Anda di halaman 1dari 16

KRBUTUHAN MANUSIA TERHADAP DAKWAH

Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat DAkwah


Dosen Pengampu :
Absul Hamzah Haz, M.Sos

Disusun Oleh :

Kelompok

1. Anggi Wulandari 2241040080


2. Dinda Prameswati 2241040017

Kelas : BKI C

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Kebutuhan Manusi Terhadap Dakwah.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Dakwah.
Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca tentang
Bagaimana Kebutuhan Manusi Terhadap Dakwah. Untuk itu, kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada Bapak/ Ibu selaku dosen pengampu mata kuliah
Filsafat Dakwaha dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca terutama bagi mahasiswa .Oleh karena itu kami membutuhkan saran dan
kritik membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Bandar Lampung, November 2023

Penyusun

ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Dakwah ........................................................................................... 3
B. Hakikat Manusia............................................................................................ 5
C. Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah ........................................................ 7
D. Manfaat Dakwah bagi Manusia..................................................................... 9
E. Akibat Yang akan Dialami Manusia ketika Tidak Didakwahi .................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 10
B. Saran............................................................................................................... 10
Daftar pustaka ........................................................................................................... 11

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan informasi Al-Qur’an, ketika di alam arwah manusia telah
melakukan kesaksian bahwa Allah adalah Tuhan mereka. Perjanjian ini disebut
perjanjian ketuhanan (‘ahd Allah) dan fitrah Allah. Nurcholish Madjid
menyebutnya sebagai perjanjian primordial. Namun sayangnya, semua
manusia lupa akan perjanjian itu setelah ruh bersatu dengan jasad, dalam
proses kejadian manusia dan manusia lahir di alam dunia ini. Selanjutnya,
Allah kemudian memberikan din fitrah (agama yang cocok
dengan syahadah ketika di alam ruh). Dan din fitrah ini merupakan din al-
Dakwah. Dengan demikian, dakwah diperlukan untuk
mengaktualkan syahadah ilahiah ke dalam kenyataan hidup dan kehidupan
manusia.
Umat manusia sangat membutuhkan dakwah islamiyah ini. Mereka sangat
butuh kepada ajaran agama Allah yang kokoh ini. Dan Allah telah menciptakan
manusia ini dalam keadaan penuh kekurangan. Dari sini, maka bagaimana pun
luas dan hebatnya pengetahuan mereka, manusia tetap dalam kekurangan dan
keterbatasanya. Karena inilah manusia sangat membutuhkan orang yang
mengajak untuk kembali kepada Allah. Berkaitan dengan masalah ini Ibnul
Qayyim mengatakan :
“ kebutuhan manusia kepada syariat islam ini adalah kebutuhan sangat
mendesak, melebihi kebutuhan mereka terhadap yang lainnya. Dan kebutuhan
mereka terhadap syariat ini jauh lebih hebat dibandingkan hajat mereka
terhadap udara untuk pernafasan mereka, bahkan jauh di atas kebutuhan
terhadap makan dan minum. Oleh sebab itu tidak ada seorang pun dari
manusia yang kebutuhannya kepada sesuatu jauh lebih hebat di bandingkan
kebutuhan mereka terhadap ilmu pengetahuan tentang apa yang di bawa oleh
Rasulullah melaksanakannya mendakwahkannya dan bersabar
menghadapinya”
Kepentingan dan keutamaan dakwah ini semakin terlihat jelas ketika
fitrah manusia telah mengalamai perubahan seiring dengan penyimpangan dari

1
manhaj yang lurus ini menuju peribadatan kepada selain Allah, baik melalui
aturan pendidikan, lingkungan keluarga, atau masyarakat yaang buruh atau
dengan adanya da’i – da’i sesat yaitu padat syaitan dari kalangan jin dan
manusia. Sebagaimana Sabda Rasulullah :
“ tidak ada seoarang anak yang dilahirkan melainkan di lahirkan di atas
fitrah ( Islam). Lalu kedua orang tuanya yang membuatnya jadi yahhudi,
Nashrani, atau majusi ( HR. Bukhari dalam kitab Tafsir Surat Rum , 9/465
no/4775 dan Muslim Kitabul Qadar)
Maka tatkala berbagai hal yang merupakan faktor penyebab kesesatan
manusia, Allah memberi perintah untuk berdakwah dan Allah menurunkan
kitab-kitabNya serta mengutus para Rasul-Nya untuk berdakwah mengajak
manusia kembali kepadaNya”. Selayaknya untuk diungkapkan bahwa
konsekuensi keberadaan mereka sebagai pengikut Rasulullah adalah
berdakwah mengajak manusia kepada Allah. Bahkan mutaba’ah itu tidak
dianggap sempurna kecuali dengan terpenuhinya hal ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Hakikat Dakwah itu?
2. Apa Hakikat Manusia itu?
3. Bagaimana Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah?
4. Apa Manfaat Dakwah bagi Manusia?
5. Apa Akibat yang akan dialami oleh Manusia ketika ia Tidak didakwahi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apa Hakikat Dakwah itu.
2. Untuk Mengetahui Apa Hakikat Manusia itu .
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah.
4. Untuk Mengetahui Apa Manfaat Dakwah bagi Manusia.
5. Untuk Mengetahui Apa Akibat yang akan dialami oleh Manusia ketika ia
Tidak didakwahi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Dakwah
Pengertian dakwah bagi kalangan awam disalahartikan dengan pengertian
yang sempit terbatas pada ceramah, khutbah atau pengajian saja. Pengertian
dakwah bisa kita lihat dari segi bahasa dan istilah. Berikut akan dibahas
pengertian dakwah secara etimologis dan pengertian dakwah secara
terminologis
1. Pengertian dakwah secara etimologis
Kata dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya
da’aa yang berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Ism fa’ilnya
(red. pelaku) adalah da’I yang berarti pendakwah. Di dalam kamus al-
Munjid fi al-Lughoh wa al-a’lam disebutkan makna da’I sebagai orang
yang memangggil (mengajak) manusia kepada agamanya atau
mazhabnya. Merujuk pada Ahmad Warson Munawir dalam Ilmu Dakwah
karangan Moh. Ali Aziz (2009:6), kata da’a mempunyai beberapa makna
antara lain memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon,
menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan,
mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi. Dalam Al-Quran
kata dakwah ditemukan tidak kurang dari 198 kali dengan makna yang
berbeda-beda setidaknya ada 10 macam yaitu; mengajak dan menyeru;
berdo’a; mendakwa (menuduh); mengadu; memanggil; eminta;
engundang; malaikat Israfil; gelar; dan anak angkat. Dari makna yang
berbeda tersebut sebenarnya semuanya tidak terlepas dari unsur aktifitas
memanggil. Mengajak adalah memanggil seseorang untuk mengikuti
kita, berdoa adalah memanggil Tuhan agar mendengarkan dan
mengabulkan permohonan kita, mendakwa/menuduh adalah memanggil
orang dengan anggapan tidak baik, mengadu adalah memanggil untuk
menyampaikan keluh kesah, meminta hampir sama dengan berdoa hanya
saja objeknya lebih umum bukan hanya tuhan, mengundang adalah
memanggil seseorang untuk menghadiri acara, malaikat Israfil adalah

3
yang memanggil manusia untuk berkumpul di padang Masyhar dengan
tiupan Sangkakala, gelar adalah panggilan atau sebutan bagi seseorang,
anak angkat adalah orang yang dipanggil sebagai anak kita walaupun
bukan dari keturunan kita. Kata memanggil pun dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia meliputi beberapa makna yang diberikan Al-Quran
yaitu mengajak, meminta, menyeru, mengundang, menyebut dan
menamakan. Maka bila digeneralkan makna dakwah adalah memanggil.
2. Pengertian |dakwah Secara Terminologis
(a) Dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama
manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang
benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik
(Aboebakar Atjeh, 1971:6).
(b) Dakwah adalah menyeru manusia kepada kebajikan dan
petunjuk serta menyuruh kepada kebajikan dan melarang
kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat
(Syekh Muhammad Al-Khadir Husain).
(c) Dakwah adalah menyampaikan dan mengajarkan agama Islam
kepada seluruh manusia dan mempraktikkannya dalam
kehidupan nyata (M. Abul Fath al-Bayanuni).
(d) Dakwah adalah suatu aktifitas yang mendorong manusia
memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana, dengan
materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan
kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat) (A. Masykur Amin)
Dari defenisi para ahli di atas maka bisa kita simpulkan bahwa dakwah
adalah kegiatan atau usaha memanggil orang muslim mau pun non-muslim,
dengan cara bijaksana, kepada Islam sebagai jalan yang benar, melalui
penyampaian ajaran Islam untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar
bisa hidup damai di dunia dan bahagia di akhirat. Singkatnya, dakwah,
seperti yang ditulis Abdul Karim Zaidan adalah mengajak kepada agama
Allah, yaitu Islam.
Setelah kita ketahui makna dakwah secara etimologis dan
terminologis maka kita akan dapatkan semua makna dakwah tersebut

4
membawa misi persuasive bukan represif, karena sifatnya hanyalah
panggilan dan seruan bukan paksaan. Hal ini bersesuaian dengan firman
Allah (ayat la ikraha fiddin) bahwa tidak ada paksaan dalam agama.
Maka penyebaran Islam dengan pedang atau pun terror tidaklah bisa
dikatakan sesusai dengan misi dakwah.

B. Hakikat Manusia
Menurut bahasa, manusia itu sendiri berasal dari kata “Nasia” yang artinya
lupa. Maksudnya adalah bahwa manusia hakikatnya lupa akan perjanjian
dengan Allah sewaktu di alam ruh. Dalam arti lain, hakikat manusia memang
pelupa. Hadits Rasul menjelaskan bahwa manusia adalah tempatnya salah dan
lupa.
Al-Qur’an menegaskan kualitas dan nilai manusia dengan menggunakan
tiga macam istilah yang satu sama lain saling berhubungan, yakni al-insaan,
an-naas, al-basyar, dan banii Aadam. Manusia disebut al-insaan karena dia
sering menjadi pelupa sehingga diperlukan teguran dan peringatan.
Sedangkan kata an-naas (terambil dari kata an-naws yang berarti gerak; dan
ada juga yang berpendapat bahwa ia berasal dari kata unaas yang berarti
nampak) digunakan untuk menunjukkan sekelompok manusia baik dalam arti
jenis manusia atau sekelompok tertentu dari manusia.
Manusia disebut al-basyar, karena dia cenderung perasa dan emosional
sehingga perlu disabarkan dan didamaikan. Manusia disebut sebagai banii
Aadam karena dia menunjukkan pada asal-usul yang bermula dari nabi Adam
as sehingga dia bisa tahu dan sadar akan jati dirinya. Misalnya, dari mana dia
berasal, untuk apa dia hidup, dan ke mana ia akan kembali.
Penggunaan istilah banii Aadam menunjukkan bahwa manusia bukanlah
merupakan kepada Adam dalam al-Qur’an oleh Allah dengan huruf nidaa
(Yaa Adam!). Demikian juga penggunaan kata ganti yang menunjukkan
kepada Nabi Adam, Allah selalu menggunakan kata tunggal (anta) dan bukan
jamak (antum) sebagaimana terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 35.

5
“Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga
ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja
yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan
kamu Termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 35)

Manusia dalam pandangan al-Qur’an bukanlah makhluk


anthropomorfisme yaitu makhluk penjasadan Tuhan, atau mengubah Tuhan
menjadi manusia. Al-Qur’an menggambarkan manusia sebagai makhluk
theomorfis yang memiliki sesuatu yang agung di dalam dirinya. Disamping
itu manusia dianugerahi akal yang memungkinkan dia dapat membedakan
nilai baik dan buruk, sehingga membawa dia pada sebuah kualitas tertinggi
sebagai manusia takwa.
Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan
mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang
menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal manusia, yang melakukan dosa
dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan istrinya
diturunkan dari sorga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada
hakikatnya adalah pembawa dosa turunan. Al-Quran justru memuliakan
manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju
suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia
harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan
kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan
sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik
(positif, haniif).
Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar,
dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan
kesejatian semulia itu . Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas
dan hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-dilema
dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah
proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat seagung
itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan
moral yang saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas

6
sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi
manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas mutaqqin di atas.
Tugas Manusia
Tugas manusia di muka bumi berdasarkankan tuntunan Al-Qur’an
setidaknya ada dua, yaitu sebagai khalifah dan sebagai ma’bud. Dari dua
tugas tersebut, dalam perspektif filsafat dakwah, bisa ditarik suatu benang,
bahwa tugas manusia adalah sebagai subjek dakwah (da’i) dan objek dakwah
(mad’u). karena pada dasarnya da’i dan mad’u merupakan tugas manusia
sebagai wujud dari perilaku ma’bud pula, sebagaimana perintah Allah dalam
firman-Nya dan sabda Rasulullah saw yang pada intinya memerintahkan
untuk melaksanakan dakwah, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

C. Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah


Secara fitrah manusia menginginkan “kesatuan dirinya” dengan Tuhan,
karena itulah pergerakan dan perjalanan hidup manusia adalah sebuah evolusi
spiritual menuju dan mendekat kepada Sang Pencipta. Tujuan mulia itulah
yang akhirnya akan mengarahkan dan mengaktualkan potensi dan fitrah
tersembunyi manusia untuk digunakan sebagai sarana untuk mencapai
“spirituality progress”.
Di masa modern sekarang agama adalah kebutuhan pokok yang tidak bisa
lupakan, bahkan tidak sesaat-pun manusia mampu meninggalkan agamanya,
yang mana agama adalah pandangan hidup dan praktik penuntun hidup dan
kehidupan, sejak lahir sampai mati, bahkan sejak mulai tidaur sampai kembali
tidur agama selalu akan memberikan bimbingan, demi menuju hidup
sejahtera dunia dan akhirat.
Dilihat dari teori kebutuhan manusia (kebutuhan spiritual), dapat dipahami
pula bahwa manusia membutuhkan akan ketenangan jiwa. Salah satu caranya
adalah melalui jalan ibadah. Manusia tidak akan mampu beribadah apabila
tidak ada dakwah. Oleh karena itu, dakwah begitu penting bagi manusia. Ada
dua aspek makna pentingnya dakwah bagi manusia, yaitu:
(a) Memelihara dan mengembalikan martabat manusia

7
mengimani dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam,
sehingga hidupnya menjadi baik, hak-hak asasinya terlindungi,
harmonis, sejahtera, bahagia di dunia dan di akhirat terbebas dari
siksaan dari api neraka dan memperoleh kenikmatan surga yang
dijanjikan. Ketinggian martabat manusia itulah yang dikehendaki Allah
SWT. Sehingga manusia dapat menjalakan fungsinya sesuai dengan
tujuan penciftaan-Nya, yaitu sebagau khalifah-Nya. Bukannya makhluk
yang selalu menimbulkan kerusakan dan pertumpahan darah seperti
yang dikhawatirkan oleh para malaikat.
Oleh sebab itu dakwah harus bertumpu pada tauhid, menjadikan
Allah sebagai titik tolak dan sekaligus tujuan hidup manusia. Diatas
keyakinan tauhid itulah manusia harus melakukan kewajiban
menghambakan diri (mengabdi) kepada Allah yang wujudnya secara
vertikal menyembah kepada Allah SWT., dan horizontal menjalankan
sebuah risalah atau misi yaitu menata kehidupan sesuai dengan yang
dikehendaki Allah SWT. Hal ini karena dakwah adalah mengajak orang
untuk hidup mengikuti ajaran Islam yang bertumpu pada tauhid. Diatas
fondasi tauhid itulah Islam dibangun untuk dipedomani pemeluknya
supaya hidupnya selalu baik dan tidak seperti binatang ternak atau
makhluk yang lebih rendah dari binatang.

(b) Membina akhlak dan memupuk semangat kemanusiaan


Dakwah juga penting dan sangat diperlukan oleh manusia karena
tanpanya manusia akan sesat. Hidupnya menjadi tidak teratur dan
kualitas kemanusiannya merosot. Akibatnya manusia akan kehilangan
akhlak seperti nuraninya tertutup, egois, rakus, liar, akan saling
menindas, saling “memakan” atau saling “memeras”, melakukan
kerusakan diatas dunia, sehingga konstatasi malaikat bahwa manusia
sebagai makhluk perusak di bumu dan penumpah darah akan menjadi
kenyataan.

8
D. Manfaat Dakwah Bagi Manusia
1. Kebutuhan Manusia Kepada Dakwah Melebihi Kebutuhan Mereka Kepada
Makanan
2. Dakwah Melahirkan Kebaikan Pada Diri, Masyarakat Dan Negara
3. Dakwah Menjadikan Manusia Mulia
4. Dakwah Adalah jalan Menuju bahagia
5. Tanpa Dakwah Manusia Menuju Ke Jurang Kehancuran
6. Dakwah Sebagai Pembuktian Kesejatian Manusia
7. Dakwah Adalah Investasi Amal Tanpa Batas
8. Dengan Dakwah Manusia Lebih Produktif Beramal Dan Tidak Egois
(Individual)
9. Dakwah Adalah Lentera Hidup

E. Akibat dari Manusia tidak Didakwahi dan Tidak Melaksanakan


Dakwah
Melihat dan mengingat pentingnya dakwah bagi manusia berdasarkan
hakikat manusia, hakikat dakwah dan teori kebutuhan manusia, maka akibat
yang akan diperoleh manusia apabila manusia tidak didakwahi atau dakwah
tidak dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Karena manusia pada hakikatnya pelupa, maka manusia akan tetap
dalam kebodohan terhadap akhlak dan moralitas sebagaimana yang
terjadi pada zaman jahiliyyah.
2. Manusia tidak akan dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya, yang
memang sangat penting kebutuhan itu terpenuhi.
3. Cahaya hati pada manusia selalu dalam keadaan berkurang
4. Akal tidak akan dipandu oleh pengetahuan-pengetahuan agama
(syari’at Islam), sehingga perilakunya cenderung mengikuti akal dan
hawa nafsu.
5. Eksistensi Tuhan tidak akan dikenal oleh manusia,karena melalui
dakwah para utusan-Nya lah eksistensi Tuhan ada.

9
6. Potensi baik pada manusia yang Allah anugrahkan tidak akan
termaksimalkan, malahan potensi keburukan lah yang akan lebih
menguasai, disebabkan oleh akal dan nafsu yang membimbingnya.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia terdiri dari dua unsur yakni unsur jasmani dan unsur rohani.
Kedua unsur manusia tersebut haruslah seimbng dalam pemenuhan
kebutuhan masing. masing unsur tersebut, jika tidak seimbang maka dapat
berakibat buruk atau bahkan dapat berakibat fatal. Manusia siapapun
orangnya mereka membutuhkan dakwah untuk hidup. Tanpa dakwah
mereka akan hidup dalam kegelisahan, kegersangan, kegelapan dan
menuju jurang kehancuran. Oleh karena itu kegiatan dakwah dapat
menjadikan jiwa seseorang seimbang karena merasa terpenuhi kebutuhan
rohanianya. Dakwah tidak membutuhkan kita tetapi kita membutuhkan
dakwah untuk kebahagian hidup dunia dan akhirat

B. Saran
Dari beberapa penjelasan di atas pemakalah pasti tidak lepas dari
kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat. Dan kami sebagai penyusun
makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
seperti yang diharapkan para pembaca, khususnya pembimbing mata
Kuliah Filsafat Dakwah . Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya konstruktif (membangun), agar dapat dibuat acuan
dalam terselesainya makalah kami yang berikutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ashadi Cahyadi, 2013, Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah dan Filsafat, IAIN
Bengkulu: Jurnal Syi’ar, 13(2)
Bahri Ghazali, Filsafat Dakwah Panduan Perkuliahan Efektif, Bandar Lampung :
Harakaido Publishing
Bunyaim,2019,Dakwah Sebuah Kebutuhan Primer Manusia, Institut Pesantren
Kh.Abdul Chalim: Jurnal Al-Tsiqoh (Dakwa dan ekonomi)E-
ISSN:25028294
Fathi yakan, musykilatu al-dakwah wa al-daiyah, beirut: muassasah al-risalah thn.
1983. Cet.9
Miswan thohadi , quantum dakwah dan tarbiyah, Jakarta: al-I’tishom 2008, cet.1
Atabik luthfi, Tafsir da’awi , jakarta: alitishom, 2011. Cet. 1, hal : 8
Umdatul Hasanah, 2013, Ilmu dan filsafat dakwah, Banten: Fseipress

12

Anda mungkin juga menyukai