Pertemuan 2 - Makalah ASP 1 PAKET UU PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH
Pertemuan 2 - Makalah ASP 1 PAKET UU PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH
MODUL
REGULASI KEUANGAN PUBLIK
DI INDONESIA
Perumusan Masalah
Seorang perancang regulasi publik mampu mendeskripsikan masalah publik. Perumusan masalah
publik meliputi hal-hal berikut :
a. Apa masalah publik yang ada!
b. Siapa masyarakat yang perilakunya bermasalah!
c. Siapa aparat pelaksana yang perilakunya bermasalah!
d. Analisis keuntungan dan kerugian atas penerapan regulasi publik!
e. Tindakan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah publik!
2
penyebarluasan (sosialisasi) regulasi publik harus dilakukan. Hal ini diperlukan agar terjadi
komunikasi hukum antara regulasi publik dan masyarakat yang harus patuh.
3
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
g. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
Ruang lingkup terakhir dari Keuangan Negara tersebut dapat meliputi kekayaan yang
dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di
lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.
4
Financial Officer (CFO) sementara setiap menteri/pimpinan lembaga adalah Chief Operational
Officer (COO).
5
2.2.1.6 Pelaksanaan APBN dan APBD
Setelah APBN ditetapkan secara rinci dengan undang – undang, pelaksanaanya
dituangkan lebih lanjut dengan keputusan Presiden sebagai pedoman bagi kementrian
negara/lembaga dalam pelaksanaan anggaran. Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara
dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD ditetapkan tersendiri dalam undang – undang yang
mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyak menyangkut hubungan administratif
antar kementrian negara/lembaga di lingkungan pemerintah.
6
Ruang lingkup : kewenangan pejabat perbendaharaan Negara pelaksanaan pendapatan dan
belanja negara/ daerah, pengelolaan uang negara/daerah, pengelolaan utang piutang
negara/daerah, investasi dan barang milik negara/daerah, pengelolaan BLU.
Asas Umum :
Kesatuan
Universalitas
Tahunan
Spesialitas
Penyelesaian kerugian negara
Pengelolaan keuangan badan layanan umum
7
Laporan keuangan pemerintah disajikan sesuai standar akuntansi keuangan
pemrintah yang terdiri dari ;
Laporan realisasi anggaran
Neraca
Laporan aru kas disertai
Catatan atas laporan keuangan
Laporan keuangan disajikan sebagai wujud pertanggung jawaban setiap entitas
pelaporan yang meliputi ;
Lporan keuangan pemerintah pusat
Laporan keuangan kementrian negara/lembaga
Laporan keuangan pemerintah daerah
Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah disampaikan kepad DPR/DPRD
selambat-lambatnya enam bulan setelah tahun anggaran yang bersangkutan
terkahir
Lapora keuangan perintah di audit oleh lembaga pemeriksa ekstern yang
indipenden dan professional sebelum disampaikan kepada DPR
Laporan keuangan pemerintah dapat menghasilkan statistic keuangan yang
mengacu pada manul stastik keuangan pemerintah, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan anaisis kebijakan dan kondisi fiscal, pegelolaan dan anlisis
perbandingan antrnegara, kegiatan pemerintahan, penyajian statistic keuangan
pemerintah
Penyelesaian kerugian negara
Setiap kerugian negara/daeah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum
atau kelalain seseorang, harus diganti oleh pihk yang bersalah
Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh BPK
Pengenaan ganti kerugian negara/daerah oleh pegawai negei bukan bendahara
ditetapkanoleh menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah
Mereka yang telah ditetapkan menggantikan kerugian terebut dapat dikenai sanksi
administrative dan/ atau sanksi pidana
8
Pengelolaan badan layanan umum
BLU bertugas untuk memberikan pelayanan masyarakat berupa penyediaan
barang
/jasa yang diperlukan dalam rangk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kekayaan BLU merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan
RKA dan LAPKEU BLU disusun dan disajikan sebagai bagian tak terpisahkan
dengan RKA dan LAPKEU kementrian negara/lembaga/pemda
Pembinaan keuangan BLU oleh menkeu
Undang – Undang No.15 Tahun 2004 (tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara)
Dasar Pemikiran
Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara perlu dilakukan
pemeriksaan oleh satu badan pemeriksakeuangan yang bebas dan mandiri, sebagaimana telah
ditetapkan dalam Pasal 23EUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam pelaksanaantugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, sampai
saat ini,BPK masih berpedoman kepada Instructie en Verdere Bepalingen voor de
AlgemeneRekenkamer atau IAR (Staatsblad 1898 Nomor 9 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Staatsblad 1933 Nomor 320).
Sampai saat ini BPK, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun1973 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan, masih belum memiliki landasanoperasional yang memadai dalam
pelaksanaan tugasnya untuk memeriksa pengelolaandan tanggung jawab keuangan negara.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 1Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
selain berpedoman pada IAR, dalampelaksanaan pemeriksaan BPK juga berpedoman pada
Indische Comptabiliteitswetatau ICW (Staatsblad 1925 No. 448 Jo. Lembaran Negara 1968 No.
53).
9
Agar BPK dapat mewujudkan fungsinya secara efektif, dalam Undang-Undangini diatur
hal-hal pokok yang berkaitan dengan pemeriksaan pengelolaan dantanggung jawab keuangan
negara sebagai berikut:
(1) Pengertian pemeriksaan dan pemeriksa;
(2) Lingkup pemeriksaan;
(3) Standar pemeriksaan;
(4) Kebebasan dan kemandirian dalam pelaksanaan pemeriksaan;
(5) Akses pemeriksa terhadap informasi;
(6) Kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian intern;
(7) Hasil pemeriksaan dan tindak lanjut;
(8) Pengenaan ganti kerugian negara;
(9) Sanksi pidana.
10
pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan
keuangan dan pemeriksaan investigatif.
Pelaksanaan Pemeriksaan
BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan,yakni
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalamtahap perencanaan
mencakup kebebasan dalam menentukan obyek yang akandiperiksa, kecuali pemeriksaan yang
obyeknya telah diatur tersendiri dalam undang-undang, atau pemeriksaan berdasarkan
permintaan khusus dari lembaga perwakilan.
Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapatmemanfaatkan hasil
pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah,memperhatikan masukan dari pihak
lembaga perwakilan, serta informasi dari berbagaipihak. Sementara itu, kebebasan dalam
penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antaralain meliputi kebebasan dalam penentuan waktu
pelaksanaan dan metodepemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifat investigatif.
Selain itu,kemandirian BPK dalam pemeriksaan keuangan negara mencakup ketersediaansumber
daya manusia, anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai.
BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh aparatpengawasan intern
pemerintah. Dengan demikian, luas pemeriksaan yang akandilakukan dapat disesuaikan dan
difokuskan pada bidang-bidang yang secara potensialberdampak pada kewajaran laporan
keuangan serta tingkat efisiensi dan efektivitaspengelolaan keuangan negara. Untuk itu, aparat
pengawasan intern pemerintah wajibmenyampaikan hasil pemeriksaannya kepada BPK.
BPK diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangandari pihak
yang diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap aset yangberada dalam
pengurusan pejabat instansi yang diperiksa, termasuk melakukanpenyegelan untuk
mengamankan uang, barang, dan/atau dokumen pengelolaankeuangan negara pada saat
pemeriksaan berlangsung.
Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut
Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikandalam laporan
hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai.Pemeriksaan keuangan
akan menghasilkan opini. Pemeriksaan kinerja akanmenghasilkan temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi, sedangkan pemeriksaan dengantujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan.
11
Setiap laporan hasil pemeriksaan BPKdisampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan
kewenangannya ditindaklanjuti,antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait.
Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaanjuga disampaikan
oleh BPK kepada pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaankeuangan, hasil pemeriksaan
BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukankoreksi dan penyesuaian yang diperlukan,
sehingga laporan keuangan yang telahdiperiksa (audited financial statements) memuat koreksi
dimaksud sebelumdisampaikan kepada DPR/DPRD. Pemerintah diberi kesempatan untuk
menanggapitemuan dan kesimpulan yang dikemukakan dalam laporan hasil pemeriksaan.
Tanggapan dimaksud disertakan dalam laporan hasil pemeriksaan BPK yangdisampaikan
kepada DPR/DPRD. Apabila pemeriksa menemukan unsur pidana,Undang-Undang ini
mewajibkan BPK melaporkannya kepada instansi yangberwenang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama1 (satu)
semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuaidengan
kewenangannya, dan kepada Presiden serta gubernur/bupati/walikota yangbersangkutan agar
memperoleh informasi secara menyeluruh tentang hasilpemeriksaan.
Dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik, Undang-Undang ini
menetapkan bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan yang sudahdisampaikan kepada lembaga
perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum. Dengandemikian, masyarakat dapat memperoleh
kesempatan untuk mengetahui hasilpemeriksaan, antara lain melalui publikasi dan situs web
BPK.
Undang-Undang ini mengamanatkan pemerintah untuk menindaklanjutirekomendasi
BPK. Sehubungan dengan itu, BPK perlu memantau danmenginformasikan hasil
pemantauan atas tindak lanjut tersebut kepadaDPR/DPD/DPRD.
12
negara/daerah. Bendaharatersebut dapat mengajukan keberatan terhadap putusan BPK.
Pengaturan tata carapenyelesaian ganti kerugian negara/daerah ini ditetapkan oleh BPK setelah
berkonsultasi dengan pemerintah.
13
Atas dasar itulah, prinsip otonomi yang dianut adalah:
1. Nyata, otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif di
daerah;
2. Bertanggung jawab, pemberian otonomi diselaraskan/diupayakan untuk memperlancar
pembangunan di seluruh pelosok tanah air; dan
3. Dinamis, pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan untuk lebih baik dan
maju
14
7. Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Kesimpulan
Regulasi dalam sektor publik adalah instrumen aturan yang secara sah di tetapkan oleh
organisasi publik ketika menyelenggarakan perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran,
pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan, audit serta pertanggungjawaban publik.
Regulasi publik ini banyak mengatur tentang kebijakan dalam sebuah organisasi termasuk
undang-undangnya serta regulasi dalam bidang keuangan. Dalam pemerintahan regulasi
diterapkan sampai pada otonomi daerah.
Misalkan dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan obyek, mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi
seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau
penguasaan obyek dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bpk.go.id
http://kedebok.blogspot.com/2013/03/akutansisektor-publik-pokokpembahasan_21.html
15