Anda di halaman 1dari 20

MODUL AJAR

PROSES BISNIS SECARA MENYELURUH BIDANG TEKNOLOGI FARMASI

INFORMASI UMUM
A. Identitas Modul
Nama penyusun : FARMASI
Institusi : SMK MUHAMMADIYAH PAGAR ALAM
Tahun penyusunan : 2021
Jenjang sekolah : SMK
Kelas :X
Alokasi waktu : 8 jp (3 x Pertemuan; @45 menit)

B. Kompetensi Awal
Peserta didik telah memiliki pengetahuan awal tentang:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja
2. Produk-produk farmasi
3. Bisnis pada bidang teknologi farmasi

C. Profil Pelajar Pancasila


Setelah Peserta Didik mengikuti pembelajaran, dimensi Profil Pelajar Pancasila yang
diharapkan muncul adalah:
1. Mandiri: Modul Ajar ini menekan pada kemandirian dalam belajar, sehingga Peserta
Didik memiliki prakarsa atas pengembangan dirinya yang tercermin dalam
kemampuan untuk bertanggung jawab, memiliki rencana strategis, melakukan
tindakan dan merefleksikan proses dan hasil pengalamannya.
2. Bernalar Kritis: berpikir secara objektif, sistematik dan saintifik dengan
mempertimbangkan berbagai aspek berdasarkan data dan fakta yang mendukung,
sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dan berkontribusi memecahkan
masalah dalam kehidupan, serta terbuka dengan penemuan baru.

D. Sarana & Prasarana


Sarana & Prasarana yang dibutuhkan pada saat belajar dengan modul ini antara lain:
1. Gawai (bisa berupa handphone android, tablet, windows tablet, dsb)
2. Jaringan internet yang bagus
3. Alat tulis & buku
4. Akun Facebook, interaksi pembelajaran melalui Grup facebook
5. Akun Gmail, pengumpulan tugas melalui Google Classroom

E. Target Peserta Didik


Terdapat 3 target Peserta Didik, yaitu:
1. Peserta didik reguler/tipikal
2. Peserta didik dengan kesulitan belajar (hanya menonjol pada salah satu gaya belajar
saja)
3. Peserta didik dengan pencapaian tinggi

F. Model Pembelajaran
Model Pembelajaran yang digunakan adalah Pembelajaran Jarak Jauh moda Daring, Luring,
diskusi dengan metode Historical Inquiry.
KOMPONEN INTI
A. Tujuan Pembelajaran
Pada akhir pembelajaran, Peserta Didik mampu:
1. Memahami tentang proses bisnis pada dibidang teknologi farmasi.
2. Memahami penerapan K3LH pada proses bisnis dibidang teknologi farmasi.
3. Memahami bagaimana perencanaan produk pada bisnis dibidang teknologi
farmasi.
4. Memahami supply chain/ pemasok produk, logistik dan proses produksi pada
industri farmasi.
5. Memahami cara penggunaan dan perawatan peralatan produksi.
6. Memahami bagaimana pengelolaan sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan kearifan lokal.

B. Pemahaman Bermakna
1. Setiap pekerjaan maupun profesi apapun membutuhkan kehati-hatian untuk mencegah
kecelakaan kerja dan juga pelanggaran hukum.
2. Dimasa sekarang setiap individu harus pandai mengamati dan mengambil setiap peluang
usaha yang ada.
3. Dengan pendidikan yang baik dan memiliki pengetahuan yang baik akan mendukung
prestasi kerja seseorang pula dengan baik.

C. Pertanyaan Pemantik
1. Jika kalian ingin berwirausaha jenis wirausaha apa yang akan kalian pilih?
2. Bagaimana menyiapkan semua yang diperlukan untuk usaha yang kalian pilih?

D. Persiapan Pembelajaran
Sebelum belajar Undang-undang kesehatan, pastikan bahwa:
1. Mempersiapkan perangkat gawai yang akan digunakan.
2. Memperhatikan informasi yang telah dibagikan guru.
3. Mempersiapkan alat tulis.
4. Pastikan kamu memiliki paket data/wifi dan jaringan yang bagus.
5. Bergabunglah ke kelas melalui tautan yang dibagikan.
6. Menyebar link angket untuk mengetahui gaya belajar Peserta Didik (asesmen
diagnostik non-kognitif)

E. Kegiatan
Pembelajaran
Pertemuan 1
Pendahuluan (15 menit)
 Lakukan doa, agar diberi kemudahan selama belajar dan diberi tambahan ilmu
yang bermanfaat.
 Mengisi daftar hadir sesuai link yang dibagikan Google Clasroom.
 Kerjakan pretest pada link yang dibagikan melalui Google
Clasroom. Kegiatan Inti (55 menit)
 Peserta Didik menyimak Video pembelajaran dengan durasi 5 menit. Video
tersebut berisi tentang salah satu usaha atau industri farmasi.
 Berdasarkan video pendek tersebut, beri kesempatan siswa untuk bertanya
tentang video tersebut yang dituliskan pada kolom komentar.
 Setelah seluruh siswa membuat pertanyaan, kelompok kan pertanyaan siswa
berdasarkan tema-tema utama (misalnya bagaimana proses produksi produknya,
perawatan peralatanya, sistem K3LH nya, dsb).
 Pilih satu tema, kemudian jawab pertanyaan-pertanyaan temanmu. Jawaban
bisa dibuat melalui aplikasi word atau di buku tulis.
 Cari bukti penguat dari jawabanmu (berupa kutipan dengan daftar rujukan).
 Unggah jawaban pada Google Classroom
 Jika jawaban berupa dokumen word, file langsung diunggah
 Jika jawaban ditulis di buku tulis, foto (pastikan foto jelas) dan rubah
menjadi format pdf, selanjtunya diunggah.

Penutup (20 menit)


 Menjawab pertanyaan reflektif pada link yang diunggah di Google Classroom.
 Untuk memperkaya wawasan, guru mengirim tautan materi tentang bisnis
dibidang teknologi farmasi.

Pertemuan 2
Pendahuluan (15 menit)
 Lakukan doa, agar diberi kemudahan selama belajar dan diberi tambahan ilmu yang
bermanfaat.
 Mengisi daftar hadir sesuai link yang dibagikan.

Kegiatan Inti (55 menit)


 Baca instruksi pengantar yang telah dikirm pada Google Classroom.
 Berikut instruksi tugas:
 Baca dan pahami materi yang sudah dilampirkan.
 Beri kesempatan siswa bertanya melalui kolom komentar.
 Jawab pertanyaan siswa dengan benar.
 Post test

Pertemuan 3
Pendahuluan (15 menit)
 Lakukan doa, agar diberi kemudahan selama belajar dan diberi tambahan ilmu yang
bermanfaat.
 Mengisi daftar hadir sesuai link yang dibagikan.

Kegiatan Inti (55 menit)


 Baca instruksi pengantar yang telah dikirm pada Google Classroom.
 Berikut instruksi tugas:
 Carilah video sebuah industri farmasi yang ada di Indonesia ataupun
didunia.
 Buatlah video penjelasan tentang video yang kalian tonton.
 Diakhir video, sertakan Daftar Rujukan dengan format “nama (jika terdiri 2
kata/lebih) dibalik. Tahun terbit. Judul. Penerbit (jika sumber rujukan dari
internet, silahkan cantumkan link nya).
 Durasi video maksimal 2 menit.
 Unggah video ke ‘sosmed’ masing-masing.
 Kumpulkan link video di ‘sosmed’ mu melalui Google Classroom Penutup (20 menit)
 Post test

F. Asesmen
1. Asesmen Diagnostik Non-Kognitif (untuk mengetahui gaya belajar Peserta Didik) Bentuk
berupa angket melalui Google Form, berikut adalah formatnya:
Tandailah kotak yang sesuai untuk setiap pertanyaan dan jumlahkan nilainya
1) ( … ) Saya perlu satu ilustrasi dari apa yang diajarkan supaya bisa
memahaminya.
2) ( … ) Saya tertarik pada obyek yang mencolok, berwarna, dan yang merangsang mata.
3) ( … ) Saya lebih menyukai buku-buku yang menyertakan gambar atau ilustrasi.
4) ( … ) Saya terkesan sedang “melamun”, saat membayangkan apa yang
sedang saya dengar.
5) ( … ) Saya mudah mengingat apabila saya bisa melihat orang yang sedang berbicara.
6) ( … ) Apa yang harus saya ingat harus saya ucapkan dulu.
7) ( … ) Saya harus membicarakan suatu masalah dengan suara keras untuk
memecahkannya.
8) ( … ) Saya akan mudah menghafal dengan mengucapkannya berkali-kali.
9) ( … ) Saya mudah mengingat sesuatu apabila itu didendangkan.
10) ( … ) Saya lebih suka mendengarkan rekamannya daripada duduk dan
membaca bukunya.
11) ( … ) Saya tidak bisa duduk diam berlama-lama.
12) ( … ) Saya lebih mudah belajar apabila ada keterlibatan sejumlah anggota
tubuh.
13) ( … ) Saya hampir selalu melakukan gerakan tubuh.
14) ( … ) Saya lebih suka membaca buku atau mendengarkan cerita-cerita action.

Bila lebih banyak memilih pernyataan :


a. Nomor 1 s.d 5 : tipe Auditori
b. Nomor 6 s.d 10 : tipe Visual
c. Nomor 11 s.d 14 : tipe Kinetik

2. Asesmen Formatif
Kuis berbentuk uraian melalui Google Form dan rubrik penilaian tugas. Berikut adalah
pertanyaan yang harus dijawab siswa:
a. Pertemuan 1
Kuis:
1) Dengan kata-katamu sendiri, ceritakan bagaimana bisnis di dunia farmasi!
2) Menurut kalian bagaimana cara mendapatkan atau membaca peluang usaha di zaman
sekarang?
3) Setelah melakukan pembelajaran ini, tulis apa saja yang kamu bisa!
4) Setelah melakukan pembelajaran ini, tulis apa saja yang belum kamu
pahami!
5) Apa yang akan kamu lakukan untuk melengkapi apa yang belum dipahami?

Rubrik Penilaian Tugas:


1) Ketepatan waktu mengumpulkan tugas (40%)
2) Kesesuaian karya dengan materi (40%)
3) Estetika/keindahan (20%)

b. Pertemuan 2
Kuis
1) Dengan kata-katamu sendiri, ceritakan bagaimana cara penerapan K3LH yang baik
pada industri farmasi!
2) Dengan kata-katamu sendiri, ceritakan bagaimana cara perencanaan produk untuk
industri farmasi!
3) Dengan kata-katamu sendiri, ceritakan bagaimana cara perawatan dan pemeliharaan
peralatan industri?
4) Menurut kalian bagaimana pengelolaan sumber daya manusia di suatu
industri/perusahaan?
5) Menurut kalian apa yang dimaksud dengan potensi kearifan lokal?

c. Pertemuan 3
Post Test
1) Apa pendapat kalian tentang bisnis di dunia farmasi?
2) Apa saja yang perlu kalian siapkan ketika ingin membuka sbuah usaha?
3) Kesulitan apa yang mungkin muncul saat kalian ingin membuka usaha?
4) Apa yang harus kalian lakukan untuk menghadapi kesulitan tersebut?
5) Bagaimana peluang pasar dari usaha yang kalian pilih?

Rubrik Penilaian Tugas:


1) Ketepatan waktu mengumpulkan tugas (40%)
2) Kesesuaian karya dg materi (40%)
3) Estetika/keindahan (20%)

G. Pengayaan & Remedial


1. Pengayaan
Siswa dengan nilai atau performa di bawah rata-rata kelas, maka akan mendapat tugas
untuk melakukan belajar terbimbing, yaitu dengan meminta bantuan kepada siswa
dengan nilai di atas rata-rata kelas, kemudian setelah diperbaiki, mengirim ulang tugas-
tugas.

2. Remedial
Sepuluh (10) siswa dengan performa terbaik, akan melakukan pengayaan dengan
membuat resensi buku/artikel ilmiah pada media social masing-masing, link di unggah
pada Google Classroom.
H. Refleksi Peserta Didik & Guru
Setiap pekerjaan memiliki resiko yang harus diambil, resiko ini bisa berupa resiko fisik
maupun psikis. Untuk mengurangi resiko tersebut maka ada usaha dari pemilik industri atau
perusahaan berupa penerapan K3LH pada perusahaannya. Resiko fisik juga bisa
diminimalisir dengan pemeliharaan peralatan atau maintenance peralatan, pemeriksaan fisik
melalui medical check up setiap 6 bulan sekali.

LAMPIRAN
A. Lembar Kerja Peserta Didik
Centang (v) pada salah satu kolom yang sesuai dengan sikapmu (S = Setuju dan T = Tidak
Setuju

No. Kegiatan S T Alasan


1 Penerapan K3LH harus diterapkan pada setiap
industri atau perusahaan.

2 Setiap pekerjaan atau profesi selalu memiliki resiko,


penerapan K3LH yang baik pada industri atau
perusahaan akan meminimalisir resiko tersebut.

3 Pemeliharaan peralatan, medical check up adalah


contoh yang bisa dilakuakn untuk meminimalisir
resiko fisik.

4 Perencanaan produk, supply chain dan logistik pada


setiap industri atau perusahaan harus diperhatikan
dengan baik.

5 Pengelolaan sumber daya manusia harus


memperhatikan kearifan lokal.
Bahan Bacaan Guru & Peserta Didik

1. Proses bisnis pada bidang teknologi farmasi


Industri farmasi Indonesia tentu tidak dapat mengisolasi diri dari perkembangan dan
persaingan regional maupun global. Tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh industri
farmasi akan semakin kompleks. Sehingga peran teknologi informasi bagi industri farmasi
sangatlah penting dan tentu saja memiliki tujuan yang beragam tak terkecuali untuk mendukung
kepentingan usahanya.
Sistem informasi sendiri adalah susunan atau kumpulan dari data, proses, penyajian informasi,
dan teknologi informasi yang seluruhnya berinteraksi untuk mengembangkan pengoperasian
sehingga dapat menyelesaikan masalah dan membuat keputusan yang dibutuhkan oleh sebuah
organisasi, managemen dan user. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi,
seluruh kegiatan yang berhubungan dengan manusia di tuntut untuk lebih inovatif dan advance.
Dalam hal ini tak terkecuali industri farmasi.
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk
melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Dalam pelaksanaan membuat obat atau
bahan obat tentu saja harus dibarengi dengan teknologi yang menunjang, mulai dari awal mula
yakni bahan baku dan bahan kemas hingga dapat release dan mendapat predikat finish good.
Untuk dikatakan suatu produk telah memenuhi spesifikasi harus melalu beragam proses yang
ditangani oleh berbagai divisi di industri farmasi.

Penerapan K3LH

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan hak asasi karyawan dan salah satu
syarat untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Di samping itu K3 juga
merupakan syarat untuk memenangkan persaingan bebas di era globalisasi dan pasar bebas Asean
Free Trade Agrement (AFTA), World Trade Organization (WTO) dan Asia Pacipic Economic
Community(APEC). Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan
masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2020 yaitu gambaran
masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku
sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari
resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan,
kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan
pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara
umum.
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6), mengartikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman
baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik
atau tempat kerja tersebut.
Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah:
a) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan
keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

b) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:


1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan penerangan.

Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja :


Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga.
Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan
yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah
keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja
adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat.
(Silalahi, 1995). Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat
dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah
sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial,
dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kesehatan


Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku pada tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam
hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara
anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan
perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu
gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup di dalam lingkungan dan
perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa
maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan
non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan
dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Fasilitas atau sarana/prasarana tenaga kesehatan


 Sarana/Prasana Kesehatan adalah sarana kesehatan yang meliputi berbagai alat / media
elektronik yang harus ada di Tempat Kerja Kesehatan untuk penentuan jenis penyakit, penyebab
penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan
masyarakat.
 Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai sistem yang memadai dengan sirkulasi
udara yang adekuat agar suasana di dalam ruangan tersebut menjadi nyaman.
 Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai pemadam api yang tepat terhadap
segala sesuatu yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran.
 Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaam (P3K)

Masalah Kesehatan dan keselamatan kerja


Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari
tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat
merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai
suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat
ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan
akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

1. Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari
beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30– 40% masyarakat pekerja kurang kalori
protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan
seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang
optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar
masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan,
sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama
menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.

2. Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 – 24
jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya
pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan
kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain
yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang
masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara
berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.

3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja
dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).

Identifikasi masalah kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kesehatan dan
pencegahannya
A. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan
menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang
paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
 Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
 Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :


1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
 Peralatan / Media Elektronik, Bahan dan lain-lain
 Lingkungan kerja
 Proses kerja
 Sifat pekerjaan
 Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat terjadi
antara lain karena:
 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
 Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
 Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
 Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di Tempat Kerja Kesehatan :


1. Terpeleset , biasanya karena lantai licin.
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di Tempat Kerja
Kesehatan akibat :
 Ringan memar

 Berat à fraktura, dislokasi, memar otak, dll.

Pencegahan :
 Pakai sepatu anti slip

 Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar

 Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata
konstruksinya.
 Pemeliharaan lantai dan tangga

2. Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan kaidah
ergonomi. Akibat : cedera pada punggung.
Pencegahan :
 Beban jangan terlalu berat

 Jangan berdiri terlalu jauh dari beban

 Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai bawah
sambil berjongkok
 Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.

2. Perencanaan produk Farmasi


Instalasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan dan pemeliharaan sarana rumah
sakit. Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek kefarmasiaan yang dilakukan disuatu rumah
sakit. Jadi instalasi farmasi adalah suatu unit disuatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang
apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persayaratan perundang-
undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat penyelenggaraan yang
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan dan pelayanan kefarmasian.
Kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara
satu dengan yang lain. Kegiatan mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan,
monitoring dan evaluasi.

PERENCANAAN

Defenisi Perencanaan Obat

Perencanaan perbekalan farmasi merupakan salah satu fungsi yang menentukan dalam

proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Perencanaan adalah suatu kegiatan yang

dilakukan dalam rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman

atas dasar konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau

tujuan yang telah di tetapkan.

Tujuan Perencanaan Obat

Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi adalah untuk menyusun kebutuhan obat

yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan

persediaan farmasi serta meningkatkan penggunaan persediaan farmasi secara efektif dan efesien.

Ada beberapa hal yang harus di perhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan obat, yaitu:

a. Mengenal dengan jelas rencanan jangka panjang apakah program dapat mencapai tujuan

dan sasaran.

b. Persyaratan barang meliputi : kualitas barang, fungsi barang, pemakaian satu merek dan

untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang beralaku.

c. Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang.

d. Pertimbangan anggaran dan prioritas.

Tahap perencanaan Perbekalan Farmasi

Tahap perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi :

1. Tahap Persiapan
Perencanaan dan pengadaan obat merupakan suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis

dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit serta kebutuhan pelayanan kesehatan, hal ini

dapat di lakukan dengan membentuk tim perencanaan pengadaan obat yang bertujuan

meningkatkan efisien dan efektivitas penggunaan dana obat melalu kerja sama antar instansi

yang terkait dengan masalah obat.

2. Tahap Perencanaan

A. Tahap Pemilihan

Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan perbekalan farmasi yang benar-benar

diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit di rumah sakit. Dasar-

dasar pemilihan obat meliputi :

 Jenis obat yang di pilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan jenis.

 Hindari obat kombinasi, kecuali obat kombinasi mempunyai efek yang lebih baik di bandingkan

obat tunggal.

 Apabila jenis obat banyak, maka di pilih berdasarkan obat pilihan (drug of choice).

B. Tahap Perhitungan kebutuhan

Tahap ini untuk menghindari masalah kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan

koordinasi dari proses perencanaan dan pengadaan obat di harapkan obat yang dapat tepat jenis,

tepat jumlah dan tepat waktu.

Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan tenaga farmasi.

Masalah kekosongan atau kelebihan perbekalan farmasi dapat terjadi, apabila informasi yang

digunakan semata-mata hanya berdasarkan teoritis saja. Pendekatan perencanaan kebutuhan dapat

di lakukan melalui beberapa metode:

a. Metode konsumsi

Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi di dasarkan pada real konsumsi perbekalan

farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.

Langkah perhitungan rencanan kebutuhan obat menurut pola konsumsi adalah :

ü Pengumpulan dan pengolahan data

ü Analisa data untuk informasi dan evaluasi

ü Perhitungan perkiraan kebutuhan obat

ü Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana


Ada 10 langkah untuk menghitung perencanaan obat dengan pola konsumsi yaitu:

1. Menghitung pemakaian nyata pertahun

Adalah jumlah obat yang dikeluarkan dengan kecukupan untuk jangka waktu tertentu. Data

dapat di dapatkan dari laporan bulanan atau dari kartu stok.

Rumus :

Pemakaian nyata pertahun = (stok awal tahun + jumlah penerimaan obat) – (sisa stok akhir

tahun + jumlah obat yang hilang/rusak/daluarsa)

2. Menghitung pemakaian rata-rata satu bulan

Rumus :

Pemakaian rata-rata satu bulan = pemakaian nyata pertahun : jumlah bulan

3. Menghitung kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan saat terjadi kekosongan obat.

Rumus :

kekurangan obat = (waktu kekosongan obat x pemakaian rata-rata)

4. Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya

Rumus :

pemakian nyata + kekurangan obat

5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah ramalan kebutuhan obat yang

sudah mempertimbangkan peningkatan jumlah pelanggan yang akan dilayani. Data ini bisa

diperoleh dari data peningkatan jumlah penduduk atau kunjungan beberapa tahun. Misalnya

peningkatan kunjungan pertahun diperkirakan 15%.

Rumus :

kebutuhan obat akan datang = kebutuhan real + (kebutuhan real x 15%)

6. Menghitung kebutuhan lead time adalah waktu yang di butuhkan sejak rencana di ajukan

sampai dengan obat di terima. Misalnya waktu tunggu = 3 bulan.

Rumus :

kebutuhan obat waktu tunggu = pemakaian rata-rata perbulan x waktu tunggu.

7. Menentuka stok pengaman adalah jumlah obat yang di perlukan untuk menghindari terjadinya

kekosongan obat. Dapat dilakukan denga dua cara berdasarkan waktu tunggu dan sistem VEN

Berdasarkan waktu tunggu


Waktu tunggu Stok Pengaman
1 2 minggu
2 4 minggu
3 5 minggu
4 6 minggu
6 8 minggu
8 9 minggu
12 12 minggu

Berdasarkan sistim VEN


Obat golongan V, buffer stok nya 20% stok kerja

Obat golongan E, buffer stoknya 10% stok kerja

Obat golongan N, buffer stoknya 0 – 5% stok kerja

8. Menghitung jumlah obat yang akan di programkan di tahun yang akan datang.

Rumus :

Kebutuhan obat tahun yang akan datang + kebutuhan lead time + buffer stok

9. Menghitung jumlah obat yang akan di anggarkan.

Rumus :

Kebutuhan obat yang di programkan – sisa stok

10. Penyesuaian anggaran

Metoda analisa penyesuaian anggaran: analisa ABC dan analisa VEN

Kelebihan metode konsumsi:

 Data konsumsi akurat, merupakan metoda paling mudah

 Tidak memerlukan data epidemiologi maupun standar pengobatan

 Bila data konsumsi lengkap, pola peresepan tidak berubah, dan kebutuhan relative stabil, maka

kemumgkinan kelebihan dan kekurangan obat sangat kecil

Kekurangan metode konsumsi

 Data konsumsi data obat dan data jumalh kontak pasien yang dapat di andalakan mungkin sulit

di peroleh.

 Tidak dapat dijadikan dasar untuk mengkaji pola penggunaan obat dan rasionalitas penggunaan

obat.

 Tidak dapat di andalkan bila kekurangan stok lebih dari 3 bulan, obat berlebih atau kehilangan.

b. Metode Epidemiologi

Perencanaan dengan metode epidemiologi di dasarkan pada data jumlah kunjungan, frekuensi

penyakit, dan standar pengobatan yang ada. Langkah-langkah pokok metode ini :

1. Pengumpulan dan pengolahan data (menentukan jumlah penduduk yang dilayani, menentukan

jumlah kunjungan kasus yang akan di layani).

2. Menyediakan standar atau pedoman pengobatan yang di gunakan untuk perencanaan.

3. Menghitung perkiraan kebutuhan obat.

4. Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

Kelebihan metode epidemiologi :


 Perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran

 Dapat di gunakan untuk program-program baru

 Standar pengobatan dapat di gunakan untuk memperbaiki pola penggunaan obat

Kekurangan metode epidemiologi:

 Membutuhkan waktu dan tenaga yang terampil

 Data penyakit sulit diperoleh secara pasti dan kemungkinan ada penyakit yang tidak

dilaporkan.

 Memerlukan sistim pencatatan dan pelaporan yang lengkap.

 Pola penyakit dan pola peresepan tidak selalu sama.

 Dapat terjadi kekurangan obat bila ada wabah atau kebutuhan insidentil.

 Jenis obat yang diadakan terlalu banyak.

c. Metode Proyeksi Tingkat Pelayanan dari Keperluan Anggaran

Metode ini di gunakan untuk menaksirkan keuangan keperluan pengadaan obat berdasarkan

biaya perpasien yang di obati setiap macam-macam level dalam sistem kesehatan yang sama.

3. Perencanaan pemasok (supply chain) sediaan farmasi


Persediaan (inventory) obat di apotek merupakan suatu investasi yang membutuhkan
modal cukup besar. Pengelolaan persediaan obat di apotek sangat diperlukan karena berkaitan
dengan pelayanan terhadap pasien dan berpengaruh pada fungsi pemasaran dan keuangan
apotek. Pengelolaan persediaan yang tepatdapat mengantisipasi kebutuhan pasien yang sering
kali tidak dapat diprediksi.

Menurut Schroeder (2000), persediaan adalah stock bahan yang digunakan untuk
memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan. Konsep persediaan
merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk
dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam
pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam suatu proses produksi (Rangkuti, 2004).

Stok persediaan obat di apotek penting untuk dikelola agar kebutuhan pasien di waktu
tertentu dapat terpenuhi, menghindari jika suatu waktu terjadi fluktuasi harga obat-obatan
yang meningkat, menyediakan persediaan cadangan untuk kondisi permintaan obat yang tidak
menentu, serta dapat mengambil keuntungan dari pemasok (supplier) jika ada diskon.
Fungsi Persediaan di Apotek

Apoteker bertanggung jawab terhadap proses pengelolaan persediaan farmasi.


Pengelolaan dengan baik akan membantu apoteker untuk dapat mengontrol
kebutuhan supply dan demand karena persediaan berperan sebagai penyangga
dalam supply dan demand. Berdasarkan hal tersebut, menurut Yunarto dan Santika (2005),
persediaan dapat diklasifikasikan menurut fungsinya:

 Persediaan untuk antisipasi

Apotek perlu menyimpan persediaan sebagai langkah antisipasi yang dibuat berdasarkan
kebutuhan jangka waktu ke depan atau future demand yang sudah dapat diperkirakan
seberapa jauh kebutuhan akan diperlukan. Antisipasi persediaan di apotek dilakukan
untuk membantu keperluan pada tingkat level stock, serta untuk mengatasi permintaan tak
terduga dari pelanggan jika pada waktu tertentu terjadi peningkatan permintaan
kebutuhan obat.

 Persediaan Saat Fluktuasi

Safety stock berfungsi untuk mengatasi fluktuasi yang tidak dapat diprediksi
antara supply dan demand serta lead time. Lead time adalah jangka waktu kapan
persediaan itu mulai dipesan sampai persediaan itu ditempatkan/dipesan kembali. Potensi
kekurangan persediaan (stockout) akan terjadi jika demand atau lead time lebih besar dari
hasil peramalan (forecast). Oleh karena itu, adanya persediaan safety stock di apotek
dapat tetap membantu memenuhi pesanan pasien meskipun terjadi fluktuasi harga.

 Lot-Size Inventory

Lot-size adalah sejumlah item/barang tertentu yang di-order dari suatu plant/third
party/supplier yang kemudian dijadikan standar kuantitas untuk proses proses pengiriman
kepada pelanggan. Lot-size inventory terbentuk jika barang dibeli dari supplier lebih
besar atau hasil produksi dari pabrik juga lebih besar dari kebutuhan yang diperlukan
secara mendadak/mendesak.

 Hedge Inventory

Hedge inventory berfungsi untuk melindungi harga dari harga fluktuasi barang. Hedge
inventory berguna jika pada saat harga pasar naik, perusahaan sudah melakukan hedge
inventory pada harga rendah dengan melakukan pembayaran terlebih dahulu.
Kegiatan Pengelolaan Persediaan Obat-obatan

Pengelolaan persediaanobat-obatan habis pakai harus dilaksanakan secara terstruktur serta


menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya.
Pengelolaan persediaan obat-obatan di apotek meliputi beberapa tahapan diantaranya perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan, dan pelaporan
(http://aespesoft.com).

1. Perencanaan

Perencanaan persediaan obat-obatan di apotek berfungsi untuk memprediksi kebutuhan


persediaan obat untuk jangka waktu tertentu. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
1121/Menkes/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar, proses perencanaan persediaan obat meliputi:

 Tahap pemilihan obat

Obat dipilih berdasarkan jenis dan memperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, pola
budaya, serta pola kemampuan masyarakat.

 Tahap kompilasi pemakaian obat

Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian obat di unit pelayanan
kesehatan yang bersumber dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO).

 Tahap perhitungan kebutuhan obat

Perhitungan kebutuhan obat dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi dengan


melakukan analisis trend pemakaian obat tiga tahun sebelumnya atau lebih, serta
menggunakan metode morbiditas yakni perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola
penyakit.

 Tahap proyeksi kebutuhan

Perhitungan kebutuhan obat yang dilakukan secara komprehensif dengan


mempertimbangkan data pemakaian obat dan jumlah sisa stok pada periode yang masih
berjalan.

2. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui. Pengadaan obat-obatan di apotek biasanya dilakukan melalui pembelian/pemesanan yang
dilakukan melalui jalur resmi sesuai dengan peraturan perundang-undangan medis.
3. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk memastikan kesesuaian kedatangan barang dengan surat
pesanan di antaranya kesesuaian jenis obat maupun jumlah yang dipesan. Penerimaan merupakan
kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

4. Penyimpanan

Tata cara dan pengelolaan penyimpanan obat secara tepat penting untuk dilakukan karena obat
merupakan salah satu faktor terpenting dalam pelayanan kesehatan. Penyimpanan obat-obatan
harus memperhatikan beberapa hal berikut seperti:

 Obat disimpan dalam wadah asli dari pabrik (jika obat dipindahkan ke wadah lain, harus
dicegah agar tidak terkontaminasi dan ditulis informasi yang jelas), wadah obat juga harus
memuat nomor batch dan tanggal kedaluwarsa.
 Semua obat-obatan harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan
stabilitasnya.
 Sistem penyimpanan dapat dilakukan dengan memperhatikan kelas terapi obat, bentuk sediaan
(liquid, semisolid, dan solid), stabilitas obat (dipengaruhi oleh suhu, cahaya, dan kelembaban),
serta disusun berdasarkan abjad.
 Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First in First
Out). FEFO yaitu obat yang sudah mendekati tanggal kedaluwarsa akan dikeluarkan terlebih
dahulu, sedangkan FIFO artinya obat yang datang lebih dulu, akan dikeluarkan pertama.
 Obat Narkotika dan Psikotropika harus disimpan di lemari khusus dua pintu dengan ukuran
40×80×100 cm dilengkapi kunci ganda.
 Obat Narkotika dan Psikotropika harus disimpan di lemari khusus yang dibuat seluruhnya dari
kayu atau bahan lain yang kuat, tidak mudah dipindahkan dengan ukuran 40x80x100 cm
dilengkapi kunci ganda. Lemari khusus ini diletakkan di tempat yang aman serta tidak terlihat
oleh umum dan kunci lemari dikuasai oleh apoteker penanggung/apoteker yang ditunjuk dan
pegawai lain yang dikuasakan.

5. Pemusnahan

Obat yang kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
Pemusnahan juga dapat dilakukan terhadap resep obat yang telah disimpan melebihi jangka waktu
lima tahun.

6. Pengendalian

Pengendalian stok obat-obatan dilakukan menggunakan kartu stok yang memuat nama obat,
tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran, dan sisa persediaan. Pengendalian
ini bertujuan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai pelayanan agar tidak
terjadi kelebihan dan kekosongan stok.

7. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dilakukan untuk mengetahui data obat yang masuk dan keluar dalam periode waktu
tertentu, sedangkan pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi yang
disajikan kepada pihak yang berkepentingan.

Daftar Pustaka

1. Christina Meriana, S.Si, M.Mkes., Apt. Produk kreatif dan kewirausahaan. 2013. Jakarta. EGC.

2. Drs. Mujiyono, Apt. K3LH dan Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk SMK Farmasi. 2014. Jakarta.
EGC

3. Hartati, S.Si, Apt. K3LH Program Keahlian Farmasi. 2016. Jakarta. EGC

4. Syukrina, S.Si, Apt dkk. Pelayanan Farmasi Administrasi Farmasi. 2011. Jakarta. EGC.

5. https://ebooks.gramedia.com/pdf

6. https://fa.itb.ac.id.

7. https://www.itb.ac.id/program-studi-sarjana-sains-dan-teknologi-farmasi.

Anda mungkin juga menyukai