 40%
Pencantuman Produk Dalam
LKPP dan/atau K/L/P/D memperbanyak pencantuman
Negeri dalam katalog Pasal 66 (6)
produk dalam negeri dalam katalog elektronik
Elektronik
Insentif bagi produk dalam negeri pada pemilihan penyedia
Preferensi Harga Pasal 67
dalam bentuk preferensi harga
Katalog elekronik memuat informasi salah satunya produk
Katalog Elektronik Pasal 72
dalam negeri
Ruang lingkup pengawasan pengadaan barang/jasa
Pengawasan Internal Pasal 76 diantaranya meliputi: pencapaian TKDN dan penggunaan
produk dalam negeri
Perpres 12 Tahun 2021

6
Tujuan dan Manfaat Penetapan TKDN dan
BMP
Pada tahap perencanaan PBJ, nilai Pada tahap pemilihan, TKDN Pada tahap serah terima, realisasi
TKDN memberikan gambaran target menjadi satu pertimbangan TKDN menjadi salah satu syarat
yang ditetapkan pemerintah tentang dalam penentuan pemenang diterimanya pekerjaan & dasar
besaran nilai penggunaan produksi tender (dengan pemberian penetapan sanksi jika terjadi
dalam negeri pada PBJP preferensi harga) ketidaksesuaian dengan komitmen

2 4 6

1 3 5 7
Nilai TKDN menjadi ukuran Pada tahap persiapan, nilai Pada tahap pelaksanaan Penetapan BMP bertujuan untuk memberikan
penggunaan komponen TKDN yang ditargetkan pekerjaan, TKDN akan penghargaan kepada produsen atas perannya
dalam negeri pada suatu akan menjadi acuan dalam menjadi acuan penyedia dalam memberikan manfaat bagi pemberdayaan
barang/jasa yang diadakan. penetapan syarat yang untuk bekerja & PPK untuk ekonomi, lingkungan sosial sekitar, lingkungan
harus dipenuhi oleh para melakukan monitoring alam, kesehatan dan keselamatan kerja juga
penyedia. bagi pelayanan kepada konsumen
7
Definisi Produk Dalam Negeri

8
Sanksi Apabila Tidak Memprioritaskan
Penggunaan Produk Dalam Negeri
Peraturan Pemerintah No. 29
Tahun 2018 Pasal 107
Peraturan Pemerintah No. 29
Tahun 2018 Pasal 106 Pejabat yang menangani pengadaan
Barang/Jasa pada lembaga negara,
Sanksi
Lembaga verifikasi independen TKDN kementerian, Lembaga pemerintah
Sanksi Terhadap nonkementerian, lembaga pemerintah
yang melanggar ketentuan akan
dikenakan sanksi admnistratif. Sanksi Terhadap Pejabat lainnya, satuan kerja perangkat daerah,
administratif dapat berupa peringatan Lembaga Yang badan usaha milik negara, badan hukum
tertulis dan/atau pencabutan Verifikasi Menangani lainnya yang dimiliki negara, badan
penunjukan sebagai Lembaga Pengadaan usaha milik daerah, dan badan usaha
verifikasi independen TKDN. swasta dikenakan sanksi administratif
berupa peringatan tertulis, denda
administratif dan/atau pemberhentian
dari jabatan
pengadaan Barang/Jasa
SanksiTerhadap
ProdusenBarangdan/atau Pemberian sanksi dilakukan berdasarkan
PenyediaBarang/Jasa surat rekomendasi dari APIP serta pejabat
pengawas internal dan Tim P3DN jika pejabat
pengadaan tidak memenuhi kewajiban.
Peraturan Pemerintah Produsen barang dan/atau penyedia jasa yang melanggar
No. 29 Tahun 2018 ketentuan dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan
sertifikat TKDN oleh pejabat yang menandasahkan sertifikat
Pasal 109 TKDN, pencantuman dalam daftar hitam dan denda administratif.

9
Kepala Negara kembali mendorong penggunaan produk-
produk Indonesia dan juga bangga terhadap produksi
dalam negeri. Namun sejalan dengan itu, perlu dilakukan
juga peningkatan kualitas produk dengan harga yang
kompetitif sehingga dapat bersaing dengan produk
sejenis dari luar negeri. “Untuk menuju kepada sebuah
loyalitas konsumen kita pada produk-produk dalam negeri
memang ada syarat-syaratnya, kalau harganya kompetitif
tentu saja, kalau kualitasnya baik tentu saja. Ini dari sisi
produsen harus terus memperbaiki kualitasnya,
memperbaiki packaging-nya, memperbaiki desainnya agar
bisa mengikuti tren,” terangnya.

Sumber: https://setkab.go.id/presiden-jokowi-cinta-
produk-indonesia-dibarengi-peningkatan-kualitas/

10
“Saya juga selalu menyampaikan kepada kementerian dan lembaga,
kepada BUMN (Badan Usaha Milik Negara), semua BUMN untuk
memperbesar TKDN (Tingkat Komponen dalam Negeri). Jangan
sampai proyek-proyek pemerintah, proyeknya BUMN masih memakai
barang-barang impor. Kalau itu bisa dikunci, itu akan menaikkan
sebuah permintaan produk dalam negeri yang tidak kecil,” tegasnya.
Sumber: https://setkab.go.id/presiden-jokowi-cinta-produk-indonesia-dibarengi-peningkatan-kualitas/
11
12
PA/KPA dalam Menetapkan
Perencanaan Pengadaan

PPK Menyusun RUP berdasarkan


hasil identifikasi kebutuhan yang
memuat informasi pengadaan
barang/jasa meliputi :
a. nama dan alamat PA/KPA,
b. nama paket pengadaan yang akan
dilaksanakan, PA/KPA menetapkan dan mengumumkan RUP
c. kebutuhan penggunaan produk
dalam negeri,
melalui aplikasi Sistem Informasi RUP (SiRUP).
d. cara pengadaan,
e. uraian singkat paket pengadaan, Dalam menetapkan dan mengumumkan RUP,
f. volume paket pengadaan, PA/KPA memastikan bahwa dalam rangka
g. nilai paket pengadaan, peningkatan penggunaan produk dalam negeri,
h. lokasi paket pengadaan, RUP yang dimaksud telah mencantumkan
i. sumber dana dan
kebutuhan penggunaan produk dalam negeri di
j. perkiraan waktu pemanfaatan
barang/jasa
Instansinya.

13
Waktu Penyusunan
Perencanaan Pengadaan
APBN

Dimulai bersamaan dengan pembahasan


RUU APBN dan Nota Keuangan

APBD

Dimulai bersamaan dengan pembahasan


RAPERDA tentang APBD dengan DPRD

Sumber : Perlem 11 tahun 2021 tentang Pedoman Perencanaan PBJP


14
Penggunaan Produksi dan Produk Dalam
Negeri Melalui PBJ
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun
2018 Pasal 58, kewajiban penggunaan produk dalam
negeri dilakukan pada tahap perencanaan
Tujuan Pengadaan Barang /Jasa pengadaan dan persiapan pengadaan atau
pemilihan penyedia.

Informasi Rencana Kebutuhan


Tahunan Barang/Jasa
Peningkatan Penggunaan
Produk dalam Negeri Spesifikasi Teknis, Jumlah, Harga,
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 Pasal 4 Pelaksanaan

Diumumkan melalui media elektronik,


cetak, dan/atau sistem informasi
Industri nasional.

15
02
POTENSI
PERMASALAHAN
PADA TAHAPAN
PERENCANAAN
POTENSI
PERMASALAHAN
2 TAHAP PERENCANAAN
▪ Permasalahan dan Tahapan Perencanaan PBJ
▪ Risiko
Tahapan Perencanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

1. Identifikasi Pengadaan Barang/Jasa


2. Penetapan Jenis Pengadaan Barang/Jasa
3. Penetapan Cara Pengadaan Barang/Jasa
4. Pemaketan Dan Konsolidasi
5. Waktu Pemanfaatan Barang/Jasa
6. Anggaran Pengadaan

Perlem 11 tahun 2021 tentang Pedoman Perencanaan PBJP

Hasil Perencanaan Pengadaan


diumumkan di dalam RUP
18
Lakukan analisis untuk setiap tahapan perencanaan

01 02 03 04 05

Potensi Risiko / Penyebab Solusi Tindak


Masalah Dampak Lanjut

19
Pengertian Risiko

“Akibat yang kurang


“Kemungkinan akan menyenangkan “Risiko adalah
terjadinya sesuatu (merugikan, kemungkinan kerugian.
yang buruk atau tidak membahayakan) dari Risiko adalah
menyenangkan” suatu perbuatan atau ketidakpastian”
Merriam-Webster tindakan” Emmett J. Vaughan
https://kbbi.web.id/risi
ko

Karakteristik Risiko: “ketidakpastian” dan “kerugian”.

20
Sikap Terhadap Risiko

2
1
Identifikasi Dan Pengelolaan Risiko Pada PBJ

Apakah mungkin ❑ Risiko tidak mungkin sepenuhnya dihindari, dialihkan, atau


kita bahkan dimitigasi, tetapi risiko perlu dikelola agar tetap
berada pada batas yang masih bisa diterima.
menghilangkan
semua risiko? ❑ Pengelola pengadaan dapat mengurangi dampak risiko
melalui identifikasi, perencanaan dan pengelolaan risiko
secara efektif.
❑ Sangatlah penting melakukan identifikasi dan pengelolaan
risiko, untuk memitigasi dampak yang dapat ditimbulkan
oleh risiko.

Tidak mungkin,
bila kita ingin tetap Jika Kita tidak mengelola risiko,
melakukan risiko akan mengelola Kita!
pengadaan
22
1. Identifikasi Kebutuhan

TINDAK
PENYEBAB
LANJUT

a. “Kelemahan/kesala a.Budaya feodal/ a. Peningkatan a. Meningkatkan


hanperencanaan paradigma kualitas kapasitan
dan tata Kelola a. Barang/jasa tidak perencanaan dan perencanaan
sesuai kebutuhan : kekuasaan
b.Tidak didasarkan pembenahan • Menyusun
pada perencanaan/ • Tdk bermanfaat b.Rendahnya ortala rencana
kajian • Penggunaan tdk disiplin kebutuhan B/J
optimal perencanaan, • Menjabarkan
c. Ketidakjelasan Jangka
• Biaya O P tinggi Renstra/ Renja ke
kebutuhan vs komitmen, Menengah
dalam Rencana
keinginan konsistensi. • Melakukan FS, BCA,
b.Pemborosan/inefis Kebutuhan
d.Belum ada c.Kelemahan tata dsb.
iensi • Melakukan kajian
standarisasi Kelola • Konsultasi Publik
barang/jasa sesuai c. Menyulitkan
integrasi sistem d.Rendahnya b. Standarisasi/penyam
kebutuhan b.Menyusun dan
kompetensi aan/penyetaraan
menerapkan standar
spesifikasi
barang
PERMASALAHAN PERENCANAAN PBJ Page 24

▪ Perencanaan pengadaan tidak disusun atau


penyusunan tanpa justifikasi kebutuhan dan
tidak didukung proses perencanaan yang
sistematis
▪ Pemaketan yang tidak tepat dan Pemecahan
paket menghindari tender
▪ Pengangkatan pelaku pengadaan tidak
memenuhi persyaratan
▪ Kebutuhan biaya pengadaan tidak
diperhitungkan secara komprehensif


Perhitungan waktu yang tidak cermat
Barang yang dibutuhkan sudah tidak ada
lagi di pasar.
Permasalahan
▪ Kegiatan yang diusulkan tidak ada Penyedianya
▪ Perhitungan volume tidak akurat sehingga Perencanaan Pengadaan
ditengah pelaksanaan kontrak diperlukan jumlah
barang lebih, sehingga perubahan lingkup kerja
terhadap kontrak diperlukan.
▪ Penentuan spesifikasi yang berlebihan.
PERMASALAHAN PERENCANAAN PBJ
No Potensi Masalah Penyebab Tindak Lanjut
1 Identifikasi Kebutuhan
“Kelemahan/kesalahan” Peningkatan kualitas
a • Budaya feodal/ Meningkatkan kapasitan
perencanaan dan tata Kelola. perencanaan dan
paradigma kekuasaan perencanaan
Tidak didasarkan pada B/J tidak sesuai kebutuhan: pembenahan ortala
b • Rendahnya disiplin
perencanaan/kajian • Tdk bermanfaat • Menyusun rencana
perencanaan, • Menjabarkan Renstra/
• Penggunaan tdk optimal kebutuhan B/J Jangka
komitmen, konsistensi. Renja ke dalam
Ketidakjelasan kebutuhan vs • Biaya O P tinggi Menengah
c • Kelemahan tata Kelola Rencana Kebutuhan
keinginan • Melakukan FS, BCA, dsb.
• Rendahnya kompetensi • Melakukan kajian
• Konsultasi Publik
Belum ada standarisasi • Kesadaran rendah, Standarisasi/penyamaa
• Pemborosan/inefisiensi Menyusun dan menerapkan
d barang/jasa sesuai kebutuhan wawasan terbatas n/penyetaraan
• Menyulitkan integrasi sistem standar barang
• E go (individu, sector) spesifikasi
lanjutan
No Potensi Masalah Penyebab Tindak Lanjut
2 Penetapan Barang /Jasa
• Pemanfaatan BMN tidak • Ketidakcermatan
Tidak mempertimbangkan inventory Penguatan
a optimal • Pengelolaan BMN Integrasi sistem
BMN pengelolaan BMN
• Pemborosan Sumber Daya belum baik
Kesulitan menetapkan kualifi • Revisi P O K
Pengelompokan barang/jasa tidak tepat • Ketidakcermatan
b kasi penyedia, rancangan kon • Konsultasi, Konsultasi, Bimtek,
(JK vs JL, B vs. PK) • Kompetensi rendah
trak,dan pencairan anggaran supervisi
• Tujuan P B J tidak tercapai
KAK/Spesifikasi teknis kurang jelas atau • Vested interest Survei pasar
• B/J tidak sesuai kebutuhan
sebaliknya terlalu rinci, mengarah pada • Kompetensi rendah (supply side) Melaksanakan survei pasar
c • Kemahalan/monopoli
merek/penyedia tertentu, tidak sesuai • Tidak dilakukan Survei pengguna dan kebutuhan pengguna
• Permasalahan hukum
dengan kebutuhan pengguna, dsb. survei pengguna (demand side)
• Ketidakpercayaan publik
d Pemaketan :
1) Memecah paket untuk menghindari • Harga tdk kompetitif • Konsolidasi
• Konsolidasi
tender • Inefisiensi • Probity audit & advice
• Vested interest • Pengawasan
• Tdk mendorong UMKM • Pembinaan pelaku usaha
• Salah persepsi (probity audit)
2) Pemaketan tidak optimal/ekonomis tumbuh berkembang • Pembinaan integritas
• Resiko kegagalan tinggi • Pengawasan masyarakat
3) Judul paket tidak sesuai dengan B/J • Perubahan judul
• Salah kode rekening (MAK)
yang dibutuhkan/dihasilkan • Ketidakcermatan paket
• Kesulitan dlm pelaporan • Revisi P O K
• Kompetensi rendah • Penguatan
dan pengelolaan BMN
evaluasi RKA
• Menyulitkan pengolahan
• Sosialisasi KBKI
data, analisis belanja, • Kurang sosialisasi Pembayaran dikaitkan d g n
4) Paket tidak dilengkapi kode KBKI • Paksaan melalui
perencanaan dan strategi • Belum diwajibkan kode KBKI
sistem
pengadaan
lanjutan
No Potensi Masalah Penyebab Tindak Lanjut
3 Cara Pengadaan Barang /Jasa
Keliru memilih cara pengadaan Pelaksanaan terhambat Pemahaman terbatas Koreksi/perbaiki
4 Jadwal Pengadaan Barang /Jasa
Pelaksanaan
Pembebasan tanah, perencanaan, dan • Pekerjaan konstruksi konstruksi tidak dalam Pembebasan lahan
1 pelaksanaan konstruksi dalam tahun yang tidak terlaksana/tidak Kelemahan perencanaan satu tahun yang sama dan Perencanaan
sama selesai. d g perencanaan dan dilaksanakan T-1
pembebasan tanah
2 Pekerjaan yang membutuhkan waktu Persetujuan Kegiatan
Persetujuan kegiatan
penyelesaian lebih dari 12 bulan tidak • Berpotensi masalah Tahun Jamak masuk
tahun jamak
menggunakan tahun jamak adm/ hukum Kelemahan perencanaan di dalam kesepakatan
bersamaan d g
• Kegiatan terhambat APBD antara DPRD
pembahasan RAPBD
dan Kepda
3 Jadwal tidak realistik (tidak mem • Pekerjaan tidak selesai • Juklak/juknis terlambat Membangun • Advokasi (lobby,
pertimbangkan kompleksitas pekerjaan • Pengadaan gagal • Tekanan politik kesepahaman d g sosialisasi, FGD,
dan/atau dipaksakan. dilaksanakan • Ambisius pejabat politik dsb)
4 Jadwal P B J tidak memperhitungkan musim, • Tujuan tidak tercapai • Kurang kompeten Peningkatan kompe- • Pelatihan
dsb. • B/J tidak bermanfaat • Perubahan iklim tensi perencanaan • Koordinasi
5 Jadwal pelaksanaan tidak selaras/sinergis • Tujuan tidak tercapai • Koordinasi lemah • Meningkatkan • Membentuk Tim/
dengan kegiatan terkait. • Berpotensi rugi • Network planning lemah koordinasi Gugus Tugas/PMO
• Komitmen rendah/ e go
sektor
lanjutan
No Potensi Masalah Penyebab Tindak Lanjut
5 Ang garan
• Realokasi anggaran
• Kegiatan terhambat • Ketidakcermatan
• Pengurangan
Anggaran penunjang tidak cukup • Resiko pengurangan spek. • Kebijakan/regula
volume/lingkup
• Sasaran P B J tdk tercapai si
pekerjaan • Revisi POK/DIPA
Salah kode rekening (MAK) • Kesulitan dalam • Perubahan anggaran
• Perubahan/revisi
penganggaran dan
• Ketidakcermatan POK/DIPA
Alokasi anggaran tidak tepat (tahun jamak) pencairannya
• Realokasi anggaran
• Kegiatan terhambat
6 RUP
Pengumuman RUP terlambat • Pengadaan terlambat, • Ketidaksiapan
Pengawasan/pengen
pertumbuhan ekonomi perencanaan Evaluasi regular
dalian disertai sanksi
terhambat • Ketidakdisiplinan
Jadwal pelaksanaan dibuat asal-asalan • Monev tidak akurat Kesengajaan Penajaman jadwal
(fleksibilitas)
RUP tidak dibuat dan tidak dimasukkan ke • Monev tidak akurat • Kesengajaan • Pengawasan lebih • Perkada
SIRUP • Data tidak lengkap/anali (mens rea) ketat disertai sanksi • Integrasi sistem
sis belanja tidak akurat • Tidak mencairkan
• Potensi penyimpangan paket yg tidak
diumumkan di
SIRUP
Perencanaan Pengadaan Halaman -
MODUS KORUPSI DALAM PBJ

Perencanaan - Proses Serah Terima


Persiapan PBJP dan Pembayaran

Proses Pengawasan
Proses Perencanaan Anggaran Pelaksanaan PBJP dan Pertanggung
▪ Proyek/Paket sudah dijual terlebih dahulu ▪ Pengumuman terbatas. jawaban
kepada vendor sebelum anggaran disetujui ▪ Manipulasi pemilihan pemenang.
atau disahkan. ▪ Manipulasi dokumen lelang. ▪ Suap untuk menghilangkan
▪ Pengadaan tidak sesuai dengan kebutuhan ▪ HPS dan spek teknis dibuat oleh vendor. temuan audit.
(rekayasa dokumen). ▪ Mark up harga. ▪ Suap untuk meringankan
▪ Persekongkolan antara DPR, pihak K/L (KPA), ▪ Suap kepada pihak-pihak terkait. hukuman.
dan Vendor. ▪ Persekongkolan KPA, PPK, Pokja
▪ HPS dan spek teknis dibuat oleh vendor. ULP/Pimpro, PPHP, Bendahara.
▪ Mark up harga. ▪ Manipulasi dokumen serah terima.
▪ Suap kepada pihak-pihak terkait.
30
▪ Manipulasi pemilihan pemenang.
T I T I K K R I T I S • Identifikasi kebutuhan tidak sesuai Rencana
Kerja/tujuan organisisasi
P E N G A D A A N
• Prioritas kebutuhan barang/jasa tidak sesuai
PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA
Rencana Kerja/tujuan organisasi
• Tidak didukung analisis yang memadai
termasuk market analysis
• Kesalahan dalam strategi pemaketan pekerjaan
Para Pihak : PA/KPA/PPK
• Penetapan cara pengadaan tidak memperhatikan
- Identifikasi kebutuhan -
- Penetapan barang/jasa - sumber daya yang dimiliki
- Cara pengadaan - • Kekeliruan pemahaman cara pengadaan
- Jadwal pengadaan - • Tidak mengumumkan paket Tender di RUP
- Penganggaran -
• Jadwal yang tidak memperhatikan end-to end
process pengadaan
• Penyusunan anggaran tidak memperhatikan detail
kebutuhan

31
CONTOH POTENSI TINDAK PIDANA

- Menjual secara “ijon” terhadap suatu proyek/paket sebelum anggarannya


disetujui;
- Membuat dan menetapkan spesifikasi barang/jasa yang pada dasarnya
mengarah pada pelaku usaha tertentu yang dikehendaki sebagai pemenang;
- Mengatur/merekayasa jalannya proses pengadaan;
- Membuat dan menetapkan syarat untuk membatasi peserta tender;
- Merekayasa dan mengatur pemenang tender;
- Pemalsuan dokumen/penyampaian dokumen yang tidak benar untuk
merekayasa pengadaan
CONTOH POTENSI TINDAK PIDANA
- HPS dan spek teknis dibuat oleh calon Penyedia;
- Pengumuman PBJ dilakukan secara terbatas untuk mengurangi peserta
dan terjadinya kompetisi secara sehat dan fair;
- Informasi hps, spek, persyaratan atau dok pemilihan sudah disampaikan
terlebih dahulu kepada pelaku usaha tertentu sebelum tender,
- Penyuapan oleh calon penyedia jasa atau oleh penyedia barang/jasa atau
kepada pihak pihak yang terkait dengan imbalan tertentu;
- Pemotongan/pengurangan dari besaran nilai pembayaran kepada penyedia
barang/jasa;
- Kolusi antara penyedia jasa dengan PA/KPA, PPK, Pokja, PP, PPHP,
Bendahara, dan pihak lain;
CONTOH POTENSI TINDAK PIDANA
Khusus Penunjukan Langsung dan E-Purchasing
Proses Penunjukan Langsung (PL)
1. Kriteria PL tidak sesuai dengan ketentuan
2. Proses PL tidak sesuai dengan ketentuan
3. Nego pada saat PL formalitas
4. HPS sudah dimark-up

Proses e-Purchasing/e-Katalog
1. Kickback untuk klik produk oleh Pembeli (K/L/PD)
2. Pembelian untuk barang tertentu dengan harga
yang sudah diatur bersama di luar sistem
3. Mark up ongkos kirim
4. Serah Terima tidak sesuai ketentuan
(Pengurangan spek/kualitas, kuantitas, lokasi, dll)
PENUTUP
3
PROGRAM TRANSPARANSI PBJP
Sistem E-Procurement Integrasi Sistem
• Digitalisasi pengadaan Integrasi sistem pengadaan dari
• Mengajak sebanyak- perencanaan, perijinan, hingga
banyaknya pelaku usaha penganggaran
untuk ikut serta dalam PBJP

Transparansi
Dalam
Pengadaan
Whistleblowing System Stakeholder Collaboration
Mengajak seluruh masyarakat • MoU dengan APH dan Auditor
untuk ikut serta mengawal • Kerjasama dan peningkatan
pengadaan melalui aplikasi WBS kapasitas CSO dan
dan e-pengaduan masyarakat sipil
• Mendorong terbentuknya
Clearing House
UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI PADA PBJ
Independensi kelembagaan dan
SDM pelaksana pengadaan barang dan 1
jasa
5 Sentralisasi pengadaan barang dan jasa

Optimalisasi whistleblowing system 2


Integrasi perencanaan dan
6 penganggaran

Optimalisasi vendor management


system 3
Optimalisasi peran APIP sejak perencanaan
7 program dan anggaran hingga
evaluasi/audit kemanfaatan barang/jasa

Standarisasi kualitas barang/jasa


dan harga 4
Pengadaan Barang/Jasa pemerintah dan interaksi antara para
pihak dalam penentuan penyedia Barang/Jasa bersifat
transaksional. Potensi konflik kepentingan (Conflict of Interest)
yang sangat tinggi. COI yang tinggi berkorelasi positif dengan
37
Akhir Presentasi

Terima Kasih

Badan Perencanaan Pembangunan


Nasional (BAPPENAS)
Jl. Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310
Telp: (021) 3101-988
www.bappenas.go.id
Kementerian PPN/Bappenas
@bappenas
Bappenas RI

Anda mungkin juga menyukai