Anda di halaman 1dari 10

A.

Women Centred Care


1. Filosofi Women Centered Care
Women Center Care merupakan suatu filosofi dasar dan
pendekatan praktis yang secara sadar dipilih dalam pengelolaan asuhan
pada perempuan usia reproduksi yang memiliki fokus seimbang antara
pengalaman perempuan dan kesehatan atau kesejahteraan dari ibu dan
bayinya. Hubungan yang berkualitas adalah dasar pelayanan yang
diberikan selama kehamilan, persalinan dan masa nifas. Hubungan
antara bidan dan perempuan menggabungkan semua aspek pelayanan
kebidanan. Ketidakcocokan antara harapan perempuan dalam pelayanan
kebidanan dan tingkat layanan yang disediakan dengan pelayanan bidan
sebagai pemberi asuhan dapat menimbulkan kekhawatiran perempuan.
Hal ini berkaitan dengan kualitas interaksi interpersonal dan kurangnya
empati bidan sehingga tidak peduli dengan kebutuhan perempuan dalam
layanan kebidanan. Selain itu, belum terpenuhinya asuhan kebidanan
dalam pelayanan yang diberikan menyebabkan minimnya informasi
yang diberikan bidan pada perempuan. Hal tersebut merupakan bagian
yang menghambat kemitraan bidan yang berpusat pada perempuan.
Secara singkat, Women Center Care (WCC) merupakan asuhan
kebidanan yang berfokus pada Wanita (Yustanta dkk., 2021).
Filosofi yang dimaksud dalam perilaku profesional diatas salah
satunya adalah filosofi asuhan kebidanan “women centered care”.
Filosofi asuhan kebidanan yang berpusat pada wanita “women centered
care” yaitu pelayanan berkesinambungan dan menyeluruh (Holistic),
bidan menjadi partner bagi klien (partnership care) sejak persiapan
sebelum hamil, hamil, bersalin, nifas, menyusui dan perawatan bayi
baru lahir (continuity). Asuhan kebidanan “women centered care” dapat
mengurangi tindakan medis dan farmakologis, mencegah komplikasi,
mengurangi nyeri, melibatkan klien dalam pengambilan keputusan
selama asuhan berlangsung serta membuat klien merasa nyaman dalam
menjalani proses tersebut (Personalized) Filosofi asuhan kebidanan
“women centered care” dapat dilakukan dengan menerapkan model
asuhan kebidanan berkesinambungan (continuity of care).

2. Definisi Women Centred Care


Women Center Care adalah asuhan kesehatan yang berpusat pada
wanita. Dalam kebidanan berpusat pada ibu (wanita) adalah suatu
konsep yang mencakup hal-hal yang lebih memfokuskan kepada
kebutuhan, harapan, dan aspirasi wanita dengan memperhatikan
lingkungan sosialnya dari pada kebutuhan institusi atau profesi
terkait. WCC menekankan pentingnya informed choice, continuity of
care, keterlibatan, efektivitas klinis, respon dan aksesibilitas. Bidan
difokuskan memberikan dukungan pada ibu serta memperoleh
kesamaan status kesehatan di masyarakat, termasuk untuk memilih
dan memutuskan perawatan kesehatan dirinya (Meilani & Alief,
2023).
Model asuhan kebidanan dibuat berdasarkan filosofi bahwa
kehamilan dan persalinan merupakan sebuah hal yang fisiologis.
Model asuhan kebidanan yang berfokus pada perempuan (Women
Centered Care). Women Center Care merupakan model terkonsep
dalam asuhan midwifery care dan asuhan ini berorientasi pada wanita.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Badan House of
commons Health commitee tahun 1992, disimpulkan bahwa terdapat
permintaan yang meluas pada kaum wanita untuk memilih pilihan
yang lebih besar dalam menentukan jenis asuhan maternitas saat ini
membuat mereka frustasi bukan memfasilitasi mereka. Hasil
penelitian ini menunjukkan pentingnaya asuhan yang berorientasi
pada wanita dimana mereka punya peran dalam menentukan pilihan
sehingga terpenuhi kebutuhannya dan timbul kepuasan. Hal ini juga
menunjukkan bahwa asuhan berorientasi pada wanita atau Women
Center Care amat penting untuk kemajuan praktik kebidanan.
Penelitian lain pada tahun 2018 menyimpulkan bahwa dalam
Women Center Care diperlukan perubahan mendasar dalam sikap
bidan; keyakinan dan kemauan untuk memberikan perawatan yang
berpusat pada wanita. Women Center Care membutuhkan perubahan
struktural, berdasarkan lebih banyak penelitian dan implementasi
filosofi dan aspek pragmatis dan perilaku dari asuhan yang berpusat
pada wanita ke dalam pendidikan dan praktik kebidanan. Pada
penelitian ini disampaikan juga bahwa perawatan yang berpusat pada
wanita sangat berkaitan dengan martabat manusia. Bidan juga
memiliki peran informatif untuk membimbing klien dan keluarganya
dalam pengambilan keputusan. Dalam praktik kebidanan. WCC
sebagai acuan bagi bidan tentunya harus memiliki suatu konsep yang
mendasarinya.
"Perawatan yang berpusat pada wanita" adalah konsep yang
mencakup hal-hal berikut:
a Fokusnya adalah pada kebutuhan, harapan dan aspirasi unik
perempuan dari pada kebutuhan organisasi atau profesi yang
terlibat
b Perhatian terhadap hak perempuan untuk menentukan
nasibnya sendiri dalam memilih, mengontrol dan
kesinambungan asuhan dalam praktik kebidanan.
Dibandingkan dengan
c Memenuhi kebutuhan bayi atau keluarga, serta orang yang
dicintai wanita, sepertiyang ditentukan dan mendapatkan suatu
kepercayaan
d Keterlibatan masyarakat, pada semua tahap kehamilan,
kelahiran dan setelah bayi lahir
e Terlibat dalam kolaborasi dengan profesional kesehatan
lainnya sesuai kebutuhan.
f Integral dalam hal pemenuhan kebutuhan sosial, emosional,
fisik, psikologis. spiritual dan budaya perempuan
3. Tujuan Women Centered Care
Model kebidanan didasaran pada filosofi bahwa kehamilan dan
persalinan adalah suatu hal yang fisiologis. Model asuhan women center
care dapat menurunkan insiden trauma dan nyeri neonatus dan reseksi
sesar. Bidan mempunyai tugas konseling dan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat khususnya kesehatan reproduksi wanita. Pelayanan ini
mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi
komplikasi ibu, dan akses layanan kesehatan atau intervensi lain sesuai
dengan kebutuhan dan permintaan ibu dalam standar dan wewenang tugas
bidan. Dengan mencapainya tujuan ini Women Centered Care berusaha
membentuk lingkungan perawatan yang mendukung, menghormati, dan
memenuhi kebutuhan perempuan secara menyeluruh.

4. Prinsip-prinsip Women Centered Care


Prinsip-prinsip asuhan kebidanan berdasarkan Filosofi Asuhan Kebidanan
“women centered care” meliputi (Meilani & Alief, 2023):
a Berfokus pada kebutuhan, harapan, dan keinginan wanita
(personalized) bukan kebutuhan institusi atau profesi yang tertuhan
manusia sesuai dengan teori kebutuhan menurut Maslow, dengan
urutan jenjang sebagai berikut, kebutuhan dasar (fisiologis),
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan dimiliki dan cinta,
kebutuhan dihargai dan kebutuhan aktualisasi diri, bidan dituntut
untuk memenuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu, kemudian
memenuhi kebutuhan pada jenjang berikutnya.
b Mengakui hak perempuan (klien) untuk menentukan nasib sendiri
dalam hal pilihan, kontrol dan kontinuitas asuhan dari bidan,
termasuk kebutuhan keluarga, orang dan komunitas penting
lainnya, seperti yang diidentifikasi dan dinegosiasikan oleh wanita
itu sendiri
c Melibatkan kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya bila
diperlukan.(Collaborative)
d Asuhan yang holistik dalam hal menagani kebutuhan, harapan dan
harapan klien dalam aspek sosial, emosional, fisik, psikologis,
spiritual, dan sosial wanita tersebut
e Menghargai wanita dan keluarga dalam pengambilan keputusan.

5. Beberapa Hal yang Harus Ada Dalam Women Centered Care


a. Kekuatan & keterampilan, komitmen buat mempromosikan persalinan
fisiologis tersebut merupakan filosofi yang menegaskan kekuatan
wanita itu sendiri
b. Kehamilan normal, kelahiran & periode pascanatal yang dipimpin oleh
kebidanan
c. Pelayanan direncanakan serta disiapkan menggunakan wanita & warga
pada mana bekerja atau mereka tinggal
d. Batas-batas sektor akut & primer yang terintegrasi pada perawatan
e. Mempertimbangkan faktor sosial & lingkungan yg lebih luas,
berkomitmen untuk perawatan kesehatan preventif, & bertujuan buat
mengurangi kesenjangan kesehatan & sosial sebagai Sebuah perspektif
kesehatan warga
f. Menggunakan satu-ke-satu perawatan kebidanan selama persalinan
Maximised kontinuitas perawatan & perawat
g. Pengalaman keibuan yang digunakan dan diperhitungkan dengan
penuh makna pada masing perempuan. Fokus dalam kehamilan &
persalinan menjadi awal menurut kehidupan keluarga, bukan hanya
menjadi episode klinis terisolasi.
h. Mengakui output seumur hidup kesehatan ibu dan bayi pada
Pendanaan struktur & komitmen
i. Menyebarkan kemitraan yg konkret antara perempuan dan bidan untuk
Keterlibatan pengguna yg melampaui tokenistic
j. Memfasilitasi pengembangan percaya diri, orangtua yg efektif dengan
keluarga yang berfokus pada perawatan
k. Kepemimpinan diperkuat pada kebidanan. Untuk memperkenalkan
kelebihan profesional & memaksimalkan pelayanan maternitas ke
rencana kesehatan warga.

6. Penerapan Women Centered Care


a. Dalam merawat seorang wanita dengan baik, seorang bidan harus
melakukan: 1. Intervensi yang dilakukan minimal
b. Perawatan komprehensif diberikan dengan memberikan perawatan saat
dibutuhkan
c. Mengambil semua pelayanan konsisten sesuai kompetensi, wewenang dan
otonomi
d. Menyediakan konten informasi
e. Asuhan yang aman, nyaman, terjangkau dan bermutu harus diberikan
f. Perawatan ibu harus diterapkan.

B. Peran Bidan
Sehubungan dengan asuhan perempuan yang dipimpin oleh bidan, terdapat
dua peran kunci penting untuk posisi bidan dalam asuhan tersebut, yaitu
(Susanti et al, 2018):
1) profesional utama dan
2) koordinator asuhan

Baik peran profesional utama dan koordinator asuhan memerlukan


pendekatan multiagen, yang bekerja lintas batas layanan kesehatan dengan
pemahaman tentang bagaimana kolaborasi dapat memaksimalkan kesempatan
bagi perempuan untuk memiliki pengalaman positif dan hasil yang aman,
terlepas dari apakah kehamilan dan kelahiran itu mudah atau tidak.
Bidan dengan kompetensi yang memadai akan dapat menjalankan kedua
peran ini dengan baik karena pengetahuannya baik teori maupun praktik tidak
dapat diragukan lagi. Dalam hal ini, kemampuan bidan diakui untuk
mempromosikan layanan persalinan di komunitasnya, dan diakui sebagai ahli
dalam asuhan kehamilan, kelahiran, dan pascakelahiran normal, ahli dalam
memahami patologi, ahli dalam mengelola keadaan dengan tepat, dan ahli
dalam mengenali dan merujuk perempuan ke dokter kandungan dan
spesialis/agensi lainnya secara tepat waktu dan bekerja sama saat hal tersebut
diperlukan.

1. Profesional Utama
Peran profesional utama atau lead profesional adalah
merencanakan, memberi, dan meninjau kembali asuhan perempuan,
dengan masukan dan persetujuan pasien tersebut, mulai dari penilaian
antenatal awal sampai pada masa pasca-kelahiran. Dalam kebanyakan
keadaan, seorang bidan akan mengambil peran sebagai profesional
utama untuk semua perempuan sehat yang hamil. Untuk perempuan
berisiko rendah, asuhan yang dipimpin oleh bidan mengurangi jumlah
perempuan pergi ke rumah sakit yang mengakibatkan berkurangnya
intervensi secara signifikan selama kelahiran. Seorang dokter kandungan
hanya akan menjadi profesional utama perempuan yang mengalami
komplikasi kehamilan.
Oleh karena itu, peran bidan sebagai profesional utama tidak
terlepas dari predikat bidan sebagai ‘the expert of normal’. Ranah
normalitas akan selalu menjadi pegangan bidan ketika bidan
memberikan asuhan kebidanan. Seiring dengan filosofi asuhan
kebidanan, yaitu yang ditekankan atau dipusatkan pada perempuan,
kenormalan ini akan ditujukan pada normalnya fungsi tubuh perempuan
dalam kehamilan dan persalinan (fisiologi). Namun demikian,
kompetensi bidan harus juga mencakup penguasaan deteksi ‘danger
signs’ dan jika memungkinkan tindakan pertama yang dapat dilakukan
walau masih dalam koridor kewenangan bidan.

2. Koordinator Asuhan
Bagi hampir semua perempuan hamil, bidan adalah saluran asuhan
selama kehamilan, persalinan, dan masa pasca-kelahiran. Ketika bidan
adalah ahli dalam keadaan normal, bidan tersebut juga memberikan
peran penting dalam mengkoordinasikan ‘perjalanan’ kehamilan untuk
semua perempuan. Ketika profesional utama dapat berganti selama
kehamilan (dari bidan ke dokter kandungan atau sebaliknya),
koordinator asuhan akan tetap sama, yang memberikan kesinambungan
asuhan yang diinginkan perempuan.
Peran bidan sebagai koordinator adalah memastikan bahwa
perempuan dirujuk ke layanan kesehatan dan asuhan holistik diberikan
untuk mengoptimalkan setiap pengalaman kelahiran perempuan terlepas
dari faktor risiko. Peran ini perlu diartikulasikan dengan jelas dan
perbedaan antara profesional utama dan koordinator asuhan, jika terjadi,
harus juga dibuat sejelas mungkin. Hal ini menyediakan bagi setiap
perempuan perencanaan asuhan yang tepat dan unik dan mengurangi
kesempatan untuk menerima nasihat yang saling bertentangan (misal,
perempuan yang mempunyai profesional utama yang selalu berubah-
ubah, terkadang bidan dan terkadang dokter kandungan). Namun,
propaganda bahwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang alami
dan normal seharusnya terus digerakkan
Agar bidan dapat dianggap mumpuni, pengembangan profesi
sangat diperlukan sehingga banyak bidan harus memperdalam
pengetahuan mereka dan terus mengembangkan keterampilan mereka.
Tantangan untuk profesinya adalah mendorong dan memungkinkan
bidan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Bidan
harus selalu memfokuskan kembali asuhan kebidanan pada
pemaksimalan kehamilan, persalinan, dan kesehatan pasca-kelahiran
bahwa fase-fase tersebut merupakan peristiwa kehidupan yang normal.
Asuhan atau nasihat kebidanan hanya dapat diberikan oleh seorang
bidan yang terlatih. Terlatih di sini bukan hanya berarti jenjang
pendidikan yang tinggi, tetapi kemampuan klinis dan midwifery clinical
reasoning yang tinggi pula. Oleh karena itu, jika seorang bidan dipilih
sebagai ‘clinical instructor’ atau CI bagi mahasiswa kebidanan yang
sedang dalam proses pembelajaran klinis di lapangan, CI tersebut harus
benar-benar kompeten secara keilmuan teori dan klinis.
CI merupakan ‘pengajar’ di lahan praktik yang seharusnya
mencontohkan praktik-praktik asuhan yang benar sesuai ilmu yang
berlaku secara internasional. Jika CI tidak atau kurang memiliki
keterampilan klinis yang memadai, kandidat bidan akan juga memiliki
ilmu keterampilan klinis yang kurang benar. Hal ini tentu saja akan
merugikan ilmu kebidanan karena lulusan berikutnya yang dihasilkan
menjadi tidak berkualitas.
Koordinator asuhan juga dapat tertuang dalam catatan SOAP
ketika rencana asuhan kebidanan yang diberikan tertulis secara jelas
dalam catatan tersebut. Inilah bukti bahwa penguasaan keterampilan
pencatatan SOAP sangat penting untuk dikuasai oleh para bidan. Ketika
bidan sejak masa kuliah salah dalam memahami atau salah mengambil
sumber rujukan penulisan catatan SOAP, kesalahan fatal tersebut akan
susah untuk diperbaiki.

DAPUS :

Meilani Mita, S., Keb, M., Insyiroh, A. N., Keb, S. T., & Keb, M.
(2023). Respectful Women Care Dalam Kebidanan. Yogyakarta : Penerbit
K-Media. link ;
Susanti A, F.Alyensi, Hamidah, Y.Aryani, A.Laila. (2018). Konsep
Berkesinambungan Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Yustanta, B. F., dkk. (2021). Asuhan Kebidanan Pada Masa Pandemi Covid-19.
Malang: CV Penulis Cerdas Indonesia. Link :
http://repository.stikesrspadgs.ac.id/566/

Anda mungkin juga menyukai