Anda di halaman 1dari 19

BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Density atau biasa disebut dengan massa jenis, bobot jenis atau
kerapatan zat merupakan karakteristik mendasar suatu zat. Bobot jenis adalah
suatu besaran yang menyatakan perbandingan antara massa (g) dengan
volume (ml), jadi satuan bobot jenis g/ml. Sedangkan Rapat jenis adalah
perbandingan antara bobot janis sampel dengan bobot jenis air suling, jadi
rapat jenis tidak memiliki satuan. Dan Massa jenis adalah perbandingan
antara bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya
250).
Density merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain,
kerapatan merupakan perbandingan antara massa dan volume dari suatu
senyawa. Makin besar volume dan massa dari suatu senyawa, makin kecil
kerapatannya dan sebaliknya.
Diantara sifat fisika yang paling berpengaruh terhadap bioavailabilitas
dari sediaan farmasi adalah bobot jenis dan rapat jenisnya, dimana bobot jenis
suatu obat berbeda dengan obat lain, yang tergantung pada massa zat tersebut
yang dibandingkan terhadap volumenya pada suhu dan tekanan tertentu.
Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang
calon farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui
kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan.
Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan
mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot
jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau
tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari
penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui hal tersebut
dengan menggunakan piknometer, maka dilakukanlah percobaan penentuan
kerapatan dan bobot jenis ini.

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

B. Maksud Praktikum
Mengetahui dan memahami cara penetapan bobot jenis dan kerapatan
jenis suatu sampel berupa Asam Borat dan Parafin Cair.
C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk :
1. Menentukan bobot jenis beberapa cairan
2. Menentukan kerapatan padatan

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Teori Umum
Ahli farmasi seringkali mempergunakan besaran pengukuran ini
apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah
turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya
adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (Martin,
1990).
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni tanpa
dimensi; yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus
yang cocok. Bobot jenis didefenisikan sebagai perbandingan kerapatan dari
suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada
temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah bobot
jenis, dilihat dari defenisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila
dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, 1990).
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat terhadap air
volume sama yang ditimbang diudara pada suhu yang sama (Ditjen POM,
1979).
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat bku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal
sedangkan kerapatan adalah massa persatuan volume, maka bobot jenis
mengantarkan hubungan antara bobot suatu zat baku misalnya air (Ansel,
2004).
Penerapan dalam farmasi. Bobot jenis adalah faktor yang
memungkinkan pengubahan jumlah zat dalam formula farmasetik dari bobot
menjadi volume dan sebaliknya. Bobot jenis juga digunakan untuk mengubah
pernyataan kekuatan dalam b/b, b/v, dan v/v (Ansel,H.C, 2004).
Metode penentuan untuk bobot jenis zat cairan (Ansel, 2004) :
a. Metode Piknometer.
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan
ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk
menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan


bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar
isi ruang 30 ml.
b. Metode Neraca Hidrostatik.
Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume
cairan yang terdesak.
c. Metode Neraca Mohr-Westphal.
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang
ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan.
Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah
penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
d. Metode areometer.
Penentuan kerapatan dengan areometer berskala didasarkan pada
pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak diberati
dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.
Volume serbuk sebenarnya atau sejati adalah jumlah volume dari
partikel-partikel padat yang mengabaikan semua ruang yang lebih besar dari
dimensi molekuler, dan yang mempunyai nilai karakter untuk tiap bahan.
Volume granuler atau mampat adalah volume kumulatif yang diambil oleh
partikel-partikel, termasuk semua rongga intrapartikel (tetapi tidak
antarpartikel). Batas antara intrapartikel terbuka dan ruang udara
antarpartikel dapat diinterprestasi secara berlainan, karena itu interprestasi
volume tergantung dari metode pengukuran. Volume bulk adalah jumlah
volue yang dipakai oleh seluruh massa serbuk pada pengepakan khusus yang
didapat selama pengukuran, sehingga interprestasi ini juga tergantung pada
metode (Lachman, 1989).
Sedangkan, porositas (E) adalah perbandingan volume rongga terhadap
volume bulk dari pengepakan tersebut :
Vb−Vp Vp
∈= ¿ 1−
2 aVb Vb

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

Porositas seringkali dinyatakan dalam persen, ∈ x 100. Porositas dalam


partikel dari granul bisa dihitung dari kerapatan sebenarnya dan kerapatan
granul (Sinko P, 2006).
Karena partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal dan kasar serta
berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan dengan
berhati-hati. Kerapatan secara umum didefenisikan sebagai berat per satuan
volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan volume
dari partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis, pori-pori dalam
dan ruang-ruang kapiler (Martin, 1990).
Untuk mudahnya, bisa didefenisikan dalam tiga tipe kerapatan
(Martin,1990) :
a. Kerapatan sebenarnya adalah kerapatan dari bahan padat yang nyata
(sebenarnya). Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidak termsuk
rongga-rongga dan pori-pori di dalam partikel yang lebih besar dari
dimensi molekular atau dimensi atomis dalam kisi-kisi kristal.
b. Kerapatan bulk, didefenisikan sebagai massa dari suatu serbuk dibagi
dengan volume bulk. Prosedur standar untuk memperoleh kerapatan bulk
atau kebalikannya, volume bulk spesifik, telah ditetapkan. Kerapatan bulk
dari suatu serbuk terutama bergantung pada distribusi ukuran partikel,
bentuk partikel, dan kecenderungan partikel untuk melekat satu denagn
yang lainnya.
c. Kerapatan granul, bisa ditentukan dengan suatu metode yang serupa
dengan metode pemindahan cairan. Digunakan air raksa, karena air raksa
mengisi ruang-ruang kosong tetapi tidak berpenetrasi ke dalam pori-pori
dalam dari partikel-partikel.
Relative density atau densitas relatuf bilangan murni yang menunjukan
perbandingan antara massa suatu benda dengan massa suatu zat yang
bervolume sama yang ditentukan sebagai standar (Sinko P, 2006).
Dengan menentukan bobot jenis suatu zat maka memungkinkan
dilakukan pengubahan jumlah zat dalam formula farmaseutik dari bobot
menjadi volume dan sebaliknya, bobot jenis juga digunakan untuk mengubah

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

pernyataan kekuatan dalam b/b (persen bobt dalam bobt), b/v (persen bobot
dalam volume) dan v/v (persen volume dalam volume) (Ansel, 2004).
B. Uraian Bahan
1. Asam Borat (Ditjen Pom, 1979 : 49)
Nama ResmI : ACIDUM BORICUM
Nama Lain : Asam Borat
RM / BM : H3BO3 / 61,83
Kerapatan : 1,435 (Raymond, 2003 : 68)
Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih, sisik, berwarna, kasar, tidak
berbau, rasa agak asam dan pahit kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam bagian air mendidih, dalam 16
bagian etanol (95%) P dan dalam 5 bagian Gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel percobaan.
2. Parafin (Ditjen POM, 1979 : 49)
Nama Resmi : PARAFFINUM
Nama Lain : Parafin
RM / BM : C3H8O3 / 92,09
Bobot jenis : 0,84 – 0,89 g / ml (FI III, 1979 : 474)
Pemerian : Hablur tembus cahaya atau agak buram, tidak berwarna atau
putih, tidak berbau, tidak berasa, agak berminyak.
C. Prosedur Kerja (Anonim, 2018)
1. Menentukan kerapatan bulk
 Timbang zat padat sebanyak 25 g, kemudian masukkan kedalam gelas ukur 50
ml.
 Ukur volume zat padat.
 Hitung kerapatan bulk.
2. Menentukan kerapatan mampat
 Timbang zat padat sebanyak 25 g.
 Masukkan kedalam gelas ukur.
 Ketuk sebanyak 100 kali ketukan.
 Ukur volume yang terbentuk.

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

 Hitung kerapatan mampat


3. Menentukan bobot jenis cairan
 Gunakan piknometer yang bersih dan kering
 Timbang piknometer kosong lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer di
lap sampai kering dan ditimbang.
 Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan
di ukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pemipetan, dan timbang.
 Hitung bobot jenis cairan.
4. Menentukan kerapatan sejati
 Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya.
 Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 1/3 bagian volumenya.
 Timbang piknometer dengan asam borat beserta tutupnya.
 Isi paraffin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat.
 Kocok-kocok dan isi sampel penuh sehingga tidak ada gelembung udara
didalamnya

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

BAB III METODE KERJA


A. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : Gelas ukur 50 mL,
Piknometer 25 mL, Pipet tetes dan Timbangan analitik.
b. Bahan yang diguanakan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu : Asam Borat, Gliserin,
Minyak Kelapa dan Parafin Cair.
B. Cara Kerja
a. Menentukan kerapatan bulk
1. Ditimbang zat padat sebanyak 25 gram, kemudian dimasukkan ke
dalam gelas ukur 50 mL.
2. Diukur volume zat padat
3. Dihitung kerapatan bulk, menggunakan persamaan :
bobot zat padat( g)
Kerapatan Bulk =
volume bulk (mL)

b. Menentukan kerapatan mampat


1. Ditimbang zat padat sebanyak 25 gram
2. Dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 mL.
3. Diketuk sebanyak 100 kali ketukan
4. Diukur volume yang terbentuk
5. Dihitung kerapatan mampat, menggunakan persamaan :
bobot zat padat ( g )
Kerapatan Mampat =
volume mampat ( mL )
c. Menentukan kerapatan sejati
1. Ditimbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya
2. Diisi piknometer dengan asam borat kira-kira mengisi 1/3 bagian
volumenya, ditimbang piknometer dengan asam borat beserta tutupnya
3. Diisi piknometer dengan paraffin cair,ditimbang piknometer dengan
paraffin cair beserta tutupnya
4. Ditimbang piknometer, asam borat, paraffin cair beserta tutupnya
5. Dihitung berat paraffin cair (25◦C) b – a

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

6. Dihitung berat asam borat = c – a


7. Dihitung berat asam borat dan paraffin cair =d – a
8. Dihitung berat paraffin yang terdapat dalam asam borat = g – e – f
9. Dihitung volume sampel = massa paraffin
Bobot jenis paraffin
10. Dihitung kerapatan sampel = Berat sampel
Volume sampel
d. Menentukan bobot jenis padatan
1. Digunakan piknometer yang bersih dan kering
2. Ditimbang piknometer kosong lalu isi dengan air suling, bagian luar
piknometer dilap sampai kering
3. Dibuang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan asam
borat yang akan diukur bobot jenisnya, dan timbang
4. Dihitung bobot jenis padatan, menggunakan persamaan :
W 3−W 1
Dt =
W 2−W 1
Keterangan :
W1 = Bobot piknometer kosong
W2 = Bobot piknometer + air suling
W3 = Bobot piknometer + padatan

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
a. Kerapatan bulk dan mampat yang diketahui beratnya
Jenis Berat zat Volume zat Kerapatan Zat
Padat Padat Padat
Bulk 25.08 g 30 mL 0.84 g/mL
Mampat 25.08 g 29 mL 0,86 g/mL

b. Kerapatan bulk dan mampat yang diketahui volumenya


Perhitungan :
Jenis Berat zat Volume zat Kerapatan Zat
Padat Padat Padat
Bulk 23.69 g 30 mL 0.789 g/mL
Mampat 23.69 g 29 mL 0,816 g/mL

c. Kerapatan Sejati
Berat paraffin Berat Asam Volume Kerapatan
cair borat Sampel Sejati
20.47 g 4.72 g 3.022 ml 1.56 g/ml

B. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan tiga percobaan, yang pertama
menentukan kerapatan suatu zat padat meliputi kerapatan bulk, kerapatan
mampat dan kerapatan sejati.
Pada percobaan kerapatan bulk, zat padat yang digunakan sebanyak
25,08 gram. Kemudian zat padat ini dimasukkan kedalam gelas ukur agar
bisa diketahui volumenya, gelas ukur tersebut tidak boleh disentuh agar
bisa didapatkan volume bulknya dan volume bulk yang didapatkan dari
percobaan ini sebesar 30 mL, sehingga hasil kerapatan dari zat tersebut
adalah 0,84 gr/mL. Selanjutnya pada percobaan ini, kita juga mencari
massa dari zat padat dengan volume yang sudah diketahui yaitu 30 mL,
dan massa zat padat yang diperoleh yaitu sebanyak 23,69 gram, sehingga

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

kerapatan bulk yang di dapatkan adalah 0,789 gr/mL. Menurut literatur


kerapatan dari zat padat yaitu asam borat adalah 1,44 gr/mL, bila
dibandingkan dengan hasil yang didapatkan kerapatannya berbeda karena
kerapatan bulk ini masih memiliki pori-pori yang terbuka dan tertutup,
sehingga antar partikel memiliki keregangan sehingga masih terdapat cela-
cela, selain itu hasil yang diperoleh berbeda jauh dengan literatur
kemungkinan dikarenakan karena faktor dari zat padat itu sendiri.
Pada percobaan kedua, yaitu percobaan kerapatan mampat zat padat
yang digunakan sebanyak 25,08 gram, di masukkan dalam gelas ukur, lalu
dimampatkan menggunakan alat vibrator (diketuk sebanyak 100 kali),
sehingga diperoleh volumenya yaitu 29 mL. Sehingga hasil kerapatan dari
zat tersebut adalah 0,86 gr/mL. Selanjutnya pada percobaan ini, kita juga
mencari massa dari zat padat dengan volume yang sudah diketahui yaitu
29 mL, dan massa zat padat yang diperoleh yaitu sebanyak 23,69 gram,
sehingga kerapatan bulk yang di dapatkan adalah 0,816 gr/mL. Menurut
literatur kerapatan dari zat padat yaitu asam borat adalah 1,44 gr/mL, bila
dibandingkan dengan hasil yang didapatkan kerapatannya berbeda karena
kerapatan mampat ini masih memiliki pori-pori yang tertutup, masih
terdapat cela-cela,akan tetapi tidak seperti kerapatan bulk yang masih
mempunyai pori-pori terbuka, selain itu hasil yang diperoleh berbeda jauh
dengan literatur kemungkinan dikarenakan karena faktor dari zat padat itu
sendiri.
Percobaan yang terakhir adalah percobaan kerapatan sejati.
Pada percobaan ini digunakan Alat Piknometer, sebelum alat ini
digunakan, maka harus terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan
aquadest, kemudian dibilas dengan alkohol/etanol untuk mempercepat
pengeringan piknometer tadi. Pembersihan ini dilakukan untuk
menghilangkan sisa dari pembersihan, karena biasanya pencucian
meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehingga dapat
mempengaruhi hasil dari penimbangan. Sedangkan pemakaian
alkohol/etanol sebagai pembilas karena memiliki sifat-sifat yang baik
seperti mudah mengalir, mudah menguap dan bersifat antiseptikum, jadi

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada
diluar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri. Sedangkan
untuk bahannya kita menggunakan asam borat sebagai zat padatnya dan
menggunakan cairan parafin. Cairan parafin digunakan karena asam borat
merupakan zat padat yang memiliki kelarutan yang baik dengan air, itulah
kenapa kita menggunakan cairan parafin, sehingga asam borat nya tidak
akan larut, selain itu cairan parafin ini berfungsi juga untuk menutupi
rongga-rongga yang ada, sehingga tidak ada pori-pori yang terbuka
ataupun tertutup, sehingga sudah tidak ada cela sedikitpun. Ketika
percobaannya dilakukan pada saat piknometer di isi dengan cairan parafin
dan saat piknometer di isi dengan zat padat ditambah dengan cairan
parafin, harus di isi sampai penuh, hingga tidak ada lagi gelembung udara,
karena jika masih terdapat gelembung udara, maka masih terdapat ruang
kosong dalam piknometer tersebut sedangkan kerapatan sejati merupakan
kerapatan yang tidak memiliki ruang antar partikel. Dan berdasarkan
dengan percobaan yang dilakukan sesuai dengan prosedur kerjanya, maka
didapatkan hasil 1,56 gram/mL, sedangkan menurut literatur kerapatan
dari asam borat adalah 1,44 gr/mL. Hasil yang didapatkan sedikit berbeda
dengan literatur kemungkinan dikarenakan dari zat padatnya atau karena
ketidak telitian penimbangannya ataupun bisa dari kebersihan dari
piknometernya.

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil dari kerapatan


bulk sebesar 0,789 g/mL, hasil dari kerapatan mampat sebesar 0,816 g/mL
dan kerapatan sejati 1,56 g/ml. Dalam penentuan bobot jenis didapatkan hasil
dari beberapa sampel yang digunakan yaitu Asam borat sebesar 1,258,
Parafin cair 0,844 dan alkohol 0,8064.

B. Saran
Sebaiknya para praktikan mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan praktikum (alat, bahan, dan atribut) dengan baik dan
tidak membuat keributan saat berada di dalam laboratorium.
Sebaiknya asisten mengawasi praktikan di saat melakukan praktikum,
menegur dan memberikan solusi apabila praktikaan melakukan kesalahan
dalam prakktikum
Laboratorium sebaiknya menyiapkan peralatan yang cukup agar tiap
praktikan dapat melihat langsung semua praktikum yang dilakukan.

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2018. “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”, Jurusan Farmasi,


Makassar : Universitas Muslim Indonesia

Ansel, H. C., 2004. “Kalkulasi Farmaseutik”. EGC : Jakarta


Ditjen POM., 1979. “Farmakope Indonesia edisi ketiga”. Departemen Kesehatan
RI : Jakarta
Martin, A. Dkk., 1990. “Farmasi Fisik Edisi Ketiga 1”. Universitas
Indonesia : Jakarta
Martin, A. Dkk., 1993. “Farmasi Fisik Edisi Ketiga 2”. UI-Press : Jakarta
Lachman, L., 1986. “Teori dan Praktek farmasi industri edisi III”. UI -
Press : Jakarta
Sinko, P., 2006. “Martin’s Physical and Pharmaceutical Science 5 th Edition, 533-
560”. Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

LAMPIRAN

a. Skema kerja kerapatan bulk

Alat dan bahan

Disiapkan gelas
Diimbang zat padat 25 g ukur 50 ml

Dimasukkan zat padat ke dalam gelas ukur tersebut

Diamati

Diukur volume zat


padat

Dihitung kerapatan bulk

Dicatat hasil yang diperoleh

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

b. Skema kerja kerapatan mampat

Alat dan bahan

Disiapkan gelas
ukur 50 ml
Ditimbang zat padat 25 g

Dimasukkan zat padat ke dalam gelas ukur tersebut

Dietuk sebanyak 100 kali ketukan dengan alat yang tersedia

Diukur volume zat


padat

Dihitung kerapatan mampat

Dicatat hasil yang diperoleh

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

c. Skema kerja Kerapatan sejati

Alat dan bahan

Ditimbang
piknometer bersih
Digunakan Piknometer dan kering bersama
tutupnya

Diisi asam borat kedalam piknometer beserta tutupnya, lalu ditimbag

Diisi paraffin cair kedalam piknometer beserta tutupnya, lalu ditimbang

Ditimbang asam borat, paraffin cair dan piknometer beserta tutupnya

Dihitung berat asam borat dan paraffin cair

Dihitung berat paraffin yang terdapat


dalam asam borat

Dihitung volume sampel

Dihitung kerapatan sejati dan


dicatat hasilnya

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

d. Perhitungan
a) Kerapatan Bulk

Bobot zat padat (gram)


Kerapatan bulk =
Volume Bulk ( mL)

25 , 08 gram
=
30 mL

= 0,84 gr/mL

b) Kerapatan Mampat

Bobot zat padat (gram)


Kerapatan mampat =
Volume Mampat (mL)

25 , 08 gram
=
29 mL

= 0,86 gr/mL

c) Kerapatan sejati

Dik: M1 = 15,33 gram

M2 = 35,80 gram

M3 = 20,05 gram

M4 = 37,89 gram

( M 3−M 1)
Kerapatan sejati=
( M 2−M 1 )−(M 4−M 3)

(20 , 05−15 , 33)


=
( 35 ,80−15 , 33 )−(37 , 89−20 ,05)

4 ,72
=
20 , 47−17 , 84

= 1,79 gram/ml

Keterangan :

M1 = massa piknometer kosong beserta tutupnya

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166
BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

M2 = massa piknometer penuh air beserta tutupnya

M3 = massa piknometer berisi zat padat beserta tutupnya

M4 = massa piknometer berisi zat padat dan dipenuhi air beserta tutupnya.

d) Piknometer Kosong = 15,330 gr (a)

Piknometer + parafin = 35,80 gr (b)

Piknometer + asam borat = 20,05 gr (c)

Piknometer + asam borat + parafin = 37,89 gr (d)

 Berat parafin = b – a

= 35,80 – 15,33

= 20,47 gr

 Berat granul = c – a

= 20,05 – 15,330

= 4,72 gr

 Berat granul + parafin = d – a

= 37,89 – 15,33

= 22,56 gr

 Volume sampel = h / bj parafin

= 2,63 / 0,87

= 3,022 ml

 Kerapatan sejati = F/i

= 4,72 / 3,022

= 1,56 gr/ml

LATIFAH AL SADILAH M. ILHAM TOMAGOLA, S.Farm, M.Si, Apt


15020170166

Anda mungkin juga menyukai